Anda di halaman 1dari 11

KEPRIBADIAN DAN PENDIDIKAN

Makalah

Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur


Mata Kuliah : Pembelajaran Matematika
Dosen Pengampu :

Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Siti Juliana (1710310074)
2. Ana Afif Firgania ( 1710310064)
3. Leni Fitriyani (1710310067)
4. Rokhimatun Ni’mah (1710310076)
5. Riska Rosalia (17103100)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2019
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepribadian merupakan kajian yang berfokus pada usaha dalam
memahami tabiat, watak, sifat dan karakter seseorang. Salah satu bidang yang
banyak menggunakan peran kepribadian yaitu adalah pendidikan. Dapat
diketahui bahwa pendidikan dalam ruang lingkup yang sempit yaitu sekolah,
atau madrasah yang terdiri dari berbagai macam komponen. Secara garis
besar proses terjadinya pendidikan bersumber kepada dua hal yaitu guru
sebagai pendidik dan pengajar serta anak didik yang menerima pendidikan itu
sendiri.
Peserta didik adalah salah satu dari subjek pendidikan, setiap peserta
didik yang melakukan proses pendidikan berasal dari berbagai macam latar
belakang. Mereka mempunyai ciri khas yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya. Penting bagi para pendidik mengetahui kepribadian peserta didiknya.
Dengan kepribadian yang beragam maka berbeda pula penanganan terhadap
masing-masing individu. Mengingat jiwa seseorang dapat dipelajari,
diselidiki melalui perilakunya maka, psikologi sering kali dikatakan ilmu
yang mempelajari perilaku manusia atau kepribadian seseorang.
Perilaku seseorang adalah hasil interaksi antara dirinya dengan
lingkungan, perilaku harus dipelajari dalam hubungan dengan lingkungannya.
Hal ini perlu diperhatikan demi tercapainya tjuan pendidikan supaya dapat
efektif dan efisien. Oleh karena itu, penulis akan membahas kepribadian
dalam pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kepribadian dan pendidikan?
2. Bagaimana aspek-aspek kepribadian yang behubungan dengan
pendidikan?
3. Bagaimana keterkaitan antara kepribadian dengan pendidikan?
4. Bagaimana pengaruh faktor pendidikan terhadap kepribadian?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian kepribadian dan pendidikan.
2. Untuk mengetahui aspek-aspek kepribadian yang behubungan dengan
pendidikan.
3. Untuk mengetahui keterkaitan antara kepribadian dengan pendidikan.
4. Untuk mengetahui pengaruh faktor pendidikan terhadap kepribadian.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepribadian Dan Pendidikan


1. Pengertian Kepribadian
Kepribadian mengandung pengertian yang sangat kompleks,
dituliskan dalam arti kepribadian bahwa kepribadian itu mencakup
berbagai aspek dan sifat-sifat fisis maupun psikis dari seseorang
individu.1 Pengertian lain menyebutkan bahwa kepribadian adalah
penyesuaian diri, yaitu sutau proses respon individu baik yang bersifat
perilaku maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-
kebutuhandari dalam diri, ketegangan emosional, frustasi dan konflik,
serta memelihara keseimbangan antar pemenuhan kebutuhan tersebut dan
norma lingkungan.2
Dapat dikatakan kepribadian menurut beberapa ahli adalah bahwa
personality itu dinamis, tidak statis atau tetap saja tanpa perubahan. Ia
menunjukkan tingkah laku yang terintegrasi dan merupaka interaksi
antara kesanggupan bawaan yang dimiliki setiap individu dengan
lingkungannya. Ia bersifat psikofisik baik faktor jasmaniah maupun
rohaniyah, individu itu bersama-sama memegang peranan dalam
kepribadian dan bersifat unik artinya setiap individun punya ciri-ciri
tertentu yang , membedakan individu yang lain.3
Dalam uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa kepribadian
itu berkembang dan mengalami perubahan-perubahan, tetapi di dalam
perkembangan itu semakin terbentuklah pola-polanya yang tetap dan
khas, sehingga merupakan ciri-ciri yang unik bagi individu. Berikut ini
faktor-faktor yag mempengaruhi kepribadian:

