Anda di halaman 1dari 22

Perilaku Kebiasaan Buang Sampah Sembarangan

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Falsafah

Disusun Oleh :

Rafika Dita (220110150006)


Dian Rachmah Faoziah (220110150024)
Eva Fauziah (220110150060)
Iin Parlina (220110150070)
Faiza Zulfikar (220110150084)
Ammi Salamah (220110150095)
Liesta Eldiana (220110150114)
Vivi Vitriani Indriana (220110150117)
Mahdaniar Siti Zahroh (220110150123)
Cecilia Destiani E.P (220110150126)
Dayyan Auliya Zahra (220110150131)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt, atas segala rahmat dan
karunia yang dilimpahkan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Perilaku Kebiasaan Buang Sampah Sembarangan”. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Falsafah.

Makalah ini berisi tentang apa itu perubahan; bagaimana konsep berubah;
bagaimana prinsip berubah secara sistem individu; dan bagaimana tahapan dan
proses berubahnya itu; serta bagaimana aplikasinya dalam kehidupan.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak


yang telah mendukung dan membantu kami secara langsung ataupun tidak langsung
dalam penyusunan makalah ini. Semoga karya makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca serta kami mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca sekalian
untuk bahan pembelajaran kedepannya.

Jatinangor, Desember 2015

penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................ i

Daftar isi ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 2

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 4

1.3 Tujuan .......................................................................................... 4

1.4 Manfaat ........................................................................................ 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................... 6

2.1Konsep Berubah ..........................................................................

2.1 prinsip berubah secara sistem individu .......................................

BAB III PEMBAHASAN ..........................................................................

3.1

3.2

BAB IV PENUTUP ....................................................................................

4.1 Kesimpulan .................................................................................

4.2 Saran ............................................................................................


1. Latar Belakang Masalah

Masyarakat zaman kini banyak sekali yang terikut dengan kemajuan


teknologi, industrialisasi, kebudayaan dan urbanisasi sehingga memunculkan
banyak masalah sosial. Adaptasi atau penyesuaian diri menjadi tidak mudah.
Kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan kebingungan, kecemasan dan
konflik sehingga banyak orang mengembangkan perilaku menyimpang dari norma
umum atau berbuat semau sendiri demi kepentingan sendiri dan mengganggu atau
merugikan orang lain.

Perilaku menyimpang sering juga disebut dengan istilah patologi social.


Perilaku menyimpang merupakan segenap perilaku manusia yang di anggap tidak
sesuai, melanggar norma–norma umum, dan adat istiadat. Menurut Kartono, kartini
(2009:1) “patologi sosial atau perilaku menyimpang adalah semua tingkah laku
yang bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas lokal, pola kesederhanaan,
moral, hak milik, solidaritas kekeluargaan, hidup rukun bertetangga, disiplin,
kebaikan dan hukum moral”.

Kebiasaan masyarakat tertentu kadang tanpa disadari oleh warganya


ternyata menyimpang dari nilai dan norma sosial yang berlaku di masyarakat
umum. Perilaku menyimpang ditentukan batasannya oleh norma–norma
kemasyarakatan yang berlaku dalam suatu lingkungan. Ada dua proses
pembentukan perilaku menyimpang masyarakat. Pertama, penyimpangan sebagai
hasil sosialisasi dari nilai-nilai subkebudayaan menyimpang. Perilaku menyimpang
bersumber pada pergaulan yang berbeda seperti pergaulan dengan kawan yang
kurang baik. Kedua,penyimpangan dari sosialisasi yang tidak sempurna. Proses ini
terjadi karena nilai dan norma yang dipelajari kurang dapat dipahami dalam proses
sosialisasi sehingga orang tidak mempertimbangkan resiko dan melakukan
penyimpangan.
Terbentuknya sebuah kebiasaan berawal dari sikap mental seseorang,
bagaimana pola pikirnya terhadap suatu hal akan mempengaruhi tindakan dan
perilakunya sehari-hari. Tindakan dan perilaku yang dilakukan berulang-ulang,
lambat laun akan menjadi sebuah kebiasaan. Contoh yang paling sederhana adalah
membuang sampah. Jika seseorang menganggap membuang sampah sembarangan
adalah hal yang lumrah, maka tindakan dan perilakunya akan masa bodoh jika ia
membuang sampah sembarangan, sehingga perilaku ini sudah mendarah daging dan
terbentuklah sebuah kebiasaan.

