Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA BERMAIN TERAPI MENYUSUN PUZZLE

Di Ruang Cilinaya RSD Mangusada

Oleh :

Kelompok 2

1. Ni Kadek Erna 19.901.2214


2. Ni Made Sudiani 19.901.2250
3. Made Rianan Ayu Andari 19.901.2206
4. I Putu Deby Arta Adi Wiguna 19.901.2173
5. I Wayan Gede Yuda Bakti RL 19.901.2181

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2019
SATUAN ACARA BERMAIN

(TERAPI MENYUSUN PUZZLE)

Pokok bahasan : Terapi Bermain Menyusun Puzzle

Sub pokok bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Sakit yang Dirawat di

Rumah Sakit dengan Cara Stimulasi Motorik dan Sosial

Waktu : 30 menit

Hari/tanggal : Sabtu, 13 Februari 2016

Tempat : Ruang Cilinaya (Anak)

Peserta : Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien

di Ruang Cilinaya yang memenuhi kriteria:

1. Anak usia 3 – 5 tahun


2. Tidak mempunyai keterbatasan fisik
3. Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
4. Pasien kooperatif

Peserta terdiri dari: anak usia pra sekolah dan sekolah sebanyak 5 orang
didampingi keluarga

A. Alasan Dilakukan Terapi Bermain

Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang
sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan
tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi
beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan
permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena
dengan melakukan permainan anak akan depat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan
(Whaley, 2001).

Oleh karena itu, dalam melakukan permainan, anak lebih bebas, spontan, dan
menunjukkan otonomi baik dalam memilih mainan maupun dalam aktivitas
bermainnya. Anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Oleh karena itu seringkali
mainannya dibongkar-pasang, bahkan dirusaknya. Untuk itu harus diperhatikan
keamanan dan keselamatan anak dengan cara tidak memberikan alat permainan yang
tajam dan menimbulkan perlukaan (Kalpan, 2000).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 30 menit agar dapat
mencapai tugas perkembangan secara optimal sesuai tahap perkembangan
walaupun dalam kondisi sakit.

2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain selam 30 menit anak mampu:
a. Bersosialisasi dengan perawat baru
b. Menunjukkan ekspresi nonverbal dengan tertawa, tersenyum dan saling
bercanda.

C. Metode dan Media


1. Metode
a. Bermain bersama
b. Mendengarkan tanggapan anak/tanya jawab
2. Media
a. Puzzle
b. Hadiah

D. Sasaran
Sasaran dalam terapi bermain ini adalah anak yang sedang menjalani perawatan
di ruang Cilinaya RSD Mangusada usia 3-5 tahun.

E. Kegiatan
1. Pengorganisasian
a. Leader : I Wayan Gede Yuda Bakti R.L
b. Co leader : Ni Kadek Erna
c. Fasilitator :
1) Ni Made Sudiani
2) Made Riana Ayu Andari
d. Observer : I Putu Deby Arta Adi Wiguna
2. Pembagian tugas :
a. Peran Leader
1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2) Memimpin jalannya terapi bermain dari awal hingga berakhirnya
terapi
3) Membuat suasana bermain agar lebih tenang dan kondusif.
b. Co Leader
1) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
2) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
3) Membantu memimpin jalannya kegiatan
4) Menggantikan leader jika terhalang tugas
c. Fasilitator
1) Memotivasi anak agar dapat kooperatif dalam permainan yang akan
dilakukan
2) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
3) Fasilitator bertugas sebagai pemandu dan memotivasi anak agar
dapat kooperatif dalam permainan yang akan dilakukan.
4) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
5) Membimbing kelompok selama permainan
d. Observer
1) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu,
tempat dan jalannya acara
2) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota
kelompok dengan evaluasi kelompok

3. Setting tempat (gambar/denah ruangan)


Keterangan:

: Leader

: Co leader

: Peserta

: Fasilitator

: Observer

: Orang tua

4. Kegiatan bermain

No Waktu Terapis Anak


1 5 menit Pembukaan:
1. Co leader membuka dan Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri Mendengarkan
3. Memperkenalkan pembimbing Mendengarkan
4. Memperkenalkan anak satu persatu Mendengarkan dan saling
dan anak saling berkenalan dengan berkenalan
temannya
5. Kontrak waktu dengan anak Mendengarkan
6. Mempersilahkan leader Mendengarkan
2 20 menit Kegiatan bermain:
1. Leader menjelaskan cara bermain Mendengarkan
2. Menanyakan pada anak, anak mau Menjawab pertanyaan
bermain atau tidak
3. Membagikan permainan Menerima permainan
4. Leader, co leader, dan fasilitator Bermain
memotivasi anak
5. Observer mengobservasi anak Bermain
6. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
3 5 menit Penutup:
1. Leader menghentikan permainan Selesai bermain
2. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
3. Menyampaikan hasil permainan Mendengarkan
4. Memberikan hadiah pada anak Senang
yang cepat dalam menyusun puzzle
Senang
5. Membagikan hadiah pada semua
anak yang bermain Mengungkapkan perasaan
6. Menanyakan perasaan anak Mendengarkan
7. Co leader menutup acara Menjawab salam
8. Mengucapkan salam

F. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Yang diharapkan:
a. Alat-alat yang digunakan lengkap
b. Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana

2. Evaluasi Proses
Yang diharapkan:
a. Terapi dapat berjalan dengan baik
b. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
d. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai
tugasnya

3. Evaluasi Hasil
Yang diharapkan:
a. Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menyusun
puzzle kemudian berhasil
b. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c. Anak merasa senang
d. Anak tidak takut lagi dengan perawat
e. Orang tua dapat mendamping kegiatan anak sampai selesai
f. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan terapi
bermain
Lampiran materi:

TERAPI BERMAIN MENYUSUN PUZZLE DENGAN


KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK

A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini
menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh,
organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan
emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya (Soetjiningsih, 1998).
Menurut Joyce Engel (1999), yang dikatakan anak usia pra sekolah
adalah anak-anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. Ada beberapa aspek yang
perlu diperhatikan untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan
anak, yaitu:
1. Aspek fisik
2. Aspek motorik
3. Aspek bahasa
4. Aspek kognitif
5. Aspek sosialisasi

Bermain dengan cara menyusun pazel pada dasarnya tidak hanya


membantu mengembangkan kemampuan motorik anak saja tetapi juga berperan
penting dalam proses pengembangan kognitif klien dan emosional klien, serta
membantu klien untuk menggunakan kemampuan bahasanya dengan bertanya
sehingga klien akan terbiasa dengan proses sosialisasi dengan orang,
lingkungan dan kondisi disekitarnya.
Ketika anak sudah mampu bermain menyusun pazel secara lancar maka
dia sudah siap untuk meningkatkan kemampuannya ke tingkat yang lebih lanjut
seperti bersosialisasi dengan orang lain seperti mengenalkan diri

B. STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN


Stimulasi yang diperlukan anak usia 3-5 tahun adalah:
1. Gerakan kasar, dilakukan dengan memberi kesempatan anak melakukan
permainan yang melakukan ketangkasan dan kelincahan.
2. Gerakan halus, dirangsang misalnya dengan membantu anak belajar
menggambar.
3. Bicara bahasa dan kecerdasan, misalnya dengan membantu anak mengerti
satu separuh dengan cara membagikan kue.
4. Bergaul dan mandiri, dengan melatih anak untuk mandiri, misalnya
bermain ke tetangga (Suherman, 2000)

C. TES SKRINING PERKEMBANGAN MENURUT DENVER (DDST)


DDST (Denver Developmental Screening Test) adalah salah satu dari
metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, tes ini bukanlah tes
diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan
untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20 menit), dapat
diandalkan dan menunjukan validitas yang tinggi. Dari beberapa penelitian
yang pernah dilakukan DDST secara efektif 85-100% bayi dan anak-anak
prasekolah yang mengalami keterlambangan perkembangan (Soetjiningsih,
1998).
Frankenburg dkk (1981) mengemukakan 4 parameter perkembangan
yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu: Personal Sosial
(kepribadian/ tingkah laku sosial) yaitu aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya;
Gerakan Motorik Halus yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan
anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-
bagian tubh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan untuk menggambar, memegang
sesuatu benda; Bahasa adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadap
suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan; Perkembangan Motorik Kasar
(Gross Motor) adalah aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap
tubuh.

