Usus Buntu PDF
Usus Buntu PDF
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sebagai penyakit usus buntu. Apendisitis akut merupakan kasus bedah emergensi
yang paling sering ditemukan pada anak-anak dan remaja (Anonim, 2011).
apendektomi merupakan salah satu operasi darurat yang sering dilakukan diseluruh
dunia (Paudel et al., 2010). Faktor potensialnya adalah diet rendah serat dan
konsumsi gula yang tinggi, riwayat keluarga serta infeksi (Mazziotti et al., 2008).
Kejadian apendisitis 1,4 kali lebih tinggi pada pria dibandingkan dengan wanita
(Craig, 2010). Insidensi apendisitis lebih tinggi pada anak kecil dan lansia (Smeltzer
et al, 2002).
apendisitis diderita oleh 418 juta jiwa di seluruh dunia, 259 juta jiwa darinya adalah
laki-laki dan selebihnya adalah perempuan, dan mencapai total 118 juta jiwa di
kawasan Asia Tenggara. Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu sehingga
penyakit ini dapat menyebabkan nyeri dan beberapa keluhan lain seperti mual,
muntah, konstipasi atau diare, demam yang berkelanjutan dan sakit perut sehingga
tahun, dimana terjadi 4 per 1000 anak di bawah usia 14 tahun (Hartman et al., 2000).
2
Apendisitis bisa terjadi pada semua golongan usia, namun sering terjadi di bawah
dengan bertambahnya umur dan memuncak pada remaja. Apendisitis jarang terjadi
pada anak dengan umur kurang dari 10 tahun dan sangat jarang pada anak kurang dari
penyakit urutan keempat terbanyak di Indonesia pada tahun 2006. Jumlah pasien
rawat inap penyakit apendiks pada tahun tersebut mencapai 28.949 pasien, berada di
urutan keempat setelah dispepsia, duodenitis, dan penyakit cerna lainnya. Pada rawat
jalan, kasus penyakit apendiks menduduki urutan kelima (34.386 pasien rawat jalan),
masuk dalam daftar 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di
berbagai wilayah Indonesia dengan total kejadian 30,703 kasus dan 234 jiwa yang
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Seperti apakah karakteristik pasien apendisitis dilihat dari usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tempat tinggal, diet, lokasi nyeri, riwayat
2013), WHO Guidelines for Safe Surgery (WHO, 2009), dan Antimicrobial
apendisitis?
C. Tujuan Penelitian
RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta pada periode Januari 2010 - Desember 2014
D. Manfaat Penelitian
untuk:
E. Tinjauan Pustaka
1. Apendisitis
a. Definisi
dapat menurunkan suplai darah ke dinding usus buntu. Hal ini menyebabkan
kematian jaringan dan usus buntu bisa pecah atau meledak sehingga
5
mengakibatkan bakteri dan tinja masuk ke dalam perut. Kejadian ini disebut
usus buntu yang pecah. Sebuah usus buntu yang pecah bisa menyebabkan
peritonitis atau disebut infeksi perut. Apendisitis paling sering terjadi pada
usia 10 sampai 30 tahun yang merupakan alasan umum untuk operasi pada
anak-anak, dan merupakan bedah emergensi yang paling umum terjadi pada
terletak pada pangkal usus besar di daerah perut bagian kanan bawah (John et
al., 2008). Ukuran apendiks pada orang dewasa berkisar antara 6 sampai 7 cm
b. Patofisiologi
1) Apendisitis akut
diikuti dengan rasa mual dan muntah sehingga bisa menyebabkan anoreksia,
dan peningkatan nyeri lokal pada perut bagian kanan bawah. Lamanya rasa
nyeri ini berlangsung selama 24 sampai 36 jam. Penyebab apendisitis akut ini
2) Apendisitis Kronis
Apendisitis kronis terjadi apabila ada rasa nyeri di perut bagian kanan
terganggu dan lebih dari dua minggu. Nyeri yang dirasakan dapat berlangsung
secara terus-menerus dan bisa bertambah berat parah kemudian mereda lagi
c. Epidemiologi
apendisitis lebih rendah terjadi pada pola makan yang mengonsumsi serat
Kadar kematian meningkat sebanyak 20% pada pasien yang berusia lebih 70
tahun karena penundaan diagnostik dan terapetik. Kadar perforasi lebih tinggi
pada pasien yang berusia lebih muda dari 18 tahun dan pasien yang lebih tua
al., 1990).
7
d. Etiologi
dan gangguan aliran darah, masih tetap diperkirakan faktor utama dalam
yang rendah serat, bakteri dan infeksi kuman (Prem et al., 2009). Faktor yang
cairan intraluminal, kongesti dinding apendiks serta obstruksi vena dan arteri
Flora pada apendiks normal mirip dengan usus besar yang mempunyai
jenis bakteri yang sering terisolasi dan akan terbiak pada organ dalam yang
e. Patogenesis
2007).
pada 30% kasus positif usus buntu. Reaksi inflamasi yang disertai dengan
9
ulserasi cukup untuk menghalangi lumen usus buntu kecil bahkan kelihatan
tidak jelas. Obstruksi paling sering disebabkan oleh fekalith, yang dihasilkan
dari akumulasi dan penebalan logam tinja sekitar serat sayuran (Felson, 2008).
dan muntah. Hal ini karena saraf visceral dari struktur pertengahan usus
Ketika peradangan berkembang bisa mencapai luar usus buntu, dari serabut
somatosensori dan nyeri terlokalisasi pada fosa iliak kanan, melapisi usus
buntu inflam. Setelah diobati, usus buntu dapat berkembang membentuk abses
(Satish, 2004).
Nyeri dapat berbeda untuk setiap orang, karena usus buntu bisa terjadi
pada organ yang berbeda. Hal ini dapat membingungkan dan sulit untuk
kemudian pindah ke perut bagian bawah kanan. Nyeri yang dirasakan bisa
lebih terasa sakitnya apabila berjalan atau berbicara. Selama kehamilan letak
usus buntu lebih tinggi pada bagian perut, sehingga rasa sakit mungkin bisa
datang dari perut bagian atas. Pada orang tua, gejala sering tidak terlihat
barat. Jarang terjadi pada usia di bawah 2 tahun dan banyak pada dekade
kedua (10 - 19 tahun) atau ketiga (20 - 29 tahun), akan tetapi dapat terjadi
f. Faktor risiko
tergantung pada usia dan gaya hidup seseorang. Terdapat beberapa faktor
risiko yang dilihat pada pasien apendisitis secara umumnya seperti berikut
(Anonim, 2007):
1) Umur
Apendisitis dapat terjadi pada semua kelompok umur tetapi lebih umum pada
2) Jenis kelamin
Lelaki lebih dominan, dengan rasio laki-laki : perempuan (1,4:1) dan secara
menyeluruh, risiko seumur hidup untuk laki-laki adalah 8,6% dan perempuan
6,7%.
3) Diet
Individu yang kurang asupan makanan berserat dan kaya dalam asupan
4) Genetika
Posisi tertentu usus buntu yang merupakan predisposisi untuk infeksi, berjalan
5) Infeksi
apendisitis.
dan pada umur serta jenis kelamin pasien. Walaupun pada dasarnya apendiks
timbul dari dinding posteromedial usus besar, apendix juga terdapat pada
Sebagai akibat, lokasi yang bervariasi ini bisa mempengaruhi presentasi klinis
klinis apendisitis yang paling akurat adalah nyeri pada kuadran kanan bawah,
(Birnbaum, 2000).
