Anda di halaman 1dari 3

Hasil

Formulit persetujuan dan kuesioner orang tua dibagikan kepasa 2000 anak, terdapat
1522 anak yang mengembalikan formulir persetujuan dan kuesioner orang tua. Sehingga
didapati tingkat respon pada semua anak mencapai 78,6%. Dari tiap anak yang
mengembalikan formulir persetujuan, 1522 orang berpartisipasi dalam penelitian ini (19 anak
menolak untuk berpartisipasi, dan 31 anak tidak hadir dalam pemeriksaan).

Terdapat 826 (54,27%) peserta peria dan 696 (45,73%) peserta perempuan. Ada 1027
(67,5%) anak – anak dari sekolah umum dan 495 (32,5%) anak – anak dari sekolah swasta.
Semua anak rata – rata berusia 12 tahun hingga 15 tahun, dengan usia rata – rata 13,5 ±1,05
tahun.

Hasil pada tabel 1 menunjukkan bahwa skor DF berbeda secara statistik diantara usia
pada setiap kelompok (P<0,001). Analisis posthoc menunjukkan bahwa anak anak dengan
usia 12 tahun secara signifikan meningkat skor DF dibandingkan dengan group usia lainnya.
Nilai rata – rata DF jauh lebih signifikan pada anak wanita dibandingkan dengan anak laki –
laki (P<0,001). Nilai rata – rata DF jauh lebih signifikan terjadi pada anak – anak yang
bersekolah umum dibandingkan dengan anak – anak yang bersekolah swasta (P<0,001). Pada
tabel 2 mennunjukkan skor pada setiap item dalam CFSS-DS pada peserta. Nilai rata – rata
score DF total (CFSS-DS) untuk semua peserta adalah 25,99 ± 9,31.
Tabel 3 menunjukkan 1340 (88%) dari orang tua melaporkan bahwa anak – anak
mereka memiliki riwayat pengalaman gigi. Sementara 182 (12%) dari anak – anak tidak
memiliki riwayat pengalaman gigi. Tidak ada perbedaan signifikan dalam skor rata – rata DF
antara anak – anak dengan riwayat pengalaman dental dengan anak – anak tanpa riwayat
pengalaman dental (P=0,230) , atau mereka yang mengunjugii dokter gigi tahun lalu ataupun
tidak (P=0,931). Alasan untuk tidak mengunjungi dokter gigi tahun lalu yaitu pengaruh uang,
tidak ada keluhan sakit, tidak ada waktu untuk perawatan, tidak diperlukan, ketakutan anak.
Analisi posthoc menunjukkan indikasi anak tidak datang ke praktik dokter gigi karena
“ketakutan anak” memiliki skor rata – rata DF tertinggi dibandingkan dengan penyebab lain
(P<0,001). Orang tua ditanya megenai bagaimana pola kunjungan gigi pada anak – anak
mereka, dan hasilnya menunjukkan bahwa skor DF berbeda secara signifikan pada pola
kunnjungan gigi yang berbeda (P<0,001). Anak – anak yang menngunjungi dokter gigi hanya
ketika mereka menunjukkan rasa sakit secara signifikan meningkatkan skor rata – rata DF
dibandingkan dengan mereka yang mengunjungi dokter gigi secara teratur (P<0,001).

Tabel 3 meunjukkan perbedaan yang tidak signifikan pada score DF pada anak – anak
yag sudah memiliki pengalaman dental yang berbeda (pemeriksaan rongga mulut, anastesi
lokal, pencabutan gigi, psa, profilasis dan sebagainya). (P=0,179). Anak – anak yang
menangis saat kunjunngan ke praktik dokter gigi mereka sebelumnya secara signifikan lebih
menakutkan dibandingkan dengan anak – anak yang menunjukkan perilaku lain (P<0,001),
kecuali untuk berteriak. Anak – anak yang merasa sakit saat pemeriksaan meunjukkan
peningkatan score DF yang signifikan dibandingkan dengan anak – anak yanng tidak
merasakan sakit atau sedikit rasa sakit (P<0,001).

Anda mungkin juga menyukai