Bab I
Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
khusus telah mengadopsi sistem welfare state, yang menyediakan skema jaminan
sosial terpadu bagi rakyat mereka, termasuk perlindungan dalam jaminan layanan
kesehatan atau Social Health Insurance (Asuransi Kesehatan Sosial (AKS)). AKS
mechanism for health care, through health risk sharing and fund pooling for a
Prosperity Index mengukur kesehatan dengan tiga pilar yaitu, kesehatan fisik dan
berada di posisi 101 dari 149 negara, jauh di bawah Vietnam yang berada di posisi
69. Padahal, jika dibandingkan PDB Perkapita (PPP) kedua negara, Indonesia
1
2
jauh di atas Vietnam. Pada April 2018, PDB Perkapita Indonesia US$13.160,
kesehatan menegaskan bahwa setiap individu memiliki hak yang sama untuk
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. Salah satu upaya yang
(Kemensetneg, 2015).
UHC di mana semua orang akan dapat menerima pelayanan kesehatan berkualitas
yang dirancang untuk mempromosikan kesehatan yang lebih baik (WHO, 2014).
baru mencapai 72,9% dari jumlah penduduk Indonesia, dengan jumlah peserta
183 juta jiwa. Target kepesertaan JKN 100% di tahun 2019 sulit dicapai karena
masih ada 27,1% jumlah penduduk yang belum menjadi peserta JKN. Bahkan
capaian kepesertaan JKN sebesar 82,4%. Jika tidak ada upaya yang luar biasa
3
sakit sebanyak 2.274. Hasil ringkasan eksekutif laporan pengelolaan program dan
laporan keuangan dan jaminan social kesehatan, pada tahun 2014 jumlah peserta
sebanyak 121,6 juta peserta, tahun 2016 sebanyak 171,9 juta peserta dan di tahun
2019 sebanyak 257,5 juta peserta. Indeks kepuasan peserta pada tahun 2014
sebanyak 75%, tahun 2016 sebanyak 78,6% dan pada tahun 2019 sebanyak 85%.
Indeks kepuasan fasilitas kesehatan sebanyak 65%, tahun 2016 sebanyak 76,2%
kesehatan JKN. Oleh sebab itu, model ini memperhitungkan dampak dari
untuk mendaftar sebagai peserta JKN (adverse selection) (Health Policy Plus dan
masyarakat yang akan berobat ke rumah sakit dengan kartu BPJS harus mendapat
rujukan terlebih dahulu dari puskesmas. Rujukan ini diberikan kepada pasien
BPJS jika puskesmas tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
diagnosis pasien diluar 155 diagnosis yang harus dilayani di puskesmas (BPJS
Kesehatan, 2014).
kebutuhannya.
merupakan salah satu bentuk pelayanan yang paling banyak dibutuhkan oleh
dapat memperoleh manfaat promotif dan preventif yang telah dijamin dalam
Program Jaminan Kesehatan Nasional. Akan tetapi hingga kini masih sering
pendekatan kuratif dari pada promotif dan preventif. Adapun manfaat pelayanan
promotif dan preventif yang dapat diperoleh peserta Jaminan Kesehatan Nasional
tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan no. 28 tahun 2014 tentang Pedoman
skrining kesehatan.
BPJS Kesehatan ) yang menyatakan bahwa tingkat rujukan dari FKTP ke RS pada
6
JKN, menunjukkan dana JKN sebagian besar terserap untuk pengobatan beberapa
penyakit antara lain : penyakit jantung, ginjal, diabetes melitus dan penyakit
katastropik yang menyedot biaya sangat besar. Seharusnya penyakit ini dapat
Selain itu juga Puskesmas sebagai salah satu pelaksana program JKN, masih
belum menjalankan pelayanan promotif dan preventif secara maksimal. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Atia (2015) yang berjudul analisis sistem
pada tahun kedua pelaksanaannya terjadi peningkatan. Hanya saja pada kegiatan
merata ke seluruh desa yang ada di wilayah kerjanya, kegiatan yang dilaksanakan
suatu perencanaan.
bahwa angka rujukan yang diberikan sebanyak 15% dari jumlah kunjungan hal ini
banyak. Di ruangan KIA/KB juga cukup banyak pasien yang terdiri dari bayi,
balita, anak-anak, ataupun ibu hamil. Beberapa ibu hamil datang ke puskesmas
dan poli anak digabung menjadi satu ruangan. Namun, tenaga kesehatan yang
bagi orang yang sakit dan hanya sebagai tempat meminta surat rujukan untuk
berobat ke rumah sakit sehingga tidak ada saran-saran dari masyarakat kepada
puskesmas mengenai program yang telah dilakukan. Untuk itu, peneliti ingin
meneliti bagaimana pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN
di Puskesmas sukaramai.
1. 2 Perumusan Masalah
1. 3 Tujuan Penelitian
sukaramai.
9
1. 4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah dalam rangka mewujudkan
1.4.2 Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan dalam
Nasional.