Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DISLOKASI

DI SUSUN OLEH :

MUH. FARID ABIDIN 70300117114


MUTMAINNA 70300117057
RESKI AMALIA 70300117061
AYU SATRIANA 70300117067
KURNIATI 70300117045
HIKMASARI 70300115082

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


2019/2020

A. pengertian

Persendian persendian yang paling sering mengalami dislokasi adalah bahu, sikut, ibu jari
dan rahang bawah.suatu dislokasi terjadi ketika tulang berubah tempat dari ujung artikulasi
secara normal (muriel skleet,1995).

Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang membentuk
sendi tak lagi dalam hubungan anatomis. Secara kasar tulang "lepas dari sendi". Subluksasi
adalah dislokasi parsial permukaan persendian. Dislokasi traumatik adalah kedaruratan ortopedi
karena struktur sendi yang terlibat, pasokan darah dan saraf rusak susunannya dan mengalami
stres berat. Bila dislokasi tidak ditangani segera dapat terjadi nekrosis avaskuler (kematian
jaringan akibat anoksia dan hilangnya pasokan darah) dan paralisis saraf (brunner dan
suddarth.2001).

1. Tanda dan gejalah

Penderita mengalami nyeri yang hebat di mana akan mencegah pergerakan bagian yang
terpengaruh. Ketika dibandingkan

Dengan sisi yang cedera penolong pertama akan melihan bahwa ada deformasi ( posisi
yang salah). Mungkin juga ada pembengkakan lokal jika ada perdarahan dalam persendian
(muriel skleet, 1995).

Tanda dan gejala dislokasi traumatik adalah nyeri, perubahan kontur sendi, perubahan
panjang ekskremitas kehilangan mobilitas normal dan perubahan sumbu tulang yang mengalami
dislokasi (brunner dan suddart 2001).

B. Etiologi

Dislokasi disebabkan oleh:

1. Cidera olahraga
Olahraga yang biasa mengakibatkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olahraga yang
beresiko jatuh misalnya: terperosok akibat bermain ski, senam, volley, pemain basket dan
pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara
tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.

2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga

Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi

3. Terjatuh

a. Terjatuh dari tanggah atau terjatuh saat berdansa di lantai yang licin

b. Tidak di ketahui

c. Faktor predisposisi ( pengaturan posisi)

d. Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir

e. Trauma akibat kecelakaan

f. Trauma akibat pembedahan ortopedi (ilmu yang mempelajari tentang tulang)

