44
Gambar 7.1. Sistem Penyaluran Limbah Dari Industri Menuju IPAL
45
Gambar 7.2. Arah Aliran Saluran Air Limbah dari Lokasi
Pengusaha ke IPAL
46
Gambar 7.3. IPAL Industri Kulit BTIK-LIK Magetan
47
Gambar 7.4. Lay Out IPAL di BTIK-LIK Magetaan
48
7.2.1. Penyaringan / Screening
50
Gambar 7.6. Bak Equalisasi di IPAL BTIK Magetan
51
Koagulasi adalah proses destabilisasi koloid dengan
penambahan senyawa kimia yang disebut zat koagulan. Flokulasi
adalah proses penggumpalan (agglomeration) dari koloid yang tidak
stabil menjadi gumpalan partikel halus (mikro-flok), dan selanjutnya
menjadi gumpalan patikel yang lebih besar dan dapat diendapkan
dengan cepat. Senyawa kimia lain yang diberikan agar pembentukan
flok menjadi lebih cepat atau lebih stabil dinamakan flokulan atau zat
pembantu flokulasi (flocculant aid).
Di dalam sistem pengolahan air limbah dengan penambahan
bahan kimia proses koagulasi sangat diperlukan untuk proses awal.
Partikel-partikel yang sangat halus maupun partikel koloid yang
terdapat dalam air limbah sulit sekali mengendap. Oleh karena itu
perlu proses koagulasi yaitu penambahan bahan kimia agar partikel-
partikel yang sukar mengendap tadi menggumpal menjadi besar dan
berat sehingga kecepatan pengendapannya lebih besar.
52
Gambar 7.7. Fasilitas Netralisasi, Koagulasi-Flokulasi di
IPAL BTIK Magetan
53
Bak sedimentasi dapat berbentuk segi empat atau lingkaran.
Pada bak ini aliran air limbah sangat tenang untuk memberi
kesempatan padatan/suspensi untuk mengendap. Kriteria-kriteria
yang diperlukan untuk menentukan ukuran bak sedimentasi adalah :
surface loading (beban permukaan), kedalaman bak dan waktu
tinggal. Waktu tinggal mempunyai satuan jam, cara perhitungannya
adalah volume tangki dibagi dengan laju alir per hari. Beban
permukaan sama dengan laju alir (debit volume) rata-rata per hari
dibagi luas permukaan bak, satuannya m 3 per meter persegi per
hari.
54
7.2.6. Pengolahan Air Limbah Secara Biologi Dengan Proses
Lumpur Aktif
55
Gambar 7.9. Diagram Proses Lumpur Aktif
56
limbah dengan beban BOD yang besar, sehingga tidak memerlukan
tempat yang besar. Proses ini cocok digunakan untuk mengolah air
limbah dalam jumlah yang besar.
57
Lapisan
pasir
Lapisan kerikil
Pvc kecil
Lapisan kerikil
4” besar
58
Kesehatan RI pada tanggal 25 Pebruari 2009 memberikan hasil
analisa dari IPAL I & IPAL II sebagai berikut :
fotometri
fotometri
fotometri
59
Tabel 7.2. Hasil Analisa Kualitas Limbah Buangan IPAL II
60
Tabel 7.3. Hasil Analisa Bulanan Kualitas Air Hasil
Olahan IPAL BTIK-LIK
No. Tanggal pH BOD COD TSS Sulfida Ammonia Chrome Calsium Lokasi
mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l Sampling
1 24/03/2009 7,5 97,5 208,4 20 0,404 2,012 0,416 - Outlet IPAL I
2 24/03/2009 8 99,1 209,8 24 0,418 3,974 0,425 - Outlet IPAL II
3 25/02/2009 8 97,5 202,9 22 0,571 2,28 0,381 - Outlet IPAL I
4 25/02/2009 8,5 116,9 298,1 68 0,976 9,065 0,0592 - Sedimentasi I IPAL II
5 25/02/2009 8 99,4 201,7 26 0,422 5,64 0,404 - Outlet IPAL I
6 25/02/2009 8,5 118,9 291,5 80 1,015 8,43 0,596 - Sedimentasi I IPAL II
7 22/10/2008 8,5 117,9 272,6 35 1,004 8,116 0,507 - Outlet IPAL I
8 22/10/2008 8,5 124,1 283 38 1,082 8,924 0,602 - Outlet IPAL II
9 15/08/2008 8 101,2 224,3 32 0,607 4,91 0,401 - Outlet IPAL I
10 15/08/2008 7,5 96,5 217,1 28 0,502 3,06 0,298 - Outlet IPAL II
11 16/07/2008 13 460,4 584,8 165 14,805 29,19 44.967,50 15.346,80 A
12 16/07/2008 13 378,3 517,5 134 10,275 20,92 6.901,20 18.163,10 B
13 18/07/2008 7,5 96,2 211,5 26 0,492 3,46 0,304 - Outlet IPAL I
14 18/07/2008 7,5 100,9 215,6 30 0,614 4,534 0,219 - Outlet IPAL II
15 24/06/2008 7,5 97,3 207,3 40 0,584 2,086 0,388 - A
16 24/06/2008 7,5 99,1 234,8 42 0,692 2,017 0,496 - B
17 11/04/2008 7,5 97,3 207,3 40 0,584 2,086 0,388 - A
18 11/04/2008 7,5 99,1 234,8 42 0,692 2,017 0,496 - B
19 14/03/2008 7,5 96,7 229,2 50 0,612 2,104 0,493 - A
20 14/03/2008 7,5 100,5 238,1 55 0,744 2,482 0,516 - B
21 20/02/2008 7,5 113 261,4 92 0,908 3,091 0,601 - A
22 20/02/2008 7,5 110,6 253,9 86 0,893 3,182 0,596 - B
61
Tabel 7.4. Hasil Analisa Kualitas Limbah Buangan IPAL
No Parameter Satuan Standar Hasil Metode Keterangan
Maksimal* Analisa
62