Untuk menjadi yang terbaik atau unggul bukanlah tindakan satu kali tetapi
sebuah kebiasaan. Kebiasaan membuang sampah sembarangan merupakan salah
satu contoh dari perilaku menyimpang yang dilakukan oleh masyarakat dan dapat
merugikan orang lain maupun diri sendiri. Menurut Slamet, J S (2009:152) sampah
ialah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya. Sampah ini ada
yang mudah membusuk dan ada pula yang tidak mudah membusuk. Sampah yang
membusuk terdiri atas zat–zat organik seperti sisa
sayuran, sisa daging, daun dan lain–lain sedangkan sampah yang tidak mudah
membusuk dapat berupa plastik, kertas, karet, besi, kawat, timah, logam, bahan
bangunan bekas dan lain–lain.

Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup


masyarakat telah meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis, dan keberagaman
karakteristik sampah. Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis
bahan pokok dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau kegiatan penunjang
pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga memberikan kontribusi yang besar
terhadap sampah.

Kebiasaan membuang sampah sembarangan dapat mempengaruhi tingkat


kesehatan individu maupun masyarakat. Sampah yang di buang sembarangan dapat
menjadikan lingkungan kita menjadi kotor sehingga membuat kita tidak nyaman
memandang dan tinggal di rumah sendiri. Sampah organik yang menumpuk akan
membusuk dan menimbulkan bau yang tidak sedap untuk di hirup sedangkan
sampah anorganik yang berserakan akan menjadi sarang bibit penyakit. Kaleng-
kaleng bekas akan menampung air hujan dan mengundang nyamuk untuk bersarang
dan berkembang di dalamnya.

Pengelolaan sampah yang kurang baik (pembuangan sampah sembarangan


dan tidak terkontrol) dapat menimbulkan berbagai penyakit dan menjadikan
sampah sebagai tempat berkembang biaknya vektor penyakit. 5 Insidensi penyakit
demam berdarah akan meningkat karena faktor penyakit dan berkembang biaknya
dalam sampah kaleng ataupun ban bekas yang berisi air hujan. Insidensi penyakit
Diare, kolera, tipus yang banyak disebabkan lalat atau tikus. Cacing pita yang dapat
menyebar melalui rantai makanan, dimana cacing dikonsumsi sebelumnya oleh
ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah. Minamata yang
disebabkan karena masyarakat mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi sampah
beracun (limbah baterai dan akumulator yang dibuang di perairan umum).
Terjadinya kecelakaan akibat pembuangan sampah secara sembarangan, misalnya
luka akibat benda tajam seperti : besi, kaca dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah

2. Apa yang dimaksud konsep berubah?


3. Sebutkan macam-macam perubahan yang terjadi!
4. Bagaimana tahapan/proses untuk berubah?
5. Apa yang menjadi faktor penghambat adanya perubahan?

1.3 Tujuan

6. Tujuan dari makalah ini adalah agar mahasiswa mengetahui bagaimana


konsep berubah, tahapan-tahapan atau proses untuk berubah, dan faktor
apa saja yang menhambat adanya perubahan
PRINSIP PERUBAHAN

