LAPORAN KASUS
Oleh :
Jerry Daniel
131611101018
Pembimbing:
Praktikum Putaran II
UNIVERSITAS JEMBER
2017
[Type text]
Laporan Kasus
Bagian Ilmu Penyakit Mulut Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Jember
Oktober, 2017
Abstrak
[Type text]
PENDAHULUAN
Chicken pox terdapat di seluruh dunia dan tidak ada perbedaan ras
maupun jensi kelamin. Varicella-zoster (chickenpox) terutama menyerang anak-
anak yang berusia di bawah 20 tahun dan hanya 2% menyerang orang dewasa[1,2].
Insiden terjadinya herpes zoster berbeda dengan Varicella-zoster (chickenpox),
insiden terjadinya herpes zoster meningkat sesuai dengan pertambahan umur dan
biasanya menyerang anak-anak. Insiden herpes zoster berdasarkan usia yaitu sejak
lahir – 9 tahun 0,74/ 1000; usia 10-19 tahun 1,38/ 1000; usia 20-29 tahun 2,58/
1000. Waqlaupun herpes zoster merupakan penyakit yang sering dijumpai pada
[Type text]
orang dewasa, namun herpes zoster dapat juga terjadi pada bayi yang baru lahir
apabila ibunya menderita herpes zoster pada masa kehamilan[2,3,4].
Virus Varicella zoster pada remaja dan orang dewasa biasanya didahului
dengan gejala prodormal, yaitu demam, malaise, nyeri kepala, mual, dan
anoreksia, yang terjadi 1 – 2 hari sebelum timbulnya lesi di kulit, sedangkan pada
anak kecil yang immunokompeten, gejala prodormal jarag dijumpai hanya demam
[Type text]
dan malaise ringan dan timbul bersamaan dengan lesi di kulit. Lesi pada
Varicella-zoster (chickenpox) diawali pada daerah wajah dan skapula, kemudian
meluas ke dada, dan kemudian berubah dengan cepat dalam waktu 12-14 jam
menjadi papula dan kemudian menjadi vesikel yang mengandung cairan yang
jernih dengan dasar eritema. Cairan vesikel dapat berubah menjadi keruh
kemudian akan mengering dan akan membentuk krusta dalam waktu yang
bervariasi. Pada masa penyembuhan Varicella-zoster (chickenpox) jarang
terbentuk jaringan parut apabila tidak disertai infeksi sekunder dari bakteri[1,6,7].
[Type text]
agar tidak mudah pecah. Vesikel yang sudah pecah atau sudah terbentuk krusta
dapat diberikan salep antibiotik untuk mencegak terjadinya infeksi sekunder.
Intapertik dan analgesik dapat diberikan namun bukan golongan salisilat (aspirin)
untuk menghindari sindroma Reye. Kuku jari harus dipotong untuk menghindari
infeksi sekunder dan diberi instruksi untuk tidak menggaruk vesikel[1,2,5,8]. Selain
itu dapat diberikan obat antivirus untuk mengurangi lama sakit, keparaham, dan
mempersingkat waktu penyembhan. Pemberian antivirus sebaiknya dalam jangka
waktu kurang dari 48-72 jam setelah erupsi di kulit muncul. Golongan obat
antivirus yang dapat diberikan seperti acyclovir, valacyklovir, dan famicyclovir.
Dosis antivirus (oral) untuk pengobatan chciken pox pada neonatus acyclovir 500
mg/ m2 IV setiap 8 jam selama 10 hari. Untuk anak-anak usia 2-12 tahun
acyclovir 4 x 20 mg/ kg BB/ hari/ oral selama 6 hari. Pada pasien remaja dan
dewasa dapat menggunakan acyclovir 5 x 800 mg/ hari/ oral selama 7 hari;
Valacyclovir 3 x 1 gr/ hari/ oral selama 7 hari; dan Famacyclovir 3 x 500 mg/
hari/ oral selama 7 hari[1,4-6,].
[Type text]
LAPORAN KASUS
[Type text]
TATA LAKSANA KASUS
RESEP:
[Type text]
PEMBAHASAN
[Type text]
jarang terbentuk jaringan parut apabila tidak disertai infeksi sekunder dari
bakteri[1,6,7].
[Type text]
Pasien juga diberikan multivitamin sebagai terapi suportif agar proses
perbaikan sel-sel yang rusak akibat infeksi virus ini dapat berlangsung lebih cepat
serta untuk mengembalikan sistem imun agar dapat mencegah infeksi berulang.
Pada pasien juga diinsstruksikan untuk menjaga kebersihan badan, menggunakan
obat sesuai anjuran, istirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi seimbang,
tidak menggaruk luka, dan kontrol setelah 6 hari.
Setelah dilakukan perawatan selama 6 hari pasien mengaku rasa gatal telah
hilang sejak 3 hari setelah periksa, selain itu sudah tidak mengalami demam dan
bisa kembali masuk ke sekolah. Pemeriksaan ekstraoral terdapat jaringan parut di
daerah wajah, pada pemeriksaan intraoral tidak ditemukan abnormalitas. Obat
acyclovyr tablet yang diberikan tersisa 3, sednagkan obat multivatin sirup tersisa
sedikit. Pasien kemudian diinstruksikan untuk tetap menjaga kebersihan rongga
mulut, menjaga kebersihan badan, istirahat yang cukup, dan makan makanan yang
bergizi seimbang.
[Type text]
DAFTAR PUSTAKA
[Type text]