BLOK 7.5
MODUL KEJANG
Disusun oleh :
1. dr. Nenden Nursyamsi Agustina, Sp. A
2. dr. Mohamad Fakih, M.M
3. dr. Dwi Arini Ernawati, M.PH
2. PENDAHULUAN
Insidensi epilesi di eropa dan amerika serikat 24-82/ 100.000 populasi pertahun
populasi sedangkan pada anak 2,7-6,8/ 1000 populasi. Di amerika serikat prevalensi 2,7-
6,8/1000 populasi. Puncak insidensi adalah pada populasi anak usia 0-5 tahun diikuti
bangkitan umum bervariasi dari 17-60% dibandingkan dengan bangkitan yang tidak
terklarifikasi yaitu 8-20%. Hal ini bergantung pada usia, dimana prevalensi pada dewasa
55-83% untuk bangkitan fokal, 6-32% bangkitan umum, dan 8-20% bangkitan yang tidak
terklarifikasi. Sedangkan pada anak 42-60& fokal, 30-58% umum dan 5-20% tidak
terklarifikasi.
dunia barat, di Asia tenggara 18,3-24.6 per 100.000 orang. Sedangkan meningitis
tuberculosis angka kejadiannya 5,2% dari seluruh kasus penyakit TB ektra pulmoner dan
0,7% dari seluruh kasus TB, lebih sering terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa.
Rabies paling banyak terjadi pada anak usia kurang dari 15 tahun. Rata-rata
jumlah kejadiaan rabies adalah 1-2 kasus per tahun. Di Indonesia tahun 2008-2009
ditemukan kasus rabies dan lebih dari 130 orang meninggal akibat rabies.
Insiden pada encephalitis virus 3,5-7,4 dari 100.000 kasus setiap tahun. Virus
merupakan penyebab yang paling utama terutama herpes, walaupun sekitar 30-50% kasus
Sehingga pada modul kejang ini akan di bahas anamnesis, pemeriksaan fisik,
3. DEFINISI
Kejang atau bangkitan adalah suatu keadaan akibat gangguan fungsi otak secara
intermiten yang disebabkan oleh lepas muatan listik abnormal dan berlebihan di neuron
berlangsung secara mendadak dan sementara dengan atau tanpa perubahan kesadaran,
disebabkan oleh akifikas listrik sekelompok sel saraf di otak, bukan disebabkan oleh
Epilepsy adalah gejala dan tanda klinis dalam bentuk bangkitan berulang
(minimal dua kali) yang ditunjang oleh gambaran epileptiform pada EEG.
berlangsung selama 30 menit atau lebih atau aktivitas bangkitan hilang timbul yang
berlangsung selama 30 menit atau lebih dan selama waktu tersebut tidak terdapat
pemulihan kesadaran. Status epileptikus merupakan kegawatdaruratan neurologis yang
kejang yang terjadi pada anak setelah usia 1 bulan yang terkait dengan demam dan tidak
di sebabkan oleh infeksi dari system saraf pusat, tanpa ada riwayat kejang neonatal
sebelumnya atau kejang unprovokaed sebelumnya, dan tidak memenuhi criteria untuk
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rectal diatas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium tanpa adanya
proses infeksi intrakanial. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian
kejang demam kembali tidak termasuk kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi
kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Bila anak berumur kurang dari
6 bulan atau lebih dari 5 mengalami kejang didahului demam. Pikirkan kemungkinan lain
Meningitis adalah radang pada selaput otak khususnya araknoid dan pia mater,
yang di sebabkan oleh myobakterium tuberkulosa atau invasi bakteri ke ruangan sub
araknoid.
Encephalitis virus adalah inflamasi jaringan otak yang disebabkan oleh virus.
Tetanus adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh eksotoksin yang
dihasilkan oleh Clostridium tetani yang di tandai dengan peningkatan kekakuan umum
biasanya di transmisikan melalui gigitan hewan yang terinfeksi, tranplantasi kornea dari
4. DASAR TEORI
a. ANAMNESIS
Epilepsy
1. Bangkitan parsial
Bangkitan parsial memiliki onset pada satu bagian otak yang menyebabkan gejala
misalnya gerakan pada tangan atau wajah, perubahan sensorik, atau gejala fokal
memori.
harus memiliki kesadaran yang penuh dan bisa di ingat sempurna oleh pasien.
lobus temporalis atau bangkitan limbic bisa di dapatkan aura yang muncul
sebelum bangkitan, biasanya berupa perasaan yang familiar (dejavu), mual, rasa
panas atau kesemutan atau gangguan persepsi sensorik. Sekitar setengah pasien
tidak mengingat adanya aura. Ketika terjadi bangkitan parsial kompleks pasien
arah, atau mengatakan kalimat yang tidak berarti berulang-ulang. Aktivitas yang
tidak bertujuan ini disebut automatisme. Sekitar 75% pasien dengan bangkitan
3. Bangkitan umum
Bangkitan umum dimulai dari kedua otak. Para ahli percaya bahwa bangkitan
umum berasal dari struktur otak dalam kemudian ke permukaan kortikal dimana
a. Bangkitan absans, disebut juga bangkitan petit mal. Biasanya onsetnya saat
b. Bangkitan tonik klonik, disebut juga bangkitan grand mal. Bangkitan ini
diikuti dengan aktivitas klonik (hentakan ritmis) dari ekstrimitas. Mata pasien
melirik keatas saat awal bangkitan dan pasien seperti menangis bukan karena
c. Bangkitan atonik, bangkitan yang biasanya terjadi pada anak atau dewasa
dengan jejas pada otak. Pasien dengan bangkitan atonik tiba-tiba lemas dan
jatuh ke lantai.
e. Bangkitan tonik, berupa kekakuan pada otot sebagai manisfestasi primer. Pada
bangkitan ini kesadaran bisa intak maupun hilang. Tidak ada fase klonik
(menghentak)
4. Bangkitan campuran
Pasien bisa memiliki lebih dari satu jenis bangkitan. Bangkitan parsial sederhana
bingung), lalu menjadi bangkitan umum tonik klonik (ketika aktivitas elektirk
Kategori ini meliputi semua bangkitan yang tidak bisa di klasifikasikan karena
keterbatasan data.
Pada anamnesis harus meliputi deskripsi mengenai aura atau gejala prodormal jika
ada, deskripsi bangkitan klinis, dan gejala post iktal. Sangat penting untuk
mendapatkan deskripsi yang detail mengenai bangkitan pertama, kondisi pasien saat
terjadi bangkitan dan mengenali adanya perubahan jenis kejang yang terkait usia atau
terapi.
Perlu juga digali mengenai factor presipitasi dan hal-hal yang mempengaruhi
gangguan toksik dan metabolic, dan kondisi fisiologis termasuk mestruasi dan
kehamilan.
