Anda di halaman 1dari 20

RESEARCH PROPOSAL

JUDUL PROPOSAL : PERANAN KEPOLISIAN TERHADAP

PEMILIK HEWAN TERNAK YANG

MENGGANGGU KETENTRAMAN ORANG

LAIN DI WILAYAH HUKUM POLSEK KABUN

KABUPATEN ROKAN HULU

PROGRAM STUDI : ILMU HUKUM

RUANG LINGKUP : KRIMINOLOGI

1. Latar Belakang Masalah

Semenjak dilahirkan di dunia, maka manusia telah mempunyai hasrat

untuk hidup secara teratur. Hasrat untuk hidup secara teratur tersebut dipunyainya

sejak lahir dan selalu berkembang di dalam pergaulan hidupnya. Namun, apa yang

dianggap teratur oleh seseorang, belum tentu dianggap teratur juga oleh pihak-

pihak lainnya. Oleh karena itu, maka manusia sebagai mahkluk yang senantiasa

hidup bersama dengan sesamanya, memerlukan perangkat patokan, agar tidak

terjadi pertentangan kepentingan sebagai akibat dari pendapat yang berbeda-beda

mengenal keteraturan tersebut. Patokan-patokan tersebut, tidak lain merupakan

1
pedoman untuk berperilaku secara pantas, yang sebenarnya merupakan suatu

pandangan menilai yang sekaligus merupakan suatu harapan.1

Patokan-patokan untuk berperilaku pantas tersebut, kemudian dikenal

dengan sebutan norma atau kaidah. Norma atau kaidah tersebut mungkin timbul

dari pandangan-pandangan mengenai apa yang dianggap baik atau dianggap

buruk, yang lazimnya disebut nilai. Kadangkala, norma atau kaidah tersebut

timbul dari pola perilaku manusia, sebagai suatu abstraksi dari perilaku berulang-

ulang yang nyata.

Norma atau kaidah tersebut, untuk selanjutnya mengatur diri pribadi

manusia, khususnya mengenai bidang-bidang kepercayaan dan kesusilaan. Norma

atau kaidah kepercayaan bertujuan agar manusia mempunyai kehidupan yang

beriman, sedangkan norma atau kaidah kesusilaan bertujuan agar manusia

mempunyai hati nurani yang bersih. Di samping itu, maka norma atau kaidah

mengatur pola kehidupan antar pribadi manusia, khususnya mengenai bidang-

bidang kesopanan dan mengalami kesenangan atau kenikmatan di dalam

pergaulan hidup bersama dengan orang-orang lain.

Norma atau kaidah hukum bertujuan agar tercapainya kedamaian di dalam

kehidupan bersama, di mana kedamaian berarti suatu keserasian antara ketertiban

dengan ketentraman, atau keserasian antara keterikatan dengan kebebasan. Itulah

yang menjadi tujuan hukum, sehingga tugas hukum adalah tidak lain daripada

1Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 1983,
Hlm 1

2
mencapai suatu keserasian antara kepastian hukum dengan kesebandingan

hukum.2

Hewan ternak yang mengganggu ketentraman orang lain merupakan salah

satu bentuk pelanggaran terhadap norma dan kaedah hukum yang juga perlu dapat

perhatian serius oleh aparat penegak hukum, meskipun pelanggaran tersebut

bukan merupakan suatu kejahatan, namun hewan ternak yang mengganggu

ketentraman orang lain telah mengganggu rasa aman, ketentraman, ketertiban dan

hak asasi seseorang.

Hewan ternak yang mengganggu ketentraman orang lain merupakan salah

satu bentuk pelanggaran yang tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP) pada Buku ke 3 (tiga) Bab VII Tentang Pelanggaran Mengenai

Tanah, Tanaman, Dan Perkarangan. Pada pasal 548 dijelaskan bahwa: Barang

siapa, tanpa berhak, membiarkan ternak bersayap yang tiada pandai terbang,

berjalan di kebun atau ditanah yang sudah di taburi, ditugali atau ditanami,

dipidana dengan pidana denda sebanyak-banyaknya dua ratus dua puluh lima

rupiah.

Dilihat dari perbuatan yang dihasilkan oleh hewan ternak yang

mengganggu ketentrman orang lain bukan lah suatu hal yang menimbulkan suatu

kerugian yang besar terhadap korban, namun jika hal tersebut dibiarkan terus

menerus maka dapat merusak tatanan kehidupan bertetangga dan rasa

2
Ibid. Hlm 3

3
persaudaraan serta dapat memancing suatu perbuatan yang lebih besar lagi seperti

permusuhan, perkelahian dan perbuatan kejahatan lainnya.

Diwilayah hukum Polsek Kabun Kabupaten Rokan Hulu sering terjadinya

pelanggaran terhadap hewan ternak yang mengganggu ketentraman orang lain,

dilihat dari kondisi wilayah di daerah Kabupaten Rokan Hulu yang

memungkinkan masyarakat untuk membuat usaha hewan ternak. Hal ini yang

salah satu menjadi faktor terjadinya pelanggaran hewan ternak yang mengganggu

ketentraman orang lain yang mana pemilik hewan ternak kurang mengawasi dan

menjaga hewan ternaknya yang mengakibatkan tergganggunya rasa aman dan

ketentraman orang lain.

Dari hal tersebut yang membuat penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai pelanggaran hewan ternak yang mengganggu ketentraman

orang lain, tindakan-tindakan apa saja yang telah ditempuh kepolisian dalam hal

menanggulangi pelanggaran hewan ternak yang mengganggu ketentraman orang

lain, serta bagaimana upaya masyarakat dan perangkat desa hal ini kepala desa

berperan dalam menertibkan serta menyelesaikan permasalahan mengenai hewan

ternak yang mengganggu ketentraman orang lain di wilayah Kabun Kabupaten

Rokan Hulu.

Hukum merupakan kumpulan peraturan yang harus ditaati oleh semua

orang didalam masyarakat, dengan ancaman mengganti kerugian atau

mendapatkan hukuman jika melanggar atau mengabaikan peraturan itu, sehingga

tercapainya kehidupan bersama yang tertib dan adil.

4
Pelanggaran dan kejahatan merupakan gejala sosial yang senantiasa

dihadapi oleh masyarakat didunia ini. Kejahatan dan pelanggaran bukan lah hal

baru meskipun tempat dan waktunya berlainan, akan tetapi faktor yang

mempengaruhinya sama. Kejahatan adalah wujud dari tindak pidana yang

merupakan suatu perbuatan dimana pelakunya dapat dikenai hukuman pidana.3

Tujuan Indonesia sebagai Negara hukum yang mempunyai tugas Negara

untuk memberi pengayoman dengan menjamin kesejahteraan dan melindungi

setiap warga negaranya, juga Negara mempunyai tugas untuk mempertahankan

tata tertib hukum dalam masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara

lain, dengan menggunakan hukum. hukum dapat dipandang sebagai salah satu

sarana. Dalam hal ini hukum pidana diciptakan sebagai alat yang rasional untuk

memelihara tat tertib dan melindungi anggota masyarakat dan kesejahteraannya.

Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis paparkan, maka penulis

tertarik melakukan penelitian ini dengan judul “Peranan Kepolisian Terhadap

Pemilik Hewan Ternak Yang Mengganggu Ketentraman Orang Lain Di

Wilayah Hukum Polsek Kabun Kabupaten Rokan Hulu ”

Berkaitan dengan judul di atas, maka penulis memberi batasan-batasan

istilah dari judul yang dimaksud untuk menghindari pemahaman dan penafsiran

yang keliru dalam penelitian tersebut. Agar penulisan skripsi ini mengarah pada

pembahasan yang diharapkan dan terfokus pada pokok permasalahan yang

ditentukan, serta tidak terjadi pengertian yang kabur karena ruang lingkupnya

3 Andi Hamzah, Pelaksanaan Peradilan Pidana Berdasarkan Teori Dan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, Hlm
1

5
yang terlalu luas, maka perlu adanya pembatasan dari pengertian judul sebagai

berikut :

Peranan menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia adalah tugas atau hal

yang besar pengaruhnya pada suatu peristiwa.4

Kepolisian adalah segala hal ikhwal yang berkaitan dengan fungsi dan

lembaga polisi sesuai peraturan Perundang-Undangan.

Hewan ternak merupakan

Wilayah hukum Polsek Kabun Kabupaten Rokan Hulu merupakan ruang

lingkup tugas dan wewenang Kepolisian Kabupaten Rokan Hulu dalam rangka

menegakkan hukum, memberi perlindungan dan pengayoman kepada masyarakat.

2. Masalah Pokok

Berdasarkan uraian-uraian pada latar belakang diatas, maka penulis

menetapkan masalah pokok dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana pertanggung jawaban pidana terhadap pemilik hewan ternak

yang mengganggu ketentraman orang lain ?

2. Bagaimana peranan masyarakat terhadap pemilik hewan ternak yang

mengganggu ketentraman orang lain ?

3. Bagaimana peranan kepolisian terhadap pemilik hewan ternak yang

mengganggu ketentraman orang lain ?

4
Bambang Marhijianto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Terbit Terang, Surabaya, 1994, Hal 271.

6
4. Tinjauan Pustaka

Bila berbicara tentang hukum, maka kita akan mengenal adanya hukum

pidana, yaitu suatu bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di Negara

Republik Indonesia, hukum pidana merupakan dasar-dasar atau aturan-aturan

untuk :

1. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan yang


dilarang dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pemidanaan
tertentu.
2. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah
melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan pidana.
3. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dilakukan.5

Pendekatan terhadap perubahan sosial merupakan salah satu kajian yang

memahami penyebab dari kejahatan. Dalam teori kontrol sosial mempunyai

pendekatan berdasarkan satu asumsi bahwa motivasi melakukan kejahatan

merupakan bagian dari umat manusia. Sebagai konsekuensinya, teori kontrol

sosial mencoba menemukan jawaban mengapa orang tidak melakukan kejahatan.

Teori-teori kontrol sosial mengkaji kemampuan kelompok-kelompok dan

lembaga-lembaga sosial membuat aturan-aturan efektif.

Terjadinya suatu kejahatan maka oleh para ahli, telah berusaha untuk

menggali dan mempelajari latar belakang seseorang melakukan kejahatan, dengan

tujuan untuk mencegah terulangnya kejahatn tersebut. Seperti halnya dengan teori

personality characteristic (sifat-sifat kepribadian), empat alur penelitian

psikologis yang berbeda telah menguji hubungan antara kepribadian dengan

kejahatan. Pertama melihat pada perbedaan-perbedaan antara structur kepribadian

dari penjahat dan bukan penjahat; kedua memprediksi tingkah laku; ketiga

5
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta, 1987, Hlm 1

7
menguji tingkatan dimana dinamika-dinamika kepribadian normal beroperasi

dalam diri penjahat; dan keempat mencoba menghitung perbedaan-perbedaan

individual antara tipe-tipe dan kelompok-kelompok pelaku kejahatan.6

Teori-teori yang berorientasi pada kelas sosial. Yaitu teori-teori yang

mencari sebab kejahatan dari ciri-ciri kelas sosial, perbedaan diantara kelas sosial

serta konflik diantara kelas-kelas sosial yang ada. Termasuk dalam teori ini adalah

teori anomie dan sub-culture delinquent . teori-teori yang tidak berorientasi pada

kelas sosial yaitu teori-teori yang membahas sebab-sebab kejahatan tidak dari

kelas sosial tetapi dari aspek yang lain sperti lingkungan, kependudukan,

kemiskinan dan sebagainya.7

Menurut Ninik Widiyanti dan Pandji Anoraga menyatakan proses sosial

yang cenderung menimbulkan kejahatan dalam gejala sosial tersebut diantaranya

adalah :

1. Individualisme dalam praktek politik dan ekonomi


Dalam bidang ekonomi, untuk memajukan usahanya dapat terjadi pola-
pola kejahatan seperti penyuapan, penyelundupan dan lain-lain.
2. Mobilitas sosial
Yaitu suatu gejala dalam prosos interaksi sosial, yang ditandai dengan
terjadinya perubahan atau pergeseran dalam berbagai kehidupan sosial
seperti pergeseran dalam status sosial individu dan kelompok,
pergeseran dalam bidang mode dan berbagai pencerminan budaya
manusia, perubahan pandangan individu termasuk nilai-nilai sosial
yang ada pada masyarakat dan lain-lain.
3. Konflik budaya
Dalam proses kepesatan interaksi yang didukung oleh teknologi dan
alat komunikasi yang tinggi, bisa terjadi pada suatu saat akan bertemu
berbagai pola budaya dari berbagai kelompok masyarakat disuatu
daerah tertentu. Maka di daerah yang bersangkutan akan terjadi gejala
sosial yang dinamakan konflik budaya, yang menyebabkan individu

6 Topo Santoso Dan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, Hlm 49
7
JH. Sahetapy, Teori Kriminologi Sebagai Suatu Pengantar, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992, Hlm 97

8
tertentu tidak mampu menyesuaikan diri dan akan mengalami
kebingungan.8

Menurut Mardjono Reksodipuro, dalam kriminologi kritis mengatakan

bahwa gejala kejahatan merupakan suatu konstruksi sosial yaitu pada waktu suatu

masyarakat menetapkan bahwa sejumlah perilaku dan orang dinyatakan sebagai

kejahatan. Dengan demikian kejahatan dan penjahat bukanlah gejala yang secara

bebas dan objektif dapat dipelajari para ilmuwan, karena gejala tersebut hanya ada

jika ditentukan demikian oleh masyarakat.

Menurut Arief Gosita, dalam mencari faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya kejahatan terdapat beberapa teori dalam ilmu kriminologi, beberapa

teori tersebut antara lain :

1. Teori Biologic criminal, yaitu teori yang mengungkapkan penyebab

kejahatan dari sisi biologis si pelaku penjahat.

2. Teori Psikologis dan Psikiatris (Psikologic Criminal), yaitu teori yang

mengungkapkan penyebab kejahatan yang bersumber dari masalah

kejiwaan pelaku.

3. Teori Social Cultural, yaitu teori yang menggunakan penyebab kejahatan

karena faktor-faktor sosiologis dan cultural.9

Pencegahan terhadap tindak kejahatan tidak terlepas dari beberapa faktor

dari penegak hukum itu sendiri, dimana faktor-faktor yang mempengaruhi

penegak hukum di Indonesia yaitu independesi dan kemandirian, materi hukum,

8 Nink Widiyanti Dan Panji Anaroga, Perkembangan Kejahatan Dan Masalahnya Ditinjau Dari Segi
Kriminologi, Pradnya Paramita, Jakarta, 1987, Hlm 113
9 Arief Gosita, Kriminologi, Akademika Pressindo, Jakarta, 1995, hlm 43

9
sarana dan prasarana hukum, budaya hukum dan penghormatan hak asasi

manusia.10

Penegak hukum memang sangat di butuhkan di dalam masyarakat,

utamanya dalam era reformasi yang sedang berlangsung sekarang ini. Banyak

anggota masyarakat baik yang secara langsung dilanggar hak dan rasa

keadilannya, maupun mereka selaku pemerhati hukum dan pemerhati terhadap

rasa keadilan masyarakat.

Penegak hukum pada hakekatnya adalah usaha atau upaya untuk

menciptakan keadilan. Proses pemenuhan rasa keadilan masyarakat melalui

penegak hukum sampai sekarang masih menampakkan wajah lama, yaitu hukum

dipakai sebagai alat penindas

Tujuan penegak hukum secara umum adalah untuk menegakkan prinsip

“equality before of law” dan untuk pencapaian keadilan bagi semua orang (justice

for all). Penegak hukum (law enforcement) tentu akan mendinamisasikan system

hukum. Dalam hal ini penegak hukum sebagai komponen struktur yang

mewujudkan tatanan system hukum. Betapa pun ideal suatu peraturan perundang-

undangan, apabila tidak didukung dan ditegakkan oleh aparatur-aparatur hukum

yang jujur, bersih, berani, dan profesional, maka system hukum itu niscaya tidak

berfungsi. Karena itu, aturan-aturan hukum yang ideal serta memenuhi rasa

10Bambang Waluyo, Masalah Tindak Pidana dan Upaya Penegak Hukum, Sumber Ilmu Jaya, Jakarta, 2006,
Hlm 8-13.

10
keadilan akan sia-sia ketika tidak didukung dan ditegakkan oleh aparatur-aparatur

yang jujur dan bersih.11

Kepolisian sebagai salah satu aparat penegak hukum harus dapat

menggunakan kewenangannya sesuai dengan peraturan yang mengaturnya,

sehingga dalam prakteknya tetap menjunjung tinggi norma-norma baik yang

terkandung dalam kode etik Kepolisian maupun hukum yang berlaku. Hukum

diberlakukan kepada siapa saja dan pada level apa saja secara sama (equity before

the law) sehingga hukum akan menjadi panglima dari semua aspek yang lain.

Penegakan hukum yang sangat didambakan oleh masyarakat agar benar-

benar berkeadilan dan tidak membeda-bedakan terhadap siapapun, karena sudah

sekian lama masyarakat merasa seringnya terjadi ketidakadilan dalam penegakan

hukum serta tingginya tingkat keresahan masyarakat di bidang keamanan.

Sehingga sudah sewajarnya apabila masyarakat sangat mendambakan perubahan

kinerja POLRI untuk dapat segera mengatasi segala situasi keamanan dalam

negeri atau keamanan dan ketertiban masyarakat yang sedang terjadi.

Peningkatan peran POLRI dalam menanggulangi kejahatan dan

pelanggaran yang ada di Indonesia sangatlah dibutuhkan, baik yang sifatnya

preventif, represif maupun tindakan lainnya agar dapat menimbulkan kesadaran

dan ketaatan dalam mematuhi aturan-aturan hukum yang ada,sehingga

terwujudanya keteraturan dan kedisiplinan dalam masyarakat.

11Rena Yulia, Viktimologi Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan, Graha Ilmu, Yogyakarta,
2010, Hlm 84.

11
Tugas di bidang preventif dilaksanakan dengan konsep dan pola

pembinaan dalam wujud pemberian pengayoman, perlindungan dan pelayanan

kepada masyarakat, agar masyarakat merasa aman, tertib dan tentram tidak

terganggu segala aktivitasnya. 12 Dengan upaya preventif tersebut diharapkan

Kepolisian dapat melaksanakannya dengan maksimal sehingga dapat menekan

rasa kekhawatiran masyarakat akan kejahatan . Sedangkan tugas-tugas di bidang

represif adalah mengadakan penyidikan atas kejahatan dan pelanggaran menurut

ketentuan dalam undang-undang. Tugas di bidang represif ini merupakan langkah

yang ditempuh pihak Kepolisian dalam bidang peradilan atau penegakkan hukum

yang dibebankan kepada petugas Kepolisian.

Peran POLRI dalam setiap bentuk tindakan ini nantinya akan menekan

tingginya tingkat kejahatan dan pelanggaran yang terjadi, karena setiap kejahatan

dan pelanggaran merupakan tindakan yang sangat merugikan bagi semua orang

sehingga dibutuhkan keseriusan dalam menangani setiap bentuk kejahatan yang

terjadi. Pelaku kejahatan harus merasakan dampak yang ditimbulkan atas

perbuatannya, maka untuk itu setiap perbuatan yang melawan hukum harus

dikenai sanksi yang tegas.

Pencegahan tindak kejahatan dan pelanggaran tidak hanya tergantung

kepada penegak hukum dimana pencegahan kejahatan dan pelanggaran dapat juga

dilakukan diluar koridor hukum sebagaimana Menurut Kaiser pencegahan

kejahatan dapat dilakukan dengan tiga cara, yang terdiri dari :

12
Sadjijono, Hukum Kepolisian, Laksbang Pressindo, Yogyakarta, 2006, hlm. 119.

12
1. Primary Prevention

Pencegahan kejahatan melalui perencanaan sosial ekonomi dalam bidang

Kepentingan umum (Publik), dimana pencegahan ini dilakukan dengan

memperbaiki keadaan ekonomi masyarakat dan pelayan-pelayan Publik.

2. Secondary Prevention

Merupakan pencegahan kejahatan dengan langkah-langkah yang berkaitan

dengan kebijakan peradilan pidana. Pencegahan ini berhubungan dengan

Penggunaan alat-alat hukum dalam hal ini alat-alat peradilan seperti

Kejaksaan dan Kehakiman.

3. Tertier Prevention

Merupakan Pencegahan kejahatan dengan langkah-langkah kongkret yang

diambil kepolisian untuk mencegah terjadinya Kejahatan.13

Peningkatan di sektor hukum juga harus di dukung dengan peningkatan di

sektor lembaga keadilan, tentunya tidak hanya berkaitan dengan kualitas ilmu

hukum dan ilmu pengetahuan lainnya, tetapi yang sangat diharapkan masyarakat

adalah kualitas ilmu pengetahuan dan sikap tentang bagaimana menegakkan

keadilan itu sendiri.14

Para aparat penegak hukum dalam menanggulangi pelanggaran terhadap

hewan ternak yang mengganggu ketentraman orang lain, baik itu Hakim,

Pengacara maupun Kepolisian sendiri harus menanamkan prinsip bahwa peradilan

dilakukan “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang maha Esa”.

13Soedjono Dirdjosisworo, Pungli, Analisis Hukum Dan Kriminologi, Mandar Maju, Bandung, 1994. Hlm
220
14Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan

Kejahatan, Kencana, Jakarta, 2006, hlm. 7.

13
4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang akan penulis lakukan adalah sebagai berikut :

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Pertanggung Jawaban Pidana Terhadap

Pemilik Hewan Ternak Yang Mengganggu Ketentraman Orang Lain.

2. Untuk Mengetahui Bagaimana Peranan Masyarakat Terhadap Pemilik

Hewan Ternak Yang Mengganggu Ketentraman Orang Lain.

3. Untuk Mengetahui Bagaimana Peranan Kepolisian Terhadap Pemilik

Hewan Ternak Yang Mengganggu Ketentraman Orang Lain.

Sedangkan manfaat dari penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai

berikut:

1. Memberikan Manfaat Kepada Penulis Sebagai Pendalaman Dan

Penambahan Pengetahuan Penulis Mengenai Hukum Pidana.

2. Dapat Memberikan Solusi Atau Pemecahan Terhadap Pemilik Hewan

Ternak Yang Mengganggu Ketentraman Orang Lain.

3. Sebagai Tambahan Bahan Bacaan Atau Acuan Bagi Mahasiswa Lain Yang

Tertarik Melakukan Penelitian Mengenai Masalah Yang Sama Khususnya.

4. Metode Penelitian

Untuk memperoleh atau mendapatkan data yang akurat dan relevan

sebagaimana yang diharapkan, maka didalam melakukan penelitian ini penulis

menyusun metode penelitian sebagai berikut:

14
1. Jenis Penelitian Dan Sifat Penelitian

Berdasarkan jenisnya maka penelitian ini berbentuk penelitian

Observational research dengan cara survey atau penelitian lapangan yaitu

dengan turun kelapangan untuk melakukan wawancara. Sedangkan jika

dilihat dari sifat penelitian, maka penelitian ini bersifat deskriptif yaitu

memberi gambaran dan menguraikan masalah atau kajian yang diteliti

sehingga nanti ada pandangan yang jelas dan konkrit dari obyek yang

diteliti tersebut dan bagaimana pelaksanaanya.

2. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judul dari penelitian, maka penelitian ini dilakukan di

wilayah hukum Polsek Kabun Kabupaten Rokan Hulu. Pengambilan

lokasi ini berhubung dengan penelitian yang akan dilakukan penulis, maka

di wilayah hukum Polsek Kabun Kabupaten Rokan Hulu lah penulis akan

memperoleh data yang relevan yang dapat menunjang pokok

permasalahan yang akan penulis teliti.

3. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang terdiri dari:

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung pada lokasi penelitian dan

dari responden berupa data utama yang berkaitan dengan masalah dan

tujuan penelitian melalui teknik wawancara.

2. Data sekunder, yaitu data yang telah diolah, baik dalam bentuk literature,

dokumentasi, laporan-laporan, arsi-arsip yang diperoleh dari instansi-

15
instansi terkait yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas

dalam penelitian ini.

3. Populasi dan Responden

Adapun yang menjadi Populasi dan Responden dalam penelitian ini yaitu:

Kapolsek Kabun AKP Hendrizal Gani S.H sebanyak 1 orang.

Kanit Reskrim Brippka Doni Mulyadi sebanyak 1 orang

Kades Siswanto sebanyak 1 orang

Mengingat jumlah populasi yang relatif sedikit maka penelitian ini

menggunakan metode sensus, yaitu pengumpulan sumber data dengan cara

seluruh populasi dijadikan responden.

4. Alat Pengumpul Data

Data primer yang penulis dapatkan dikumpulkan dengan menggunakan

teknik pengumpulan data :

Wawancara yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan

secara langsung melalui dialog dengan responden yang telah ditentukan.

5. Analisis Data

Setelah data yang penulis kumpulkan, selanjutnya diklasifikasikan yang

disesuaikan dengan bentuk dan jenis data tersebut, setelah itu diolah dan

disajikan data yang berbentuk kualitatif, data kuantitatif disajikan dengan

cara menguraikan secara jelas dan rinci.

Selanjutnya dilakukan pembahasan dengan cara menghubungkan data

terhadap teori-teori serta ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, selanjutnya ditarik

16
kesimpulan deduktif yaitu mengambil kesimpulan dari hal-hal yang umum

kepada hal-hal yang khusus, yang merupakan jawaban akhir dari

penelitian yang akan diuji pada siding akhir sarjana (S1).

1. Sistematika Penelitian

BAB I : PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

2. Masalah Pokok

3. Tinjauan Pustaka

4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

5. Metode Penelitian

BAB II : TINJAUAN UMUM

1. Gambaran Umum Wilayah Hukum Polsek Kabun Kabupaten

Rokan Hulu.

2. Tindak Pidana

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Bentuk Pertanggung Jawaban Pidana Pemilik Hewan Ternak Yang

Mengganggu Ketentraman Orang Lain.

2. Peranan masyarakat terhadap pemilik hewan ternak yang

mengganggu ketentraman orang lain.

3. Peranan kepolisian terhadap pemilik hewan ternak yang

mengganggu ketentraman orang lain.

17
BAB IV : PENUTUP

1. Kesimpulan

2. Saran

DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN

18
DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Buku-Buku

Andi Hamzah, Pelaksanaan Peradilan Pidana Berdasarkan Teori Dan Praktek, Rineka
Cipta, Jakarta.

Bambang Waluyo, Masalah Tindak Pidana dan Upaya Penegak Hukum, Sumber Ilmu
Jaya, Jakarta, 2006.

JH Sahetapy, Teori Kriminologi Sebagai Suatu Pengantar, Citra Aditya Bakti, Bandung,
1992.

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta, 1987.

Nink Widiyanti Dan Panji Anaroga, Perkembangan Kejahatan Dan Masalahnya Ditinjau
Dari Segi Kriminologi, Pradnya Paramita, Jakarta, 1987.

Rena Yulia, Viktimologi Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2010.

Sadjijono, Hukum Kepolisian, Laksbang Pressindo, Yogyakarta, 2006.

Soedjono Dirdjosisworo, Pungli, Analisis Hukum Dan Kriminologi, Mandar Maju,


Bandung, 1994.

Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali


Pers, Jakarta, 1983.

Topo Santoso Dan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2000.

19
2. Peraturan Perundang-Undangan
Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP)

3. Kamus
Bambang Marhijianto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Terbit Terang, Surabaya,
1994

20

Anda mungkin juga menyukai