D. FAKTOR PENYEBAB KETIDAKMAMPUAN MENYUSUN PAZEL


Menurut Immanuel, ketidakmampuan melakukan tugas perkembangan
tertentu, seperti bergerak, tumbuh, bicara, ataupun kecakapan motorik tertentu
seperti menyusun, merangkai ataupun memposisikan benda, dapat
menghambat berkembangnya keterampilan berikutnya. Diwaspadai
kemungkinan mengalami keterlambatan.
Faktor penyebabnya yaitu:
1. Karena kurang dirangsang atau kurang latihan
Anak dengan usia 3-5 tahun perlu dilatih rangsangan motorik halus dan
kasarnya dengan memberinya stimulus pendukung. Umumnya, anak usia
ini berminat pada hal-hal yang berhubungan dengan sebab-akibat, sehingga
ingin mencoba memadukan satu benda dengan benda lain.
2. Ada gangguan pada mata
Pandangan yang tidak jelas pada anak membuatnya enggan melakukan
kegiatan yang menggunakan benda-benda kecil. Anda perlu
memeriksakannya ke dokter sebelum hal ini berlangsung lama.
3. Ada gangguan pada saraf atau retardasi mental
Gangguan ini dapat diwaspadai dari kemampuan meraba. Bila Anda
mendapati si kecil Anda mengalami kelainan pada keterampilan meraba,
Anda perlu waspada. Segera bawa ke dokter untuk mendapatkan
pemeriksaan.

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN


Faktor instrinsik sangat dominan dalam mempengaruhi tingkat
kegagalan berkembang terutama berkaitan dengan terjadinya penyakit pada
anak, yaitu:
1. Kelainan kromosom (misalnya sindroma Down dan sindroma Turner)
2. Kelainan pada sistem endokrin, misalnya kekurangan hormon tiroid,
kekurangan hormon pertumbuhan atau kekurangan hormon lainnya
3. Kerusakan otak atau sistem saraf pusat yang bisa menyebabkan kesulitan
dalam pemberian makanan pada bayi dan menyebabkan keterlambatan
pertumbuhan
4. Kelainan pada sistem jantung dan pernafasan yang bisa menyebabkan
gangguan mekanisme penghantaran oksigen dan zat gizi ke seluruh tubuh
5. Anemia atau penyakit darah lainnya
6. Kelainan pada sistem pencernaan yang bisa menyebabkan malabsorbsi atau
hilangnya enzim pencernaan sehingga kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi

Menurut Soetjiningsih secara umum terdapat dua faktor yang


mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu faktor genetik (instrinsik) dan
faktor lingkungan (ekstrinsik). Faktor genetik merupakan modal dasar
dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Faktor ini
adalah bawaan yang normal dan patologis, jenis kelamin, suku bangsa /
bahasa, gangguan pertumbuhan di negara maju lebih sering diakibatkan
oleh faktor ini, sedangkan di negara yang sedang berkembang, gangguan
pertumbuhan selain di akibatkan oleh faktor genetik juga faktor lingkungan
yang kurang memadai untuk tumbuh kembang anak yang optimal.
F. DAMPAK HOSPITALISASI TERHADAP ANAK.
1. Separation ansiety
2. Tergantung pada orang tua
3. Stress bila berpisah dengan orang yang berarti
4. Tahap putus asa: berhenti menangis, kurang aktif, tidak mau makan, main,
menarik diri, sedih, kesepian dan apatis
5. Tahap menolak: Samar-samar seperti menerima perpisahan, menerima
hubungan dengan orang lain dan menyukai lingkungan

G. MANFAAT TERAPI BERMAIN


1. Terapi bermain menyusun balok dapat merangsang keterampilan proses
berfikir dan motorik anak
2. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat
3. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri.
Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri
pada anak
4. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa senang
pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan
pikiran cemas, takut, sedih tegang dan nyeri
5. Permainan yang terapeutuk akan dapat meningkatkan kemampuan anak
untuk mempunyai tingkah laku yang positif.
REFERENSI

Immanuel, R. (2006). Permainan Edukatif dalam Perkembangan Logic-Smart Anak.


Terdapat pada:
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH01fd/325abfcd.dir
/doc.pdf. Diakses pada 25 Desember 2013.

Kaplan H.I, Sadock. B.J Grebb J.A. 2000. Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan
Perilaku, Psikiatri. Klinis, Alih Bahasa : Kusuma W,edisi Wiguna .

Veltman M,W Browne K.D. 2000. An Evaluation of Favorite Kind of Day Drawing
from Psychially Maltreated Children. Child Abuse and Neglect.

Whaley L.F, Wong D.L. 2001. Nursing Care of infants and children in-ed. St Louis :
Mosby year book

Anda mungkin juga menyukai