12
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri sering terasa pada
bagian tengah abdomen karena stimulasi aksi yang mendalam pada bagian
tengah kanal alimentari. Secara umum, nyeri terasa apabila terjadi obstruksi
atau penggelembungan, tetapi nyeri bisa menjadi lebih konstan pada kasus
yang non-obstruksi. Nyeri bertambah parah dan beralih ke arah kanan iliac
jam biasanya rasa nyeri itu sedikit demi sedikit menghilang dan beralih ke
kuadran kanan bawah dan rasa sakitnya itu menetap dan bertambah berat dan
Mual dan muntah yang berlarutan, 1-3 kali sehari. Mual dan muntah ini
dikarenakan obstruksi usus kecil dan juga infeksi virus gastroenteritis (Silen,
3) Demam
Demam yang tidak terlalu tinggi antara 37,5 dan 38,8⁰C (Philip, 2007),
4) Lain-lain
Pada beberapa kasus, juga muncul gejala seperti diare dan konstipasi
(Insecu, 2004). Pada bayi dan anak-anak, nyeri yang terjadi akan bersifat
menyeluruh, di semua bagian perut (Tucker, 2004). Pada pasien lanjut usia,
gejala-gejalanya tidak senyata pasien yang lebih muda. Pada wanita hamil,
Tanda-tanda yang
Golongan umur Gejala Klinis
ditemukan
Anak Muntah, diare, tidak Peningkatan temperatur,
nyaman sehinggakan nyeri perut
menangis terus, rasa
kurang selesa pada
panggul kanan
Prasekolah Nyeri perut, demam, Kuadran kanan bawah
muntah, “hamburger lebih sering nyeri
sign”, muntah yang
disertai nyeri
Usia sekolah dan remaja Nyeri periumbilikalis Nyeri bagian kuadran
yang melokalisasi ke kanan bawah, nyeri yang
kuadran kanan bawah, terasa dan kemudian
berhubungan dengan mereda lagi
mual, muntah, anoreksia
(Reynolds et al., 1992).
14
h. Diagnosis
dan temuan pada hasil radiografis. Antara diagnosis yang sering dilakukan
adalah seperti:
1) Gejala/keluhan utama
Rasa nyeri di sekitar epigastrum menjalar ke perut kanan bawah. Nyeri yang
dirasakan berlaku selama beberapa jam (Robbinset al., 2005). Keluhan yang
menyertai antara lain, mual dan muntah yang bisa menyebabkan anoreksia,
2) Pemeriksaan fisik
Rasa nyeri lepas tekan dilakukan dengan menekan perlahan pada bagian perut
menggunakan satu jari. Hal ini dilakukan untuk mendekteksi bagian mana
yang dirasakan nyeri. Apabila diminta supaya batuk, pasien bisa menyatakan
dengan jelas di mana rasa nyerinya, sehingga, itu merupakan tanda adanya
iritasi pada bagian peritoneal. Ketuk dengan perlahan juga bisa menimbulkan
a) Inspeksi
mana rasa nyerinya, sehingga itu merupakan tanda adanya iritasi pada bagian
b) Palpasi
Nyeri lepas tekan (rebound tenderness) adalah nyeri pada abdomen di kuadran
c) Perkusi
Rasa nyeri yang dialami apabila diketok dengan perlahan di bagian abdomen
3) Pemeriksaan laboratorium
a) Hematologi
Mikroskopik hematuria dan pyuria hadir pada satu per empat pasien
b) Urinalisis
pelvik berpotensi untuk punya leukosit atau sel darah merah dalam urin
terinfeksi sekiranya terdapat tanda-tanda klinis yang tidak jelas (John et al.,
2008).
c) Tes kehamilan
Tes kehamilan adalah vital pada setiap wanita yang bisa mereproduksi supaya
4) Gambaran radiologi
2014).
Sembilan visual MRI telah pun di teliti: diameter apendiks >7 mm,
2013).
c) Ultrasonography
Metode ini sangat membantu dalam untuk mendeteksi jaringan tubuh yang
(Philip, 2007).
Metode ini tidak perlu dilakukan pada pasien apendisitis, kecuali pada kondisi
bebas yang keluar dari apendiks yang bolong (apendisitis perforasi) (Philip,
2007) dan tidak tampak terjadi kelainan spesifik pada foto polos abdomen,
2006).
i. Prognosis
al., 2001).
Morbiditas dan mortalitas apendisitis akut masih cukup tinggi. Hal ini
diagnos klinis pada pasien apendisitis. Skor Alvarado merupakan sistem skor
yang paling dikenali namun hasilnya masih terlalu bervariasi (Philip, 2007).
Skor
Nyeri bermigrasi dari bagian tengah perut ke kanan 1
ilia fosa
Anoreksia 1
Mual atau muntah 1
Neutrofilia ≥ 75% 1
Total 10
(Philip, 2007).
j. Tatalaksana terapi
waktu 8 hingga 12 jam, apabila tanda dan gejala apendisitis yang dialami
masih belum jelas (Anonim, 2000). Jika diagnosis masih belum pasti, maka
19
pasien harus diamati dan diperiksa abdomen serta pelvis pada interval waktu
tertentu karena tidak ada gunanya memperpanjang waktu observasi dan tidak
ada yang boleh diberikan lewat mulut. Jika diperkirakan ada perforasi atau
atau apendisitis perforasi yang disertai peritonis kalau tersedia fasilitas serta
Satu sayatan akan dibuat (sekitar 5 cm) di bagian bawah kanan perut,
lebih besar, sebesar 7 sampai 8 cm (Sabiston, 2001) jika usus buntu telah
b) Apendektomi Laparoskopi
2011).
3) Pasca Operasi
jam tidak terjadi gangguan, maka pasien dikatakan baik dan selama waktu itu,
pasien dipuasakan. Selama 4 sampai dengan 5 jam, pasien diberikan minum mulai
harus segera disarankan untuk pasien setelah operasi dan pasien dapat keluar dari
k. Obat-obat apendisitis
a) Penisilin
dinding sel. Obat ini berdifusi dengan baik di jaringan dan cairan tubuh, tapi
penetrasi ke dalam cairan otak kurang kecuali jika selaput otak mengalami
infeksi. Obat ini disekresi ke urin dalam kadar terapetik. Probenesid menghambat
ekskresi penisilin dalam tubulus ginjal sehingga kadar dalam darah lebih tinggi
b) Sefalosporin
gram positif dan gram negatif tapi spektrum antimikroba masing-masing derivat
Sefaleksin, sefradin, sefaklor dan sefadroksil dapat diberikan per oral karena
dalam bentuk utuh ke urin, kecuali sefoperazon yang sebagian besar diekskresi
melalui empedu. Oleh karena itu, dosisnya harus disesuaikan pada pasien
berspektrum sempit. Dalam hal ini, berspektrum sempit adalah relatif karena
penisilin spektrum luas. Contoh dari generasi pertama adalah sefazolin dan
sefaleksin. Generasi kedua mempunyai stabilitas yang lebih baik, dan aktivitasnya
terhadap bakteri gram bakteri negatif lebih tinggi. Contoh dari generasi kedua
lebih luas dan lebih resisten terhadap enzim β-laktamase. Contoh dari generasi
yang lebih baik. Contoh dari generasi keempat adalah sefepim dan sefpirom
Reaksi alergi merupakan efek samping yang paling sering terjadi. Reaksi
anafilaksis dengan spasme bronkus dan urtikaria dapat terjadi. Reaksi silang
biasanya terjadi pada pasien dengan alergi penisilin berat, sedangkan pada alergi
c) Aminoglikosida
positif dan gram negatif. Aminoglikosida tidak diserap melalui saluran cerna,
sehingga harus diberikan secara parenteral. Ekskresi terutam melalui ginjal. Pada
gangguan fungsi ginjal dapat terjadi akumulasi. Sebagian besar efek samping
tergantung dari besarnya dosis, oleh karena itu dosis perlu diperhatikan dengan
harus dihindari dari pada miastenia gravis. Dosis besar yang diberikan dapat
yang biasanya terjadi pada orang tua atau pasien gangguan fungsi ginjal (Anonim,
2000).
d) Metronidazol
bedah (Anonim, 2000). Antiemetik atau obat mual adalah obat yang digunakan
untuk mengatasi rasa mual dan muntah. Antiemetik secara khusus digunakan
24
untuk mengatasi mabuk perjalanan dan efek sampai dari analgesik golongan
opiat, anestesi umum, dan kemoterapi yang digunakan untuk melawan kanker,
juga untuk mengatasi vertigo (pusing) atau migren (Mutschler et al., 1991).
Terapi antiemetik untuk pasien dengan gangguan elektrolit akibat sekunder dari
muntah, anoreksia berat, memburuknya status gizi atau kehilangan berat badan.
25
et al., 2012):