g. Terjadinya infeksi disekitar sendi

C. Klasifikasi
Dislokasi dapat terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan paling sering terlihat
pada pinggul.spontan atau patologik akibat penyakit struktur sendi dan jaringan sekitar
sendi,traumatik akibat cedera dimana sendi mengalami kerusakan akibat kekerasan.(Brunner dan
Sudartha 2001).
 Dislokasi sendi
Luksasi sendi dapat terjadi spontan karena gerakan tidak spontan,dan arena
kekerasan. Kadang luksasi disertai dengan patah tulang,dan disebut patah tulang
luksasi,misalnya luksasi pada panggul dengan patah tulang pinggir asetabulum. Dislokasi
sering disertai dengan kerusakan sampai dan ligamen sendi. Bila kerusakan tersebut tidak
sembuh kembali dengan baik,luksasi mudah terulang lagi yang disebut luksasi habitual.
Keadaan ini biasanya ditemukan pada sendi bahu.pada sendi panggul,pendarahan dikaput
femur mungkin terganggu karena kerusakan sampai pada trauma luksasi sehingga dapat
terjadi nekrosis avaskuler.
Dignosa dapat ditegakkan atas dasar anamnesis yang khas dan tanda klinisnya.
Umumnya deformasi itu dilihat berupa perubahan posisi anggota gerak dan perubahan
kontur persendian yang bersangkutan. Pada pemeriksaan tidak ada gejala dan tanda patah
tulang, sedangkan gerakan didalam sendi yang terluksasi terbatas sekali. Bahkan sama
sekali tidak mungkin.
Reposisi diadakan dengan gerakan atau perasat yang berlawanan dengan gaya
trauma dan kontraksi atau tonus otot. Reposisi tidak boleh dilakukan dengan kekuatan
atau kekerasan karena mungkin sekali mengakibatkan patah tulang. Untuk mengendurkan
kontraksi dan spasme otot, perlu dilakukan anesthesia setempat atau umum. Kekenduran
otot memudahkan reposisi.
 Dislokasi sendi sternoklavikular
Dislokasi sternoklavikular jarang terjadi dan bisa terjadi akibat trauma langsung
akibat trauma langsung pada klavikula ke dorsal yang menyebabkan dislokasi posterior
atau retrosternal. Juga bisa terjadi akibat tumbukan pada bagian depan bahu sehingga
klavikula bagian medial tertarik ke depan dan menyebabkan lepasnya sendi
sternoklavikular ke arah anterior. Pengobatan konservatif dengan reposisi dan imobilisasi
bisa berhasil dan bila gagal, perlu dilakukan operasi. Yang penting adalah latihan otot
supaya tidak hipotrofik dan latihan gerakan untuk mencegah bahu kejur.
Dislokasi sendi akromioklavikular dan patah tulang klavikula :
a. Gambaran kontur yang khas. Penonjolan yang tampak meru[akan ujung
klavikula. Akromion (dan prosesus korakoideus) terlepas dari klavikula
sehingga scapula dengan humerus seluruhnya turun.
b. Ruptur ligamentum akromioklavikular. Dislokasi besar bila di sertai ruptur
ligamentum korako klavikular (4), ujung klavikula (1), repture ligamentum
akromioklavikular (2), akromion (3), repture ligamentum korakoklavikular
(4), prosesus korakoideus (5).
c. Patah tulang klavikula; dislokasi disebabkan oleh tonus dab kontraksi otot:
arah kontraksi M. Sternokleidomastoideus (1), kontraksi M. Pektoralis mayor
(2), M. Deltoideus dan bobotnya ekstermitas atas (3)
 Dislokasi sendi akromioklavikular
Kekuatan sendi akromioklavikular disebabkan oleh simpai sendi dan ligamen
korakoklavikular. Dislokasi sendi akromioklavikular tanpa disertai robeknya ligamentum
kokrakoklavikular, biasanya tidak menyebabkan dislokasi fragmen distal ke kranial dan
dapat diterapi secara konservatif dengan mitela yang disertai gerakan dan latihan otot
bahu untuk mencegah terjadinya bahu kejut. Bila tidak berhasil atau tidak ada robekan
ligamentum korakoklavikularis, kadang dilakukan operasi reposisi reposisi terbukadan
pemasangan fiksasi intern yang kokoh. Latihan untuk mencegah terjadinya bahu kejur
harus dianjurkan. Latihan bahu yang terdiri atas latihan terpimpin sangat penting karena
sendi bahu cenderung mnjadi kaku yang disebut bahu kejur. Bahu kejur ini sering
ditemukan sebagai penyulit luksasi sendi bahu atau setelah kelainan lain disendi bahu
atau diluar sendi bahu, seperti cedera klavikula, cedera sendi akromioklavikula, kelainan
bursa subakromia, dan kelainan tendon otot sekitar sendi bahu.
 Dislokasi sendi glenohumeral
Kestabilan sendi bahu terutama terletak pada simpai sendi dan otot disekitarnya
karena kavitas artikulare sendi bahu dangkal. Oleh karena itu, sering terjadi dislokasi,
baik akibat trauma maupun pada saat serangan epilepsi. Melihat lokasi kaput humeri
terhadap prosesus glenoidalis, dislokasi paling sering kearah anterior, dan lebih jarang ke
arah posterior atau inferior. Pada dislokasi inferior kaput humerus terperangkap dibawah
kavitas glenoidale sehingga lengan terkunci dalam posisi abduksi yang dikenal dengan
nama luksasio erekta.
Dislokasi anterior sering terjadi pada usia muda, antara lain pada atlet akibat
kecelakaan olahraga. Dislokasi terjadi karena kekuatan yang menyebabkan gerakan rotasi
ekstern dan ekstensi sendi bahu. Kaput humerus didorong kedepan menimbulkan avulsi
simpai dan kartilago beserta periosteum labrum glenoidalis bagian anterior. Penderita
merasakan sendinya keluar dan tidak mampu menggerakkan lengannya dan lengan yang
cedera ditopang oleh tangan sebelah lain. Posisi badan penderita miring kearah sisi yang
sakit. Perhatikan dua tanda khas, yaitu sumbu humerus yang tidak menunjuk ke bahu dan
kontur bahu berubah karena daerah di bawah akromion kososng.
 Dislokasi sendi siku
Dislokasi sendi siku merupakan dislokasi sendi humeroulnal dan humeroradial.
Biasanya terjadi dislokasi fragmen distalke posterior dan lateral terhadap fragmen
proksimal. Dislokasi ini terjadi karena trauma tidak lngsung, benturan pada
tangan dan lengan bahwa dengan siku dalam posisi ekstensi disertai sedikit fleksi
dn lengan atas terdorong kearah volar dan medial. Pada pemeriksaan klinis
didapati bengkak, nyeri spontan, nyeri sumbu, dan gerakan abnormal sangat
terbatas pada posisi kurang lebih 30°. Pada pemeriksaan dorsal siku, didapati
perubahan pada segitiga sama kakiyang dibentuk oleh okleoranon, epikondilus
lateral, dan epikondilus medial. Segitiga yang normalnya samakaki berubah
menjadi segitiga yang tidak samakaki. Pada dislokasi ini penting dinilai keadaan
saraf tepi dan vaskularisasi.
Dislokasi siku ini dapat menyebabkan robeknya ligamen yang
mempertahankan stabilitas sendi siku dan ini mempengaruhi cara pengobatannya.
Bila tidak terjadi instabilitas, setelah reposisi dapat dimulai imubilisasi selama 3
minggu dalam gips sebelum mubilisasi.
 Luksasi kaput radius
Luksasi kaput radius yang disebut “siku tarik” dapat terjadi karena siku
ditarik sehingga kaput ditarik lepas dari lingkaran ligamentum. Hal ini
terjadi pada anak yang jatuh ditarik oleh orangtuanya atau pengasuhnya.
Gejalanya berupa nyeri dan gangguan ekstensi, fleksi, pronasi, dan
supinasi. Diagnose menjadi jelas dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Reposisi dilakukan seperti pada gambar perast dibuat pada siku fleksi
dengan tekanan diarah sumbu supinasi, dan reposisi kaput kearah ulnar.
 Sendi panggul traumatic
Sendi panggul dapat terdislokasi ke posterior atau anterior dengan atau
tanpa fraktur pinggir asetabulum. Dapat pula terjadi dislokasi sentral
dengan fraktur asetabulum. Asetabulum merupakan mangkuk yang agak
dalam dengan bibir dorsal dan vebtral serta atap agak tinggi sehingga
dapat patah sewaktu kaput femur dikeluarkan dengan paksa.
Dislokasi posterior terjadi sebagai akibat trauma panggul pada posisi
fleksi dan aduksi. Pada posisi ini, tekanan disalurkan melalui lutut
sepanjang femur, misalnya trauma benturan dengan panil (rangka) depan
mobil akibat tabrakan mobil frontal, atau jatuh dari ketinggina dengan
lutut fleksi. Tekanan ini dapat membuat kaput femur melerak keposterior
melewati bibir belakang asetabulum dan terjadilah dislokasi posterior.
Femur yang terkena berada dalam posisi fleksi, adukasi, dan rotasi intren
dengan tungkai tampak lebih pendek. Biasanya disertai nyeri akibat
spasme otot sekitar panggul. Kaput femur terletak dikarniodorsal
asetabulum.
Penanganan dislokasi merupakan tindakan darurat karena reposisi yang
dilaksanakan segera mungkin dapat mencegah nekrosis avaskuler kaput
femur. Makin lambat reposisi dilaksanakan, makin tinggi kejadian
nekrosis avaskuler. Reposisi tertutup dilakukan dengan tarikan keventral
dan kaundal tungkai dalam posisi fleksi dan rotasi ekstren. Tarikan dapat
juga oleh berat kakinya sendiri dengan meletakkan penderita tengkurap
dan tungkai yang terdislokasi dibiarkan jatuh disisi tempat tidurnya.
Relaksasi otot dan berat kaki kearah ventral secara perlahan-lahan dapat
mereduksi dislokasi tersebut. Pasca reposisi penderita diistirahatkan dalam
traksi selama 6-8 minggu untuk mengurangi tekanan pada kaput femur.
Setelah itu, penderita tidak boleh menumpukkan berat badan selama 6-8
minggu.
Pada fraktur dislokasi pacahan bibir posterior asetabulum ini dapat
mengganggu nervous iskiadikus. Bila fragmen ini kecil, biasanya dapat
kembali dengan reposisi tertutup, tetapi bila disertai gangguan nervous
iskiadikus, panggul harus di eksplorasi dan fragmen dikembalikan di
sekrup.
Selain lesi pada nervous iskiadikus yang terjadi pada saat trauma dan
nekrosis avaskuler yang terjadi 1-2 tahun pasca trauma, komplikasi lain
pada dislokasi posterior adalah artrosis degenerative yang timbul setelah
bertahun-tahun pasca trauma dislokasi anterior jarang terjadi. Klinis
didapati sendi panggul dalam kondisi eksorotasi, ekstensi, dan abduksi
dengan tungkai memendek.
 Dislokasi panggul

A. Dislokasi posterior jenis luksasi iliaka. Kedudukan tungkai fleksi, endorotasi, abduksi dan "
tungkai bawah memendek"

B. Dislokasi posterior jenis luksasi isdiadikus dengan fleksi, endorotasi dan aduksi lebih jelas
dari pada luksasi iliaka
C. Dislokasi anterior subrabupik jarang ditemukan. Kedudukan tungkai bawah fleksi ringan,
eksorotasi, abduksi dan pemendekan tungkai yang bersangkutan.

D. Dislokasi anterior obturatoria juga jarang di dapatkan kedudukan tungkai bawah seperti pada
luksasi suprapubis tetapi jauh lebih jelas

E. Luksasi (perubahan letak) posterior panggul traumatik kanan lama, penderita yang berumur 13
tahun jatuh dari pohon 6 tshun lalu

Perhatikan asimetri tubuh:

1. Kifoskoliosis

2. Segitiga lengan/tubuh kiri

3. Segitiga lengan/tubuh kanan

4. Panggul trendelemburg kanan dengan 'penonjolan tulang letak tinggi' kanan.

5. Lipat paha

6. Lipat kulit regio gluteus

7. Posisi lutut

Dislokasi ini pun memerlukan reposisi tertutup segera dengan cara memberi traksi pada
tungkai dalam keadaan fleksi dan rotasi intern serta abduksi panggul yang selanjutnya disusul
imobilisasi seperti pada dislokasi posterior

Luksasi panggul sentral sebenarnya merupakan patah tulang dislokasi sentral akibat
trauma berat pada daerah lateral panggul. Biasanya berupa fraktur kominutif seluruh asetabulum
akibat desakan kaput femur yang masuk kedalam pelvis.

Penanganannya di lakukan dengan traksi longitudinal, dengan pin di ujung bawah femur
dan traksi lateral melalui pin pada prokanter mayor yang di pertahankan selama 8 minggu. Bula
pecahnya asetabulum tidak berat, reposisi terbuka dan fiksasi intern dapat di lakukan tetapi bila
kominutifnya berat tidak mungkin untuk mempertahankan reposisi dalam posisi stabil, fraktur
pada dislokasi sentral dapat di biarkan. Tidak jarang setelah penyembuhan dapat di harapkan
fungsinya dapat lebih baik dari pada yang di perkirakan.

 Dislokasi lutut

Ruda paksa berat pada lutut, misalnya akibat kecelakaan lalulintas, dapat merobek ke empat
ligamen utama Yaitu kedua ligamen kalateral dan kedua ligamen krusiatum dan menyebabkan
dislokasi sendi. Tidak jarang terjadi obstruksi arteri poplitea karena tertekan atau terlipat.
Komplikasi yang paling berat adalah cedera pada arteri poplitea dengan akibat gangguan
vaskularisasi didaerah distal dan cedera nervous poroneus. Reposisi segera dilakukan untuk
mencegah cedera arteri dan saraf yang lebih besar, sesudah itu dikerjakan tindak bedah untuk
memperbaiki ligamen yang rusak, apabila setelah reposisi di dapati gejalah kerusakan arteri,
perlu segera di lakukan eksplorasi untuk mereparasi kerusakan arteri tersebut. Bila tidak ada
penyulit, tungkai tersebut di mobilisasi dalam gips selama 3 sampai 4 minggu (R sjamsuhidayat,
Wimdejong. 2004).

D. PATHOFISIOLOGI
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan. Humerus terdorong
kedepan, merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid trafulsi. Kadang-kadang bagian
posterolateral kaput hancur. Jarang prosesu akromium dapat mengungkit kaput kebawah dan
menimbulkan luksasio erekta (dengan tangan mengarah; lengan ini hampir selalu jatuh
membawa kaput keposisi dibawah karakoid).

E. PATHWAY

Congenital Patologis traumatik

Kesalahan pertumbuhan penyakit struktur sendi kekerasan

DISLOKASI kesalahan posisi sendi

Out neotransmiter posisi sendi/ tidak tahu rusaknya tidak tirah


Tulang pelaksanaan jaringan kulit baring
atau adanya

Nyeri G3 mobilitas ansietas G3 body jaringan tertekan


image

terjadi dekubitus

resti infeksi

F. MANIFESTASI KLINIS
Nyeri terasa hebat. Pasien menokong lengan itu dengan tangan sebelahnya dan
sengan menerima pemeriksaan apa saja. Garis gambar lateral bahu dapat rata dan
kalau pasien tidak terlalu berotot suatu tonjolan dapat diraba tepat dibawah
klavikula

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Dengan cara pemeriksaan sinar X (Pemeriksaan X-Ray) pada bagian antero
posterior akan memperlihatkan bayanyan yang tumpah tindih antara kaput
humerus dan fosa glenoid, kaput biasanya terletak dibawah dan media terhadap
mangkuk sendi.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi dini :
- Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera., paisne tidak dapat mengkerutkan otot deltoiddan
mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tersebut
- Cedera pembuluh darah : arteri aksila dapat rusak
- Fraktur dislokasi

Komplikasi lanjut :
- Kekakuan sendi bahu : imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi bahu,
terutama pada pasien yang berumur 40 tahun. terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang
secara otomatis membatasi abduksi
- Dislokasi yang berulang : terjadi kalolabrum glenod robek atau kapsul terlepas dari
bagian depan leher glenoid
- Kelemahan otot
I. PENATALAKSANAAN
Sendi yang terkena harus diimobilisasi saat pasien dipindahkan. Dislokasi
diresuksi (misalnya : bagian yang bergeser dikembalikan ketempat semula yang normal),
biasanya dibawah anesthesia kaput tuolang yang mengalai dislokasi harus di manipulasi
dikembalikan ke rongga sendi. Sendi kemudian diimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips, atau
traksi dan dijaga tetap dalam posisi stabil. Beberapa hari sampai mingggu setelah reduksi,
gerakan aktif lembut 3 atau 4 kali sehari dapat mengembalikan kisaran gerak sendi. Sendi harus
tetap disangga diantara 2 saat latihan.
Perhatian keperawatan ditujukan pada pemberian kenyamanan, mengevaluasi
status neurovaskuler, dan melindungi sendi selama masa penyembuhan. Pasien harus belajar
bagaimana mengelola alat imobilisasi dan bagaimana melindungi sendi dari cedera tulang.
(Brunner & Suddarth. 2001)
J. PENANGANAN
Perawat harus tidak mencoba untuk memobilissi tulang belakang dan mengalami
dislokasi. Sendi dapat diimobilisasi dalam posisi yang paling nyaman dan jika ada
rasa nyeri yang hebat, berikan penanganan pada pasien yang mengalami syok.
Kantung SAK mengurangi perdarahan dalam ruang persediaan dn bisa juga
membantu untuk mengurangi kesakitan. Pasien harus dipuasakan karena pasien
dapat membutuhkan obat anastesi sebelum dislokasi diperbaiki di rumah sakit
atau pembedahan dilakukan. (Skeet, Muriel. Tindakan para medis terhadap
kegawatan dan pertolongan pertama. Jakarta, EGC. 1995).

ASKEP KEPERAWATAN
A. PENGKJIAN
- Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS,
diagnose medis
- Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari dislokasi yang nantinya
membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi
terjadinya penyakit.
- Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, seperti penyakit yang
pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan klien dan
menghambat proses penyembuhan
- Pemeriksaan fisik
Pada penderita dislokasi pemeriksaan fisik yang diutamakan adalah nyeri, deformitas,
fungsiolesa misalnya : bahu tidak dapat endorotasi pada diskolasi anterior bahu

B. Diagnosa keperawatan : Gnagguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan diskontinuitas


jaringan
INTERVENSI RASIONAL
Kaji skala nyere Mengetahui intensitas nyeri
Berikan posisi relaks pada Posisi relaksasi pada pasien
pasien dapat mengalihkan fokus
pikiran pasien pada nyeri
Ajarkan teknik distraksi dan Teknik relaksasi dan distraksi
relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri
Berikan lingkungna yang Meningkatkan relaksasi pasien
nyaman, dan aktifitas hiburan
Kolaborasi pemberian Analgesic mengurangi nyeri
analgesik

1. Diagnos keperawatan : gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan


nyeri saat mobilitas
INTERVENSI RASIONAL
Kaji tingkat mibilisasi pasien Menunjukkan tingkat mobilisasi pasien dan
menentukan intervensi selanjutnya
Barikan latihan ROM Memberikan latihan ROM kepada klian untuk
mobilisasi
Anjurkan penggunaan alat bantu jika Alat bantu memperingan mobilisasi pasien
diperlukan
Monitor topnus otot Agar mendapatkan data yang akurat
Membantu pasien untuk imobilisasi ik dari Dapat membantu pasien untuk imobilisasi
perawat maupun keluarga

2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit


INTERVENSI RASIONAL
Kaji tingkat ansietas klien Mengetahui tingkat kecemasan pasien dan
menentukan intervensi selanjutnya
Bantu pasien mengungkapkan rasa cemas atau Menggali pengetahuan dari pasien dan
takutnya mengurangi kecemasan pasien
Kaji pengetahuan pasien tentang prosedur yang Agar perawat tahu beberapa tingkat
akan dijalaninya pengetahuan pasien dengan penyakitnya
Berikan informasi yang benar tentang prosedur Agar pasien mengerti tentang penyakitnya dan
yang akan dijalani pasien tidak cemas lagi

3. Gangguan bodi image berhubungan dengan deformitas dan perubahan bentuk tubuh
INTERVENSI RASIONAL
Kaji konsep diri pasien Dapat mengetahui pasien
BHSP dengan pasien Menjalin saling percaya pada pasien
Bantu pasien mengungkapkan masalahnya Menjadi tempat bertanya pasien untuk
mengungkapkan masalahnya
Bantu pasien mengatasi masalahnya Mengetahui masalah pasien dan dapat
memecahkannya

Anda mungkin juga menyukai