Anda di halaman 1dari 82

BAB II

TINJAUAN KASUS KELOLAAN

A. TINJAUAN TEORI

1. Konsep Dasar Medis

a. Pengertian

Kanker serviks/kanker leher rahim termasuk dalam

kategori tumor ganas yang timbul di leher rahim wanita. Kanker

ini dapat meluas ke vagina, rahim hingga indung telur (Shadine,

2012).

Kanker Cerviks yaitu keganasan pada leher rahim yang

merupakan keganasan pada bagian terendah rahim yang

menonjol ke liang sanggama / vagina ( Depkes RI, 2006) .

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan

bahwa kanker serviks/kanker leher rahaimadalah tumor ganas

atau neoplasma yang berkembang di daerah leher rahim wanita.

Gambar 1.1
Cerviks Sehat Dan Terkena Kanker
b. Anatomi fisiologi

Organ reproduksi wanita secara umum dibagi dua, yaitu

organ reproduksi wanita yang terdapat di luar dan di dalam

tubuh.

Gambar 1.2
Anatomi Cerviks

1) Organ Reproduksi Wanita Bagian Dalam

a) Ovarium

Merupakan organ utama pada wanita. Ovarium (indung

telur) berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan

panjang 3 – 4 cm. Ovarium berada di dalam rongga

badan, di daerah pinggang. Umumnya setiap ovarium

menghasilkan ovum setiap 28 hari. Berjumlah sepasang

dan terletak di dalam rongga perut pada daera pinggang

sebelah kiri dan kanan. Berfungsi untuk menghasilkan sel


ovum dan hormon wanita seperti: Estrogen yang

berfungsi untuk mempertahankan sifat sekunder pada

wanita, serta juga membantu dalam prosers pematangan

sel ovum. Progesterone yang berfungsi dalam

memelihara masa kehamilan.

b) Fimbriae

Merupakan serabut/silia lembut yang terdapat di bagian

pangkal ovarium berdekatan dengan ujung saluran

oviduct. Berfungsi untuk menangkap sel ovum yang telah

matang yang dikeluarkan oleh ovarium.

c) Infundibulum

Merupakan bagian ujung oviduct yang berbentuk

corong/membesar dan berdekatan dengan fimbriae.

Berfungsi menampung sel ovum yang telah ditangkap

oleh fimbriae.

d) Tuba fallopi

Merupakan saluran memanjang setelah infundibulum

yang bertugas sebagai tempat fertilisasi dan jalan

bagi sel ovum menuju uterus dengan bantuan silia pada

dindingnya.
e) Oviduct

Merupakan saluran panjang kelanjutan dari tuba

fallopi.Berfungsi sebagai tempat fertilisasi dan jalan bagi

sel ovum menuju uterus dengan bantuan silia pada

dindingnya.

f) Uterus

Merupakan organ yang berongga dan berotot. Berbentuk

seperti buah pir dengan bagian bawah yang mengecil.

Berfungsi sebagai tempat pertumbuhan embrio. Tipe

uterus pada manusia adalah simpleks yaitu dengan satu

ruangan yang hanya untuk satu janin. Uterus mempunyai

3 macam lapisan dinding yaitu : Perimetrium (lapisan

yang terluar yang berfungsi sebagai pelindung uterus),

Miometrium (lapisan yang kaya akan sel otot dan

berfungsi untuk kontraksi dan relaksasi uterus dengan

melebar dan kembalike bentuk semula setiap bulannya),

Endometrium (lapisan terdalam yang kaya akan seldarah

merah. Bila tidak terjadi pembuahan maka

dindingendometrium inilah yang akan meluruh

bersamaan dengan selovum matang).

g) Fimbriae

Merupakan serabut/silia lembut yang terdapat di bagian

pangkal ovarium berdekatan dengan ujung saluran


oviduct. Berfungsi untuk menangkap sel ovum yang telah

matang yang dikeluarkan oleh ovarium.

h) Infundibulum

Merupakan bagian ujung oviduct yang berbentuk

corong/membesar dan berdekatan dengan fimbriae.

Berfungsi menampung sel ovum yang telah ditangkap

oleh fimbriae.

i) Tuba fallopi

Merupakan saluran memanjang setelah infundibulum

yang bertugas sebagai tempat fertilisasi dan jalan

bagi sel ovum menuju uterus dengan bantuan silia pada

dindingnya.

j) Oviduct

Merupakan saluran panjang kelanjutan dari tuba

fallopi.Berfungsi sebagai tempat fertilisasi dan jalan bagi

sel ovum menuju uterus dengan bantuan silia pada

dindingnya.

k) Uterus

Merupakan organ yang berongga dan berotot. Berbentuk

seperti buah pir dengan bagian bawah yang mengecil.

Berfungsi sebagai tempat pertumbuhan embrio. Tipe

uterus pada manusia adalah simpleks yaitu dengan satu

ruangan yang hanya untuk satu janin. Uterus mempunyai


3 macam lapisan dinding yaitu : Perimetrium (lapisan

yang terluar yang berfungsi sebagai pelindung uterus),

Miometrium (lapisan yang kaya akan sel otot dan

berfungsi untuk kontraksi dan relaksasi uterus dengan

melebar dan kembalike bentuk semula setiap bulannya),

Endometrium (lapisan terdalam yang kaya akan seldarah

merah. Bila tidak terjadi pembuahan maka

dindingendometrium inilah yang akan meluruh

bersamaan dengan selovum matang).

l) Cervix

Merupakan bagian dasar dari uterus yang bentuknya

menyempit sehingga disebut juga sebagai leher rahim.

Menghubungkan uterus dengan saluran vagina dan

sebagai jalan keluarnya janin dari uterus menuju saluran

vagina.

m)Saluran vagina

Merupakan saluran lanjutan dari cervic dan sampai pada

vagina.

n) Klitoris

Merupakan tonjolan kecil yang terletak di depan vulva.

Sering disebut dengan klentit.


2) Organ Reproduksi Wanita Bagian Luar

a) Vagina

Merupakan saluran yang menghubungkan organ uterus

dengan tubuh bagian luar. Berfungsi sebagai organ

kopulasi dan saluran persalinan keluarnya bayi sehingga

sering disebut dengan liang peranakan. Di dalam vagina

ditemukan selaput dara.

b) Vulva

Merupakan suatu celah yang terdapat di bagian luar.

Vulva terbagi atas sepertiga bagian bawah vagina,klitoris,

dan labia. Hanya mons dan labia mayora yang dapat

terlihat pada genetalia eksterna wanita. Arteri pudenda

interna mengalirkan darah ke vulva. Arteri ini berasal dari

arteri iliaka interna bagian posterior, sedangkan aliran

limfatik dari vulva mengalir ke nodus inguinalis.

3) Alat genetalia luar terdiri dari :

a) Mons veneris/pubis (Tundun)

Bagian yang menonjol berupa tonjolan lemak yang besar

terletak di di atas simfisis pubis. Area ini mulai ditumbuhi

bulu pada masa pubertas.

b) Labia Mayora (bibir besar)

Dua lipatan dari kulit diantara kedua paha bagian atas.

Labia mayora banyak mengandung urat syaraf. Labia


mayora merupakan struktur terbesar genetalia eksterna

wanita dan mengelilingi organ lainnya, yang berakhir pada

mons pubis

c) Labia Minora (bibir kecil)

Berada di sebelah dalam labia mayora. Jadi untuk

memeriksa labia minora, harus membuka labia mayora

terlebih dahulu.

d) Klitoris (Kelentit)

Sebuah jaringan ikat erektil kecil kira-kira sebesar biji

kacang hijau yang dapat mengeras dan tegang (erectil)

yang mengandung urat saraf, jadi homolog dengan penis

dan merupakan organ perangsang seksual pada wanita.

e) Vestibulum (serambi)

Merpakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia

minora), muka belakang dibatasi oleh klitoris dan

perineum. Dalam vestibulum terdapat muara-muara dari :

liang senggama (introitus vagina),urethra,kelenjar

bartolini, dan kelenjar skene kiri dan kanan.

f) Himen (selaput dara)

Lapisan/membran tipis yang menutupi sebagian besar

dari liang senggama, ditengahnya berlubang supaya

kotoran menstruasi dapat mengalir keluar, letaknya mulut

vagina pada bagian ini, bentuknya berbeda-beda ada


yang seperti bulan sabit. Konsistensinya ada yang kaku,

dan ada yang lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada

yang dapat dilalui satu jari. Himen mungkin tetap ada

selama pubertas atau saat hubungan seksual pertama

kali.

g) Perineum (kerampang)

