A. Latar Belakang
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang melaksanakan upaya penyuluhan, pencegahan dan penanganan kasus-kasus
penyakit di wilayah kerjanya, secara terpadu dan terkoordinasi (Permenkes no.75 tahun
2014).
Sebagai pelaksana teknis (UPT) Puskesmas mempunyai tanggung jawab untuk
menyelenggarakan program pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dan
mempunyai kewajiban memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat termasuk
kepada masyarakat pekerja (Depkes RI 2004).
Program kesehatan kerja merupakan suatu upaya pemberian perlindungan
kesehatan dan keselamatan kerja bagi masyarakat pekerja yang bertujuan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja, mencegah
timbulnya gangguan kesehatan, melindungi pekerja dari bahaya kesehatan serta
menempatkan pekerja di lingkungan kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik dan
psikis pekerja (Depkes RI,2001).
Dari data International Labour Organization (ILO) yaitu 1,2 juta orang meninggal
setiap tahun karena kecelakaan kerja atau penyakit akibat hubungan kerja (PAHK). Dari
250 juta kecelakaan 3.000.000 orang meninggal dan sisanya meninggal karena PAHK.
Diperkirakan ada 160 juta PAHK baru setiap tahunnya(Depkes RI,2005).
Maka dari itu diperlukannya pembuatan pedoman Upaya Kesehatan Kerja ini.
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan pedoman upaya kesehatan kerja di Puskesmas ini adalah
sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Sebagai acuan bagi petugas Upaya Kesehatan Kerja dalam melaksanakan
kegiatannya di wilayah kerja Puskesmas.
2. Tujuan Khusus
a. Tersedianya acuan tentang jenis kegiatan Upaya Kesehatan Kerja, peran dan
fungsi ketenagaan, sarana dan prasarana di Puskesmas.
b. Tersedianya acuan untuk melaksanakan kegiatan Upaya Kesehatan Kerja yang
bersumberdaya masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
c. Tersedianya acuan bagi tenaga Upaya Kesehatan Kerja Puskesmas untuk bekerja
secara profesional dalam melaksanakan kegiatan Upaya Kesehatan Kerja yang
bermutu kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
C. Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan upaya kesehatan kerja di wilayah kerja Puskesmas meliputi:
1. Kegiatan upaya kesehatan kerja di dalam gedung Puskesmas
Kegiatan ini dilaksanakan di lingkungan dan dalam gedung Puskesmas, seperti di
tempat pendaftaran (loket), poli BP, poli KIA dan poli gigi.
2. Kegiatan promosi kesehatan diluar gedung Puskesmas
Kegiatan ini dilaksanakan oleh petugas puskesmas di tempat-tempat kerja yang
berada di wilayah kerja Puskesmas. Kegiatan upaya kesehatan kerja diluar gedung
dalam bentuk kunjungan ke tempat kerja.
3. Pencatatan dan pelaporan
Seluruh kegiatan yang dilakukan baik di dalam maupun di luar Puskesmas selanjutnya
dicatat dan dilaporkan setiap bulan ke Dinas Kesehatan Kota Malang.
4. Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian dan pelaksanaan
upaya kesehatan kerja di puskesmas. Setelah dilakukan pemantauan, setiap
pencapaian dari masing-masing kegiatan dievaluasi pada setiap tahapannya.
D. Batasan Operasional
Batasan operasional pada kegiatan upaya kesehatan kerja terdiri dari:
1. Upaya Kesehatan Promotif adalah suatu kegiatan pelayanan kesehatan yang
mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan kerja.
2. Upaya Kesehatan Preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap masalah
atau penyakit atau kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan.
3. Upaya Kesehatan Kuratif adalah kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk
pengobatan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan.
4. Upaya Kesehatan Rehabilitatif adalah kegiatan yang berguna untuk
memaksimalkan pekerja yang sakit atau cacat sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
E. Dasar Hukum
Dasar hukum dari pedoman pelaksanaan Upaya Kesehatan Kerja di puskesmas antara
lain:
1. Undang-undang No.23 tahun 1992 pasal 23 tentang kesehatan kerja
2. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan Bab XII kesehatan
kerja pasal 164-166
3. Undang-undang No.39 Tahun 2008 tentang Kementrian Kesehatan yang
bertanggung jawab terhadap kesehatan
4. Kepmenaker 02 Tahun1980 tentang pemeriksaan kesehatan
5. Kepmenaker 03 Tahun 1982 tentang pelayanan kesehatann kerja
6. Kepres No 22 Tahun 1993 tentang penyakit akibat kerja
7. Kepmenkes 038 Tahun 2007 tentang pelayanan kesehatan kerja pada puskesmas
kawasan industry/sentra industry
8. Permenkes No.75 Tahun 2014 tentang Puskesmas
9. Kepmenkes No.1758 Tahun 2003 tentang standard pelayanan kesehatan dasar
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Standar fasilitas ruang tenaga upaya kesehatan kerja meliputi ruangan yang menunjang
kegiatan terutama untuk mencatat dan pengerjaan laporan dari berbagai kegiatan dalam dan
luar gedung puskesmas. Ruangan tersebut meliputi:
1. Letak
Letak ruang berdekatan dengan klinik lain yang mempunyai akses langsung dengan
lingkungan luar puskesmas.
2. Ruang
a. Luas ruangan adalah 6 m x 8 m.
b. Peralatan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
1) Mebelair : meja dan kursi
2) Lemari
3) Media yang berhubungan dengan kesehatan kerja (leaflet, lembar balik, poster, dll)
4) Peta ruang
5) Check list kebersihan ruangan
6) Check List Perawatan Sarana dan Prasarana
7) Tensi dan stetoskop
8) Timbangan berat badan dewasa
9) Register khusus pekerja yang dilayani
Selain itu, upaya kesehatan kerja pun bekerja sama dengan semua petugas di lintas
program dan poli-poli, seperti Kesling, Promosi kesehatan, Kesehatan olahraga, KIA, BP, Poli
gigi, apotek, loket, gizi
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
BAB V
LOGISTIK UPAYA KESEHATAN KERJA
Kebutuhan dana dan logistik untuk kegiatan upaya kesehatan kerja di Puskesmas
direncanakan dalam pertemuan lokakarya Puskesmas dan lokakarya lintas sektor sesuai
dengan tahapan kegiatan dan metode yang akan dilaksanakan.
1. Kebutuhan Media
Media yang dibutuhkan berupa leaflet, poster, lembar balik untuk menunjang kegiatan upaya
kesehatan kerja.
2. Kebutuhan ATK
Peralatan yang dibutuhkan adalah kertas, map, dan folder untuk memudahkan dalam
menyimpan berbagai data kegiatan.
3. Semua logistik promosi kesehatan yang berhubungan dengan upaya kesehatan kerja dicatat
dan dilaporkan ke Kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Malang.
4. Alat kesehatan
Seperti tensimeter, stetoskop, timbangan BB, pengukur TB, thermometer.
5. Obat
6. Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana terintegrasi dengan loket, poli umum, laboratorium dan apotek.
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN
Dalam perencanan sampai dengan pelaksanaan kegiatan upaya kesehatan kerja perlu
diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala
kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko
terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan baik
kegiatan upaya kesehatan kerja yang dilaksanakan di dalam gedung maupun di luar gedung
puskesmas.
Keselamatan sasaran upaya kesehatan kerja Puskesmas Cisadea meliputi 6 sasaran
keselamatan pasien seperti yang tertuang pada peraturan menteri kesehatan republik
Indonesia nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 yaitu terdiri dari :
1. Ketepatan identifikasi pasien
Petugas (Paramedis) menanyakan ulang kepada pasien tentang kebenaran identitas
pasien sehingga petugas mampu mengidentifikasi pasien secara tepat.
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
Komunikasi yang efektif dapat terjalin dengan baik antara petugas dan pasien melalui
proses konseling sesuai standart
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (High-Alert)
Untuk meningkatkan keamanan obat yang diberikan kepada pasien maka petugas
menanyakan kepada pasien apakah pasien memiliki riwayat alergi terhadap obat-obat
tertentu sehingga dapat mencegah terjadinya alergi terhadap terapi yang diberikan oleh
petugas.
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
Untuk memastikan tepat prosedur maka petugas memberikan informasi atau penjelasan
kepada pasien tentang rencana tindakan yang akan dilakukan serta efek samping jika tidak
dilakukan tindakan
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Untuk mengurangi resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan maka petugas menggunakan
APD sesuai standart
6. Pengurangan risiko pasien jatuh
Untuk mengurangi risiko pasien jatuh maka petugas harus memberikan pengawasan saat
melakukan pemeriksaan.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Keselamatan kerja adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan dalam
rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas ataupun kelalaian
atau kesengajaan. Pekerjaan yang teroganisir, dikerjakan sesuai dengan prosedur, tempat
kerja yang terjamin dan aman, istirahat yang cukup dapat mengurangi bahaya dan kecelakaan
kerja. Dalam perencaaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan upaya kesehatan kerja perlu
diperhatikan keselamatan kerja karyawan Puskesmas dan lintas sektor terkait dengan
melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat
pelaksanaan tiap-tiap kegiatan.
Sarung tangan
Untuk kontak dengan darah, duh tubuh, sekresi, bahan-bahan yang
terkontaminasi
Untuk kontak dengan membran mukosa dan kulit yang tak utuh (non-
intact skin) : koyak, terkelupas, dan lain-lain
Masker, kacamata, pelindung wajah
Melindungi membran mukosa mata, hidung, dan mulut ketika terjadi kontak
dengan darah dan duh tubuh
Gaun Operasi
Mencegah agar pakaian tidak terkontaminasidarah maupun duhtubuh selama
melakukan tindakan.
1 Kain linen
Tangani linen yang telah terkontaminasi sedemikian rupa agar tidak
menyentuh kulit maupun membran mukosa
jangan lakukan pembilasan awal untuk kain linen yang terkontainasi
e. Peralatan untuk perawatan pasien
Tangani alat yang telah terkontaminasi sedemikian rupa sehingga tidak
menyetuh kulit atau membran mukosa dan untuk mencegah agar baju
maupun lingkungan tidak terkontaminasi
Bersihkan peralatan pakai ulang (reusable) sebelum digunakan kembali
f. Membersihkan lingkungan
Perawatan rutin, membersihkan dan disinfeksi perlengkapan dan perabotan di
ruang asuhan pasien
Benda – benda tajam
Hendaknya selalu memakai autodisable syringe
Jangan memasang kembali tutup jarum suntik yang telah digunakan
Jangan melepas jarum dari alat suntik/semprit sekali pakai (diposable)
Jangan membengkokkan atau mematahkan jarum bekas pakai dengan tangan
Letakkan benda-benda tajam yang telah digunakan ke dalam wadah anti
tusukan
2. Resusitasi pasien
Gunakan pelindung mulut, kantung resusitasi atau alat pernapasan lainnya untuk
menghindari pemberian resusitasi dari mulut ke mulut
3. Penempatan pasien
Tempatkan pasien yang dapat mengkontaminasi lingkungan maupun yang tidak
terjamin kebersihannya pada ruang khusus/terpisah.
1. Kebakaran :
Upaya Pencegahan Kebakaran
Dilarang merokok dan membuang puntung rokok berapi
Dilarang membiarkan orang lain main api
Dilarang menyalakan lampupelita maupun lilin
Dilarang memasak baik dengan cookpack listrik maupun kompor gas
Dilarang membakar sampah atau sisa-sisa bahan pengemas lainnya
Dilarang lengah menyimpan bahan mudah terbakar : elpiji, bensin, aceton, dll
Dilarang membiarkan orang yang tidak berkepentingan berada ditempat yang peka
terhadap bahaya kebakaran
Upaya Kesehatan kerja adalah untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan
pekerja baik di dalam dan luar gedung Puskesmas bukanlah tugas petugas upaya kesehatan
kerja Puskesmas saja, namun menjadi tanggung jawab bersama termasuk pemilik tempat
kerja. Pelayanan kesehatan kerja meliputi pelayananan promotif, pelayanan preventif,
pelayanan kuratif dan pelayanan rehabilitatif. Namun demikian, pelayanan upaya kesehatn
kerja harus didukung pula dengan advokasi agar petugas mendapat perlindungan dalam
melaksanakan tugasnya karena sebagaian besar perusahaan atau tempat kerja yang
menengah ke atas sulit untuk diajak kerjasamanya.
Pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi tenaga upaya
kesehatan kerja di puskesmas dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan kerja di
Puskesmas. Selain itu, dengan buku pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar
advokasi bagi pemegang kebijakan untuk peningkatan mutu upaya kesehatan kerja di
Puskesmas.