I. PENDAHULUAN
II. EMBRIOLOGI
Retina terdiri dari jaringan yang berasal dari vesikel optic yang
merupakan penonjolan diencephalon yang muncul pada 25 hari kehamilan.
Selama minggu keempat, vesikel optik berinvaginasi untuk membentuk cup,
dinding bagian dalam berdiferensiasi membentuk lapisan neurosensori retina
yang kebanyakan elemen glial,sedangkan dinding luar cup menjadi epitel
pigmen (RPE). Optic stalk akan membentuk glia nervus optik(1,3,4)
Pada saat optic cup terbentuk, sudah terjadi proses diferensiasi pada
retina. Sel pada dinding luar optic cup hanya terdiri dari satu lapis. Dalam sel
ini, granul pigmen mulai muncul pada stadium 5-6 mm dan terbentuk
sempurna pada stadium 10 mm. Pada akhir minggu ke delapan kehamilan,
satu lapis epitel pigmen dapat diidentifikasi. Dalam 1 bulan fertilisasi,
aktivitas mitosis menghasilkan 3 sampai 4 baris sel yang meningkat dengan
cepat.
Gambar 2. Diagram perkembangan optic cup. A. Embryo4.5 mm (27 hari). B. Embryo 5.5
mm.
Nukleus memisahkan 2/3 bagian retina luar terhadap optic cup. Bagian
ini dikenal dengan primitive zone. Perkembangan 1/3 bagian dalam retina
yang pada awalnya tidak mengandung nucleus disebut dengan inner
marginal zone, dan kemudian berdiferensiasi menjadi lapisan serabut saraf.
Primitive zone dan marginal zone dapat terlihat hanya sampai minggu
ketujuh masa gestasi. Sel neural dan glia berkembang secara simultan.
Akhirnya, nucleus dari sel neuroblastik terpisah menjadi 2 lapis sel yang
berbeda, yaitu lapisan neuroblas dalam dan luar. Kedua lapisan ini
dipisahkan oleh transient fiber layer of chievitz, yang akan menjadi lapisan
pleksiform dalam pada minggu 9 dan 12 masa gestasi.
Sel-sel yang pertama kali menyelesaikan siklus sel adalah sel ganglion,
sel cone, sel horizontal, dan sel amakrin. Kemudian rods mengalami
perkembangan dan yang terakhir adalah sel bipolar. Pada manusia, sel
ganglion, sel horizontal, sel cone dan sel amakrin sudah terlihat sejak
kelahiran, tetapi sebagian rods di bagian perifer bersama-sama dengan sel
muller dan cone akan terus diproduksi sampai bulan ketiga postnatal.(4)
Topografi Retina
1. Area sentralis-Makula
Macula lutea atau bintik kuning merupakan bagian dari retina yang
banyak mengandung pigmen xantophil atau pigmen kuning. Daerah
macula, secara histologis digambarkan sebagai area yang terdiri atas 2 atau
lebih lapisan ganglion dengan diameter 5-6 mm dan berada ditengah antara
arcade vascular nasal dan temporal. Makula lutea 1 mm ke lateral, 0.8 mm
ke atas dan di bawah fovea, 0.3 mm dibawah meridian horizontal serta 3.5
mm ke arah tepi nervus optik.(2,10)
Gambar 5. Gambaran fundus okuli normal, dengan pembagian regional pada macula.
(1,2)
2. Fovea
Daerah sentral dari macula, berukuran ± 1,5 mm di sebut sebagai fovea
atau fovea sentralis, yang secara anatomis dan komposisi sel
fotoreseptornya merupakan daerah untuk ketajaman penglihatan dan
penglihatan warna. Daerah ini memiliki tingkat kepadatan sel cones
tertinggi, yakni mencapai 143.000/mm 3. Didalam fovea terdapat daerah
yang tidak memiliki vaskularisasi, jadi dipelihara oleh sirkulasi koriokapiler,
yang disebut fovea avascular zone (FAZ). Secara klinis dapat terlihat pada
angiografi fluorosensi. Pada bagian tengah fovea di kenal sebagai foveola,
berukuran diameter 0.35 mm daerah yang berisi sel sel cone ramping yang
tersusun rapat. (1,3,10)
Gambar 6. Distribusi sel rods dan cones
3. Parafovea
Di sekitar lingkaran fovea, terdapat area dengan lebar sekitar 0.5 mm
dan diameter total sekitar 2.5 mm disebut area parafoveal. Mengandung
akumulasi neuron terbesar, terdapat lapisan sel ganglion, lapisan inti dalam,
dan lapisan pleksiform luar yang tebal. Di daerah ini pula lapisan plexiform
luar mengalami penebalan, yang disebut lapisan Henle, dibentuk oleh
berlapis-lapis axon fotoreseptor dari foveola. Pada bagian ini sudah mulai
terlihat adanya rods (1,2)
4. Perifovea
Diluar zona tersebut terdapat lingkaran dengan ukuran 1.5 mm yang
kenal dengan perifoveal zone, merupakan lingkaran terluar dari area
sentralis. Daerah ini dimulai pada titik dimana lapisan sel ganglion mulai
memiliki empat baris nucleus dan berakhir diperifer dimana sel ganglion
hanya terdiri dari satu lapis sel. Dari pemeriksaan funduskopi, daerah
perivofea merupakan lingkaran dengan lebar 1,25- 2,75 mm dari foveola,
dengan diameter horizontal 5.5 mm. Daerah perifovea ini berbeda dengan
parafovea dikarenakan daerah ini memiliki sel kepadatan sel cones yang
jarang. (1,3)
5. Diskus optik
6. Ora Serrata
Merupakan daerah perbatasan retina. Ditandai dengan persambungan
antara beberapa lapis pars optic retina dengan satu lapis epitel non pigmen
korpus siliaris. Karakteristik yang menonjol dari area ini adalah lapisannya
yang tipis, kurang vaskularisasi dan hubungan yang rapat dengan vitreus
base dan zonula fibers. Dinamakan ora serrata karena banyaknya takikan
yang dibentuk oleh elongasi jaringan retina kearah epitel siliaris. (1)
.
Tabel 1. Terminologi pada makula(2)
RPE adalah selapis sel- sel hexagonal yang tersebar dari diskus saraf
optik sampai ke ora serrata dimana lapisan ini berbatasan dengan epitel non
pigmen dari badan siliar. Strukturnya disesuaikan dengan fungsinya, yaitu
dalam metabolisme vitamin A, menyeimbangkan sawar darah retina bagian
luar, fagositosis segmen luar fotoreseptor, pertukaran panas, membentuk
lamina basalis, produksi matriks polisakarida yang mengelilingi segmen luar
dan berperan dalam transport aktif materi- materi yang masuk dan keluar
dari RPE (2,3,7)
Seperti sel epitel dan endotel lainnya, sel- sel RPE juga terpolarisasi.
Permukaan basalnya berlekuk- lekuk dan menyediakan permukaan yang luas
sebagai tempat melekatnya lamina basalis yang membentuk lapisan dalam
dari membran Bruch. Apeksnya mempunyai tinjolan vili- vili yang
berbatasan dengan segmen luar lapisan fotoreseptor, ditautkan oleh matriks
mukopolisakarida (matriks inferoreseptor) yang mengandung kondroitin -6-
sulfat, asam sialat dan asam hyaluronat. Terpisahnya lapisan RPE dan
lapisan neurosensori retina disebut ablasi retina.(2,3,7)
(13)
Gambar 7. Retinal Pigmen Epithelium (RPE)
Sel – sel RPE melekat satu dengan lainnya melalui pertautan interseluler
kompleks. Zonula okludens dan zonula adheren tidak hanya berfungsi
mempertahankan bentuk dan stabilitas dari struktur RPE, tetapi juga
memainkan peranan penting dalam menjaga keseimbangan sawar darah
retina bagian luar. Zonula okludens terdiri dari membran plasma yang
bersatu membentuk pita sirkular atau sabuk antara satu sel dengan yang
lain. Pada ruang interseluler terdapat zonula adherens. (2,3,7)
Sel- sel neurosensori dan sel RPE memiliki perbedaan penting pada
daerah- daerah tertentu. Sel- sel neurosensori paling tebal pada daerah
papillomacular bundle dekat dengan saraf optik (0.23 mm) dan paling tipis
pada foveola (0.10 mm) dan ora serrata (0.11 mm). Sel- sel RPE mempunyai
diameter yang bervariasi antara 10-60 um. Dibandingkan dengan sel- sel
RPE yang terletak di daerah perifer, sel- sel RPE di fovea lebih tinggi dan
lebih tipis serta mengandung melanosom yang lebih banyak dan lebih
besar. Sel – sel RPE yang terletak diperifer lebih pendek, lebar dan kurang
mengandung pigmen. Tidak terlihat proses mitosis dari sel- sel RPE pada
mata dewasa normal. (2,3,7)
B. Neurosensori Retina
Lapisan ini terdiri dari sinaps rod dan cone dengan dendrite sel
horizontal dan sel bipolar. Sinaps dari Rod berbentuk oval dan disebut
spherules, sedangkan terminal cones lebih lebar disebut pedicles. Keduanya
berinvaginasi ke dalam terminal fotoreseptor dan keduanya dipisahkan oleh
jembatan presinaps dan sinaptic ribbon. Lapisan pleksiform luar paling tebal
didaerah makula, berisi akson dari rod dan cones tersusun radial dari fovea,
yang merupakan lapisan serat Henle (4,10)
Lapisan nuklear dalam terdiri atas 4 jenis sel, yaitu : sel bipolar, sel
horizontal, sel amakrin. Sel horizontal berada pada bagian distal dari lapisan
nuklear dalam, sementara sel amakrin terletak di bagian paling proksimal.
Nukleus sel bipolar terletak pada bagian intermediate luar dan intermediate
dalam dari lapisan ini. (2,4,7)
Lapisan ini berisi badan sel dari sel-sel ganglion, jumlah sel ganglion
ditemukan sekitar 0,7- 1,5 juta pada retina orang muda, di lapisan ini juga
terdapat sel amakrin, didaerah perifer retina hanya terdapat 1 baris sel-sel
ganglion tetapi didalam macula terdapat 10 baris sel-sel ganglion, dengan
konsentrasi tertinggi didaerah parafovea. Masing-masing sel ganglion
menerima sinaps melalui dendritnya didaerah pleksiform dalam dan
mengirimkan akson ke lapisan serat saraf.(4,7)
Lapisan ini terdiri dari akson sel- sel ganglion, yang berasal dari
seluruh bagian retina kemudian menuju ke diskus optik untuk membentuk
nervus optic. Kumpulan akson ini akan dikelilingi oleh Muller dan astroglial.
Lapisan ini paling tebal di daerah diskus optik, yaitu sekitar 20-30 µm dan
paling tipis di perifer. (2)
1. Elemen neuronal
Sel rod mempunyai segmen luar yang mengandung keping- keping disk
menyerupai koin dan sebuah silium perantara. Segmen dalam dari sel rod
terbagi menjadi dua elemen yaitu berada diluar berbentuk elips
mengandung banyak mitokondria dan yang berada didalam berbentuk
myoid mengandung banyak glikogen. Elemen myoid ini berlanjut dengan
badan sel utama dimana terdapat nucleus. Bagian paling dalam dari sel rod
ini mempunyai badan sinaptik atau spherule, dimana struktur ini terbentuk
dari invaginasi tunggal yang mempetemukan dua tonjolan sel horizontal dan
satu atau lebih dendrit sel bipolar.(2,7)
Meskipun secara garis besar struktur segmen luar dari sel rod dan cone
memiliki kesamaan, namun setidaknya ada satu perbedaan penting.
Lempeng diskus dari rod tidak melekat pada membran sel, lempeng diskus
ini merupakan suatu struktur tersendiri. Lempeng diskus dari cones melekat
pada membran sel. Badan sinaptik dari cone atau pedikel lebih kompleks
dibanding spherule dari rod. Pedikel cone bersinaps dengan sel- sel cones
lainnya, dengan sel- sel rod beserta sel bipolar dan horizontal. (1,2)
Gambar 10. Segmen luar sel rod dan sel cone
Struktur cone pedicle mirip dengan rod spherule, tetapi bentuknya lebih
besar dan terdiri dari beberapa triad, sampai sekitar 25. Ribbon sinaptiknya
lebih kecil dan lebih banyak. Midget bipolar cell mengirimkan seluruh
dendritnya ke bagian tengah cone triad.
Gambar 11. Rod spherule dan cone pedicle di lapisan plexiform luar(11)
INTERNEURONS
Sel Bipolar
Sel bipolar membawa sinyal dari sel fotoreseptor ke sel ganglion atau
sel amakrin, terdapat 2 kelas utama sel bipolar, yaitu Rod bipolar cells, yang
berhubungan dengan spherule rod dan Cone bipolar cells dan yang
berhubungan dengan pedikel cone, terdiri atas midget cone bipolar cells
dan diffuse cone bipolar cells.(2,3,15)
Sel Horizontal
Sel Amakrin
Sebagian besar sel amakrin berlokasi pada bagian proksimal dari lapisan
inti dalam. Sel ini memodulasi sinyal pada lapisan pleksiform dalam. Sel
amakrin dapat diklasifikasikan berdasarkan dendritic field diameter menjadi :
narrow field(30-150um), small field (150-300 um) dan medium field (300-500
um). Berdasarkan distribusi dendrit pada lapisan pleksiform dalam, sel
amakrin dapat diklasifikasikan sebagai stratified atau diffuse cell. Substansi
neuroaktif yang terdapat pada sel amakrin yaitu glisin, GABA, asetilkolin,
serotonin, dopamine, nitit oxide, neurotensin, enchepalin, somatostatin,
substansi P, vasoactive intestinal peptide(VIP), dan glucagon(2,14)
Sel Ganglion
Setiap satu saraf optik memiliki lebih dari 1 juta serabut saraf. Serabut-
serabut saraf yang berasal dari temporal berjalan melengkung mengelilingi
macula untuk memasuki daerah superior dan inferior diskus saraf optik.
Serabut- serabut saraf papillomakular dan fovea berjalan lurus kedalam
diskus saraf optik. Serabut- serabut dari nasal berjalan secara radier.
Serabut- serabut ini dapat dievaluasi dengan menggunakan iluminasi sinar
hijau (red free) pada oftalmoskop. (2,3,15)
Sel Muller
Sel- sel Muller adalah sel- sel glial yang berjalan secara vertikal dari
membran limitans eksterna menuju membran limitans interna. Nukleusnya
berada pada lapisan inti dalam. Sel- sel Muller, bersama elemen- elemen
glial lainnya (astrosit dan microglia) merupakan penunjang bagi retina(10)
Astrocyte
Mikroglia
FUNGSI IMUN
Fungsi lain dari retina adalah sebagai regulator respon imun lokal. Hal
ini dijalankan oleh barrier pasif RPE dan sekresi aktif sitokin imunosupresif
seperti TGF-β. Saat terjadi inflamasi, maka RPE menghambat kerja mediator
inflamasi. RPE juga secara aktif mensekresi reseptor Tumor necrosis factor-α
(TNF-α) . Sel RPE memproduksi faktor yang mensupresi neutrophil
superoxide generator yang membatasi kerusakan jaringan selama terjadi
inflamasi.(10)
Pada daerah ini retinol terikat dengan protein lain dan disimpan dalam
bentuk fatty acid esters retinol, merupakan kompleks protein-lipid dan
substrat ini akan mengalami esterifikasi dan intermediate untuk transfer
retinol ke cytosolic retinol-binding protein (CRBP). Selanjutya, dengan
adanya interphotoreceptor retinoid binding protein (IRBP),memediasi
transfer 11-cis-retinaldehyde dari RPE ke fotoreseptor dan all-trans-retinol
dari retina ke RPE melewati permukaan apical. Pada retinitis pigmentosa
terjadi defek genetic pada RLBP1, gen yang mengkode CRALBP (cellular
retinaldehyde binding protein) yang memegang peranan dalam metabolism
vitamin A. Di RPE retinol akan dirubah menjadi retinylester dengan bantuan
enzim lechitin retinol acyltransferase. Untuk menghasilkan rhodopsin, retinyl
ester dirubah menjadi II-cis retinol oleh isomerohydrolase (isomerase) yang
selanjutnya dikonversikan menjadi 11- cis retinal dehydrogenase dengan
bantuan IRBP, 11-cis retinal akan dikembalikan kedalam sel fotoreseptor.
(2,3,4,10)
GAMBAR 19 . TRANSPOR EPITEL DAN REGULASI PH(ClC-2, voltage-dependent Cl channels dari ClC family;
CFTR: cystic fibrosis transmembrane sebagai regulator: Kir 7.1, inwardly rectifying K+ channel 7.1; maxi-
K, large-conductance Ca2+-dependent K+ channel; MCT1, monocarboxylate transporter 1; MCT3,
monocarboxylate transporter 3).
FOTOTRANSDUKSI ROD
Cahaya diserap oleh rhodopsin yang terletak pada membran sel luar
dari rod. Rhodopsin adalah sejenis protein berupa membran yang mudah
ditembus dan sejenis dengan reseptor alfa dan beta adrenergik. Setiap
molekul bertanggung jawab terhadap satu kuantum cahaya. Rhodopsin
menyerap cahaya hijau dengan panjang gelombang sekitar 510 nm.
Rhodopsin kurang baik dalam menyerap cahaya biru dan kuning dan tidak
sensitif terhadap cahaya merah. (9,10)
FOTOTRANSDUKSI CONE
Fototransduksi yang terjadi pada cone adalah kebalikan dari rod. Cone-
opsin yang telah teraktivasi oleh cahaya memulai pengaliran enzimatik yang
menghidrolisis cGMP dan menutup saluran kation pada pintu spesifik cGMP
cone di membran segmen luarnya. Fototransduksi pada cone kurang sensitif
namun memiliki kemampuan yang cepat dalam beradaptasi terhadap
berbagai kadar iluminasi. Semakin besar kadar cahaya, maka semakin cepat
dan akurat respon dari cone. Kecepatan dan ketepatan sangat penting
dalam kerja cone. Hal ini yang menjadi alasan peningkatan ketajaman
penglihatan seiring dengan peningkatan iluminasi. Karena kemampuan cone
dalam beradaptasi, cone sangat diperlukan untuk ketajaman penglihatan .
(3,4,8,9)
PENGLIHATAN WARNA
Untuk melihat warna, mamalia harus memiliki sedikitnya 2 kelas
spektral berbeda dari cone. Pada mata manusia normal, ada 3 tipe sel cone
dimana ketiganya merupakan 3 sistem cone-opsin. 3 sistem cone-opsin
tersebut adalah short-wavelength sensitive (S), middle-wavelength-sensitive
(M) dan long-wavelength-sensitive cone. Ke-3 varian opsin tersebut terdapat
pada semua sel cones. Namun secara garis besar terdapat tiga jenis cones
dimana jenisnya tergantung pada jenis opsin yang dominan, yang
menyebabkan sel ini sensitive terhadap spectrum warna yang berbeda-
beda, sebagaimana terlihat pada diagram dibawah. Cone biru mengandung
banyak blue-sensitive opsin, yang mudah tereksitasi dengan panjang
gelombang sekitar 420 nm, cone hijau dengan panjang gelombang sekitar
530 nm, dan merah dengan panjang gelombang 560 nm(10)
Pembuluh darah retina berasal dari dua sumber, yaitu kapiler koroid dan
arteri dan vena sentralis. Kapiler koroid menyuplai 1/3 bagian luar termasuk
sel rod dan cone, RPE dan lapisan inti luar. Sedangkan arteri dan vena retina
sentralis menyuplai 2/3 bagian dalam sampai dengan tepi dalam lapisan inti
dalam. Arteri retina sentralis merupakan cabang pertama arteri oftalmika
dengan diameter 0,3 mm dan berjalan menuju lapisan dura dari saraf optik
dan memasuki bagian inferior dan medial saraf optik sekitar 12 mm di
posterior bola mata. Arteri retina sentralis terbagi menjadi cabang superior
dan inferior. Setelah beberapa millimeter, cabang ini terbagi menjadi
cabang superior dan inferior nasal dan temporal. Cabang dari arteri dan vena
retina sentralis muncul dari bagian tengah diskus optikus, biasanya kearah
nasal. Tidak terdapat overlap dan anastomosis pada semua pembuluh darah
di semua kuadran. Cabang nasal berjalan ke ora serrata. Sementara cabang
temporal melengkung diatas dan didaerah fovea sentralis. (2,7)
Retinal blood flow pada mata yang normal selalu normal meskipun
terdapat fluktuasi pada tekanan darah sistemik maupun tekanan intraokuler.
Dibandingkan dengan sirkulasi koroid, (high-flow, variable-rate system)
sirkulasi retina adalah lower-flow, constant-rate system yang mensuplai
agen-agen metabolik aktif. Sistem saraf autonom berperan pada regulasi
pembuluh darah koroid dan retrobulbar, tetapi berakhir pada lamina
kribrosa. Meskipun pembuluh darah retina dan nervus optik memiliki
reseptor α-adrenergik, β-adrenergik dan kolinergik, tetapi peranan reseptor
ini terhadap vaskularisasinya belum diketahui dengan pasti. Retinal blood
flow harus terjadi dalam vascular microenvironment (autoregulation).Pada
sirkulasi retina dan nervus optic, control sistemik hanya merupakan
pengaruh minor, sementara factor local (misalnya nitrit oxide,
prostaglandin, andotelin dan system rennin-angiotensin) merupakan regulasi
yang lebih dominan(20,22)
Pembuluh-pembuluh darah retina sangat dipengaruhi oleh sel-sel
endotel, yang melepaskan molekul vasoaktif. Molekul vasoaktif yang
terpenting adalah nitric oxide yang memicu vasodilatasi dan endothelin-1
yang memicu vasokonstriksi. Mekanisme autoregulasi sebagian besar
dikendalikan oleh aktivitas sel neural dan glial, yang disebut neurovascular
coupling, hal ini disebabkan oleh adanya blood-retinal barrier yang
menyebabkan hormon seperti endothelin dan angiotensin hanya dapat
memberi sedikit pengaruh pada intraretina, hal ini tidak berlaku pada
pembuluh darah koroid yang berfenestra, yang memungkinkan hormon
dapat lolos ke perisit dan otot polos endotel.(20)
AUTOREGULASI TEKANAN
Perubahan pada tekanan perfusi okuler (yang didefenisikan sebagai
Tekanan arteri pembuluh darah okuler – Tekanan intraokuler, atau seringkali
dihitung 2/3 dari tekanan arteri rata-rata(mean arterial pressure) – Tekanan
intraokuler) sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, akibat stress atau
latihan fisik yang mengakibatkan peningkatan tekanan arteri rata-rata,
reduksi nocturnal tekanan arteri dan akibat variasi diurnal TIO. Jika terjadi
perubahan tekanan perfusi, konstriksi atau dilatasi vaskuler local
menyebabkan resistensi vaskuler yang secara berlawanan meningkat atau
menurun, yang berarti keadaan ini mempertahankan suplai nutrien tetap
stabil; Hal inilah yang dikatakan sebagai respon autoregulasi. Karena
peningkatan pada tekanan arteri brachialis sejalan dengan tekanan arteri
oftalmika, maka autoregulasi tekanan retina secara primer dimediasi oleh
meningkatnya resistensi vaskuler retina.(22)
AUTOREGULASI METABOLIK
Kemampuan untuk meningkatkan perfusi sebagai respon terhadap
perubahan kebutuhan jaringan, dianggap sebagai autoregulasi metabolic,
yang juga terlihat pada retina. Ketika flicker memberikan stimulasi yang
meningkatkan kebutuhan matabolik retina pada kucing atau monyet, terlihat
adanya peningkatan aliran darah retina, dengan vasodilatasi local yang
dimediasi oleh pelepasan nitrous oxide. Sebuah penelitian memperlihatkan
adanya peningkatan perfusi retina pada adaptasi gelap.
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
1. Park, S.S., Siegelman J., Gragoudas E.S.: The Anatomy and Cell
Biology of the Retina on Duane’s Clinical Ophthalmology., On CD
ROM.,Lippincott and William Wilkins.
2. Chibis,W.G, Hillary A.B, James, J.T., John, S.B., Karla J., Shalesh K .
Fundamentals and Principles of Ophthalmology, Basic and Clinical
Science Course, Sec. 2, AAO, San Fransisco, 2008-2009:76-87
22. Harris,A, Regulation of retinal and optic nerve blood flow, Arc.of
Ophthalmol. 1998;116:1-9
Perdarahan preretina
Perdarahan subretina
RETINOPATHY HIPERTENSI