1
Ngalim Porwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosyda Karya, 2007),
155.
2
Nella Khoirina Dan Anas Rohman, Psikologi Kepribadian Dalam Pendidikan Di
Madrasah, Jurnal Pendidikan Agama Islam Universitas Wahid Hasyim, Vol.6, No.1, Juni 2018.
3
Ngalim Porwanto, Psikologi Pendidikan, 156.
a. Faktor biologis
Yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau
serung pula disebut faktor fisiologis. Keadaan jasmani setiap orang
sejak dilahirkan telah menunjukkan adanya perbedaan.
b. Faktor sosial(masyarakat)
Yang dimaksud dengan faktor sosial di sisni adalah masyarakat
yakni manusia-manusia lain disekitar individunyang mempengaruhi
bersangkutan, termasuk ke dalam faktor sosial ini juga tradisi-tradisi,
adat-istiadat, peraturan-peraturan, bahasa, dan yang berlaku dalam
masyarakat itu.
c. Faktor kebudayaan
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri
masing-masing anak/orang tidaka dapat dipisahkan dari kebudayaan
masyarakat di mana anak itu dibesrkan. Aspek kebudayaan antara
lain: nilai-nilai, adat dan tradisi, pengetahuan dan keterampilan,
bahasa, dan milik kebendaan.4
2. Pengertian Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata didik. Kata didik mendapatkan awalan
“me” sehingga menjadi mendidik berarti memelihara dan memberi
latiahan. Dalam Bahasa inggris pendidikan adalah education dan kata
education berasal dari kata educate berarti memberi peningkatan (to
elicit, to give rise to) dan mengembangkan (to evolve, to devolep).
Sedangkan pendidikan dalam arti yangmluas dapat diartikan sebuah
proses dengan metode-metode tertentu sehingga individu memperoleh
pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan
kebutuhan. Pendidikan sendiri terdiri dari tiga ranah, yaitu formal, non
formal, dan informal5 Menurut Cronbach berpendapat bahwa suatu

4
Ngalim Porwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pt Remaja Rosyda Karya, 2007),
160.
5
Sudarwan Dawin dan khairil, psikologi Pendidikan (Dalam Perspektif Baru), (Bandung:
Alfabeta, 2011).4
aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagi hasil dari
pengalaman atau yang disebut dengan belajar.6
Pendidikan bagi sebagian orang dipahami sebagai pengajaran,
karena pendidikan pada umunya selalu membutuhkan suatu pengajaran.
Apabila pengertian pendidikan dalam hal ini dijadikan acuan, maka
setiap orang yang berkewajiban mendidik harus melakukan perbuatan
mengajar. Sedangkan diketahui bahwa mengajar pada umumnya
diartikan secara sempit dan formal, sebagai kegiatan menyampaikan
materi pelajaran kepada siswa, agar mereka menerima dan menguasai
materi peljaran tersebut, atau siswa tersebut.7

B. Aspek-Aspek Kepribadian Yang Berhubungan Dengan Pendidikan


Kepribadian tetrdiri dari bermacam-macam aspek, baik fisik maupun
psikis, secara lebih terperinci ada baiknya diuraikan beberapa aspek
kepribadian yang penting berhubungan dengan pendidikan , dalam rangka
pembentukan anak didik, yaitu sebagi berikut:8
1. Sifat-sifat kepribadian
Sifat-sifat yang ada pada individu antara lain: penakut, pemarah,
suka bergaul, peramah, suka menyendiri, sombong dan lain-lain.
Pendeknya sifat-sifat yang merupakan kecenderungan umum pada
seorangindividu untuk menilai situasi-situasi dengan cara-cara tertentu dan
bertindak sesuai dengan penilian.
2. Intelijensi (kecerdasan)
Intelejensi merupakan aspek kepribadian yang penting, termasuk
didalamnya kewaspadaan, kemampuan belajar, kecepatan berpikir,
kesanggupan, untuk mengambil keputusan yang tepat, kepandaian,
menangkap dan mengolah kesan-kesan, dan mengambil kesimpulan.
3. Pernyatan diri

6
Haryu Islamudin, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), 3.
7
Haryu Islamudin, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), 4.
8
Ngalim Porwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pt Remaja Rosyda Karya, 2007),
156-159.
Termasuk dalam aspek ini antara lain ialah kejujuran, berterusterang,
menyelimuti diri, pendendam, tidak dapat menyimpan rahasia, mudah
melupakan kesan-kesan dan lain-lain.
4. Kesehatan
Kesehatan jasmaniah atau bagaimana kondisi fisik yang sangat erat
berhubungan dengan kepribadian seseorang. Termasuk besarnya, bertanya
dan tingginya.
5. Pengetahuan
Kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki seseorang, dan
jenis pengetahuan apa yang lebih dikuasainya, semua itu turut menentukan
kepribadiannya. pengetahuan yang dimiliki seseorang memainkan peranan
penting didalam pekerjaan atau jabatannya, cara-cara penerimaan dan
penyesuaian sosialnya, dan pergaulannya.
6. Keterampilan (skills)
Keterampilan seseorang dalam mengerjakan sesuatu sangat
memengaruhi bagaimana cara orang itu bereaksi terhadap situasi-situasi
tertentu.
7. Nilai-nilai (values)
Pandangan dan keyakinan seseorang trehadap niali-nilai atau ide-ide
turut pula menentukan kepriadiannya. Nilai-nilai yang ada pada seseorang
dipengaruhi oleh adat-istiadat, etika, kepercayaan dan agama yang
dianutnya.
8. Perasaan kuat lemahnya perasaan
Orang yang pandai merupakan orang yampu menguasai perasaan
yang timbul dalam dirinya, tetapi ada juga yang tidak. Yang dimaksud
dengan peranan disini ialah kedudukan atau posisi seseorang didalam
masyarakat dimana ia hidup.
9. The self (diri sendiri)
Diri sendiri merupakan aspek kepribadian yang sangat penting. The
self adalah individu sebagaimana diketahui dan dirasakan oleh individu itu
sendiri.
10. Sikapnya terhadap orang lain
Sikap seseorang terhadap orang lain tidak terlepas dari sikap orang
itu terhadap dirinya sendiri.
C. Pengaruh Faktor Pendidikan Terhadap Kepribadian
Sekolah atau guru memiliki pengaruh yang besar terhadap
perkembangan kepribadian, tentu saja setelah keluarga dan orang tua. Alasan
utama dari pengaruh sekolah dan guru terhadap perkembangan kepribadian
adalah karena anak-anak memasuki dunia pendidikan (sekolah) pada usia
awal saat kepribadian mulai dibentuk.
Besarnya pengaruh institusi pendidikan terhadap perkembangan
kepribadian sangatlah ditentukan oleh :
1. Sikap siswa terhadap sekolah
2. Sikap siswa terhadap guru
3. Sikap siswa terhadap nilai pendidikan
Sikap seseorang terhadap institusi pendidikan sangat dipengaruhi
oleh suasana emosional institusi tersebut. faktor yang paling bertanggung
jawab terhadap suasana emosional sekolah adalah sikap guru terhadap
perannya sebagai guru serta terhadap siswa, kebijakan administratif yang
akan menentukan kedisiplinan dan kurikulum serta tingkat dari kompetensi
dan harmoni antar siswa.
Suasana emosional suatu institusi mempengaruhi motivasi siswa
untuk bekerja sesuai dengan kemampuannya, perilaku kelasnya, serta reaksi
emosional umum mereka. Dikarenakan pola perilaku inilah maka suasana
emosional suatu institusi akan mempengaruhi kepribadian, yakni melalui
pengaruhnya terhadap evaluasi diri siswa, serta terhadap evaluasi yang dibuat
oleh orang lain terhadap siswa tersebut.
Mata pelajaran di sekolah dapat juga memberikan pengaruh
langsung terhadap kepribadian, yakni dengan mempengaruhi pola
karakteristik siswa dalam beraksi terhadap orang dan situasi tertentu, serta
secara tidak langsung dengan mempengaruhi sikapnya terhadap sekolah, yang
pada akhirnya akan juga mempengaruhi penyesuaian dirinya terhadap
sekolah.
Jika setiap anak menyadari bahwa setiap sekolah mendapatkan
penilaian yang berbeda dari kelompok masyarakat, maka jenis sekolah yang
dipilih oleh seseorang akan mempengaruhi kepribadiannya dan secara
langsung melalui minat, sikap serta nilai yang diperolehnya berdasarkan
identifikasinya dengan guru dan teman kelasnya, serta berdasarkan mata
pelajaran yang dikontrolnya. Pengaruh dari sekolah terhadap kepribadian
seseorang, muncul lebih banyak dari penilaian seseorang terhadap institusi
pendidikan tempatnya menimba ilmu, dibandingkan dari pendidikan yang
diterimanya.9
D. keterkaitan antara kepribadian dengan pendidikan
Ilmu pengetahuan dan filsafat tentang hakikat manusia, dijadikan
dasar untuk pembinaan kepribadian manusia. Mengerti struktur jiwa dan
hakikat manusia, pembinaan aspek-aspek kepribadian menjadi lebih terarah
pada sasaran yang tepat, serta pendidikan sebagai prasarana usaha pembinaan
kepribadian itu. Peranan pendidikan dalam pembinaan kepribadian terutama
tersimpul dalam ushanya merealisasikan tujuan pendidikan. Tujuan
pendidikan secara umum, terutama untuk membina kepribadian manusia yang
sempurna. Pengertian dan kriteria sempurna itu ditentukan oleh dasar
pandangan masing-masing pribadi, masyarakat, bangsa, pada suatu tempat
dan waktu. Oleh karena itu, penentuan tujuan pendidikan bersumber atau
ditentukan asas-asas pandangan ontologis dan axiologis. Jadi, penetapan itu
berlatar belakang filosofis. Konsekuensinya, pastilah akan ada variasi
interpretasi, baik mengenai makna pengertian sempurna, maupun aspek-aspek
lain pada rumusan tujuan pendidikan.
Pendidikan terutama dianggap sebagai proses pengoperasian
kebudayaan, pengembangan ilmu pengetahuan berarti membina pribadi

9
Dudung Rahmat Hidayat. “Memahami Pengaruh Faktor Pendidikan terhadap
Kepribadian”. 2007. http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA-
ARAB/195204141980021DUDUNG_RAHMAT_HIDAYAT/Chapter_%28_REVISI_%29_Perso
nality_Development.Pdf
manusia untuk mengerti, berpengetahuan dalam arti seluas-luasnya.
Berpengetahuan atau tahu adalah asas utama untuk kebaikan menuju
kesempurnaan. Pandangan demikian ditanamkan oleh Socrates bahwa
pengetahuan adalah kebajikan. Socrates mensinthesakan ilmu dan nilai dalam
prinsip bahwa ilmu (tahu) adalah kunci kebajikan, sedangkan ilmu hanya
mungkin dimiliki melalui pendidikan, baik belajar melalui pendidikan formal
maupun informal. Sedemikian jauh, ilmu pengetahuan mempunyai nilai bina
atas kepribadian.
Pendidikan dalam wujudnya, selalu bertujuan membina
kepribadian manusia. Tujuan akhir pendidikan adalah kesempurnaan pribadi,
yakni merealisasi potensi-potensi yang sudah ada didalam martabat
kemanusiaannya. Essensia kepribadian manusia yang tersimpul dalam aspek-
aspek individualitas, sosialitas, dan moralitas hanya mungkin menjadi realita
(tingkah laku, sikap) melalui pendidikan yang diarahkan kepada masing-
masing essensia itu. Harga diri, kepercayaan pada diri sendiri, rasa tanggung
jawab, dan sebagainya juga akan tumbuh dalam dalam kepribadian manusia
melalui proses pendidikan. Dalam membina kepribadian, pendidikan
mematangkan kepribadian yang tersimpul dalam derajat integritas dan
kebijaksanaan sebagai tingkat ideal. Ilmu pengetahuan mempercepat proses
itu.10

10
Selasih, Ni Nengah, Kaitan Pendidikan dan Kepribadian Manusia dalam Mencapai
Tujuan Pendidikan Nasional, Jurnal Penjaminan Mutu, hal 73-74.
BAB III
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai