Strategi Pembinaan Nilai-Nilai Nasionali
Strategi Pembinaan Nilai-Nilai Nasionali
JURNAL
OLEH
M. RIDHANI HIDAYAT
A1A210038
M. Ridhani Hidayat, 2014. Strategi Pembinaan Nilai-Nilai Nasionalisme pada Siswa di SMA
KORPRI Banjarmasin. Skripsi Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan, jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lambung Mangkurat.
Pembimbing (I) Rabiatul Adawiyah, Pembimbing (II) Mariatul Kiftiah.
The method that choosen is a qualitative method with collecting data technique
through observation in order to researcher can see student’s nationalism values founding
directly, interview in order to know directly from the informant as data’s resources, and
documentation in order to make easier in collecting datas that as written document or
pictures as data’s resources. Object of research and analysis data through data reduction, data
presentation, and collecting conclusion.
The result indicate that founding program of student’s nationalism values in SMA
KORPRI implemented through activity in class or outside class. In class is through study
activity that pressured in PKn lesson while in outside class is trough school ceremony and
student’s antusiasm of following extracurricular activity like boy scout, PMR and Paskibra.
Pasal 27 ayat 3 Undang – undang Dasar 1945 yang berbunyi “Setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara”. Sesuai rumusan tersebut,
mereka yang termasuk dalam warga negara Indonesia semestinya memiliki nasionalisme dan
rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara Indonesia. Bagaimana cara kita
melakukan pembelaan Negara jika kita tidak memiliki jiwa nasionalisme yang kuat. Oleh
sebab itu pembinaan terhadap nilai-nilai nasionalisme memiliki fungsi yang sangat vital.
Suardi (2007:24) mengatakan ‘’Nasionalisme adalah suatu paham atau ajaran untuk
mencintai bangsa dan Negara atas kesadaran keanggotaan atau warga Negara yang secara
nasionalisme hanya akan timbul pada diri seseorang jika memiliki suatu kesadaran sebagai
Wariyanto (2007) berpendapat bahwa “kesadaran akan persatuan dan kesatuan bangsa
penting bagi generasi muda sebagai sistem nilai sehingga secara moral mereka akan berbuat
Akan tetapi menurut Kusumawati (2011:17) “rasa nasionalisme pada anak didik di
sekolah mulai berkurang”. Keadaan seperti itu akan berbahaya, sebab generasi muda dan
siswa sekolah merupakan generasi penerus yang akan melanjutkan pembangunan bangsa ini
menuju kearah yang lebih baik. Apabila generasi mudanya sudah tidak mencintai bangsanya
tentu saja lambat laun negara itu akan hancur. Hal ini tentu saja sangat mengkhawatirkan,
karena remaja sebagai generasi muda yang notabene generasi penerus bangsayang akan
yang benar-benar memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Di samping itu, siswa sekolah
sekarang ini lebih suka menggunakan bahasa gaul atau bahasa yang tidak sesuai dengan
kaidah berbahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-harinya
dibandingkan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahkan remaja
sekarang juga lebih merasa bangga dengan menggunakan produk luar negeri daripada produk
pengajaran, dan atau pelatihan untuk meningkatkan paham, rasa, dan semangat kebangsaan
yang baik pada siswa, yang ditunjukkan dengan mengutamakan tingkah laku bersaudara,
demokratis, saling menerima dan menghargai, serta saling menolong dan berinteraksi sosial
SMA KORPRI Banjarmasin didirikan pada tanggal 1 November 1986 oleh Yayasan
Kayutangi Blok IV Kecamatan Banjar Utara, Banjarmasin. Statusnya sebagai sekolah swasta
sangat menarik untuk dijadikan sebagai tempat penelitian dalam strategi pembinaan nilai-
nilai nasionalisme. Dari hasil observasi dan wawancara sementara peneliti menemukan
informasi dari kepala sekolah bahwa penekanan terhadap pembinaan nilai-nilai nasionalisme
lainnya. Selain itu, dampaknya terhadap siswa terlihat dengan kentalnya rasa nasionalisme
yang ada pada diri siswa. Misalnya saja, siswa SMA KORPRI Banjarmasin sangat tertib dan
serius dalam mengikuti kegiatan upacara bendera. Kegiatan seperti PMR dan Paskibra
banyak diminati oleh siswa di SMA KORPRI Banjarmasin. Selain itu kegiatan Pramuka
dijadikan sebagai kegiatan ekstrakurikuler yang wajib diikuti oleh siswa demi membina nilai-
nilai nasionalisme siswa. Dengan melihat hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
tersebut.
B. KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Nasionalisme
Sumarmi (2006:20) menyatakan bahwa “nasionalisme berasal dari kata nasional (bahasa
Belanda, national) yang berarti paham atau ajaran untuk mencintai bangsa dan negara sendiri
atau kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial mempertahankan
2. Nasionalisme Indonesia
revolusioner, kemudian nasionalisme persatuan dari kesatuan, dan yang terakhir adalah
nasionalisme kosmopolitan”.
Menurut Hamengku Buwono X (2008:88) “di era reformasi dan otonomi ini makna
nasionalisme justru terasa kabur untuk tidak mengatakan sama sekali tidak dimengerti.
Bahkan sebagai akumulasi dan sejarah perkembangan nasionalisme itu sendiri, nasionalisme
tidak jarang disebut-sebut sebagai sesuatu yang using atau ketinggalan zaman”.
4. Macam-Macam Nasionalisme
Nasionalisme dalam arti sempit adalah perasaan kebangsaan atau cinta terhadap
bangsanya yang sangat tinggi dan berlebihan, namun terhadap bangsa lain memandang
rendah. Suprapto (,2007 : 39) mengungkapkan bahwa “Hal ini sering disamakan dengan
jingoism atau chauvinism seperti yang pernah dianut bangsa Jerman di masa 1933-1945 yang
atau bangga terhadap tanah air dan bangsanyadengan tetap menghormati bangsa lain karena
5. Bentuk-Bentuk Nasionalisme
(2008:34-35) nasionalisme di dunia ini terdiri atas berbagai bentuk, sebagai berikut :
d. Nasionalisme budaya
e. Nasionalisme kenegaraan
f. Nasionalisme agama
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam diri masyarakat Indonesia. Pengaruh
globalisasi tersebut telah membuat banyak masyarakat kehilangan kepribadian diri sebagai
bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan
sehari- hari.
Tilaar (2007:27) menjelaskan bahwa “masyarakat modern dewasa ini bergerak dengan
sangat cepatya. Dunia telah merupakan satu desa kecil. Kemajuan teknologi informasi serta
komunikasi menyebabkan hubungan antara manusia menjadi sangat cepat dan tanpa batas.
Manusia dewasa ini hidup dalam dunia tanpa batas (borderless world)”. Inilah paradox dari
hidup.
Menurut Hamengku Buwono X (2008:88) “di era reformasi dan otonomi ini makna
nasionalisme justru terasa kabur-untuk tidak mengatakan sama sekali tidak dimengerti.
Bahkan sebagai akumulasi dan sejarah perkembangan nasionalisme itu sendiri, nasionalisme
Menurut Budiyanto (2007:30) dengan mengerti dan memahami akan pentingnya nilai-
nilai nasionalisme bagi setiap warga Negara, kita diharapkan mampu menjunjung tinggi
Generasi muda adalah salah satu aset Indonesia pada masa yang akan datang. Bangsa
mendatang. Tentu saja harus ada upaya-upaya untuk menanamkan sebuah ciri khas budaya
bangsa ini untuk membedakannya dengan orang dari negara lain. Selain itu adanya budaya
lokal yang melekat pada diri pemuda-pemuda Indonesia akan mampu memperkuat jati diri
lepaskan dari peran dunia pendidikan. Maka sekolah atau lembaga pendidikan menjadi salah
C. METODE PENELITIAN
1. Alasan Menggunakan Metode Kualitatif
KORPRI Banjarmasin ini menggunakan metode kualitatif. Hal ini dikarenakan permasalahan
yang diteliti holistik, kompleks dinamis dan penuh makna. Sehingga tidak mungkin data
tentang strategi pembinaan nilai-nilai nasionalisme pada siswa SMA KORPRI Banjarmasin
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA KORPRI Banjarmasin yang beralamat di jalan
sekolah ini beralasan pertama karena SMA KORPRI Banjarmasin merupakan sekolah
berstatus swasta yang terkenal tegas dalam membina nilai-nilai nasionalisme pada siswa-
siswinya
3. Sumber Data
Data yang dikumpulkan adalah mengenai Strategi Pembinaan Nilai – Nilai Nasionalisme
pada Siswa di SMA KORPRI Banjarmasin. Sumber Data yang yang digunakan adalah
purposive Sampling, dalam teknik ini pemilihan informan yang dimintai keterangan sudah
4. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen penelitian adalah peneliti sendiri yang artinya peneliti
mengenai pembinaan nilai – nilai nasionalisme siswa. Selain itu alat bantu yang digunakan
dalam penelitian ini berupa buku catatan, kamera serta handphone yang digunakan untuk
wawancara langsung dari observasi, yang sewaktu-waktu dapat digunakan sebagai bukti
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak mendapatkan data
yang memenuhi standar, sehingga teknik pengumpulan data merupakan langkah yang
penting dalam sebuah penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
merupakan pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu, dan
D. TEMUAN PENELITIAN
1. Strategi pembinaan nilai-nilai nasionalisme siswa di SMA KORPRI Banjarmasin
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa tingkat nasionalisme pada siswa di SMA
KORPRI sudah terbina cukup baik. Pembinaan nilai-nilai nasionalisme di SMA KORPRI
merupakan pihak yang memiliki andil besar dalam pembinaan nilai-nilai nasionalisme. Hal
ini dilakukan guru SMA KORPRI Banjarmasin dengan cara menjadi teladan dan
menunjukkan kepedulian yang tinggi sehingga dapat membangkitkan peranan yang sangat
kuat bagi guru sebagai pendidik di mata siswanya. Pembinaan nilai-nilai nasionalisme di
SMA KORPRI Banjarmasin ditempuh melalui berbagai cara seperti kegiatan upacara
SMA KORPRI Banjarmasin telah terimplementasi dengan cukup baik. Kepala sekolah SMA
KORPRI sendiri mengutarakan bahwa memang bila dibandingkan dari segi input nilai SMA
KORPRI Banjarmasin akan tertinggal jauh dari SMA-SMA favorit di Banjarmasin. Tetapi
kekurangan tersebut ditutupi dengan pembinaan nasionalisme yang sangat serius sehingga
bisa dikatakan nilai-nilai nasionalisme siswa sudah terimplementasi dengan baik. Memang
E. PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa tingkat nasionalisme pada siswa di SMA
KORPRI sudah terbina cukup baik. Pembinaan nilai-nilai nasionalisme di SMA KORPRI
Banjarmasin sangat ditekankan kepada siswa ini sesuai dengan teori Danu Nugraha (2012)
bahwa “pembinaan nilai-nilai nasionalisme tidak bisa kita lepaskan dari peran dunia
pendidikan. Maka sekolah atau lembaga pendidikan menjadi salah satu tempat untuk
Guru di SMA KORPRI Banjarmasin merupakan pihak yang memiliki andil besar
dalam pembinaan nilai-nilai nasionalisme. Hal ini dilakukan guru SMA KORPRI
Banjarmasin dengan cara menjadi teladan dan menunjukkan kepedulian yang tinggi sehingga
dapat membangkitkan peranan yang sangat kuat bagi guru sebagai pendidik di mata
siswanya. Hal ini sesuai dengan teori Sely Setyawati (2011) bahwa “penguatan peran
pendidik dan peserta didik agar terjalin sinergi antara implementasi kegiatan transfer ilmu
yang tetap mengedepankan kualitas dengan terwujudnya peserta didik yang bermoral dan
berbagai cara. Salah satunya adalah kegiatan upacara bendera yang dilaksanakan tiap hari
senin dengan melibatkan siswa terutama yang aktif di Organisasi Intra Sekolah (OSIS)
sebagai petugas upacara. Hal ini sesuai dengan salah satu teori Sely Setyawati. Menurut Sely
Setyawati (2011) “salah satu upaya dalam membina nasionalisme di sekolah adalah dengan
melalui kegiatan belajar mengajar dan sangat ditekankan pada saat pembelajaran PKn. Hal ini
sejalan dengan pendapat Sely Setyawati (2011) bahwa “Dalam setiap kegiatan
juga dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka yang wajib diikuti oleh
siswa kelas X dan XI, kemudian Paskibra, dan PMR. Adanya kegiatan pengembangan diri
bagi siswa yang memiliki muatan nasionalisme di dalamnya seperti ini akan lebih
memudahkan dalam melakukan pembinaan nilai-nilai nasionalisme siswa. Ini juga sesuai
dengan teori Sely Setyawati. Menurut Sely Setyawati (2012) ada berbagai cara pendidik
pengembangan diri. Kegiatan ini merupakan kegiatan di luar jam pelajaran sebagai bagian
integral dari kurikulum sekolah. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui layanan Bimbingan
memecahkan masalah.
F. PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Gambaran nasionalisme siswa di SMA KORPRI Banjarmasin sudah cukup tinggi dan
SMA KORPRI Banjarmasin. Guru merupakan pihak yang memiliki andil besar dalam
membina nasionalisme pada diri siswa tersebut dengan jalan menjadi teladan dan
memberikan kepedulian yang yang tinggi sehingga dapat membangkitkan peranan yang
sangat kuat bagi guru sebagai pendidik di mata siswanya. Strategi pembinaan nilai-nilai
maupun di luar kelas. Di dalam kelas dilaksanakan melalui kegiatan belajar mengajar
dan ditekankan pada mata pelajaran PKn sedangkan di luar kelas dilaksanakan melalui
kegiatan upacara bendera dan kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka yang diwajibkan
tetapi sudah bisa ditanggulangi oleh pihak sekolah. Respon siswa pun sudah cukup
baik melihat dari pengetahuan siswa mengenai nasionalisme, kecakapan siswa dalam
Paskibra.
2. Saran
a. Hendaknya sekolah mengatur jadwal kegiatan ekstrakurikuler secara lebih
kepada siswanya demi terbinanya nilai-nilai nasionalisme siswa yang lebih baik lagi
yang memiliki muatan pembinaan nilai-nilai nasionalisme agar siswa dapat lebih
mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Kansil, C.S.T., dan Kansil, Christine S.T. 2011. Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara.
Jakarta: Rineka Cipta.
Kusumawati, Adik Nur. (2011). Kinerja Guru PKn dalam Meningkatkan Nasionalisme Siswa.
Listyarti, Retno. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Erlangga
Nita, Moa Kornelius. 2007. Sumpah Pemuda, Momentum Kebangkitan.
(http//www.indomedia.com/poskup/2007, diakses pada tanggal 4 Februari 2014)
Nugraha, Danu.2012.Menggugat Nasionalisme dalam Dunia Pendidikan. (online),
(http://mjeducation.com/menggugat-nasionalisme-dalam-dunia-pendidikan, diakses 4
Februari 2014)
Samani, Muchlas. 2006. Menggagas Pendidikan Bermakna. Surabaya: SIC.
Sely Setyawati Sekartaji. 2011. Penanaman Rasa Nasionalisme: Menumbuhkan Rasa
Nasionalisme (online), (http://penanamanrasanasionalisme.blogspot.
com/2011/11/penanaman-rasa-nasionalisme.html, diakses 4 Februari 2014)
Smith, Anthony D. 2012. Nasionalisme Teori Ideologi Sejarah. Jakarta: Erlangga.
Suardi, Abubakar, dkk.2007.Pendidikan Kewarganegaraan Menuju Masyarakat
Madani.Yogyakarta:Yudistira
Sultan Hamengku Buwono X. 2008. Merajut Kembali Keindonesiaan Kita .Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama
Sumarmi. 2006. Citra Pendidikan Kewarganegaraan. Klaten: Sekawan.
Suprapto, dkk. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Bumi Aksara.
Syaifuddin, Alia dan Nuha. 2006.Pendidikan Saat krisis Nasionalisme. Semarang: Suara
Merdeka
Tanty Erlianingsih. 2012. Menumbuhkan Semangat Nasionalisme dalam Bingkai Pendidikan
Karakter (online), (http://www.lazuardibirru.org/gurupencerah/ kolom-
gurupencerah/menumbuhkan-semangat-nasionalisme-dalam-bingkai-pendidikan-
karakter/, diakses 4 Februari 2014)
Tilaar. 2007. Mengindonesia : Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia. Jakarta : PT Rineka
Cipta.
Wahyu. 2012.Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif.
Banjarmasin. Unlam
Wariyanto, Agus. 2007 Menggugah Nasionalisme Pemuda(http://
www.wawasandigital.com/Menggugah-Nasionalisme-Pemuda, diakses pada tanggal 24
Januari 2014)
Wiyanto, Adi. 2009. Nasionalisme (http://wiyantoa86.wordpress.com/2009/11/09/
nasionalisme, diakses pada tanggal 4 Mei 2014)