Perilaku sesuai hakikat pemiliknya. Seperti air yang selalu mengalir


kebawah dan api selalu membakar, perilaku setiap orang memiliki cirinya masing-
masing. Namun, apapun warnanya air tetaplah air. Mau biru, soda tetap saja air.
Biarpun kuning, teh juga air. Atau hitam, kopi juga esensinya air. Perilaku memiliki
titik pangkal yang tetap. Sehingga perubahan perilaku yang terjadi sebenarnya
merupakan perkembangan dari pangkal tersebut.
Secara fundamental, Change (perubahan) berarti transisi yang terjadi saat
sesuatu begerak dari being same menjadi being different.
Kurt Lewin terkenal dengan teori medan yang menjelaskan pembentukan
perilaku berasal dari interaksi antara Person (P) dengan lingkungan
alias Environment (E). Keduanya dirumuskan dalam:
B= f (P,E)
Ternyata dalam penelitian ditemukan bahwa Environment mempengaruhi
70% pembentukan perilaku dibandingkan P itu sendiri. Maksudnya, manusia lebih
banyak dipengaruhi orang di luar dirinya daripada memiliki motif dan tindakan
sendiri untuk berubah. Misalnya orang yang berada di lingkungan kerja yang malas
akan cenderung menjadi malas pula. Mahasiswa yang sering dibiarkan terlambat
akan menjadi manusia yang tidak tepat waktu. Ini sesuai dengan teori Albert
Bandura yang menyatakan bahwa orang dapat mempelajari perilaku dari
pengamatan terhadap orang lain.
Prinsip adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun
individual yang dijadikan oleh seseorang/ kelompok sebagai sebuah pedoman untuk
berpikir atau bertindak.
Sedangkan perubahan adalah suatu proses dimana terjadinya peralihan atau
perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis, artinya
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada.
Prinsip – prinsip dalam perubahan diantaranya :
a. change should be implemented for a good reason
Artinya, perubahan itu harus diimplementasikan untuk alasan yang baik.
b. should always be gradual
Perubahan itu bertahap, tidak langsung berubah melainkan melalui tahap –
tahap atau proses tertentu hingga akhirnya dapat berubah dari sebelumnya.
c. should be planned
d. those who are affected by the change should be involved in planning for the
change
Artinya, mereka yang terkena dampak perubahan, harus terlibat dalam
perencanaan untuk perubahan yang dilakukan.

Prinsip Perubahan Perilaku Karena Terpaksa


Adalah upaya promosi kesehatan dalam rangka perubahan perilaku
dipaksakan kepada sasaran / masyarakat sehingga mau melakukan atau berperilaku
seperti yang diharapkan. Cara ini dapat ditempuh misalnya dengan adanya
peraturan – peraturan atau undang – undang yang harus dipatuhi oleh anggota
masyarakat.
Sifat – sifat perubahannya meliputi :
1. Cepat
2. Tidak langgeng
3. Tidak didasari pemahaman dan kesadaran

Perubahan perilaku
Perubahan perilaku umumnya terjadi melalui tiga cara yaitu
1. karena terpaksa (compliance) mengharapkan memperoleh imbalan
baik materi maupun non materi,
2. memperoleh pengakuan dari kelompok, terhindar dari hukuman, dan
3. tetap terpelihara hubungan baik dengan orang lain

Karena terpaksa (compliance).


a. Dengan Paksaaan
Cara ini dapat dilakukan dengan:
a) Mengeluarkan instruksi atau peraturan, dan ancaman hukuman jika
tidak mentaati instruksi atau peraturan tersebut. Misalnya: instruksi
atau peraturan tidak membuang sampah di sembarang tempat, dan
ancaman hukuman atau denda jika tidak mentaati peraturan lalu
lintas.
b) Menakut-nakuti tentang bahaya yang mungkin akan diderita jika
tidak mengerjakan apa yang dianiurkan. Misal: menyampaikan
kepada ibu-ibu bahwa anaknya bisa mati jika tidak berobat pada
waktu demam tinggi.
b. Dengan memberi imbalan
lmbalan bisa berupa materi seperti uang atau barang, tetapi bisa juga
imbalan yang tidak berupa materi, seperti pujian, dan sebagainya.

c. Dengan membina hubungan baik


Jika kita mempunyai hubungan yang baik dengan seseorang atau dengan
masyarakat, biasanya orang tersebut atau masyarakat akan mengikuti
anjuran kita untuk berbuat sesuatu, karena ingin memelihara hubungan
baiknya dengan kita.

d. Dengan menunjukkan contoh-contoh


Salah satu sifat manusia adalah ingin meniru. Oleh karena itu, Puskesmas
harus mempunyai lingkungan yang bersih, para petugas tampak bersih, rapi,
dan ramah. Selain itu, para petugas juga berperilaku sehat, misalnya tidak
merokok, tidak meludah di sembarang tempat, tidak membuang sampah
sembarangan, dan sebagainya. Di beberapa tempat disediakan tempat
sampah agar orang juga tidak membuang sampah sembarangan. Dengan
contoh seperti ini biasanya orang akan ikut berbuat yang serupa yaitu
berperilaku sehat.

