Anda di halaman 1dari 18

Bahan Ajar Pendidikan Kewarganegaraan

A
Tata p Muka ke 4 .
T
UJ
HAK ASASI MANUSIA U
A
N
P
E
M
B
E

M
ahasiswa mampu Lmemahami dan menghayati
AJ
pengertian Hak Asasi Manusia menunjukkan sikap
A
perilakunya yang baik dalam kehidupan bermasyarakat,
R
berbangsa dan bernegara.
A
N
B .P O KO K- P O KO K I S I M AT E R I

Untuk mencapai Tujuan pembelajaran pada modul ini anda akan


mempelajari:
1. Pengertian HAM
2. Sejarah penegakan HAM di Barat
3. HAM antara universalitas dan realitivitas
4. Gender dan HAM
5. Perbedaan konsep HAM antara Barat dan Timur

C. Uraian Materi

1
Bahan Ajar Pendidikan Kewarganegaraan

1. Pengertian HAM

Secara etimologis, Hak Asasi Manusia


terbentuk dari 3 kata, hak, asasi, dan manusia. Hak
Asasi Manusia (HAM) dalam bahasa Indonesia
diartikan sebagai hak-hak mendasar pada diri
manusia

Hak Asasi Manusia adalah hak dasar yang


dimiliki manusia sejak manusia itu dilahirkan. Hak
asasi dapat dirumuskan sebagai hak yang melekat
dengan kodrat kita sebagai manusia yang bila tidak
ada hak tersebut maka mustahil kita dapat hidup
sebagai manusia.

John Lock menyatakan bahwa Hak Asasi


Manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung
oleh Tuhan yang maha pencipta sebagai sesuatu
yang bersifat kodrati. Karena sifatnya yang
demikian, maka tidak ada kekuasaan apapun di
dunia ini yang dapat mencabut Hak Asasi Manusia.
Ia adalah hak dasar dari setiap manusia yang
dibawa sejak lahir sebagai anugerah Tuhan yang
maha esa bukan pemberian manusia ataupun
lembaga kekuasaan. Setiap orang berhak untuk

2
Bahan Ajar Pendidikan Kewarganegaraan

mempertahankan hak asasinya masing-masing agar


tidak diganggu oleh orang lain

2. Sejarah Penegakan HAM di Barat

Sejarah hak asasi manusia berawal dari dunia Barat


(Eropa). Seorang filsuf Inggris pada abad ke-17, John Locke,
merumuskan adanya hak alamiah (natural rights) yang melekat
pada setiap diri manusia, yaitu hak atas hidup, hak kebebasan,
dan hak milik. Pada waktu itu, hak masih terbatas pada bidang
sipil (pribadi) dan politik. Sejarah perkembangan hak asasi
manusia ditandai adanya tiga peristiwa penting di dunia Barat,
yaitu Magna Charta, Revolusi Amerika, dan Revolusi Prancis.

1. Magna Charta (1215)

Piagam perjanjian antara Raja John dari Inggris dengan


para bangsawan disebut Magna Charta. Isinya adalah
pemberian jaminan beberapa hak oleh raja kepada para
bangsawan beserta keturunannya, seperti hak untuk tidak
dipenjarakan tanpa adanya pemeriksaan pengadilan. Jaminan
itu diberikan sebagai balasan atas bantuan biaya
pemerintahan yang telah diberikan oleh para bangsawan.
Sejak saat itu, jaminan hak tersebut berkembang dan menjadi
bagian dari sistem konstitusional Inggris.

2. Revolusi Amerika (1776)

3
Bahan Ajar Pendidikan Kewarganegaraan

Perang kemerdekaan rakyat Amerika Serikat melawan


penjajahan Inggris disebut Revolusi Amerika. Declaration of
Independence (Deklarasi Kemerdekaan) dan Amerika Serikat
menjadi negara merdeka tanggal 4 Juli 1776 merupakan hasil
dari revolusi ini.

3. Revolusi Prancis (1789)

Revolusi Prancis adalah bentuk perlawanan rakyat Prancis


kepada rajanya sendiri (Louis XVI) yang telah bertindak
sewenang-wenang dan absolut. Declaration des droits de
I’homme et du citoyen (Pernyataan Hak-Hak Manusia dan
Warga Negara) dihasilkan oleh Revolusi Prancis. Pernyataan
ini memuat tiga hal: hak atas kebebasan (liberty), kesamaan
(egality), dan persaudaraan (fraternite).

4. African Charter on Human and People Rights (1981)

Pada tanggal 27 Juni 1981, negara-negara anggota


Organisasi Persatuan Afrika (OAU) mengadakan konferensi
mengenai HAM. Dalam konferensi tersebut, semua negara
Afrika secara tegas berkomitment untuk memberantas segala
bentuk kolonialisme dari Afrika, untuk mengkoordinasikan dan
mengintensifkan kerjasama dan upaya untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat Afrika.

4
Bahan Ajar Pendidikan Kewarganegaraan

5. Cairo Declaration on Human Right in Islam (1990)

Deklarasi Kairo tentang Hak Asasi Manusia dalam Islam


merupakan deklarasi dari negara-negara anggota Organisasi
Konferensi Islam di Kairo pada tahun 1990 yang memberikan
gambaran umum pada Islam tentang hak asasi manusia dan
menegaskan Islam syariah sebagai satu-satunya sumber.
Deklarasi ini menyatakan tujuannya untuk menjadi pedoman
umum bagi negara anggota OKI di bidang hak asasi manusia.

6. Bangkok Declaration (1993)

Deklarasi Bangkok diadopsi pada pertemuan negara-


negara Asia pada tahun 1993. Dalam konferensi ini,
pemerintah negara-negara Asia telah mengegaskan kembali
komitmennya terhadap prinsip-prinsip Piagam PBB dan
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Mereka menyatakan
pandangannya saling ketergantungan dan dapat dibagi hak
asasi manusia dan menekankan perlunya universalitas,
objektivitas, dan nonselektivitas hak asasi manusia.

7. Deklarasi PBB (Deklarasi Wina) Tahun 1993

Deklarasi ini merupakan deklarasi universal yang


ditandatangani oleh semua negara anggota PBB di ibu
kota Austria, yaitu Wina. Oleh karenanya dikenal dengan

5
Bahan Ajar Pendidikan Kewarganegaraan

Deklarasi Wina. Hasilnya adalah mendeklarasikan hak


asasi generasi ketiga, yaitu hak pembangunan. Deklarasi
ini sesungguhnya adalah re-evaluasi tahap dua dari
Deklarasi HAM, yaitu bentuk evaluasi serta penyesuaian
yang disetuju semua anggota PBB, termasuk Indonesia.

3. HAM Antara Universalitas dan


Realitivitas

Sekalipun subtansi HAM bersifat universal


mengingat sifatnya sebagai pemberian tuhan,dunia tidak
pernah sepi dari perdebatan dalam pelaksanaan HAM.
Hampir semua negara sepakat dengan prinsip universal
HAM, tetapi memeliki perbedaan pandangan dan cara
pelaksanaan HAM. Hal demikian kerap kali disebut
dengan istilah wacana universalitas dan lokalitas atau
partukalitas HAM. Partikularitas HAM terkait dengan
kekhususan yang dimiliki suatu negara atau kelompok
sehimgga tidak sepenuhnya dapat melaksanakan
prinsip- prinsip HAM universal. Kekhususan tersbut bisa
saja bersumber pada ke khasan nilai budaya , agama
dan tradisi setempat. Misalnya , hidup serumah tanpa
ikatan nikah (kumpul kebo ) atau berciuman di muka
umum dalam perspektif budaya lokal suatu negarab
keduanya di pandang sebagai praktik yang mengganggu
adat ke susilaan setempat bahkan bisa di kenakan sanksi

6
Bahan Ajar Pendidikan Kewarganegaraan

hukum. Hal serupa dapat di analogikan pada masalah


prinsip ke bebasan beragama bagi setiap orang yang di
jamin oleh HAM. Namun prinsip universal kebebasan
keyakinan ini sering kali di gugurkan oleh pandangan ke
yakinan suatu komunitas agama yang mengajarkan
untuk menyebarkan dan mengamalkan ajaran
agamanya kepada keluarga dan anggota kelompoknya
sebagai bagian dari pelaksanaan dari ajaran agama yang
di yakininya

Perdebatan antara universalitas dan partikular HAM


tercermin dalam dua teori yang saling berlawanan: teori
relativisme kultural dan teori universalitas HAM. Teori
relativisme kultural berpandangan bahwa nilai-nilai moral
dan budaya bersifat partikular. Para penganut teori ini
berpendapat bahwa tidak ada hak yang universal,semua
tergantung pada kondisi sosial kemasyarakatan yang ada.
Hak hak dasar bisa diabaikan atau disesuaikan dengan
praktik-peraktik sosial. Oleh karenanya, ketika
berbenturan dengan nilai-nilai lokal, maka HAM harus
dikontekstualisasikan, sehingga nilai-nilai moral HAM
bersifat lokal dan spesifik dan hanya berlaku khusus pada
suatu negara, tidak pada negara lain.

Para penganut relativisme kultural yang mendukung


konstektualisasi HAM cenderung melihat universalitas
HAM sebagai emperialisme kebudayaan barat. Hak asasi,

7
Bahan Ajar Pendidikan Kewarganegaraan

sebgaimana ditetapkan dalam DUHAM, dipandang


sebagai peroduk politis barat, sehingga tak bisa
diterapkan secara universal. Keengganan untuk
menerapkan DUHAM secara menyeluruh juga didukung
oleh dalih pembelaan terhadap pluralitas dengan dasar
bahwa kemerdekaan pertama tama berarti kemerdekaan
untuk berbeda, sehingga penyeragaman HAM dipandang
sebagai perampasan kemerdekaan itu sendiri.

Di sisi lain,kelompok kedua (universalitas HAM)


yang berpegang pada teori radikal universalitas HAM
berargumen bahwa perbedaan kebudayaan bukan berarti
membenarkan perbedaan konsepsi HAM. Perbedaan
pengalaman historis dan sisitem nilai tidak meniscayakan
HAM dipahami secra berbeda dan diterapkan secara
berbeda pula dari satu kelompok ke kelompok budaya
lain. Menurut teori ini semua nilai termasuk nilai-nilai
HAM adalah bersifat universal yang tidak bisa
dimodifikasi untuk menyesuaikan adanya perbedaan
budaya dan sejarah suatu negara. Kelompok ini
menganggap hanya ada satu paket pemahaman
mengenai HAM, bahwa nilai-nilai HAM berlaku sama
dimana pun dan kapanpun serta dapat diterapkan pada
masyarakat yang mempunyai latar belakang budaya dan
sejarah yang berbeda. Dengan demikian, pemahaman
dan pengakuan terhadap nilai-nilai HAM berlaku universal.

8
Bahan Ajar Pendidikan Kewarganegaraan

4. Gender dan HAM

Istilah gender pertama kali diperkenalkanoleh


Robert Stoller (1968) untuk memisahkan pencirian manusia
secara sosial budaya dan fisik biologis. Lalu merujuk pada
Women’s Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah
konsep cultural yang berupaya membuat perbedaan dalam hal
peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional antara
laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.
Ada pula berkembang pengertian bahwa konsep gender adalah
sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan
yang dikonstruksi secara sosial maupun cultural.
Sejarah perbedaan gender antara kaum laki-laki dan
perempuan terjadi melalui suatu proses panjang seperti
dibentuk, disosialisasikan, diperkuat dan bahkan dikonstruksi
secara sosio cultural melalui ajaran agama maupun negara.
Studi tentang gender lebih menekankan pada perkembangan
aspek maskulinitas atau feminitas, namun studi tentang sex
lebih menekankan pada perkembangan aspek biologis.
 Perspektif Teori Gender
Ada beberapa teori yang dikenal dan dapat
dipergunakan sebagai rujukan untuk menjelaskan latar
belakang perbedaan dan persamaan peran gender yaitu:
Teori Psiko-analisis. Perbedaan gender ditentukan oleh
faktor psikologis berdasarkan ajaran 5 tahapan
psikoseksual Sigmund Freud (oral stage, anal stage,

9
Bahan Ajar Pendidikan Kewarganegaraan

phallic stage, talency stage, genital stage). Teori


Struktural Fungsional. Stabilitas dalam masyarakat
terbentuk akibat adanya sistem kehidupan yang
terintegrasi. Laki-laki dan perempuan, masing-masing
menjalankan peran sesuai fungsinya. Teori Konflik,
ditandai adanya situasi basis ekonomi yang tidak
sehingga memicu terjadinya konflik dan perubahan
sosial.Teori Feminis,ditandai adanya semangat
mendengungkan kemitraan sejajar antara laki-laki dan
perempuan serta agar meninjau kembali sistem
patriarchi. Kaum perempuan meyakini bahwa kodrat
perempuan ditentukan oleh faktor budaya masyarakat
dan bukan oleh faktor biologis. Teori Sosio-Biologis.
Ditandai oleh kondisi bahwa fungsi reproduksi perempuan
dianggap sebagai penghambat untuk mengimbangi
kekuatan dan peran laki-laki. Di sisi lain, aspek sosial dan
biologis laki-laki dianggap lebih unggul daripada
perempuan.
Unsur Kesetaraan Gender dan Hak Asasi Manusia
(HAM) Dalam Undang-UndangNomor 1 Tahun 1974.
Dalam rentang waktu yangsedemikian lama dan
panjang, ada tuntutan persamaan hak antara hak laki-laki
dan perempuanyang terus menerus diperjuangkan di
Indonesia. Dalam hukum adat seorang perempuan
tidakmempunyai posisi tawar menawar yang kuat.
Simbol-simbol yang ada melambangkanperempuan
menjadi “pelayan/mengabdi pada suami”. Agama Hindu

10
Bahan Ajar Pendidikan Kewarganegaraan

juga menentukan syarat dansahnya perkawinan untuk


memperoleh anak. Dalam agama Budha perbedaan
jender secara tegasterdapat pada ikrar isteri yang baik,
setia, mengabdi pada suami dalam susah dan
senang,sertataat pada petunjuk-petunjuk suami untuk
menjadi ibu yang baik. Agama Kristen Protestanmengikuti
hukum Negara untuk sahnya perkawinan.Salah satu
kebijakan negara adalah dirumuskannya kesetaraan
gender dalam bidang hukum.Di lain pihak, Pemerintah
Indonesia bertransformasi menuju negarayang
menjungjung hak asasi manusia (HAM). Hal ini bisa dilihat
darirumusanUndang-Undang yang telah disahkan
sebelumnya, yaitu Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999tentang Hak Asasi Manusia. Ketentuan yang sudah
diadopsikan ke dalam Undang-Undang Dasardiperluas
dengan memasukkan elemen baru yang bersifat
menyempurnakan rumusan yang ada,maka rumusan hak
asasi manusia dalam Undang-Undang Dasar dapat
mencakup empat kelompok materi yaitu:

a). Kelompok hak-hak sipil;


b). Kelompok hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya;
c). Kelompok hak-hak khusus dan hak atas pembangunan;
dan
d). Tanggung jawab Negara dan asasi manusia.

11
Bahan Ajar Pendidikan Kewarganegaraan

Jika kita melihat tentang perbedaan gender yang


terjadi saat ini maka akan muncul beberapa masalah
yang diakibatkan oleh gender dan lebih mengarah bagi
para kaum perempuan. Masalah-masalah yang muncul
akibat gender bagi para kaum wanita antara lainadalah:
a. Marginalisasi, adalah suatu proses yang mengakibatkan
kemiskinan. Hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor
diantaranya adalah bencana alam, konflik bersenjata
penggusuran atau proses eksploitasi.
b. Sub ordinasi, sebagai akibat dari pandangan gender
terhadap kaum perempuan. Saat ini masyarakat selalu
menempatkan perempuan pada posisi yang lebih rendah
dari pada laki-laki, akibatnya akses dan partisipasi
perempuan dalam berbagai bidang pembangunan
terbatas.
c. Stereotipe, suatu penandaan negative terhadap kaum
perempuan oleh masyarakat yang selalu membuat pihak
perempaun selalu di rugikan. Akibatnya dapat
menyulitkan, membatasi, memiskinkan dan juga
merugikan para kaum perempuan.
d. Violence ( Kekerasan), adalah serangan terhadap fisik
maupun integritas mental psikologis seseorang. Hal ini
terjadi karena ketidaksetaraan kekuatan dalam
masyarakat.
e. Beban ganda, adalah suatu pembagian tugas dan
tanggung jawab yang selalu memberatkan salah satu
pihak saja.

12
Bahan Ajar Pendidikan Kewarganegaraan

 Isu Gender Dalam Islam


Didalam agama Islam sendiri juga terjadi beberapa
masalah mengenai gender itusendiri. Dalil-dalil agama
sering kali dijadikan sebagai dalih untuk menolak
kesetaraan gender, pembagian kerja berdasarkan jenis
kelamin (publik-domestik).
Berikut ini dipaparkan beberapa prinsip kesetaraan
gender dalam Islam yang seharusnya dilihat:
1. Laki-Laki dan Perempuan Sama-Sama Hamba Allah
2. Laki-Laki Dan Perempuan Sebagai Khalifah di
MukaBumi
3. Laki-Laki Dan Perempuan Menerima Perjanjian Allah
4. Laki-Laki Dan PerempuanSama-Sama Berpotensi
Meraih Prestasi

 PendidikanBerkeadilan Gender
Ada beberapa fungsi dan tujuan mempelajari
gender. Diantaranya adalah berfungsi untuk menurunkan
atau mentransformasikan budaya dari satu generasi
kegenerasi berikutnya. Yang kedua juga dapat berfungsi
untuk mengubah perilaku kearah yang lebih baik. Dan
yang selanjutnya dengan mempelajari gender seharusnya
kita dapat berfikir bahwa sebernarnya antara orang-orang
yang maskulin dan yang feminism itu memiliki potensi
SDM yang sama.
Jadi, dari sini dapat disimpulkan bahwa dengan
mempelajari gender maka kita akan menjadi lebih

13
Bahan Ajar Pendidikan Kewarganegaraan

mengerti secara detail tentang keadilan gender dan


bagaimana batas-batasan memebedakan seorang laki-
laki dan perempuan dalam hakasasi manusia.

5. Perbedaan Ko n s e p HAM antara


Barat dan Islam
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak dasar yang
wajib dimiliki oleh setiap manusia yang hidup di dunia tanpa
terkecuali.Agama Islam sangat menjunjung tinggi dan
menghargai HAM. Dalam Islam, kewajiban yang diperintahkan
kepada manusia dibagi ke dalam dua kategori, yaitu
huquuqullah dan huquuqul ‘ibad. Huquuqullah (hak-hak) Allah
adalah kewajiban manusia kepada Allah yang diwujudkan dalam
bentuk ritual ibadah.Sedangkan huquuqul ‘ibad (hak manusia)
merupakan kewajiban manusia terhadap sesamanya dan
terhadap makhluk Allah lainnya.
Ada dua macam HAM jika dilihat dari kategori huquuqul
‘ibad.Pertama, HAM yang keberadaanya dapat diselenggarakan
oleh suatu Negara yang biasa disebut hak-hak legal.Kedua,
HAM yang tidak dapat secara langsung dilaksanakan oleh
Negara seperti hak-hak moral. Perbedaan antara keduanya
hanya terletak pada masalah pertanggung jawaban di depan
Negara. Adapun masalah sumber, sifat,
danpertanggungjawaban di hadapan Allah adalahsama.
Dalam Islam keserasiankesucian HAM jauh lebih besar daripada
hanya sekedar ibadah-ibadah ritual.Jika seseorang tidak

14
Bahan Ajar Pendidikan Kewarganegaraan

memenuhi kewajibannya di hadapan Allah dia mungkin saja


masih bisa diampuni.Namun tidak demikian dalam kasustidak
memenuhi kewajiban kepada sesame manusia.
Terdapat perbedaan yang mendasar antara konsep HAM
dalam Islam dan Barat.HAM dalam Islam didasarkan premis
bahwa aktifitas manusia sebagai khalifah Allah di muka
bumi.Sedangkan dunia Barat percaya bahwa pola tingkah laku
hanya ditentukan oleh Negara untukmencapaiaturanpublik
yang aman.
Selainitu, perbedaanmendasar terlihat dari cara
memandang HAM itu sendiri. Di barat perhatian kepada individu
timbul dari pandangan yang bersifat anthroposentris, dimana
manusia merupakan ukuran terhadap gejala sesuatu.
Sedangkan Islam menganut pandangan yang bersifat
theosentris, yaitu Tuhan, dan manusia hanya untuk mengabdi
kepadanya. Berdasarkan pandangan anthoposentris tersebut,
maka nilai-nilai utama kebudayaan Barat seperti demokrasi,
institusi sosial dan kesejahteraan ekonomi sebagai perangkat
yang mendukung tegaknya HAM itu berorientasi pada
penghargaan manusia. Dengan kata lain manusia dijadikan
sebagi sasaran akhir dari pelaksanaan HAM tersebut.
Berbeda dengan Islam yang bersifat theosentris, larangan
dan perintah lebih didasarkan ajaran Islam yang bersumber al-
Quran dan Hadits. Al-Quran menjadi transformasi dari kualitas
kesadaran manusia. Mengakui hak-hak manusai adalah sebuah
kewajiban dalam rangka kepatuhan kepada-Nya.
HAM dalam perspektif pertama (Barat) menempatkan
manusia dalam suatu setting dimana hubungannya dengan

15
Bahan Ajar Pendidikan Kewarganegaraan

Tuhan sama sekali tidak disebut. Hak asasi manusia dinilai


sebagai perolehan alamiah sejak lahir. Sedangkan HAM dalam
Islam, mengangap dan meyakini bahwa hak-hak manusia
merupaka anugerah dari Tuhan dan oleh karenanya setiap
individu akan merasa bertanggunjawab kepada Tuhan (Shihab,
1998).
Perbedaan antara Barat dan Islam dalam memadang
HAM, yang pertama lebih bersifart sekuler karena orientasinya
hanya kepada manusia sedangkan kedua bersifat religious
RA
(ketuhanan) karena orientasinyakepada Tuhan sehingga
NG
bertanggung jawab selain kepada manusia juga kepadaTuhan.
Tentunya kita sebagai KU kaum akademik dapat lebih
mengerti seputar perbedaan M terminologi HAM berdasarkan 2
AN kita tidak saling membenturkan
perspektif ini. Penulis berharap,
dua perspketif yang berbeda satu sama lain ini.

RA N G KU M A N

Hak Asasi Manusia adalah hak dasar yang dimiliki


manusia sejak manusia itu dilahirkan. Hak asasi dapat
dirumuskan sebagai hak yang melekat dengan kodrat kita
sebagai manusia yang bila tidak ada hak tersebut maka
mustahil kita dapat hidup sebagai manusia.

Sejarah hak asasi manusia berawal dari dunia Barat


(Eropa). Seorang filsuf Inggris pada abad ke-17, John Locke,

16
Bahan Ajar Pendidikan Kewarganegaraan

merumuskan adanya hak alamiah (natural rights) yang melekat


pada setiap diri manusia, yaitu hak atas hidup, hak kebebasan,
dan hak milik. Pada waktu itu, hak masih terbatas pada bidang
sipil (pribadi) dan politik. Sejarah perkembangan hak asasi
manusia ditandai adanya tiga peristiwa penting di dunia Barat,
yaitu Magna Charta, Revolusi Amerika, dan Revolusi Prancis.

EV mendasar antara konsep HAM


Terdapat perbedaan yang
ALdalam Islam didasarkan premis
dalam Islam dan Barat. HAM

UA khalifah Allah di mukabumi.


bahwa aktifitas manusia sebagai
Sedangkan dunia Barat percaya bahwa pola tingkah lakuhanya
SI
ditentukan oleh Negara untuk mencapai aturan publik yang
aman.

T E S F O R M AT I F
1. Apa penngertian Hak Asasi Manusia ?
2. Bagaimana perbedaan konsep HAM Islam dan barat ?
Kunci jawaban !
1. Hak Asasi Manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia
sejak manusia itu dilahirkan. Hak asasi dapat dirumuskan
sebagai hak yang melekat dengan kodrat kita sebagai
manusia yang bila tidak ada hak tersebut maka mustahil
kita dapat hidup sebagai manusia.

17
Bahan Ajar Pendidikan Kewarganegaraan

2. Terdapat perbedaan yang mendasar antara konsep HAM


dalam Islam dan Barat. HAM dalam Islam didasarkan
premis bahwa aktifitas manusia sebagai khalifah Allah di
mukabumi. Sedangkan dunia Barat percaya bahwa pola
tingkah lakuhanya ditentukan oleh Negara untuk mencapai
aturan publik yang aman.

A. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT


B.
C.
Pastikan Anda mampu menjawab soal-soal evaluasi. Jika
belum berhasil, silakan baca ulang bahan ajar ini dan ukur
kemampuan Anda dengan cara yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

a. Azra,Azyumardi.”Demokrasi Hak Asasi Manusia


Masyarakat Madani”.ICCE UIN.Jakarta
b. Dr. Idrus Afandi, SH, Hak Azasi Manusia (HAM), Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta, 2004
c. Ubaidilah dan Abdul Razak, 2006, Demokrasi, HAM dan
Masyarakat Madani, ICCE UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai