Disusun oleh:
KELOMPOK 3
DosenPengampu :
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
KATA PENGANTAR
1. Ibu Ns. Lili Fajria, M.Biomed selaku Dosen mata kuliah Keperawatan Maternitas
yang telah memberikan tugas mengenai “Konsep Fisiolgis Postpartum” ini sehingga
pengetahuan Tim Penulis dalam penulisan makalah ini makin bertambah dan hal itu
sangat bermanfaat bagi penyusunan skripsi kami di kemudian hari.
2. Pihak-pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang telah turut
membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dalam waktu yang
tepat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
namun demikian telah memberikan manfaat bagi Tim Penulis. Akhir kata Tim Penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang bersifat
membangun akan Tim Penulis terima dengan senang hati.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………. 3
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 3
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 23
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu indikator untuk menentukan derajat kesehatan suatu bangsa ditandai
dengan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. Hal ini merupakan suatu fenomena
yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan. Masa nifas
merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka kematian ibu dan bayi di
Indonesia. Dari berbagai pengalaman dalam menanggulangi kematian ibu dan bayi dibanyak
negara, para pakar kesehatan mengajurkan upaya pertolongan di fokuskan pada periode
intrapartum.
Post partum merupakan suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah kelahiran.
Lamanya “periode” ini tidak pasti, sebagian besar mengganggapnya antara 4 sampai 6 minggu.
Walaupun merupakan masa yang relatif tidak komplek dibandingkan dengan kehamilan, nifas
ditandai oleh banyaknya perubahan fisiologi. Beberapa dari perubahan tersebut mungkin hanya
sedikit mengganggu ibu baru, walaupun komplikasi serius juga sering terjadi. (Cunningham, F,
et al, 2013)
Asuhan keperawatan pasca persalinan diperlukan untuk meningkatkan status kesehatan
ibu dan anak. Masa nifas di mulai setelah dua jam lahirnya plasenta atau setelah proses
persalinan kala 1 sampai IV selesai. Berakhirnya proses persalinan bukan berarti ibu terbebas
dari bahaya atau komplikasi. Berbagai komplikasi dapat dialami ibu pada masa nifas dan bila
tidak tertangani dengan baik akan memberi kontribusi yang cukup besar terhadap tingginya
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Anggraini (2010 dalam Nurjanah, 2013) mengatakan bahwa masa nifas atau
puerperium adalah masa yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama kira-
kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara psikologis akan pulih dalam waktu 3 bulan.
Pada fase ini terdapat 3 tahapan masa nifas yaitu, Puerperium dini yang merupakan
pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Puerperium
intermedial yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu
dan remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat terutama
bila selama hamil atau bersalin ibu mengalami komplikasi (Suherni, 2009).
Masa nifas (Puerperium) berasal dari bahasa latin yaitu puer yang artinya bayi
daan parous yang artinya melahirkan atau berarti masa sesudah melahirkan. Masa
nifas adalah masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari menurut hitungan
awam. Masa ini penting sekali untuk terus dipantau. Nifas merupakan masa
pembersihan rahim, sama halnya seperti masa haid. Masa Nifas (puerperium) adalah
masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. (Saleha, 2009)
Secara garis besar terdapat tiga proses penting di masa nifas, yaitu sebagai
berikut ( Helen, 2001) :
Rahim adalah organ tubuh yang spesifik dan unik karena dapat
mengecil dan membesar dengan menambah atau mengurangi jumlah
selnya. Pada wanita tidak hamil, berat rahim sekitar 30 gram dengan
ukurankurang lebh sebesar telur ayam. Selama kehamilan, rahim lama
kelamaan makin membesar (Saleha, 2009).
Bentuk otot rahim mirip jala berlapis tiga dengan serat seratnya yang
melintang kanan, kiri, dan transversal. Di antara otot-otot itu ada pembuluh
darah yang mengalirkan darah ke plasenta. Setelah plsenta lepas, otot rahim
akan berkontraksi atau mengerut, sehingga pembuluh darah terjepit dan
pendarahan berhenti. Setelah bayi lahir, umumnya berat rahim menjadi
sekitar 1.000 gram dan dapat diraba kira – kira setinggi 2 jari di bawah
umbilikus. Setelah 1 minggu beratnya berkurang jadi sekitar 500 gram,
sekitar 2 minggu beratnya sekitar 300 gram dan tidak dapat diraba lagi.
Selama hamil, darah ibu relatif encer, karena cairan darah ibu
banyak, sementara sel darahnya berkurang. Bila dilakukan pemeriksaan
kadar Hemoglobinnya (Hb) akan tampak sedikit menurun dari angka
normalnya sebesar 11-12 gr%. Jika hemoglobinnya terlalu rendah, maka
bisa terjadi anemia atau kekurangan darah (Saleha, 2009).
a. Memberi dukungan yang terus menerus selama masa nifas yang baik dan
sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik dan
psikologis selama persalinan dan nifas.
b. Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik dan
psikologis.
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa
ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri.
Oleh karena itu, perawat dengan teratur harus melakukan pemeriksaan
kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah dan suhu.
2. Periode Early Postpartum ( 24 jam – 1 minggu)
Pada fase ini perawat memastikan involusi uteri dalam keadaan ormal,
tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
menapatkan makanan dan cairan serta ibu dapat menyusui dengan baik.
Tabel 2.1
Sistem Reproduksi
a. Uterus
Pembuluh darah uterus yang besar pada saat kehamilan sudah tidak
diperlukan lagi. Hal ini karena uterus yang tidak pada keadaan hamil tidak
mempunyai permukaan yang luas dan besar yang memerlukan banyak
pasokan darah. Pembuluh darah ini akan menua kemudian akan menjadi
lenyap dengan penyerapan kembali endapan-endapan hialin. Mereka dianggap
telah digantikan dengan pembuluh-pembuluh darah baru yang lebih kecil.
Tabel 2.2
b. Lokia
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai
reaksi basa (alkalis) yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat
daripada kondisi asam yang ada pada vagina wanita normal. Lokia
mempunyai bau amis yang tidak terlalu menyengat dengan volume yang
berbeda-beda pada setiap wanita. Sekret mikroskopik lokia terdiri atas
eritrosit,peluruhan desidua, sel epitel dan bakteri (Dewi,2009). Lokia terbagi
menjadi 3 jenis yaitu lokia rubra, sangulenta dan lokia serosa atau alba.
Berikut ini adalah beberapa jenis lokia yang terdapat pada wanita pada masa
nifas (Saleha, 2009).
1. Lokia rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa-
sisa selaput kebutuhan, set-set disedua verniks caseona, lanuga dan
mekoneum selama 2 hari pasca persalinan. Inilah lokia yang akan keluar
selama 2 sampai 3 hari postpartum.
2. Lokia sanguilenta berwarna merah kuning besrih darah dan lendir yang
keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pasca persalinan.
3. Lokia serosa adalah lokia berikutnya. Dimulai dengan versi yang lebih
pucat dari lokia rubra. Lokia ini berbentuk serum dan berwarna merah
jambu kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke-7
sampai hari ke-14 pasca persalinan.
4. Lokia alba adalah lokia yang terakhir. Dimulai dari hari ke-14 kemudian
semakin lama semakin sedikit hingga sama sekali berhenti sampai satu
atau dua minggu berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih berbentuk
krim serta terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua.
Lokia mempunyai bau yang khas, tidak seperti bau mentruasi, bau ini
lebih terasa tercium pada lokia serosa, bau ini juga akan semakin lebih keras
jika bercampur dengan keringat dan harus cermat membedakannya dengan
bau busuk yang menandakan adanya infeksi. Lokia dimulai sebagai suatu
pelepasan cairan dalam jumlah yang banyak pada jam-jam pertama setelah
melahirkan. Kemudian lokia ini akan berkurang jumlahnya sebagai lokia
rubra, lalu berkurang sedikit menjadi saguenta, serosa dan akhirnya lokia alba.
Hal yang biasanya ditemukan pada seorang wanita adalah adanya jumlah lokia
yang sangat sedikit pada saat berbaring dan jumlahnya meningkat pada saat ia
berdiri. Jumlah rata-rata pengeluaran lokia adalah kira-kira 240-270 ml.
(Saleha, 2009).
c. Endometrium
d. Serviks
Edema dan eritema tidak hanya terjadi pada vagina, tetapi juga terjadi
pada daerah perineum. Laserasi juga terjadi di perineum karena robek secara
alami saat melahirkan atau sengaja dirobek untuk melebarkan jalan lahir.
Pelebaran perineum dilakukan dengan caraepisiotomy yang menimbulkan rasa
ketidaknyamanan pada daerah perineum.
Himen tampak sebagai tonjolan jaringan yang kecil, yang dalam proses
pembentukan berubah menjadi karunkulae mitiformis yang khas bagi wanita
multipara. Hymen mengalami rupture pada saat melahirkan bayi per vaginam
dan yang tersisa hanya sisa-sisa kulit yang disebut karunkulae mirtiformis.
Orifisium vagina biasanya tetap sedikit membuka setelah wanita tersebut
melahirkan anak (Helen, 2001)
f. Payudara (Mammae)
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara
alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu
sebagai berikut :
1. Produksi susu
Sistem Pencernaan
Pada masa nifas ibu juga mengalami perubahan pada sistem pencernaan,
biasanya ibu akan mengalami konstipasi yang disebabkan karena otot-otot perut
mengalami peregangan selama proses persalinan dan kurangnya asupan makanan
berserat serta kurangnya aktivitas tubuh. Selain itu ibu merasa takut untuk buang
air besar karena terdapat jahitan pada perineum. Buang air besar harus dilakukan
4 hari setelah persalinan. Jika masih terjadi konstipasi dapat diatasi dengan diet
tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila ini tidak berhasil
dalam tiga hari dapat diberikan obat laksan per oral/ rektal (Suherni, 2009).
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari
setelah ibu melahirkan. Keadaan ini disebabkan tonus otot usus menurun selama
proses persalinan dan pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan,
enema sebelum melahirkan, kurang makan, atau dehidrasi.
Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makananya dua
jam setelah persalinan. Kalsium sangat penting untuk gigi pada kehamilan dan
masa nifas, di mana pada masa ini terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium
karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, terutama pada bayi yang
dikandungnya untuk proses pertumbuhan janin juga pada ibu dalam masa laktasi.
Sistem Perkemihan
Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama kehamilan
kembali normal pada akhir minggu keempat setelah melahirkan. Pemeriksaan
sistokopik segera setelah melahirkan menunjukan tidak saja edema dan hiperemia
dinding kandung kemih, tetapi sering kali terdapat ekstravasasi darah pada
submukosa.
Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam
sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone estrogen yang
bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ni
menyebabkan dieresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal setelah 6
minggu (Helen, 2001).
Diuresis yang normal dimulai segera setelah bersalin sampai hari kelima
setelah persalinan. Jumlah urine yang keluar dapat melebihi 3.000 ml per harinya.
Hal ini diperkirakan merupakan salah satu cara untuk menghilangkan
peningkatan cairan ekstraseluler yang merupakan bagian normal dari kehamilan.
Selain itu juga didapati adanya keringat yang banyak pada beberapa hari pertama
setelah persalinan (Saleha, 2009)
Sistem Muskuloskeletal
Sistem Endokrin
a. Oksitosin
b. Prolaktin
a. Suhu
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 °C. Sesudah partus
dapat naik kurang lebih 0,5 °C dari keadaan normal, namun tidak akan
melebihi 8°C. Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu badan
akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38 °C, mungkin terjadi infeksi pada
klien.
Nadi berkisar antara 60-80 mmHg setelah partus, dan dapat terjadi
braadikardia. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada
perdarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada penederita. Pada masa nifas
umumnya danyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan
pernapasan akan sedikit meningkatkan stelah partus kemudian kembali seperti
leadaan semula (Saleha, 2009)
c. Tekanan Darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum akan
memghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit-penyakit lain
yang menyertainya dalam ½ bulan pengobatan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masa Nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat –
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Saleha, 2009). Pada masa nifas
terjadi perubahan fisologis, dapat terjadi pada perubahan sistem reproduksi, sistem
pencernaan, sistem moskuloskeletal, sistem perkemihan, serta perubahan tanda-tanda vital.
Tujuan dari masa nifas adalah menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun
psikologis; Mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya; Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisaasi, serta perawatan bayi sehari-hari;
Memberikan pelayanan KB. Untuk itu perlu adanya masa nifas.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca memahami tentang fisiologi masa
nifas dan mengetahui perubahan fisiologi apa saja yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Ari, Sulistyawati. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta : ANDI
Bobak dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC
Murray,Sharon Smith & Emily Slone McKinney. 2007. Foundations of Maternal Newborn
Nursing 4th Edition. Singapore : Saunders
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika
Dewi, Vivian Nanny Lia & Sunarsih, Tri. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jakarta :
Selemba Medika