Merupakan bagian terendah dari badan berupa sebuah

garis yang menyambung kedua tuberositas iski, daerah

depan segitiga kongenital dan bagian belakang segitiga

anal, titik tengahnya disebut badan perineum terdiri dari

otot fibrus yang kuat di sebelah depan anus

c. Etiologi

Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namum

ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjo,

antara lain :

1) Pemekaian celana ketat

Pemakaian celana ketat dapat meningkatkan suhu vagina

sehingga akan merusak daya hidup sebagian mikro

organisme, dan mendukung perkembangan sebagian

mikroorganisme lainnya. Akhirnya, pertumbuhan

mikroorganisme menjadi tidak seimbang. Kondisi tersebut

memungkinkan perkembangan mikroorganisme yang justru

menyebabkan terjadinya infeksi


2) Umur

Umur pertamakali melakukan hubungan seksual penelitian

menunjukkan bahwa semakin mudah wanita melaukan

hubungan seksual semakin besar mendapatkan kanker

serviks. Hubungan seksual pad usia 20 tahun di anggap

masih terlalu mudah umur peningkatan usia seseorang

kinerja organ-organ dan kekebalan tubuhnya. Danitu

membuatnya relatif muda terserang berbagai infeksi. Kanker

rahim berpotensi paling besar pada usia antara 35-55 tahun.

3) Paritas

Paritas adalah kemampuan wanita untuk melahirkan secara

normal. Pada proses persalinan normal, baik bergerak

melalui mulut rahim dan ada kemungkinan sedikit merusak

jarinagn epitel ditempat tersebut. Pada kasus wanita yang

melahirkan lebih dari 2x dan dengan jarak yang terlalu dekat.

Keruskan jaringan epitel in berkembang kearah

pertumbuhan sel upnormal yang brtpotensi ganas.

4) Penurunan sistem kekebalan tubuh

Tunuh kita memiliki serangkaian sistem kekebalan yang

secara otomatis berusaha mengatasi gangguan-gangguan

infeksi dan pertumbuhan sel upnormal. Namun dalam

kondisi tertentu, sistem kekebalan ini dapat melemah

sehingga pengendalian gangguannya pun melemah. Kondisi


semacam ini terdapat pada wanita yang menjalani oprasi

gagal ginjal, atau pengidap virus HIV. Denga melemahnya

sistem kekebalan, maka perkembanagn infeksi tidak

terhambat, dan pertumbuhan sel upnormal terus meningkat

hingga mencapai tahap invasif (menyebar kemana-mana).

5) Pemakaian DES ( Diethilstilbestrol )

DES ( Diethilstilbestrol ) adalah obat penguat kehamilan

yang dikomsumsi untuk mencegah keguguran. Oabat ini

sekarang sudah tidak popular para ahli menyimpulkan DES

berpotensi menimbulakn sel kanker diwilayah serviks.

6) Pemakaian Pil KB.

Pemakaian pil KB secara terus menerus berpotensi

menimbulkan kanker seviks. Pada pemakaian lebih dari 5

tahun, resiko ini menetap menjadi 2x lebih besar dibanding

wanita yang tidak memakai pil KB.

7) RAS

Pola kehidupan sosial ekonomi tiap-tiap ras dapat

berpengaruh terhadap meningkatan resiko mengidap kanker

rahim. Hasil penelitian menunjukkan Ras afrika-amerika

paling beresiko tinggi mengidap kanker rahim. Sementara

Amerika-hispanik cenderung dibawahnya. Adapun ras Asia-

Amerika relatif sama dengan Amerika-Hispanik.

8) Polusi Udara
Polusi udara baik yang bersal dari asap rokok, emisi

kendaraan, pabrik dan sebagainya memiliki banyak

kandungan senyawa karsinogen yang berpotensi

memunculkan sel kanker

9) Pemakian anti septik di vagina

Wanita moderen selalu ingin tampil sempurna termasuk

diwilayah pribadinya. Kali ini banyak sekali produk antiseptik

khusus vagina yang bisa membuat vagina lebih bersih dan

selalu wangi. Namun pemakaian antiseptik yang terlalu

sering tidak baik. Antiseptik tersebut dapat membunuh

bakteri dosekitar vagina, termasuk bakteri yang

menguntungkan. Dan apabila digunakan dalam dosis yang

terlalu sering, maka zat antiseptik tersebut dapat

mengakibatkan iritasi pada kulit bibir vagina yang sangat

lembut. Iritasi ini bisa berkembang menjadi sel upnormal

yang berpotensi displasia.

10) Jumlah kehamilan dan partus

Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering

partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan

resiko mendapat larsinoma serviks.

11) Jumlah perkawinan


Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan

berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang

besar terhadap kanker serviks ini.

12) Inveksi Virus

Inveksi virus Herpes simpleks (HISV-2) dan virus papiloma

atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai faktor

penyebab kanker serviks.

d. Patofisioloi

Serviks mempunyai dua jenis sel epitel yang melapisi

nektoserviks dan endoserviks, yaitu sel epitel kolumner dan sel

epitel squamosa yang disatukan oleh Sambungan Squamosa

Kolumner (SSK).Proses metaplasia adalah proses pergantian

epitel kolumner dan squamosa. Epitel kolumner akan digantikan

oleh squamosa baru sehingga SSK akan berubah menjadi

Sambunga SquamosaSquamosa (SSS)/ squamosa berlapis.

Pada awalnya metaplasia berlangsung fisiologis Namun

dengan adanya mutagen dari agen yang ditularkan melalui

hubungan seksual seperti sperma, virus herpes simplek tipe II,

maka yang semula fisiologis berubah menjadi displasia.

Displasia merupakan karakteristik konstitusional sel seperti

potensi untuk menjadi ganas.

Hampir semua ca. serviks didahului dengan derajat

pertumbuhan prakanker yaitu displasia dan karsinoma insitu.


Proses perubahan yang terjadi dimulai di daerah

SquamosaColumner Junction (SCJ) atau SSK dari selaput

lendir portio. Pada awal perkembangannya, ca. serviks tidak

memberikan tanda-tanda dan keluhan. Pada pemeriksaan

speculum, tampak sebagai portio yang erosive (metaplasia

squamosa) yang fisiologik atau patologik.

1) Tumor dapat tumbuh sebagai berikut:

a) Eksofitik, mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai

masa proliferasi yang mengalami infeksi sekunder dan

nekrosis.

b) Endofitik, mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks

dan cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi

ulkus.

c) Ulseratif, mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur

jaringan serviks dan melibatkan awal fornises vagina

untuk menjadi ulkus yang luas.

2) Displasia pada serviks disebut Neoplasia Servikal

Intraepitelial (CIN). CIN ada tiga tingkatan yaitu:

a) CIN I : Displasia ringan, terjadi di epitel basal lapisan

ketiga, perubahan sitoplasmik terjadi di atas sel epitel

kedua dan ketiga.


b) CIN II : Displasia sedang, perubahan ditemukan

pada epitel yang lebih rendah dan pertengahan,

perubahan sitoplasmik terjadi di atas sel epitel ketiga.

c) CIN III : Displasia berat, terjadi perubahan nucleus,

termasuk pada semua lapis sel epitel, diferensiasi sel

minimal dan karsinoma insitu.

e. Klasifikasi Ca Cerviks

Penentuan diagnosis stadium kanker serviks sangat

penting untuk pengobatan atau penanganan yang tepat.

Stadium kanker serviks dibedakan menjadi 5 jenis. Menurut

Cancer Research UK tentang jenis kanker serviks diberikan

sebagai berikut:

1) Stadium 1

Stadium satu ditandai dengan sel kanker yang hanya ada

di serviks dan ukuran kelainannya kurang dari 3 mm.

Stadium ini berarti bahwa kanker hanya terdapat dalam

leher rahim. Biasanya dibagi menjadi 2 tahap pada

stadium ini, yaitu:

a) Stadium 1A

Pada stadium 1A pertumbuhan sangat kecil hanya

dapat dilihat dengan mikroskop. Stadium 1A1 berarti

kanker telah tumbuh kurang dari 3 milimeter (mm) ke

dalam jaringan leher rahim, dan kurang dari 7 mm


lebarnya. Stadium 1A2 berarti kanker telah tumbuh

antara 3 dan 5 mm ke dalam jaringan serviks, tetapi

masih kurang dari 7 mm lebarnya.

Gambar 1.3 Stadium 1A

b) Stadium 1B

Pada stadium 1B daerah kanker mulai meluas, tetapi

kanker masih hanya dalam jaringan serviks dan belum

menyebar. Biasanya dapat dilihat tanpa mikroskop,

tetapi tidak selalu terlihat. Pada stadium 1B1 kanker

tidak lebih besar dari 4 cm. Pada tahap 1B2 kanker

lebih besar dari 4 cm.

Gambar 1.4
Stadium 1B1 dan 1B2

2) Stadium 2

Pada kanker serviks stadium 2, kanker telah mulai

menyebar di luar leher rahim ke dalam jaringan sekitarnya.


Namun belum tumbuh ke dalam otot atau ligamen yang

melapisi pelvis (dinding panggul) maupun bagian bawah

vagina. Tahapan ini di bagi menjadi dua, yaitu:

a) Stadium 2A

Pada tahap 2A kanker telah menyebar ke dalam

bagian atas vagina.

Gambar 1.5 Stadium 2A

b) Stadium 2B

Pada tahap 2B kanker tersebar sampai ke jaringan di


sekitar leher rahim.
Gambar 1.5 Stadium 2B

3) Stadium 3

Kanker serviks stadium 3 telah menyebar keluar rahim tapi

masih berada didalam rongga panggul dan belum masuk

sampai kandung kemih atau rektum.Namun kelenjar getah

bening sudah bisa mengandung sel kanker. Kanker pada

stadium ini adalah kanker yang tingkat dan gejalanya

sudah semakin parah. Stadium 3 ini dibagi menjadi dua,

yaitu:
a) Stadium 3A

Stadium 3A apabila sel kanker telah menyebar ke

sepertiga bagian bawah vagina namun belum sampai ke

dinding panggul.

Gambar 1.6 Stadium 3A

b) Stadium 3B

Sedangkan stadium 3B, sel kanker telah menyebar ke

dinding panggul bahkan sudah bisa memblokir ureter

karena ukurannya yang sudah membesar. Sumbatan ini

bisa menyebabkan ginjal berhenti bekerja.

Gambar 1.7 Stadium 3B

4) Stadium 4

Kanker serviks stadium 4 telah menyebar ke kandung

kemih, rektum atau yang lainnya. Stadium 4 juga dibagi

menjadi dua, yaitu 4A dan 4B.

a) Stadium 4A

Stadium 4A telah menyebar ke kandung kemih, rektum

serta kelenjar getah bening.

Gambar 1.8 Stadium 4a


b) Stadium 4B

Stadium 4B, kanker telah menyebar keluar panggul dan

kelenjar getahbening lain selain panggul seperti hati,

perut, paru-paru, saluran pencernaan, tulang.

Gambar 1.9 stadium 4B

f. Tanda dan gejala

Menurut dari martha (2004), gejala kanker serviks dalam

kondisi pra-kanker ditandai dengan Fluor albus (keputihan)

merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang keluar dari

vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dak

nekrosis jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor

menjadi ulseratif. Perdarahan yang dialami segera setelah

bersenggama (disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan

gejala karsinoma serviks (75-80%). Gejala kanker serviks dapat

digolongkan menjadi dua, yakni gejala awal dan gejala lanjutan.

Gejala awal kanker serviks biasanya dialami oleh penderita

kanker serviks stadium I dan IIA. Sedangkan gejala kanker

serviks stadium lanjut biasanya dialami oleh penderita kanker


serviks stadium IIB sampai dengan IVB, di mana sel kanker

sudah keluar dari serviks dan uterus (rahim).

Pada tahap awal, terjadi kanker serviks tidak ada gejala-

gejala khusus. Biasanya timbul gejala berupa

ketidakteraturannya siklus haid, amenrea, hipermenorea, dan

penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan

intermenstrual, poskoitus serta latihan berat. Perdarahan yang

has terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang keluar berbentuk

mukoit.

Nyeri dirasakan dapat menjalar ke ektermitas bagian

bawah dari daerah lumbal. Pada tahap lanjut gejala yang

mungkin dan bisa timbul lebih bervariasi. Sekret dari vagina

berwatna kuning, berbau, dan terjadi intasi vagina serta mukosa

vulva. Perdarahan pervagina akan semakin sering terjadi dan

nyeri semakin progresif.

Pada tahap yang lebih lanjut dapat terjadi komlikasi

vistulvesika vagina. Sehingga urine feaces dapat keluar melalui

vagina. Gejala lain yang dapat terjadi adalah nausea, muntah,

demam dan anemia. Pada kanker serviks stadium 4, muncul

gejala lanjutan yang meliputi ;

1) Nyeri punggung bawah, perut bagian bawah, atau pada

tulang.
2) Rasa lelah serta tidak bertenaga, kehilangan selera makan,

dan penurunan berat badan.

3) Pucat karena perdarahan abnormal dari vagina.

4) Sesak napas karena anemia atau penyebaran kanker ke

paru-paru.

5) Penurunan jumlah urine, urine berdarah, atau inkontinensia

urine.

6) Kebocoran urine atau tinja ke dalam vagina, yang terjadi

karena munculnya saluran abnormal (fistula) antara vagina,

kandung kemih, dan

7) Konstipasi.

8) Pembengkakan pada salah satu tungkai.

Tahapan-tahapan pada kanker serviks

1) Tahap Klinis

Penentuan tahap klinis penting dalam memperkirakan

penyebaran penyakit, membantu prognosis dan rencana

tindakan dan memberikan arti perbandingan dan metode

therapy.

Tahap stadium klinik yang dipakai sekarang ialah

pembagaian yang ditentukan oleh international Federation of

Gynecologi and Obstetrics (FIGO) tahun 1976. Pembagian

ini didasrkan atas pemeriksaan klinik, radiologi, kinetase

endoserviks, dan biopsy.


Tahapan-tahapan tersebut yaitu :

a) Karsinoma pre invasive

b) Karsinoma institu, karsinoma intra epitel

c) Karsinoma invasive

2) Stadium I karsinoma tersebut pada serviks

a) Karsinoma mikro invasive (invasi stoma awal)

b) Stadium I lainnya, karsinoma invasive yang terbatas

pada serviks

3) Stadium II karsinoma meluas keluar serviks, tetapi tidak

mencapai dinding panggul

a) Para metrium masih bebas

b) Para metrium sudah terkena

4) Stadium III karsinoma sudah mencapai dinding panggul pada

pemeriksaan rectal tidak ada celah antara tumor mencapai

1/3 distal vagina, dengan komplikasi hidronefrosis dan

afungsi ginal.

a) Belum mencapai dinding panggul

b) Sudh mencapai dinding panggul dan atau ada

idronefrosis atau afungsi ginjal

5) Stadium IV karsinoma sudah meluas keluar velvik kecil (True

velvic atau secara klinik sudah mengenai mukaso veksika

urinaria dan rektum).

a) Menyebar ke organ sekitarnya


b) Menyebar ke organ yang jauh.

g. Pemeriksaan penunjang

1) Sitologi/Pap Smear

Salah satu pemeriksaan sitologi yang bisa dilakukan

adalah pap smear. Pap smear merupakan salah satu cara

deteksi dini kanker leher rahim. Test ini mendeteksi adanya

perubahan-perubahan sel leher rahim yang abnormal, yaitu

suatu pemeriksaan dengan mengambil cairan pada laher

rahim dengan spatula kemudian dilakukan pemeriksaan

dengan mikroskop. Saat ini telah ada teknik thin prep (liquid

base cytology ) adalah metoda pap smear yang dimodifikasi

yaitu sel usapan serviks dikumpulkan dalam cairan dengan

tujuan untuk menghilangkan kotoran, darah, lendir serta

memperbanyak sel serviks yang dikumpulkan sehingga akan

meningkatkan sensitivitas. Pengambilan sampel dilakukan

dengan mengunakan semacam sikat (brush) kemudian sikat

dimasukkan ke dalam cairan dan disentrifuge, sel yang

terkumpul diperiksa dengan mikroskop. Pap smear hanyalah

sebatas skrining, bukan diagnosis adanya kanker serviks.

Jika ditemukan hasil pap smear yang abnormal, maka

dilakukan pemeriksaan standar berupa kolposkopi.

Penanganan kanker serviks dilakukan sesuai stadium


penyakit dan gambaran histopatologimnya. Sensitifitas pap

smear yang dilakukan setiap tahun mencapai 90%

Keuntungan: murah dapat memeriksa bagian-bagian

yang tidak terlihat.

Kelemahan: tidak dapat menentukan dengan tepat

lokalisasi.

Gambar 1.10
Pemeriksaan Sitologi/Pap Smear

2) Schillentest

Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen

karena tidak mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium

maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat

tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.

3) Koloskopi

Pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop)

yang digunakan untuk mengamati secara langsung

permukaan serviks dan bagian serviks yang abnormal.

Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks

dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali. Dengan


kolposkopi akan tampak jelas lesi-lesi pada permukaaan

serviks, kemudian dilakukan biopsi pada lesi-lesi tersebut.

Keuntungan: dapat melihat jelas daerah yang

bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy.

Kelemahan: hanya dapat memeiksa daerah yang

terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan pada skuamosa

columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.

4) Kolpomikroskopi

Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan

pembesaran sampai 200 kali

5) Biopsi

Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis

karsinomanya.

6) Konisasi

Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput

lendir serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi

dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks

tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.

7) IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)

IVA merupakan tes alternatif skrining untuk kanker

serviks. Tes sangat mudah dan praktis dilaksanakan,

sehingga tenaga kesehatan non dokter ginekologi, bidan

praktek dan lain-lain. Prosedur pemeriksaannya sangat


sederhana, permukaan serviks/leher rahim diolesi dengan

asam asetat, akan tampak bercak-bercak putih pada

permukaan serviks yang tidak normal.

Gambar 1.11
Pemeriksaan IVA

(Inspeksi Visual

Asam Asetat)

8) Pemeriksaan darah lengkap

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat

komplikasi pendarahan yang terjadi pada penderita kanker

serviks dengan mengukur kadar hemoglobin yang akan

menurun , leukosit meningkat, trombosit meningkat dan

kecepatan pembekuan darah yang berlangsung dalam sel-

sel tubuh

h. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dilakukan pada klien kegawat

daruratan kanker serviks, tergantung pada stadiumnya.


penatalaksanaan medis terbagi menjadi tiga cara yaitu:

histerektomi, radiasi dan kemoterapi.

Menurut Tanto (2014) penatalaksanaan medis secara

umumberdasarkan stadium kanker serviks:

Tabel 1.12
Klasifikasi penatalaksanaan
STADIUM PENATALAKSANAAN
Biopsi kerucut
0 Histerektomi transvaginal
Biopsi kerucut
Ia
Histerektomi transvaginal
Histerektomi radikal dengan
limfadenektomi panggul dan
evaluasi kelenjar limfe
Ib,Iia
paraaorta (bila terdapat
metastasis dilakukan radioterapi
pasca pembedahan
IIb, III, IV Histerektomi transvaginal
Radioterapi
IVa, IVb Radiasi paliatif
Kemoterapi

2. Konsep Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara

sistematis yang bertujuan untuk menentukan status kesehatan

dan fungsional klien pada saat ini dan riwayat sebelumnya

(Potter & Perry, 2013). Pengkajian keperawatan terdiri dari dua

tahap yaitu mengumpulkan dan verifikasi data dari sumber

primer dan sekunder dan yang kedua adalah menganalisis


seluruh data sebagai dasar untuk menegakkan diagnosis

keperawatan.

1) Pengkajian Primer

Menurut Jevon dan Ewens (2007), pengkajian Airway (A),

Breathing (B), Circulation (C), Disabillity (D), Expossure (E)

pada pengkajian gawat darurat Carsinoma serviks adalah.

a) Airway

Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Tanda-tanda

terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien antara lain:

adanya snoring atau gurgling, stridor atau suara nafas

tidak normal, agitasi (hipoksia), penggunaan otot bantu

pernafasan. Look dan listening bukti adanya masalah

pada saluran nafas bagian atas dan potensial penyebab

obstruksi: lendir/secret, muntahan, perdarahan

(Thygerson, 2011)

Pengkajian Airwaypada pasien Ca cerviks adanya

sumbatan/obstruksi jalan nafas oleh penumpukan sekret

aibat kelemahan refleks batuk dan terdapat bunyi nafas

tambahan snoring. (Nanda NIC-NOC, 2015) .

a) Diagnosa Keperawatan

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan

dengan sekresi yang tertahan.


Table 2.4 Tanda dan Gejala pada Bersihan Jalan
Nafas Tidak Efektif

Gejala dan tanda mayor

Subjektif Objektif

1. Batuk tidak efektif


(Tidak tersedia)
2. Tidak mampu batuk

3. Sputum berlebih

4. Mengi, wheezing dan/atau ronkhi

kering

5. Mekonium dijalan nafas (pada

neonates)

Gejala dan tanda minor

Subjektif Objektif

1. Dispnea 1. Gelisah

2. Sulit 2. Sianosis

berbicara 3. Bunyi nafas menurun

3. Ortopnea 4. Frekuensi nafas berubah

5. Pola nafas berubah

6. Mata terbuka lebar


b) Intervensi Keperawatan

Tabel 2.5
Intervensi Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berdasarkan SLKI dan SIKI
No Diagnosa Tujuan Intervensi

1 Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas

efektif berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 8 jam, Observasi

sekresi yang tertahan. diharapkan bersihan jalan nafas Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman,

efektif yang dibuktikan dengan usaha nafas)

kriteria hasil: Monitor bunyi nafas tambahan (mis.

a. Pasien mampu batuk efektif gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering)

b. Tidak ada produksi sputum Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)

dalam jumlah berlebih


Terapeutik
c. Tidak ada bunyi nafas
Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan
tambahan
head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika
d. Frekuensi nafas dalam rentang
normal (16-20 x/mnt) dicurigai trauma servikal)

e. Tidak ada perubahan pola Posisikan semi fowler atau fowler

nafas Berikan minuman hangat

Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

Lakukan pengisapan lendir kurang dari 15

detik

Lakukan hiperoksigenasi sebelum

pengisapan endotrakeal

Keluarkan sumbatan benda padat dengan

forsep McGill

Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika

tidak kontraindikasi
Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian bronkodilator,

ekpektoran, mukolitik jika perlu


b) Breathing

Menurut Wilkinson & Skinner, 2000 dikutip oleh

(Rani, 2013) pengkajian pada pernafasan dilakukan untuk

menilai kepatenan jalan nafas dan keadekuatan

pernafasan pada pasien. Pada pasein Ca cerviks

pengkajian pada breating Look, listen dan feel dilakukan

penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi pasien. Sesak

napas terjadi pada pasein ca cerviks karena anemia atau

penyebaran kanker ke paru-paru.Tanda-tanda umum

adanya distress pernafasan adalah penggunaan otot

bantu pernafasan, dispneu, pola pemasangan yang tidak

teratur, kedalaman napas, frekuensi pernafasan, ekspansi

paru, pengembangan dada, retraksi dada dan auskultasi

untuk adanya: suara abnormal pada dada.

a) Diagnosa Keperawatan

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi

pusat pernapasan

Table 2.6 Tanda dan Gejala pada Pola Nafas Tidak


Efektif

Gejala dan tanda mayor

Subjektif Objektif

1. Penggunaan otot bantu pernapasan


Dyspnea 2. Fase ekpirasi memanjang

3. Pola nafas abnormal (mis. takipnea,

bradipnea, hiperventilasi, kussmaul,

cheyne-stokes)

Gejala dan tanda minor

Subjektif Objektif

1. Pernapasan pursed-lip
Ortopnea
2. Pernapasan cuping hidung

3. Diameter toraks anterior-posterior

meningkat

4. Ventilasi semenit menurun

5. Kapasitas vital menurun

6. Tekanan ekpirasi menurun

7. Tekanan inspirasi menurun

8. Ekskursi dada berubah


b) Intervensi Keperawatan

Tabel 2.7
Intervensi Keperawatan Pada Pola Nafas Tidak Efektif berdasarkan SLKI dan SIKI

No Diagnosa Tujuan Intervensi

1 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Dukungan Ventilasi

berhubungan dengan depresi keperawatan selama 1 x 8 jam, Observasi

pusat pernapasan diharapkan pola nafas efektif yang Identivikasi adanya kelelahan otot bantu

dibuktikan dengan kriteria hasil: nafas

a. Frekuensi nafas dalam rentang Identifikasi efek perubahan posisi terhadap

normal (16-22x/menit) status pernafasan

b. Tidak penggunaan otot bantu Monitor status respirasi dan oksigenasi

pernafasan (mis. frekuensi dan kedalaman nafas,

c. Tidak ada pernapasan pursed- penggunaan otot bantu nafas, bunyi nafas

lip tambahan, saturasi oksigen)

d. Tidak ada pernapasan cuping


hidung Terapeutik

Pertahankan kepatenan jalan nafas

Berikan posisi semi fowler atau fowler

Fasilitasi mengubah posisi senyaman

mungkin

Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan (mis.

nasal kanul, masker wajah, masker

rebreathing, atau non rebreathing)

Gunakan bag-valve mask, jika perlu

Edukasi

Ajarkan melakukan teknik relaksasi nafas

dalam

Ajarkan mengubah posisi secara mandiri


Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian bronkodilator, jika

perlu
c) Diagnosa Keperawatan

Gangguan Pertukaran Gas

Table 2.6 Tanda dan Gejala pada gangguan


pertukaran Gas

Gejala dan tanda mayor

Subjektif Objektif

1. PCO2 meningkat/menurun
Dyspnea
2. PO2 Mneurun

3. Takikardia

4. pH atrial meningkat/menurun

5. Bunyi nafas tambahan

Gejala dan tanda minor

Subjektif Objektif

9. Sianosis
Pusing
10. Diaforesis
Penglihatan
11. Gelisa
Kabur
12. Nafas cuping hidung

13. Pola nafas abnormal

14. Warna kulit abnornal

15. Kesadaran menurun


d) Intervensi Keperawatan

Tabel 2.7
Intervensi Keperawatan Pada Gangguan Pertukaran Gas berdasarkan SLKI dan SIKI

No Diagnosa Tujuan Intervensi

1 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi

berhubungan dengan depresi keperawatan selama 1 x 8 jam, Observasi

pusat pernapasan diharapkan pola nafas efektif yang Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan

dibuktikan dengan kriteria hasil: upaya nafas

e. Frekuensi nafas dalam rentang monitor pola nafas (bradipnea, takipnea)

normal (16-22x/menit) Monitor kemampuan batuk efektif

f. Tidak penggunaan otot bantu Monitor status oksigen

pernafasan Monitor nilai AGD

g. Tidak ada pernapasan pursed-


Terapeutik
lip
Atur interval pemantauan respirasi sesuai
h. Tidak ada pernapasan cuping
hidung kondisi pasien

dokumentasi hasil pemantauan

Edukasi

Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

informasikan hasil pemantauan, jika perlu


c) Circulation

pada pengkajian ini khususnyapada pasien dengan

Carsinoma serviks dilakukan pengkajian volume darah

dan cardiac output serta perdarahan. Pengkajian ini

meliputi tingkat kesadaran, kadang terjadi penurunan

kesadaran, warna kulit menjadi pucat, peningkatan nadi

dan adanya pendarahan, hipotensi/hipertensi, takikardia,

takipnea, oucat, ekstremitas dingin, capilary refill time >2

detik dan asites

a) Diagnosa Keperawatan

Pefusi perifer tidak efektif berhubungan dengan

penurunan konsentrasi hemoglobin (pendarahan).

Table 2.8 Tanda dan Gejala pada Perfusi Perifer


Tidak Efektif

Gejala dan tanda mayor

Subjektif Objektif

1. Pengisian kapiler >3 detik


(Tidak
2. Nadi perifer menurun atau tidak
tersedia)
teraba

3. Akral teraba dingin

4. Warna kulit pucat

5. Turgor kulit menurun

Gejala dan tanda minor


Subjektif Objektif

1. Parastesia 1. Edema

2. Nyeri 2. Penyembuhan luka lambat

ekstermitas 3. Indeks ankie-brachial<0,90

(klaudikasi 4. Bruit femoral

intermiten)
b) Intervensi Keperawatan

Tabel 2.9
Intervensi Keperawatan Pada Perfusi Perifer Tidak Efektif berdasarkan SLKI dan SIKI

No Diagnosa Tujuan Intervensi

1 Pefusi perifer tidak Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Tanda Vital

efektifberhubungan dengan keperawatan selama 1 x 8 jam, Observasi

perdarahan diharapkan keefektifan perfusi Monitor tekanan darah

jaringan perifer yang dibuktikan Monitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama)

dengan kriteria hasil: Monitor pernafasan (frekuensi, kedalaman)

a. Tidak ada perubahan warna Monitor suhu tubuh

kulit Monitor oksimetri nadi

b. Tidak ada edema perifer Monitor tekanan nadi (selisih TDS dan TTD)

c. Tidak ada keringat dingin Identifikasi penyebab perubahan tanda vital

d. Tidak ada akral dingin Terapeutik


e. CRT <2 detik Atur interval pemantauan sesuai kondisi

pasien

Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

Informasikan hasil pemantauan, jika perlu


Resiko Ketidakseimbangan Cairan

Table 2.8 Tanda dan Gejala pada Resiko


Ketidakseimbangan Cairan

Fktor Resiko

1. Prosedur pembedahan mayor

2. Trauma/perdarahan

3. Luka bakar

4. Aferesis

5. Asites

6. Obstruksi intestinal

7. Peradangan pankreas

8. Penyakit ginjal dan kelender

9. Disfungsi intestinal
c) Intervensi Keperawatan

Tabel 2.9
Intervensi Keperawatan Pada Resiko Ketidakseimbangan Cairan berdasarkan SLKI dan SIKI

No Diagnosa Tujuan Intervensi

1 Resiko Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Cairan

Cairan keperawatan selama 1 x 8 jam, Observasi

diharapkan Resiko Monitor status hidrasi (Mis. Frekuensi nadi,

Ketidakseimbangan Cairan yang kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler,

dibuktikan dengan kriteria hasil: kelembapan kapiler, turgor kulit, tekanan

darah)

monitor berat badan harian

Monitor berat badan sebelum dan sesudah

dialisis

Monitor hasil pemeriksaan laboratorium


Monitor status hemodinamik

Terapeutik

catat intake-output dan hitung balans cairan

24 jam

berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan

berikan cairan intraven, jika perlu

Kolaborasi

kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu


d) Disability

Pada pengkaian Disabilitydilakukan pengkajian

neurologi, untuk mengetahui kondisi umum dengan

pemeriksaan cepat status umum neurologis dengan

mengcek kesadaran, dan reaksi pupil. (Tutu, 2015)

e) Exposure

Secara khusus, pemeriksaan harus dipusatkan pada

bagian tubuh yang paling berkonstribusi pada status

penyakit pasien. Pada kasus Ca cerviks masalah yang

terjadi pada exposure yaitu terjadi peningkatan suhu

tubuh, nyeri pada abdomen,terasa nyeri pada bagian

panggul (pelvis) atau perut bagian bawah bila ada radang

panggul, bila nyeri didaerah pinggang ke bawah

kemungkinan terjadi infiltrasi kanker pada serabut saraf

lumbosakral, dan gangguan saat berkemih, atau kesulitan

buang air kecilkarena adanya sumbatan pada saluran

kencing, nyeri di daerah kandung kemih serta anus.

a) Diagnosa Keperawatan

Nyeri akut berhubungan dengan lesi karena

metastasis
Table 2.11 Tanda dan Gejala pada Nyeri Akut
Gejala dan tanda mayor

Subjektif Objektif

1. Mengeluh 1. Tampak meringis

nyeri 2. Bersikap prospektif (mis. waspada,

posisi menghindari nyeri)

3. Gelisah

4. Frekuensi nadi meningkat

5. Sulit tidur

Gejala dan tanda minor

Subjektif Objektif

1. Tekanan darah meningkat


(tidak tersedia)
2. Pola nafas berubah

3. Nafsu makan berubah

4. Proses berpikir terganggu

5. Menarik diri

6. Berfokus pada diri sendiri

7. Diaphoresis
b) Intervensi Keperawatan

Tabel 2.12
Intervensi Keperawatan Pada Nyeri Akut berdasarkan SLKI dan SIKI

No Diagnosa Tujuan Intervensi

1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri

dengan lesi karena keperawatan selama 1 x 8 jam,


Observasi
metastasis diharapkan nyeri berkurang yang
Identifikasi lokasi, karakteristik,durasi,
dibuktikan dengan kriteria hasil:
frakuensi, kualitas, intensitas nyeri
a. Tidak ada keluhan nyeri

b. Tidak ada ekpresi meringis Identifikasi skala nyeri

c. Pasien nampak tenang Identifikasi respon nyeri non verbal


d. Nyeri tidak mengganggu
Identifikasi faktor yang memperberat dan
aktivitas
memperingan nyeri

Identifikasi pengetahuan dan keyakinan


tentang nyeri

Identifikasi pengaruh budaya terhadap

respon nyeri

Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas

hidup

Monitor keberhasilan terapi komplementer

yang sudah diberikan

Monitor efek samping penggunaan

analgetik

Terapeutik

Berikan teknik non farmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri


Kontrol lingkungan yang memperberat rasa

nyeri

Fasilitasi istirahat dan tidur

Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri

dalam pemilihan stategi meredakan nyeri

Edukasi

Jelaskan penyebab, periode, danpemicu

nyeri

Jelaskan stategi meredakan nyeri

Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

Anjurkan menggunakan analgetik secara

tepat
Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgesik


2) Pengkajian Sekunder

Pengkajian sekunder meliputi pengkajian subjektif dan objektif dari

riwayat keperawatan (Riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit

terdahulu, riwayat pengobatan, riwayat keluarga) dan pengkajian dari

kepala sampai kaki. Pengkajian sebagai berikut:

a) Faranheit (Suhu tubuh) : kaji suhu tubuh, dan suhu lingkungan

b) Exposure : kaji tekanan darah, irama dan kekuatan nadi, saturasi

oksigen

c) Head to toe assement (pengkajian dari kepala hingga kaki) meliputi

pengkajian riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu,

riwayat pengobatan, riwayat penyakit keluarga.

Berikut pengkajian keperawatan pada pasien kanker serviks

(Prabowo E & Eka, 2014):

a) Biodata

b) Keluhan Utama

Keluhan sangat bervariasi, terlebih jika terdapat penyakit sekunder

yang menyertai.

c) Riwayat Penyakit Sekarang

d) Riwayat Keluarga, Seorang ibu yang mempunyai riwayat ca serviks.

e) Siklus Menstruasi yang tidak teratur atau terjadi perdarahan diantara

siklus haid adalah salah satu tanda gejala kanker leher rahim.

f) Gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan - makanan cepat saji

dapat memicu sel kanker untuk tumbuh dengan cepat, pada orang –

orang dengan gemar berganti - ganti pasangan dengan

mengesampingkan efek negatifnya kemungkinan besar dapat timbul


gejala - gejala tersebut sehingga mengarah pada terjadinya kanker

leher rahim.

g) Perilaku seks berganti - ganti pasangan. Dengan perilaku tersebut

kemungkinan virus penyebab terjadinya kanker serviks dapat

ditularkan dengan mudah

h) Riwayat Psikososial

Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jika klien memiliki koping

adaptif yang baik. Pada klien kanker serviks, biasanya perubahan

psikososial terjadi pada waktu pasien mengalami perubahan struktur

fungsi tubuh .Selain itu, kondisi ini juga dipicu oleh biaya yang

dikeluarkan selama proses pengobatan, sehingga pasien mengalami

kecemasan.

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon

individu, keluarga, dan komunitas terhadap masalah kesehatan atau

proses kehidupan ataupun kerentanan respon

c. Intervensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan merupaka langkah ketiga dalam proses

keperawatan yang terdiri dari dua langkah (Potter & Perry, 2013).

Langkah pertama adalah menetapkan tujuan dan hasil yang harapkan

bagi klien. Langkah kedua perencanaan keperawatan adalah

merencanakan intervensi keperawatan yang akan diimplementasikan ke

pasien. Dalam menetapkan tujuan dan kriteria hasil perawat

menggunakan pedoman Nursing Outcomes Classification


(NOC).Sedangkan dalam merencanakan intervensi keperawatan

digunakan Nursing Intervensions Classification (NIC)

d. Impelemntasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat proses

keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana

keperawatan (Potter & Perry, 2013). Pada tahap ini perawat akan

mengimplementasikan intervensi yang telah direncanakan berdasarkan

hasil pengkajian dan penegakkan diagnosis yang diharapkan dapat

mencapai tujuan dan hasil sesuai yang diinginkan untuk mendukung dan

meningkatkan status kesehatan klien.

Penerapan implementasi keperawatan yang dilakukan perawat

harus berdasarkan intervensi berbasis bukti atau telah ada penelitian

yang dilakukan terkait intervensi tersebut. Hai ini dilakukan agar menjamin

bahwa intervensi yang diberikan aman dan efektif (Miller, 2012). Dalam

tahap implementasi perawat juga harus kritis dalam menilai dan

mengevaluasi respon pasien terhadap pengimplementasian intervensi

yang diberikan.

e. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap kelima dari prsoes keperawatan. Tahap

ini sangat penting untuk menentukan adanya perbaikan kondisi atau

kesejahteraan klien (Perry & Potter, 2013). Hal yang perlu diingat bahwa

evaluasi merupakan proses kontinu yang terjadi saat perawat melakukan

kontak dengan klien. Selama proses evaluasi perawat membuat

keputusan-keputusan klinis dan secara terus-menerus mengarah kembali

ke asuhan keperawatan. Tujuan asuhan keperawatan adalah membantu


klien menyelesaikan masalah kesehatan actual, mencegah terjadinya

masalah risiko, dan mempertahankan status kesehatan sejahtera. Proses

evaluasi menentukan keefektifan asuhan keperawatan yang diberikan.

Perawat dapat menggunakan format evaluasi SOAP untuk

mengevaluasi hasil intervensi yang dilakukan. Poin S merujuk pada

respon subjektif pasien setelah diberikan intervensi. Poin O melihat pada

respon objektif yang dapat diukur pada pasien setelah dilakukannya

intervensi. Poin A adalah analisis perawat terhadap intervensi yang

dilakukan. Poin P adalah perencanaan terkait tindakan selanjutnya

sesuai analisis yang telah dilakukan sebelumnya.


B. Tinjauan Kasus

1. Pengkajian

Ruangan : IGD OBGYN

Tanggal : 07-10-2019

Jam : 02.16 wita

b. Identitas pasien

No. Rekam Medis : 897xxx

Nama : Ny. “ N”

Jenis Kelamin : Perempuan

Tgl/ Umur : 50 tahun

Alamat : Palu

Rujukan dari : RS Banggai

Diagnosa : CA Ceviks

Nama keluarga yang bisa dihubungi :Tn“M”

Transfortasi waktu datang : Mobil Taxi

Alasan masuk :

Keluarga Klien masuk rumah sakit rujukan dari RS Banggai,

psien mengeluh nyeri pada perut tembus kebelakang yang

dialami sejak 1 minggu yang lalu. Sebelumnya ada darah

keluar dari vagina sejak beberapa bulan terakhir dan sudah 3

hari tidak pernah BAK.


c. Primary survey

A. Airway

1. Pengkajian jalan napas

 Bebas Tersumbat

Trachea di tengah :  Ya Tidak

a. Resusitasi : -

b. Re evaluasi : -

2. Masalah keperawatan :-

3. Intervensi/ Implementasi : -

4. Evaluasi :-

B. Breathing

1. Fungsi pernapasan :

a. Dada simetris :  Ya Tidak

b. Sesak napas :  Ya Tidak

c. Pola Napas : Dipsneu

d. Respirasi : 26 x/menit, dan terdapat penggunaan

otot bantu pernapasan.

e. Krepitasi : Ya Tidak

f. Suara napas : Teratur (vesicular), dan tidak terdapat

suara napas tambahan seperti Ronchi,wheezing.

g. Saturasi 02 : 99 %

h. Assesment : -

i. Resusitasi : -
j. Re evaluasi :-

2. Masalah keperawatan : Ketidakefektifan Pola nafas

C. Circulation

1. Tekanan darah: -

2. HR : 73 kali/menit, Reguler

3. Suhu axilla : 36ºC

4. Temperatur Kulit : Dingin

5. Gambaran kulit : Pucat

6. Perdarahan : Ya

Lokasi perdarahan : pada vagina

7. Pengisian Kapiler : >3 detik

8. Assesment : -

9. Resusitasi :Tidak dilakukan resusitasi

10. Re-evaluasi : Tidak dilakukan resusitasi

11. Masalah keperawatan : Ketidakefektifan perfusi

jaringan perifer

D. Disability

1. Penilaian fungsi neurologis

Kesadaran Apatis dengan GCS 13 (E3 M 6 V4)

2. Masalah keperawatan : -

3. Intervensi/Implementasi : -

4. Evaluasi : -
E. Exposure

1. Penilaian Hipotermia/hipertermia

Tidak ada peningkatan dan penurunan suhu, dengan

suhu : 36,oC

2. Pengkajian Nyeri :

P : Pada saat bergerak

Q : Tertusuk-tusuk

R : Abdomen bagian bawah

S: Skala 4 NRS

T: 3-5 menit, hilang timbul

3. Masalahkeperawatan : Nyeri Akut b/d agen cidera

biologis (CA Cerviks)

REAKSI PUPIL
Tabel 1.4
Reaksi pupil
Kanan Ukuran (mm) Kiri Ukuran

(mm)

Cepat 2,5 mm 2,5 mm

Kontriksi - -

Lambat - -

Dilatasi - -

Tak bereaksi - -
2. PENGKAJIAN SEKUNDER

a. Riwayat kesehatan

1. S : Sign/Symtom (tanda dan gejala) :

Pada saat pengkajian pasien mengeluh nyeri pada perut

bagian bawah disertai pendaran pada jalan lahir.

Keadaan umum pasien lemah, pasien namapak

meringis.

2. A : alergi:

Pasien mengatakan tidak ada alergi obat dan makanan.

3. M: pengobatan:

Ketorolac 30mg/8jam/IV

4. P : Riwayat penyakit:

5. L :Makanan yang dikomsumsi terakhir,sebelum sakit:

Pasien mengatakan makanan terakhir sebelum kejadian

yaitu nasi, ikan dan sayur.

6. E : Kejadian sebelum injury/sakit: -

b. Riwayat dan mekanisme trauma

1. O: Onset ( seberapa cepat efek dari suatu interaksi terjadi) :

Pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah dan disertai

pendarahan.

2. P : Provokatif (penyebab ) :

Ca Serviks

3. Q : Quality(kualitas ) :
Seperti tertusuk-tusuk

4. R : Radiation( paparan) :

Abdomen bagian bawah

5. S : Severity (tingkat keparahan) :

Nyeri dengan skala 4 (sedang)

6. T : Timing (waktu) :

Nyeri hilang timbul sekitar 3-5 menit.

Tanda – Tanda Vital

1. Frekuensi Nadi : 71 x/menit

2. Tekanan Darah : 148/85 mmHg

3. Pernafasan : 26x/i

4. Suhu tubuh : 36oC

c. Pemeriksaan Fisik

1. Kepala

a. Kulit kepala :

1) Inspeksi : Rambut berwarna hitam, kulit kepala tampak

bersih, dan tidak ada ketombe.

2) Palpasi : Tidak teraba adanya massa dan tidak ada

nyeri tekan

b. Mata

1) Inspeksi : Tidak ada perdarahan subkujungtiva,

konjungtiva tidak anemis, skelera tampak jernih, tidak

ada cedera pada kornea, dan pupil isokor.


2) Palpasi : Tidak teraba adanya massa

c. Telinga

1) Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak tampak adanya

serumen.

2) Palpasi : Tidak teraba adanya massa dan tidak ada

nyeri tekan

d. Hidung

1) Inspeksi : Tampak bersih, posisi septum berada

ditengah, tidak ada benjolan pada hidung, dan tidak

terdapat rinorhea.

2) Palpasi : Tidak teraba adanya massa

e. Mulut dan gigi

Inspeksi: Mukosa mulut tampak lembab, gigi tampak

putih, jumlah gigi 33 dan tidak terdapat

stomatitis.

f. Wajah

Inspeksi : Wajah tampak meringis.

g. Leher

Inspeksi : Tidak terdapat pembesaran tonsil.

h. Dada/thoraks

Paru-paru ;
1) Inspeksi : Simetris antar kedua lapang paru,

menggunakan otot bantu pernapasan dada, frekuensi

napas : 20 x/menit.

2) Palpasi :Tidak ada nyeri tekan

3) Perkusi :Terdengar bunyi sonor.

4) Auskultasi : Suara napas teratur (vesicular), dan

ada suara napas tambahan wheezing.

i. Jantung

1) Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

2) Perkusi : Suara pekak, batas atas intekostal 3 kiri,

batas kanan linea paasteral kanan, batas kiri linea mid

clavicularis kiri, batas bawah intercostals 6 kiri

3) Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni reguler,

bising tidak ada.

j. Abdomen

1) Inspeksi : Bentuk bulat, warna kulit sawo matang,

Nampak adanya striae dan nampak ada bekas luka

operasi SC.

2) Auskultasi : peristaltic usus 12 kali/menit

3) Palpasi : Kandung kemih tidak teraba, TFU : sulit dinilai.

Klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah, tidak

ada massa pada abdomen, tidak ada nyeri tekan.

4) Perkusi : -
k. Genitalia

1) Inspeksi : Nampak perdarahan ±150 cc

2) Palpasi :Tidak dikaji.

l. Ekstremitas

1) Status sirkulasi : Pengisian kapiler pada ektermitas atas

dan bawah >2 detik. Terpasang infus pada ektermitas

kanan atas dengan cairan Nacl 28 tetes/menit.

2) Keadaan injury : Tidak ada

m. Neurologis

Fungsi sensorik: Pasien dapat merasakan stimulus berupa

sentuhan ringan pada anggota tubuh.

Fungsi Motorik: Pasien dapat mengangkat kedua kakinya

dan tangannya dan mampu menahan dorongan. Kekuatan

otot 5 5

5 5

3. HASIL LABORATORIUM :

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal dan Satuan

HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
WBC 26.4 4.00-10.00 [106/mm3]
RBC 3,43 4.00-6.00 [106/mm3]
HGB 9.6 12-16 g/dl
HCT 29 37.0-48.0 %
MCV 84 80.0-97.0 fl
MCH 28 26.5-33.5 pg
MCHC 33 31.5-35.0 g/dl
RDW-CV 14.6 10.0-15.0 %
PLT 90 150-400[10ˆ3/ul]
PDW 10.6 10.0-18.0 fl
MPV 9.8 6.50-11.0 fl
PCT 0.40 0.15-0.50 %
NEUT 95.5 52.0-75.0 %
LYMPH 1.8 20.0-40,0%
MONO 2.5 2.0-8.0 [10ˆ3/ul]
EO 0.0 1.0-10.0 [10ˆ3/ul]
BASO 0.2 0.00-0.10 [10ˆ3/ul]
KIMIA DARAH
Fungsi Ginjal
Ureum 240 10-50 mg/dl
Kreatinin 24.85 P (<1.1) mg/dl
Analisa Gas Darah
PH 7.211 7.35-7.45
SO2 98.6 95-98 %
PO2 140.2 80.0-100.0 mmHg
ctO2 12.3 15.8-22.3 ml/dl
PCO2 32.3 35.0-45.0 mmHg
ctCO2 14.1 23-27 mmol/l
HCO3 13.1 22-26 mmol/l
BE 15.0 -2 s/d +2 mmol/l
Elektrolit
Natrium 140 136-145 mmol/l
Klorida 107 97-111 mmol/l
Kalium 7.9 3.5-5.1 mmol/l
4. PENGOBATAN :

Oksigen kanul nasal 4 Liter/menit

IFVD Range Laktat 28 TPM

5. ANALISA DATA

Table 1.6
Analisa data dan Masalah Keperawatan Pada Kasus Ny.N
Dengan Carcinoma Cerviks Di Ruang Instalasi Gawat
Darurat (IGD) Obgyn RS. DR. Wahidin
Sudirohusodo Makassar

No Data Masalah Keperawatan

1) Ketidakefektifan Pola Napas Ketidakefektifan Pola Napas


berhubungan dengan penurunan
DS : Pernapasan Cepat
energi

DO :

- Pernapasn 26x/menit
- Nampak sesak
- Terpasang nasal kanul (4
liter)
2) Ketidakefektifan perfusi perifer Ketidakefektifan perfusi perifer
berhubungan dengan penurunan
DS :-
aliran arteri/vena
DO :

- akral teraba dingin


- warna kulit pucat
- CRT >3 detik
3) Nyeri Akut Nyeri Akut

DS :
 pasien mengatakn nyeri
yang dirasakan pada perut
sampai kebelakang
 Suami pasien mengatakn
nyeri d rasakan sejak
seminggu yang lalu
2) P
DO :
r
 Pasien nampak meringis
i  TTV
TD : 148/85 mmHg
o
N : 71 x/i
r P : 26 x/i

i S : 360C
 Pengkajian nyeri
t
P : saat bergerak maupun
a tidak bergerak
Q : Tertusuk-tusuk
s R : Abdomen bagian bawah
S: Skala 4 NRS
T: 3-5 menit, hilang timbul

d 3) Risiko Infeksi Risiko Infeksi

a Faktor Risiko :

n 1. Penyakit kronis (Carsinoma


Serviks)
2. Terpasang Infus RL 28 tpm
3. WBC 26.4 [106/mm3]
4. HGB 9.6 gr/dl
p
3) Diagnosa Keperawatan

Table 1.8
Diagnosa Keperawatan Pada Kasus Ny.N Dengan Carcinoma
Cerviks Di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Obgyn RS. DR. WahidinSudirohusodo
Makassar
Diagnosis Tanggal Tanggal
Keperawatan ditemukan teratasi
NANDA 2015 – 2017
1. Ketidakefektifan Pola 07-10-2019
Napas berhubungan
dengan penurunan
energi

2. Ketidak efektifan perfusi


07-10-2019
jaringan perifer b/d
penurunan aliran
arteri/vena

3. Nyeri akut b/d agen 07-10-2019


cidera biologis

4. Resiko Infeksi 07-10-2019


4) Perencanaan Keperawatan

Inisial Pasien : Ny N

No. RM : 897xxx

Ruang Rawat : IGD OBGYN RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo

Table 1.8
Intervensi Keperawatan Pada Kasus Ny.N Dengan Carcinoma Cerviks
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Obgyn
RS. DR. WahidinSudirohusodo
Makassar

\ Diagnosis Keperawatan NOC NIC

1 Ketidakefektifan Pola Napas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1) Mengobservasi frekuensi, irama,dan
berhubungan dengan 1x45 menit diharapkan. Status Pernapasan: kedalaman suara napas
penurunan energi Ventilasi dengan indicator hasil: 2) Mengobservasi penggunaan otot bantu
pernapasan
DS : Pernapasan Cepat 1) Frekuensi Pernapasan dalam rentang normal
3) Posisikan pasien untuk meringankan
(16-24 kali/menit)
2) Irama Pernapasan normal (Fase sesak nafas

Ekspirasi=Fase Inspirasi) 4) Memperhatikan pengembangan dinding


DO :
3) Penggunaan otot bantu napas tidak ada dada
- Pernapasn 26x/menit 4) Suara napas tambahan tidak ada 5) Kolaborasi : Pemberian O2
- Nampak sesak 5) Retraksi dinding dada tidak ada

- Terpasang nasal kanul


(4 liter)
2 Ketidakefektifan perfusi perifer Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Syok Anafilaktif
berhubungan dengan 1x45 menit diharapkan Keparahan perfusi
Tindakan
penurunan aliran arteri/vena jaringan perifer dengan indicator hasil:
1) Monitor status kardiopulmonal (frekuensi
DS :- 1) Penurunan Tekanan Nadi Perifer tidak ada
dan kekuatan nadi, frekuensi nafas)
2) Penurunan tekanan darah sistolik tidak ada
DO : 2) Mengontrol memonitor status oksigen
3) Penurunan tekanan darah diastolik tidak ada
3) Monitor tingkat kesadaran
- akral teraba dingin 4) Melambatnya waktu pengisian kapiler tidak
Terapeutik
- warna kulit pucat ada
5) Nadi lemah dan halus tidak ada 1) Pertahankan jalan nafas Paten
CRT >3 detik
6) Akral dingin, kulit lembab/basah tidak ada 2) Pemasangan jalur IV
7) Pucat tidak ada 3) Pasang kateter urine untuk menilai
8) Menurunnya output urine tidak ada Produksi urine
9) Penurunan tingkat kesadaran tidak ada Kolaborasi

10) Respon pupil melambat tidak ada -


3 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri

DS : selama 1x45 menit, diharapkan nyeri Tindakan


teratasiyang dibuktikan dengan kriteria hasil :
 pasien mengatakn nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
a. Tidak ada nyeri yang dilaporkan
yang dirasakan pada Frekuensi, Kualitas nyeri
b. Tidak ada ekpresi meringis
perut sampai kebelakang 2. Identifikasi Skala nyeri
c. Nyeri berkurang dari skala 4 (sedang)
 Suami pasien 3. Identifikasi respon non verbal
menjadi skala 2 (ringan) 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
mengatakn nyeri d
rasakan sejak seminggu memperingan nyeri
yang lalu Terapeutik
DO :
1. Berikan tehnik nonfarmakologis untuk

 Pasien nampak mengurangi rasa nyeri (relaksasi nafas

meringis dalam)
2. Fasiltasi istirahat dan tidur
 TTV
Edukasi
TD : 148/85 mmHg
N : 71 x/i 1. Jelaskan strategi meredakan nyeri

P : 26 x/i
S : 360C
 Pengkajian nyeri
P : saat bergerak
maupun tidak
bergerak
Q : Tertusuk-tusuk
R : Abdomen bagian
bawah
S: Skala 4 NRS
T: 3-5 menit, hilang
timbul
4 Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama perlindungan infeksi
1x45 menit pasien tidak mengalami infeksi
Faktor Risiko : 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi
dengan kriteria hasil:
2. Memonitor kerentangan terhadap
1. Penyakit kronis
(Carsinoma Serviks)  Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi infeksi
2. Terpasang Infus RL 28  Menunjukkan kemampuan untuk mencegah
3. Memastikan teknik aseptic pada
tpm
timbulnya infeksi
3. WBC 26.4 [106/mm3] saluran IV
4. HGB 9.6 gr/dl  Jumlah leukosit dalam batas normal
 Menunjukkan perilaku hidup sehat
Status imun, gastrointestinal, genitourinaria
dalam batas normal
5) Implementasi Keperawatan

Table 1.9
Implementasi Keperawatan Pada Kasus Ny.N Dengan Carcinoma Cerviks
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Obgyn
RS. DR. WahidinSudirohusodo
Makassar

Diagnosis
No Hari/tgl Implementasi Evaluasi
Keperawatan

1 08 Ketidakefektifan 1) Mengobservasi frekuensi nafas S:-


Oktober Pola Napas Hasil : pernafasan pasien 26x/menit
O:
2019 2) Mengobeservasi penggunaan otot bantu
pernafasan - Pasien nampak sesak
Hasil : pasien tidak menggunakan otot bantu - Terpasang nasal kanul
pernafasan - Pernafasan 26x/menit
3) Memberikan posisi hend up 30 jerajat A : Masalah belum teratasi

Hasil : pasien masih sesak P : Lanjutkan intervensi


4) Penatalaksanaa pemberian O2 (4 liter/menit)
1) Mengobservasi frekuensi nafas
Hasil : sesak pasien nampak berkurang
2) Mengobeservasi penggunaan
otot bantu pernafasan
3) Memberikan pengembangan
dinding dada
2 08 Ketidakefektifan Manajemen Syok Anafilaktif S:-
Oktober perfusi perifer
Tindakan O:
2019
1) Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan - Akrak dingin
kekuatan nadi, frekuensi nafas) - Penurunan kesadaran
Hasil : Nadi 71 x/i dan Nafas 26 x/i - Tidak ada pengeluaran urine
2) Mengontrol memonitor status oksigen - Pasien nampak pucat
Hasil : Pemberian O2 dengan 4 Liter/menit A : Masalah belum teratasi
3) Monitor tingkat kesadaran
P : Lanjutkan intervensi
Hasil : GCS 13

Terapeutik

1) Pertahankan jalan nafas Paten


Hasil : Jalan nafas bebas
2) Pemasangan jalur IV
Hasil : Terpasangn Infus RL
3) Pasang kateter urine untuk menilai Produksi
urine
Hasil : terpasang kateter urine dan tidak ada
produksi urine yang keluar

Kolaborasi

3 08 Nyeri Akut Manajemen Nyeri S:


Oktober
Tindakan - Pasien mengeluh nyeri pada
2019
perut tembus ke belakang
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
- Suami pasien mengatak nyeri
Frekuensi, Kualitas nyeri
dirasakan sejak 1 minggu yang
Hasil : pada daerah perut tembus kebelakang,
lalu
Tertusuk-tusuk, 3-5 menit, hilang timbul
O:
2) Identifikasi Skala nyeri
Hasil : Skala 4 NRS - Klien Nampak meringis

3) Identifikasi respon non verbal - S skor 4 NRS

Hasil : Pasien nampak meringis A : Masalah Nyeri belum teratasi

4) Identifikasi faktor yang memperberat dan P : Lanjutkan intervensi


memperingan nyeri
Hasil : saat bergerak maupun tidak
bergerak
Terapeutik

1) Berikan tehnik nonfarmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri (relaksasi nafas
dalam)
Hasil : Skala Nyeri tidak berkurang
2) Fasiltasi istirahat dan tidur
Hasil : pasien bering di tempat tidur yang
telah disediakan

4 08 Risiko Infeksi perlindungan infeksi S:-


Oktober O:
4. Memonitor tanda dan gejala infeksi
2019 - Hasil lab WBC 26.4
Hasil : hasil Lab menunjukkan WBC
A: Setelah dilakukan tindakan
meningkat 26.4
keperawatan selama 1x15menit,
5. Memonitor kerentangan terhadap infeksi
maka di harapkan :
Hasil : pasien rentang terhadap infeksi
Kontrol infeksi
6. Memastikan teknik aseptic pada saluran IV
 Pemantauan faktor resiko
Hasil : semua tindakan dilakukan dengan
lingkungan sekitar sering
aseptic
ditunjukkan
 Pemantauan faktor resiko
pada pasien sering
ditunjukkan
P: -

Anda mungkin juga menyukai