Kejang demam
Kejang demam berlangsung singkat, serangan kejang klonik atau tonik klonik
bilateral, seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti, anak tidak
memberikanj reaksi apapun untuk sejenak, setelah beberapa detik atau menit anak
terbangun dan sadar kembali tanpa deficit neurologis, dengan peningkatan suhu tubuh
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya
akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa
gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam 24 jama. Sebagian besar kejang
- Kejang fokal atau parsial satu sisi,atau kejang umum di dahului kejang parsial
- Sakit kepala
- Demam
- Fotofobia
- Mual, muntal
- Kejang bingung
- Penurunan kesadaran
Encephalitis
- Nausea, vomitus
- Kejang
kemungkinan adanya carar, parotitis, nyeri testicular, atau nyeri abdomen karena
pancreatitis dapat disebabkan oleh virus mumps. Riwayat perjalanan ke daerah tropis
Tetanus
Masa inkubasi tetanus umumnya antara 3-21 hari. Secara klinis tetanus ada 3 macam:
a. Tetanus umum
Merupakan tetanus yang paling sering dijumpai, berhubungan dengan luka yang
luas dan dalam, timbul kekakuan otot secara mendadak, kejang umum tonik
asfiksia, dan sianosis, retensi urin sering terjadi karena spasme sphincter kandung
kemih, kenaikan temperature badan umumnya tidak tinggi, dan pada kasus yang
berat mudah terjadi overaktivitas simpatik berupa takikardi, hipertensi yang labil,
b. Tetanus lokas
Tetanus bentuk ringan, gambaran klinis tidak khas, bentuk tetanus ini berupa
c. Bentuk cephalic
Merupakan salah satu varian tetanus local, gejala berupa disfungsi saraf cranial
antara lain n III, IV, VII. IX,X, XI. Luka mengenai daerah mata, kulit kepala,
muka, telinga, leher, otitis media kronis dan jarang akibat tonsilektomi. Dalam
Rabies
Reflek ini juga dapat muncul dengan rangsangan udara (aerofobia). Reflex ini
dapat disertai dengan ekstensi punggung dan lengan dan dapat berakhir pada
- Rabies paralitik
Rabies paralitik terjadi pada kurang dari 20% kasus. Setelah stadium prodormal,
paralisis placid terjadi biasanya pada ekstrimitas yang digigit kemudian ascendant
- Demam
- disfagia
b. PEMERIKSAAN FISIK
Epilepsy
serta menilai deficit motorik fokal atau lateralisasi saat rekanan spontan dan
Sensorik pada kondisi khusus untuk menunjukan adanya anestesi umum terhadap
pin prick, atau adanya deficit sensorik khusus seperti adanya ictal blindnes
Kejang demam
Batas suhu yang bisa mencetuskan kejang demam 38c atau lebih, tetapi suhu
sebenarnya pada waktu kejang sering tidak diketahui. Pemeriksaan fisik lainnya
bertujuan untuk mencari sumber infeksi dan kemungkinan adanya infeksi intracranial
Meningitis
- Rangsang meningeal positif, seperti kaku kuduk, tanda kerning, dan tanda
brudzinski
- Demam tinggi
- Penurunan kesadaran
- Kejang
Tetanus
- Terdapat luka
- Trismus (kekakuan pada rahang) dan lock jaw (kekakuan otot rahang terutama
- Leher (kaku leher) sampai opisthotous (kekaluan leher dan punggyng saat fleksi
- Rhesus sardonicus (alis tertarik ke atas, sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah,
Rabies
- Demam
- Takikardi
- Hipertensi
- Facial palsy
- Midriasis
- Lakrimasi
- Hipersalivas
- Persipirasi
- Hipotensi postural
c. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Epilepsy
anamnesis dan pemeriksaan fisik yaitu darah lengkap meliputi hitung jenis dan
trombosit, kimia darah meliputi elektrolit, kalsium, fungsi hati dan ginjal dan
urinalisis rutin. Peningkatan kadar prolaktin serum yang di ambil dalam 20 menit
setelah episode iktal dibandingkan dengan waktu yang sama esok harinya bisa
glutamine ada cairan serebospinal dengan kadar ammonia serum normal bisa
gen SCN1A pada sindrom dravet, mutasi gen PCDH19 pada epilepsy limieted to
female with mental retardation, mutasi ARX pada spassme infantile, mutasi
dilakukan untuk menjawab pertanyaan yang spesifik mengenai nilai terapi dan
tidak mahal maka pada semua pasien epilepsy atau dicurigai epilepsy harus
dilakukan minimal 1x pemeriksaan EEG untuk menilai jika nanti ada perubahan
merubah tatalaksana pasien atau untuk mencari informasi prognosa yang baru.
Tidak ada batasan mengenai pengulangan EEG rutin dalam interval tertentu.
Kejang demam
tetapi dapat untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan
meningitis. Hal ini dikarenakan pada bayi seringkali sulit untuk menegakan atau
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal
c. Elektroensefalografi (EEG), tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau
Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak
khas. Misalnya kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau
d. Pencitraan , seperti MRI, CT-Scan X ray kepala bukan pemeriksaan rutin dan
Meningitis
- Pada meningitis bacteria : tekanan saat opening lebih dari 100-200 mg, leukosit
kurang dari 5 atau lebih dari 100 mm, predominan netrofil, pengecatan gram dari
CCS posisit pada 60-90% pasien, protein CCS lebih dari 50mg/dl, glukosa CCS
kurang dari 40 mg/dl, kultur positif pada 65-90% pasien, dan antigen bakteri CCS
sensitive 50-100%
predominan limfosit, protein 100-500 mg/dl, glukosa kurang dari 45 mg/dl, warna
b. Pemeriksaan radiologis
Dilakukan pemeriksaan CT-Scan atau MRI kepala jika terdapat tanda peningkatan
c. Pemeriksaan foto rontgen thorax, ditemukan tuberculosis aktif pda paru dan dapat
sembuh sampai 50% pada pasien dewasa dan 90% pada anak
d. Laboratorium rutin, tidak khas, dapat ditemukan leukosit yang meningkat, normal
atau menurun
Encephalitis
- Glukosa normal
- CSF PCR adalah tes diagnosik utama (CMV, EBV, VZV, HHV-6, dan
enterovirus)
b. Pemeriksaan neuroimaging
c. Pemeriksaan EEG
Tetanus
Rabies
inunofluerenscent langsung
b. Isolasi virus
Virus dapat di isolasi untuk mengkonfirmasi hasil tes deteksi antigen dan untuk
Tujuan utama terapi epilepsy adalah bebas kejang tanpa adanya efek samping.
Dalam pemilihan obat antiepilepsi harus diperhatikan efek samping dan interaksi obat
bangingan tonik klonik primer namun malah efektif untuk bangkitan umum sekunder.
Kejang demam
Para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap diberikan walaupun tidak
diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali
3-4 kali sehari. Diazepam oral dosis 0,3 mg/kgbb tiap 8 jam saat demam
menurunkan resiko berulangnya kejang pada 30-60% kasus, juga dengan
diazepam rectal dosis 0,5 mg/kgbb tiap 8 jam pada suhu diatas 38,5c
Obat yang dapat diberikan oleh orang tua atau jika kejang terjadi dirumah adalah
berat badan kurang dari 10 kg dan diazepam rectal 10 mg untuk berat badan lebih
dari 10 kg. jika anak dibawah usia 3 tahun dapat diberi diazepam rectal 5 mg dan
anak diatas usia 3 tahun diberi diazepam rectal 7,5 mg. jika kejang belum
berhenti, dapat diulang dengan cara dan dosis yang sama dengan interval 5
mennit. Jika setelah 2 kali pemberian diazepam rectal masih tetap kejang,
Pada sebagian besar kasus biasanya kejang demam berlangsung singkat dan saat
pasien datang kejang sudah berhenti. Bila datang dalam keadaan kejang, obat
mg/menit atau dalam 3-5 menit, dan dosis maksimal yang dapat diberikan adalah
20 mg. jika kejang tetap belum berhenti, maka diberikan phenitoin intravena
dengan dosis awal 10-20 mg/kg/ kali dengan kecepatan 1 mg/kgbb/ menit atau
kurang dari 50mg/menit. Jika kejang berhenti, maka dosis selanjutnya adalah 4-8
mg/kgbb/ hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. Jika dengan phenitoin kejang
mg/kgBB/kali dengan dosis maintenan 4-8 mg/kgBB/hari. Jika dengan ketiga obat
tersebut belum mengatasi kejang, maka pasien harus dirawat di ruang rawat
intensif. Jika kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung apakah
- Kejang berulang dua kali atau lebih dalam kurun waktu 24 jam
Obat rumatan diberikan jika kejang demam menunjukan salah satu cirri sebagai
berikut
hemiparese
- Kejang fokal
Obat pilihan saat ini adalah valproic acid. Berdasarkan bukti ilmiah kejang
demam tidak berbahaya dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping,
oleh karena itu pengobatan rumatan hanya diberikan pada kasus selektif dan
dalam jangka pendek. Pada sebagian kecil kasus, terutama pada usia kurang dari 2
tahun, valproic acid dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis valproic acid
15-40 mg/kgBB/ Hari dalam 2-3 dosis, dan Phenobarbital 3-4 mg/kg BB/ hari
dalam 1-2 dosis. Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian
Meningitis
a. Meningitis bacterial
- Terapi antibiotic definitif diberikan setelah muncul hasil sensitivtas dari kultur
LCS. Terapi empiris segera dilakukan bila belum mendapatkan hasil kultur
- Diuresis osmotic seperti manitol 20% diberikan bila terdapat tekanan intra
kranial yang meningkat dengan cara menarik cairan dalam sel otak sehingga
- Antikonvulsan
b. Meningitis tuberculosis
- Terapi Obat Anti Tuberculosis (OAT) diberikan 4 macam obat selama 2 bulan
Etambutol 15-30 mg/kgBB dengan dosis maksimal 1000 mg/har atau injeksi
muscular.
didapatkan hidrosefalus.
Encephalitis
1. umum
2. terapi khusus
10mg/kg tiga kali iv harus diberikan segera mungkin selama 14-21 hari,
Tetanus
1. antibiotic
- metronidazole 500 mg oral atau intravena setiap 6 jam selama 7-14 hari
- penicilne 1,2 juta unit/ hari selama 10 hari, IM. Pada anak dosis 50.000 unit/
kgBB/12 jam secara IM diberikan selama 7-10 hari. Bila tersedia penicilne
intravena dapat digunakan dengan dosis 200.000 unit/kg BB/24 jam, dibagi 6
2. antitoksin
3. tetanus toksoid
dilakukan bersamaan dengan pemberian antitoksi tetapi pada sisi yang berbeda
4. antikejang
Rabies
kemungkinan penularan.
5. RUBRIK PENILAIAN
Nama Mahasiswa :
NIM :
No Aspek yang Dinilai Nilai
0 1 2
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
4. Diagnosis dan Diagnosis
Banding
5. Terapi dan Tata Laksana
6. Komunikasi
7. Profesionalisme
Jumlah
Keterangan :
0 : tidak dilakukan
1 : dilakukan tetapi kurang sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna
Purwokerto,…………………….
Evaluator,
(………………………………...)
6. CONTOH KASUS
a) SKENARIO KASUS
Seorang anak perempuan usia 7 tahun datang diantar orangtuanya ke IGD RS
dengan keluhan kejang.
TUGAS MAHASISWA
1. Lakukan alloanamnesis pada pasien tersebut !
2. Lakukan pemeriksaan fisik terkait keluhan pada pasien !
3. Usulkan pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada pasien !
4. Tentukan diagnosis kerja kasus tersebut !
5. Tentukan tatalaksana farmakologi dan nonfarmakologi pada pasien !
Sampaikan kepada penguji !
b) SKENARIO KASUS
Seorang anak laki-laki usia 2 tahun datang ke IGD Puskesmas diantar
orangtuanya dengan keluhan kejang.
TUGAS MAHASISWA
1. Lakukan alloanamnesis pada pasien tersebut !
2. Lakukan pemeriksaan fisik terkait keluhan pada pasien !
3. Usulkan pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada pasien !
4. Tentukan diagnosis kerja kasus tersebut !
5. Tentukan tatalaksana farmakologi dan nonfarmakologi pada pasien !
Sampaikan kepada penguji !
c) SKENARIO KASUS
Seorang laki - laki usia 40 tahun diantar keluarganya ke IGD Rumah Sakit
dengan keluhan kejang-kejang seluruh badan.
TUGAS MAHASISWA
1. Lakukan alloanamnesis pada pasien tersebut !
2. Lakukan pemeriksaan fisik terkait keluhan pada pasien !
3. Usulkan pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada pasien !
4. Tentukan diagnosis kerja kasus tersebut !
5. Tentukan tatalaksana farmakologi dan nonfarmakologi pada pasien !
Sampaikan kepada penguji !