e. Dengan memberikan kemudahan


Misalnya pemerintah ingin agar masyarakat memanfaatkan Puskesmas,
maka Puskesmas didekatkan kepada masyarakat, pembayarannya dibuat
sedemikian hingga masyarakat mampu membayar pelayanannya yang baik
dan ramah, tidak usah menunggu lama. Semua ini merupakan kemudahan
bagi masyarakat, maka diharapkan masyarakat akan tergerak untuk
memanfaatkan Puskesmas.

f. Dengan menanamkan kesadaran dan motivasi


Misal individu, kelompok, maupun masyarakat, diberi pengertian yang
benar tentang kesehatan. Kemudian ditunjukkan kepada mereka baik secara
langsung ataupun tidak langsung, yaitu misalnya melalui film, slide, photo,
gambar, atau cerita, bagaimana bahayanya perilaku yang tidak sehat , dan
apa untungnya berperilaku sehat. Hal ini diharapkan akan bisa
membangkitkan keinginan mereka untuk berperilaku hidup sehat. Cara ini
memang memakan waktu lama untuk bisa dilihat hasilnya, tetapi sekali
berhasil. maka ia akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan cara cara
lainnya.

Bab 2

Kajian Teori

2.1 Pengertian Konsep Berubah

Perubahan merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan atau


perpindahan dari status tetap (statis) menjadi statis yang bersifat dinamis, artinya
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada. Menurut Atkinson, 1987
berubah merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang
berbeda dengan keadaan sebelumnya. Sedangkan menurut Brooten, 1987 berubah
merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau
instuisi
Keperawatan mempunyai dua pilihan utama yang berhubungan dengan
perubahan, mereka melakukan inovasi dan perubahan atau mereka dapat dirubah
oleh suatu keadaan atau sutuasi. Perawat mempunyai keterampilan dalam proses
perubahan. Pertama proses keperawatan yaitu merupakan pendekatan dalam
penyelesaian masalah yang sistematis dan konsisten dengan perencanaan
perubahan. Kedua, perawat diajarkan mendapatkan ilmu di kelas dan mempunyai
pengalaman praktek untuk bekerja secara efektif dengan orang lain.

2.2 Teori – Teori Perubahan

1. Teori kurt lewin

Lewin mengungkapkan bahwa perubahan dapat dibedakan menjadi 3


tahapan:

1. Pencairan (unfreezing)
Motifasi yang kuat untuk beranjak dari keadaan semula dan
berubahnya keseimbangan yang ada. Merasa perlu untuk berubah dan
berupaya untuk berubah, menyiapkan diri dan siap untuk berubah dan
melakukan perubahan.
Masalah biasanya muncul akibat adanya ketidakseimbangan dalam
sistem. Tugas perawat pada tahap ini adalah mengidentifikasi masalah
dan memilih jalan keluar yang terbaik.

2. Bergerak (moving)
Bergerak menuju keadaan yang baru atau tidak / tahap
perkembangan baru, karena memiliki cukup informasi, serta sikap dan
kemampuan untuk berubah, memahami masalah yang dipahami dan
mengetahui langkah-langkah penyalasaian yang harus dilakukan,
melakukan langkah nyata untuk berubah dalam mencapai tingkat atau
tahap baru.
Pada tahap ini perawat berusaha mengumpulkan informasi dan
mencari dukungan dari orang-orang yang dapat membantu memecahkan
masalah.
3. Pembekuan (refresing)
Telah mencapai tingkat atau tahap baru, mencapai keseimbangan
baru. Tingkat baru yang dicapai harus dijaga untuk tidak mengalami
kemunduran atau atau bergerak kembali pada tingkat atau tahap
perkembangan semula. Oleh karena itu perlu selalu ada upaya untuk
mendapatkan umpan balik, kritik yang konstroktif dalam upaya
pembinaan yang terus menerus dan berkelanjutan.
Setelah memiliki dukungan dan alternatif pemecahan masalah
perubahan diintegrasikan dan distabilkan sebagai bagian dari sistem
nilai yang dianut. Tugas perawat sebagai agen berubah berusaha
mengatasi orang-orang yang masih menghambat perubahan.

2. Teori Rogers

Teori Rogers tergantung pada lima faktor yaitu, perubahan harus


mempunyai keuntungan yang berhubungan, perubahan harus sesuai dengan
nilai-nilai yang ada, kompleksitas, dapat dibagi, dan dapat dikomunikasikan.
Roger menjelaskan 5 tahap dalam perubahan, yaitu : Kesadaran, Keinginan,
Evaluasi, Mencoba, Penerimaan.

Roger percaya proses penerimaan terhadap perubahan lebihh


komplek dari pada 3 tahap yang dijabarka lawin. Terutama dalam setiap
individu yang terlibat dalam proses perubahan dapat menerima atau
menolaknya. Meskipun perubahan dapat diterima, mungkin saja suatu saat
akan ditolak setelah perubahan tersebut dirasakan sebagai hal yang
menghambat keberadaanya. Berubah yang efektif menurut Roger
tergantung dari individu yang terlibat tertarik dan berupaya untuk selalu
maju serta mempunyai suatu komitmen untuk bekerja dan melaksanakannya.

3. Teori Lippitt
Teori ini merupakan pengembangan dari teori Lewin. Lippitt
mengungkapkan tujuh hal yang harus diperhatikan seorang manajer dalam
sebuah perubahan yaitu:
1. Mendiagnosis masalah
2. Mengkaji motivasi dan kemampuan untuk berubah
3. Mengkaji motivasi dan sumber-sumber agen
4. Menyeleksi objektif akhir perubahan
5. Memilih peran yang sesuai untuk agen berubah
6. Mempertahankan perubahan
7. Mengakhiri hubungan saling membantu
4. Teori Redin
Menurut Redin sedikitnya ada empat hal yang harus di lakukan
seorang manajer sebelum melakukan perubahan, yaitu: ada perubahan yang
akan dilakukan, apa keputusan yang dibuat dan mengapa keputusan itu
dibuat, bagaimana keputusan itu akan dilaksanakan, dan bagaimana
kelanjutan pelaksanaannya.
Redin juga mengusulkan tujuh teknik untuk mencapai perubahan :
1) Diagnosis
2) Penetapan objektif bersama
3) Penekanan kelompok
4) Informasi maksimal
5) Diskusi tentang pelaksanaan
6) Penggunaan upacara ritual
Intervensi penolakan tiga teknik pertama dirancang bagi orang-
orang yang akan terlibat atau terpengaruh dengan perubahan. Sehingga
diharapkan mereka mampu mengontrol perubahan tersebut.

5. Teori Havelock

Teori ini merupakan modifikasi dari teori Lewin dengan


menekankan perencanaan yang akan mempengaruhi perubahan. Enam
tahap sebagai perubahan menurut Havelock.
1) Membangun suatu hubungan
2) Mendiagnosis masalah
3) Mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan
4) Memilih jalan keluar
5) Meningkatkan penerimaan
6) Stabilisasi dan perbaikan diri sendiri.

6. Teori Spradley
Spradley menegaskan bahwa perubahan terencana harus secara
konstan dipantau untuk mengembangkan hubungan yang bermanfaat antara
agen berubah dan sistem berubah.
Berikut adalah langkah dasar dari model Spradley: Mengenali gejala,
mendiagnosis masalah, menganalisa jalan keluar, memilih perubahan,
merencanakan perubahan, melaksanakan perbahan, mengevaluasi
perubahan, dan menstabilkan perubahan.

2.3 Macam Perubahan

a. Perubahan ditinjau dari sifat proses:

1. Perubahan bersifat berkembang


Mengikuti derai proses perkembangan yang ada baik pada individu,
kelompok atau masyarakat secara umum.

2. Perubahan bersifat spontan


Dapat terjadi karena keadaan memberikan respon tersendiri
terhadap kejadian yang bersifat alami yang diluar kehendak manusia yang
tidak dapat diramalkan/ diprediksikan sehingga sulit untuk diantisifasi.

3. Perubahan bersifat direncanakan


Sifat perubahan satu ini dilakukan bagi individu, kelompok atau
masyarakat imgin mengadakan perubahan kearah yang lebih maju atau
mencapai tingkat perkembangan yang lebih baik dari keadaan yang lebih
baik.

b. Perubahan ditinjau dari sifat keterlibatan


1. Perubahan partisipatif
 Melalui penyediaan informasi yang cukup
 Adanya sikap positif terhadap inovasi
 Timbulnya komitmen

2. Perubahan paksaan (coerced change)


 Melalui perubahan total dari organisasi
 Memerlukan kekuatan personal (personal power)

2.4 Jenis Perubahan

Jenis perubahan ada 2 :

1. Perubahan yang direncanakan


Perubahan yang direncanakan adalah perubahan yang direncanakan
dan dipiikirkan sebelumnya. Perubahan terencana lebih mudah
dikelola daripada perubahan yang terjadi pada perkembangan manusia
atau tanpa persiapan karena suatu ancaman. Untuk alasan tersebut,
perawat harus dapat mengelola perubahan.
2. Perubahan yang tidak direncanakan.
Perubahan yang tidak direcanakan adalah perubahan yang terjadi
tanpa suatu persiapan. Perubahan terencana lebih mudah dikelola
daripada perubahan yang terjadi pada perkembangan manusia atau
tanpa persiapan karena suatu ancaman. Untuk alasan tersebut, perawat
harus dapat mengelola perubahan.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kondisi Saat Ini


Kebiasaan membuang sampah di sembarang tempat telah tertanam di benak
orang Indonesia. Masyarakat secara umum mempunyai kesadaran yang rendah
terhadap konsekuensi membuah sampah sembarangan. Kesadaran untuk mendidik
dan memberikan contoh adalah hal yang perlu diperbaiki.
Membuang sampah sembarangan menyebabkan sampah hingga kini masih
menumpuk di sejumlah titik di Kec. Jatinangor, Kab. Sumedang. Belum diketahui
kapan tumpukan sampah tersebut akan dibersihkan. Keberadaan tumpukan sampah
tersebut dikeluhkan sejumlah pengguna jalan, termasuk warga Jatinangor.
Sementara itu, pihak Kecamatan Jatinangor, melalui Kepala Seksi Lingkungan
Hidup, mengatakan, pengelolaan sampah di Jatinangor masih menggunakan sistem
angkut buang.

3.2 Tahap Unfreezing


Melibatkan masyarakat umum untuk membantu menjaga kebersihan di
lingkungan masing-masing secara umum akan lebih efektif dan efisien. Masyarakat
harus berani menegur orang-orang yang tidak bertanggung jawab dengan membuat
sampah sembarangan.
Pemerintah Provinsi dan Pusat harus secara rutin melakukan kampanye dan
sosialisasi kepada masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya akan
membuahkan hasil yang diinginkan. Pemerintah jangan hanya memberikan
penghargaan untuk RT, kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi yang bersih
saja, penghargaan ini harus diberikan kepada individu yang berperan membuat
lingkungan mereka bersih dari sampah yang sebelumnya ada dimana-mana.
Bukan rahasia umum lagi, tanah kosong yang tidak ditempati dijadikan
tempat pembuangan sampah. Jika satu orang melempar sampah disitu, maka orang
lain akan mengikuti sehingga lama-kelamaan sampah menumpuk disitu dan
menimbulkan bau tidak sedap.
Tidak hanya lahan kosong, sungai pun menjadi sasaran tempat pembuangan
sampah. Sungai-sungai yang seharusnya mengalir lancar, tidak nampak terlihat,
gorong-gorong yang menjadi jalannya air mengalir, tersendat oleh sampah. Sampah
yang seharusnya dapat di atasi dengan membuang pada tempatnya, dan di bakar
atau pun di hancurkan, di buang begitu saja di sungai-sungai, inilah kejahatan
kemanusian yang tak kita sadari, bukan hanya merugikan orang lain, diri sendiri
juga terkena dampak dari membuang sampah sembarangan.
Selain banjir, polusi juga akan terasa dari dampak ini, seperti kurangnya air
bersih untuk kebutuhan hidup, ini menjadi akibat yang dirasakan sangat besar,
timbul berbagai macam penyakit akibat ulah membuang sampah dan limbah yang
tak terkontrol tidak pada tempatnya. Rasa kemanusian sudah luntur dengan
kebiasaan yang merugikan banyak orang dan diri sendiri.

3. Tahap Moving (Keberlangsungan Proses)

1. Rencana
Rencana perubahan yang akan dilakukan yaitu merubah paradigma
masyarakat dan pemerintah terhadap sampah, yang tidak hanya terfokus
pada cara pengelolaan sampah, namun juga pada perilaku orang yang
memiliki kebiasaan membuang sampah, yang akan berefek pada
berkurangnya sampah-sampah berserakan dan meningkatkan kualitas
kebersihan lingkungan.

2. Tujuan dan Sasaran


Tujuan : Untuk merubah kebiasaan masyarakat dalam membuang sampah
sembarangan dan meningkatkan kebersihan lingkungan.
Sasaran : Seluruh warga Jatinangor – Sumedang, Jawa Barat

3. Support dan Resistance


Support : Pemerintah daerah dan mahasiswa sekitar daerah Jatinangor
Resistance : Warga dan mahasiswa yang tidak mau diatur
4. Target Waktu
1 Bulan : Promosi dan sosialisasi
3 Bulan : Pelaksanaan rencana
2 Bulan : Evaluasi dan pembiasaan
Total : 6 Bulan

5. Strategi
 Rational Strategy : Perubahan dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas kebersihan lingkungan dan kesehatan
masyarakat. Dengan menyosialisasikan tujuan dan pentingnya
merubah kebiasaan membuang sampah mulai dari sarana-sarana
pendidikan, seperti sekolah, kampus, atau penyuluhan-penyuluhan
umum.
 Coercive Strategy : Perubahan melibatkan kontribusi aktif dari
pemerintah daerah dan para akademisi yang memiliki pengaruh
cukup kuat di lingkungan sekitar Jatinangor. Di antara kontribusi
yang dilakukan pemerintah yaitu dengan mengeluarkan peraturan
untuk membuang sampah pada tempatnya beserta sanksi yang tegas
bagi para pelanggar yang tetap membuang sampah sembarangan.
Sedangkan, kontribusi yang dapat dilakukan mahasiswa di
antaranya yaitu dengan mengajak masyarakat umum untuk
bersama-sama merubah perilaku buruk membuang sampah
sembarangan, menjadi duta dan teladan dalam membiasakan
perilaku membuang sampah sembarangan, juga memberikan
informasi pada masyarakat umum betapa pentingnya perilaku
membuang sampah pada tempatnya, dan betapa buruknya dampak
yang ditimbulkan dari kebiasaan membuang sampah sembarangan.
 Reeducative strategy : Perubahan melibatkan seluruh lapisan warga
masyarakat daerah Jatinangor dalam setiap tahap perubahan.
Masyarakat akan digerakkan secara aktif mulai dari tahap promosi
perubahan, pelaksanaan, evaluasi, hingga pembiasaan perilaku yang
telah dirubah.
4. Tahap Refreezing

Setelah menjalani tahap pelaksanaan rencana perubahan selama kurang lebih 2


bulan, maka pemerintah dan seluruh warga masyarakat Jatinangor akan menjalani
evaluasi dari hasil perubahan yang telah terjadi, mulai dari apakah paradigma
masyarakat terhadap sampah telah berubah, apakah telah terjadi perubahan dalam
kebijakan pemerintah yang tidak lagi hanya terfokus pada cara mengelola sampah
melainkan merubah juga perilaku masyarakat pembuang sampah sembarangan,
bagaimana dampak perubahan terhadap kebersihan lingkungan dan kesehatan
masyarakat, sejauh apa masyarakat telah menyadari pentingnya perubahan ini, dan
sejauh apa rencana perubahan ini telah tercapai. Setelah evaluasi dilakukan, maka
selanjutnya adalah menstabilkan perilaku yang telah dirubah dengan
mempertahankan kebijakan-kebijakan serta program-program yang mendukung
terlaksananya program, dan menghilangkan atau mengganti kebijakan-kebijakan
atau program yang dirasa tidak memberikan dampak signifikan terhadap
terlaksananya rencana perubahan.
Daftar pustaka
Hidayat, Aziz Alimul A.2007, Edisi 2.Pengantar konsep dasar
keperawatan.Penerbit:Salemba medika.Surabaya

Swanburg. C. Russell. Alih Bahasa Waluyo. Agung & Asih. Yasmin. (2001).
Pengembangan Staf Keperawatan, Suatu Komponen Pengembangan SDM. EGC.
Jakarta

Kozier, Fundamental of Nursing. (1991) Concept, Process, and Practice,Addison


Wesley,Publishing company,Incan Staf Keperawatan, Suatu Komponen
Pengembangan SDM. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai