Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MATERI

WARGA NEGARA, POLITIK, SERTA NEGARA


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar yang diampu oleh:
Tugiyo, Drs, MM.

Disusun oleh Kelompok 5:


Sayyidah Bilqis Safira Eltsani (142170065)
Farah Harum Apsari I Putri (142170080)
Ardelia Kumala Helga (142170093)
Cestlavietria Ramadhani P (142170094)
Taufik Gilang Ramadhan (142170096)
Sunu Wicaksono (142170098)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2018
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Warga Negara

Warga negara adalah penduduk sebuah negara atau bangsa yang berdasarkan keturunan,
tempat kelahiran, dan sebagainya mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga
negara dari negara itu. Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia pasal 1 angka (1) pengertian warga negara adalah warga suatu negara yang
ditetapkan berdasarkan peraturan perundangundangan. Warga negara suatu negara tidak selalu
menjadi penduduk negara itu misalnya, warga negara Indonesia yang bertempat tinggal di luar
negeri dan penduduk suatu negara tidak selalu merupakan warga negara di mana ia tinggal,
misalnya orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Seseorang dapat disebut sebagai WNI,
menurut pasal 26 UUD 1945, yaitu :

 Semua orang yang termasuk Bangsa Indonesia asli dan orang dari bangsa lain yang
disahkan oleh UU sebagai warga negara
 Dalam UUD 1945, amandemen ke-2, disebutkan bahwa penduduk ialah WNI dan WNA
yang bertempat tinggal di wilayah Indonesia
 Semua hal yang berkaitan dengan penduduk dan warga negara tersebut diatur dalam UU.

B. Kriteria menjadi WNI

Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU no. 12 tahun 2006 tentang


Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut UU ini, orang yang menjadi Warga Negara
Indonesia (WNI) adalah

1. setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI


2. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI
3. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu warga negara
asing (WNA), atau sebaliknya
4. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah yang tidak
memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah tidak memberikan
kewarganegaraan kepada anak tersebut
5. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari
perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI
6. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI
7. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh seorang
ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia
18 tahun atau belum kawin
8. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas
status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
9. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama ayah
dan ibunya tidak diketahui
10. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya
11. anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu WNI, yang
karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan
kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan
12. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya,
kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau
menyatakan janji setia.

C. Syarat Menjadi Warga Negara Indonesia

Permohonan kewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi persyaratan


seperti disebut dalam pasal 9, yakni:

1. Telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin.


2. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara
Republik Indonesia paling singkat 5 (lima ) tahun berturut-turut atau paling singkat 10
(sepuluh) tahun tidak berturut-turut;
3. Sehat jasmani dan rohani.
4. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
5. tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih.
6. Jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi
berkewarganegaraan ganda.
7. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap
8. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.

D. Sifat dan Karakter WNI


Prinsip utama dalam penentuan hak dan kewajiban warga negara adalah terlibatnya warga
(langsung atau perwakilan) dalam setiap perumusan hak dan kewajiban tersebut. Setiap penduduk
yang menjadi warga negara Indonesia, diharapkan memiliki karakteristik yang bertanggung
jawab dalam menjalankan hak dan kewajibannya.
Sejumlah sifat dan karakter warga negara Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Memiliki rasa hormat dan tanggung jawab
2. Bersifat kritis
3. Melakukan diskusi dan berdialog
4. Bersikap transparant
5. Rasional
6. Adil
7. Jujur

E. Hak dan Kewajiban WNI


Menurut Prof. Dr. Notonagoro:
Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau
dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga yang pada
prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya.
Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi terjadi
pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap warga negara memiliki hak
dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya banyak
warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Semua itu
terjadi karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak daripada
kewajiban. Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya memiliki pangkat akan tetapi
mereka berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya seperti ini, maka tidak ada
keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada akan terjadi
kesenjangan sosial yang berkepanjangan.
Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara mengetahui
posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga negara harus tahu hak dan kewajibannya. Seorang
pejabat atau pemerintah pun harus tahu akan hak dan kewajibannya. Seperti yang sudah
tercantum dalam hukum dan aturan-aturan yang berlaku. Jika hak dan kewajiban seimbang dan
terpenuhi, maka kehidupan masyarakat akan aman sejahtera. Hak dan kewajiban di Indonesia ini
tidak akan pernah seimbang. Apabila masyarakat tidak bergerak untuk merubahnya. Karena para
pejabat tidak akan pernah merubahnya, walaupun rakyat banyak menderita karena hal ini. Mereka
lebih memikirkan bagaimana mendapatkan materi daripada memikirkan rakyat, sampai saat ini
masih banyak rakyat yang belum mendapatkan haknya. Oleh karena itu, kita sebagai warga
negara yang berdemokrasi harus bangun dari mimpi kita yang buruk ini dan merubahnya untuk
mendapatkan hak-hak dan tak lupa melaksanakan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia.
Sebagaimana telah ditetapkan dalam UUD 1945 pada pasal 28, yang menetapkan bahwa
hak warga negara dan penduduk untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan
lisan maupun tulisan, dan sebagainya, syarat-syarat akan diatur dalam undang-undang. Pasal ini
mencerminkan bahwa negara Indonesia bersifat demokrasi. Pada para pejabat dan pemerintah
untuk bersiap-siap hidup setara dengan kita. Harus menjunjung bangsa Indonesia ini kepada
kehidupan yang lebih baik dan maju. Yaitu dengan menjalankan hak-hak dan kewajiban dengan
seimbang. Dengan memperhatikan rakyat-rakyat kecil yang selama ini kurang mendapat
kepedulian dan tidak mendapatkan hak-haknya.

Hak Warga Negara Indonesia :

– Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat 2).
– Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak untuk
hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”(pasal 28A).
– Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah (pasal 28B ayat 1).
– Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh, dan Berkembang”
– Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan
berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya
demi meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal
28C ayat 1)
– Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif
untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).
– Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).
– Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak
disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak
diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk
tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia
yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. (pasal 28I ayat 1).

Kewajiban Warga Negara Indonesia :

– Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi :
segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya.
– Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945
menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara”.
– Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan :
Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain
– Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal
28J ayat 2 menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap
orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang
dengan maksud untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam
suatu masyarakat demokratis.”
– Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1)
UUD 1945. menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.”

F. Pengertian negara

Negara adalah suatu organisasi yang di dalamnya terdapat rakyat, wilayah yang

permanen, dan pemerintahan yang sah. Dalam arti luas negara merupakan sosial (masyarakat)
yang diatur secara konstitusional (berdasarkan undang – undang) untuk mewujudkan kepentingan
bersama.

G. Tugas utama negara

1. Mengendalikan dan mengatur gejala-gejala kekuasaan yang asosial (saling


bertentangan) agar tidak berkembang menjadi antagonisme yang berbahaya.

2. Mengorganisasi dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan golongan-golongan ke


arah tercapainya tujuan seluruh masyarakat.

Fungsi negara secara umum

1. Melaksanakan ketertiban, maknanya Negara mengatur ketertiban masyarakat supaya


tercipta kondisi yang stabil juga mencegah bentrokan-bentrokan yang terjadi dalam
masyarakat. Dengan tercipta ketertiban segala kegiatan yang akan dilakukan oleh
warga negara dapat dilaksanakan
2. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya, maknanya negara
berupaya agar masyarakat dapat hidup dan sejahtera, terutama dibidang ekonomi dan
sosial masyarakat
3. Fungsi Pertahanan, maknanya Negara berfungsi mempertahankan kelangsungan
hidup suatu bangsa dari setiap ancaman dan gangguan yang timbul dari dalam
maupun datang dari luar negeri. Ancaman dan gangguan tersebut mungkin berupa
serangan (Invasi) dari luar negeri maupun golongan-golongan dari dalam negeri yang
ingin memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa
4. Menegakkan keadilan, maknanya negara berfungsi menegakkan keadilan bagi
seluruh warganya meliputi seluruh aspek kehidupan (idiologi, politik, ekonomi,
sosial budaya, dan hankam). Upaya yang dilakukan antara lain menegakkan hukum
melalui badan-badan peradilan.
Hubungan Negara dengan Warga Negara

Negara harus dapat memenuhi hak warga negaranya. Sementara itu, warga negara
juga harus menyelesaikan tugas sebagai warga negara yang baik. Barulah dapat hak
warga negara.

Negara memiliki hubungan emosional yang kuat dengan warga negara. Tidak perlu ada
pemaksaan atau aturan resmi yang mewajibkan warga negara membela negaranya. Karena
hubungan emosional yang kuatlah, warga negara tentunya tidak akan terima bila negaranya
mengalami keadaan buruk. Baca juga : Dampak Korupsi Bagi Negara. Sebut saja kasus
pelanggaran batas negara. Spontan dan tanpa dikomando oleh pemerintah, warga negara
Indonesia akan berusaha membela kehormatan negaranya sebisa mungkin. Hanya saja kadang
cara yang digunakan tidak selalu benar dan tidak sesuai dengan keinginan pemerintah.

1. Memperkenalkan Budaya Bangsa

Hubungan emosional yang kuat antara negara dengan warga negara akan membentuk rasa
cinta tanah air. Rasa inilah yang mendorong warga negara bangga dengan segala hal yang berasal
dari negaranya. Secara tidak sadar, mereka akan sangat loyal dengan segala produk rumah tangga
yang berasal dari produksi dalam negeri. Lebih dari itu, seorang warga negara yang telah
memiliki keterikatan emosional dengan negaranya akan memperkenalkan budaya bangsanya ke
orang-orang luar negeri tanpa disuruh pemerintah. Misalkan saja seorang WNI yang sedang
kuliah di U.S.A dan telah memiliki ikatan emosional yang kuat dengan Indonesia akan tetap
mengonsumsi tempe sebagaimana kebiasaannya di Indonesia. Dia juga akan memperkenalkan
kesenian dari Indonesia dan kebiasaan-kebiasaan asli Indonesia seperti ramah dan menjaga sopan
santun yang menjadi adat orang Indonesia. Apakah anda ingat dengan kebudayaan Jepang yang
mendunia. Mulai dari baju Kimono, jenis-jenis makanan khas Jepang, hingga bahasanya.
Semuanya dikarenakan rasa nasionalisme dan cinta tanah air warga negara Jepang. Sehingga
seluruh aktivitas dimanapun warga Jepang berada, mereka selalu berusaha memperkenalkan
kebudayaannya kepada dunia dan terus memegang budaya Jepang di manapun ia bertempat.
2. Taat Aturan Negara

Warga negara yang telah memiliki hubungan emosional kuat dengan negaranya akan
memberi kepercayaan yang tinggi kepada negara. Setiap aturan negara dipercaya memiliki
manfaat untuk mengatur hubungan berbangsa dan bernegara. Karena itulah ia akan berusaha
sebisa mungkin mematuhi aturan negara. Baca juga : Cara Menanamkan Kesadaran Hukum Pada
Warga Masyarakat Warga negara yang sudah terikat emosionalnya dengan negara secara spontan
juga akan membantu negara menegakkan hukum. Contoh bentuk perwujudannya adalah dengan
menjaga kelakuan agar tetap tertib bermasyarakat, menegur anggota masyarakat yang melanggar
aturan negara dan membantu aparat negara bila dimintai bantuan.

3. Berusaha Mengharumkan Nama Negara

Hubungan emosional yang kuat antara negara dengan warga negaranya akan memacu
usaha pengharuman nama baik. Warga negara yang baik akan selalu menjaga kelakuannya dalam
bermasyarakat, baik di wilayah dalam atau luar negeri. Baca juga : Penyebab Terciptanya
Masyarakat Majemuk dan Multikultural. Selain itu, dia akan terus belajar dan berlatih agar dapat
memberikan suatu prestasi yang membanggakan negara, meningkatkan reputasi negaranya di
kancah internasional. Sebagai timbal baliknya, negaralah yang akan memberikan fasilitas penuh
kepada warga negara yang sedang berjuang mengharumkan nama negara. Mulai dari bonus
hadiah, transportasi dan segala macam akomodasi yang dibutuhkan warga negara akan dipenuhi
negara. Segala hal yang diberikan oleh negara kepada warga negaranya merupakan upaya
mencapai tujuan-tujuan negara dan usaha untuk memenuhi kewajibannya kepada warga negara.
Sementara tindakan yang dilakukan warga negara merupakan bentuk dari pelaksanaan
kewajibannya sebagai warga negara yang baik.

H. Sifat – Sifat Negara

1. Memaksa
Sifat negara yang pertama adalah memaksa. Sifat ini berarti bahwa suatu negara memiliki
kekuasaan/kewenangan untuk mewajibkan warga negaranya supaya patuh dan taat pada peraturan
yang ada dengan menggunakan alat paksa berupa polisi, jaksa, hakim dan juga sanksi yang tegas
bagi yang melanggar aturan. Warga negara yang melanggar atau membangkan dan tidak patuh
pada aturan akan dikenakan sanksi yang tegas.
2. Monopoli
Sifat negara yang kedua adalah monopoli. Monopoli ini mempunyai arti bahwa suatu
negara juga memiliki kekuasaan/kewenangan yang mutlak untuk mengatur arah perjuangan
ataupun juga menentukan tujuan yang akan dicapai oleh negara yang bersangkutan.
3. Menyeluruh/mencakup semua
Sifat negara yang terkahir atau yang ketiga ini berarti bahwa setiap negara memiliki
kewenangan untuk memberlakukan semua peraturan yang telah dibuat oleh negara tersebut dan
diperuntukkan oleh seluruh warga negara tanpa terkecuali atau tanpa adanya diskriminasi. Sifat
ini juga disebut dengan sifat totalitas, sebagai contoh adalah semua warga negara harus
membayar pajak, semua warga negara wajib untuk melakukan upaya bela negara dsb.
I. Bentuk – bentuk Negara

1. Negara Federal

Bentuk negara pertama yang akan dipaparkan dalam pembahasan kali ini adalah negara
federal. Negara federal sering kali disebut dengan istilah negara serikat. Negara federal dapat
diartikan sebagai bentuk negara yang terdari dari kumpulan beberapa negara bagian. Keseluruhan
dari negara bagian tersebut diatur dengan peraturan yang mengatur tentang pembagian
kewenangan antara pemerintah federal dan pemerintah negara bagian. Hal ini dapat diartikan juga
bahwa setiap negara bagian memiliki pemerintah dan konstitusi sendiri. Meski demikian yang
menjalankan hubungan internasional dengan pihak luar negeri tetaplah menjadi kewenangan
negara federal. Contoh dari beberapa negara yang mempunyai bentuk negara federal / serikat
yakni Amerika Serikat, Meksiko, dan Australia.

2. Negara Kesatuan

Bentuk negara kesatuan merupakan kebalikan dari negara federal/ serikat. Organisasi
yang berada di bawah pemerintah negara berbentuk kesatuan ditetapkan dan diatur oleh
pemerintah pusat. Sementara itu, negara bagian yang berada di bawah dasar hukum HAM negara
serikat dapat membuat peraturan sendiri untuk membentuk organisasi pemerintahan dibawahnya.
Berikut adalah ciri- ciri khusus dari negara berbentuk kesatuan untuk mempertegas perbedaannya
dengan negara serikat. Contoh dari negara kesatuan yakni Indonesia, Belanda, Philipina, Jepang
dan Itali.

3. Negara Konfederensi

Negara konfederasi merupakan negara yang terbentuk dari perkumpulan beberapa negara
yang membuat perjanjian internasional yang berisi kewenangan tertentu yang diberikan kepada
konfederensi. Meskipun terbentuk dari gabungan beberapa negara, negara konfederensi tidak
sama dengan negara federal. Bentuk negara konfederasi hanya bertahan sampai abad 19 saja.
Negara yang dulunya berbentuk konfederasi lama kelamaan beralih ke bentuk federal, contohnya
negara Swiss.

4. Negara Netral

Negara netral yakni sebuah negara yang secara sengaja menahan diri untuk tidak terlibat
dalam konflik internasional. Meski demikian, netral memiliki arti yang luas. Bentuk negara netral
bisa bersifat tetap atau pun sementara. Selain itu, bentuk negara netral juga bisa diartikan politik
netral (netralisme positif). Negara yang berbentuk netral tetap mempunyai sifat netral yang
dijamin oleh perjanjian- perjanjian internasional. Contohnya Austria dan Swiss. Sementara itu,
negara yang netralnya hanya sementara mempunyai sifat netral sesuai kenginannya sendiri. Sifat
netralnya bisa berubah atau dihilangkan sesuai kondisi yang ada, contohnya negara Swedia.

6. Negara Terpecah

Berikutnya yakni bentuk negara terpecah. Negara dikatakan terpecah ketika suatu negara
yang diduduki oleh negara yang berkonflik pada Perang Dunia 2 memiliki ideologi yang berbeda.
Perbedaan ideologi tersebut terjadi akibat perang dingin dan juga konflik antara blok barat dan
blok timur. Sebuah negara yang berbeda hakekat ideologi nya kemudian terpecah menjadi 2
negara dengan sistem pemerintahannya masing- masing. Kedua negara tersebut cenderung saling
bermusuhan dan mencurigai satu sama lain. Terdapat 4 negara yang terpecah setelah perang dunia
kedua. Contohnya adalah Korea, Jerman, dan Cina.

7. Negara Protektorat

Pengertian bentuk negara protektorat bisa diambil dari penamaannya, yakni protect yang
berarti melindungi. Dalam bentuk negara protektorat terdapat 2 buah negara yang mana suatu
negara kolonial melindungi negara yang berada di bawah kekuasaannya. Karena status mereka
yang berbeda, yakni melindungi dan dilindungi maka kewenangan yang dimiliki juga berbeda.
Sejumlah negara yang pernah menerapkan bentuk negara protektorat adalah Vietnam, Laos,
Kamboja, Tunisia dan Maroko.

J. Unsur – Unsur Terbentuknya Negara


Unsur terbentuknya suatu negara terdiri dari dua bagian, yaitu unsur pokok (konstitutif)
dan unsur deklaratif. Unsur pokok adalah unsur yang paling penting, karena merupakan syarat
wajib yang harus dimiliki oleh calon negara. Unsur deklaratif adalah unsur tambahan yang boleh-
boleh saja tidak dimiliki oleh suatu negara. Terkait unsur negara, pada tahun 1933 terdapat suatu
konvensi yang mengatur tentang apa-apa yang harus dimiliki untuk membentuk suatu negara,
disebut Konvensi Montevideo. Menurut konvensi ini, unsur-unsur berdirinya sebuah negara
adalah sebagai berikut:

Rakyat

Wilayah yang permanen

Penguasa yang berdaulat

Kesanggupan berhubungan dengan negara lain.

Pengakuan.

Unsur Pokok Negara (Konstitutif)

Berdirinya suatu negara terdiri atas unsur-unsur pembentuknya yang tidak dimiliki oleh
organisasi lain. Unsur pembentuk berdirinya suatu negara, yaitu rakyat, wilayah, pemerintah yang
berdaulat. Ketiga unsur ini disebut unsur pokok yang menjadi syarat mutlak terbentuknya negara.
Suatu negara tidak dapat disebut sebagai negara jika salah satu unsur ini tidak ada. Unsur pokok
negara ini disebut juga unsur konstitutif atau unsur pembentuk. Berikut ini penjelasan secara
terperinci masing-masing unsur tersebut:

1. Rakyat

Rakyat adalah semua orang yang ada di wilayah suatu negara dan taat pada peraturan di
negara tersebut. Berdasarkan hal tersebut, keberadaan rakyat adalah unsur penting bagi
terbentuknya suatu negara. Rakyat sendiri dikategorikan menjadi; penduduk dan bukan penduduk
serta warga negara dan bukan warga negara. Penduduk adalah orang-orang yang berdomisili atau
menetap dalam suatu negara. Bukan penduduk adalah orang yang sementara waktu berada dalam
suatu negara. Warga negara adalah orang-orang yang berdasarkan hukum menjadi anggota suatu
negara. Bukan warga negara adalah orang-orang yang tinggal dalam suatu negara, tetapi tidak
menjadi anggota dari negara tersebut. Jadi, unsur yang pertama adalah harus ada rakyat dulu.
2. Wilayah

Setelah rakyat, unsur selanjutnya yang membentuk suatu negara adalah wilayah. Unsur
wilayah adalah hal yang sangat penting untuk menunjang pembentukan suatu negara. Tanpa
adanya wilayah, mustahil sebuah negara bisa terbentuk. Wilayah inilah yang akan ditempati oleh
rakyat dan penyelenggaraan pemerintahan. Wilayah suatu negara adalah kesatuan ruang yang
meliputi daratan, lautan, udara, dan wilayah ekstrateritorial.

Daratan: Daratan adalah tempat bermukimnya warga atau penduduk suatu Negara.
Wilayah daratan suatu Negara, mempunyai batas-batas tertentu yang diatur oleh hukum Negara
dan perjanjian dengan Negara tetangga.

Lautan: Lautan adalah wilayah suatu Negara yang terdiri dari laut teritorial, zona
tambahan, ZEE, dan landasan benua (kontinen). Laut teritorial suatu Negara adalah batas
sepanjang 12 mil laut diukur dari garis pantai. Zona tambahan yaitu 12 mil dari garis luar lautan
teritorial atau sekitar 24 mil dari garis pantai suatu Negara. ZEE atau Zona Ekonomi Eksklusif
yaitu wilayah lautan sepanjang 200 mil laut diukur dari garis pantai. Sedangkan, landasan benua
adalah wilayah lautan yang terletak di luar teritorial, berjarak sekitar 200 mil laut diukur dari
garis pantai yang meliputi dasar laut dan daerah dibawahnya.

Udara: udara adalah seluruh ruang yang berada di atas batas wilayah suatu Negara, baik
daratan maupun lautan.

Ekstrateritorial: Wilayah ekstrateritorial suatu Negara adalah tempat di mana menurut


hukum internasional diakui sebagai wilayah kekuasaan suatu Negara meskipun letaknya berada di
Negara lain. Misalnya, kantor kedutaan besar Indonesia di luar negeri disebut sebagai wilayah
ekstrateritorial Indonesia.

3. Pemerintahan

Unsur selanjutnya yang membentuk Negara adalah pemerintahan. Unsur pemerintah yang
dimaksudkan disini adalah pemerintahan yang sah dan berdaulat. Pemerintahan yang sah berarti
pemerintah yang diakui oleh rakyat untuk menjalankan roda pemerintahan. Sedangkan,
pemerintahan yang berdaulat berarti memiliki kekuasaan penuh untuk mengatur jalannya Negara.

Unsur Deklaratif Negara


Selain unsur pokok, terdapat pula unsur lain yang menjadi pembentuk suatu negara, yaitu
pengakuan dari negara lain. Adapun pengakuan dari negara lain merupakan unsur negara yang
bersifat deklaratif atau bersifat menerangkan keberadaan suatu negara. Suatu negara baru penting
untuk menerangkan keberadaannya agar dikenali oleh negara lainnya. Fungsinya adalah agar
negara baru tersebut dapat menjalin hubungan diplomatis dengan negara lainnya, begitupun
sebaliknya.

K. Pengertian Politik
Politik (dari bahasa Yunani: politikos, yang berarti dari, untuk, atau yang berkaitan dengan warga
negara), adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain
berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara Seseorang yang menjalankan atau
melakukan kegiatan politik disebut sebagai "Politikus"
Sistem Politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam proses pembuatan dan
pengambilan kebijakan yang mengikat tentang kebaikan bersama antara masyarakat yang berada
dalam suatu wilayah tertentu.
Model / macam2 sistem politik Negara-negara di dunia
1. Sistem Politik Otokrasi tradisional

Sistem politik otokrasi tradisional adalah suatu sistem politik dan bentuk pemerintahan yang
kekuasaan politiknya
dipegang oleh satu orang (raja/emir).

Ciri-ciri :

a. Ada stratifikasi ekonomi, nilai & moral


b. Dipilih berdasar tradisi
c. Adanya sistem primordial yang kuat seperti agama, suku bangsa, dan ras
d. Tidak ada persamaan & kebebasan politik

2. Sistem Politik Otoriter

Sistem politik otoriter adalah sistem politik yang mendasarkan pada sistem otoritas yang telah
mapan. Dalam sistem politik ini memiliki gaya pemerintahan yang mempunyai kedaulata
tertinggi dipegang oleh segolongan kecil elite

Ciri-ciri:

a. Tidak boleh melakukan kritik terhadap pemerintah atau negara.

b. Adanya partai tunggal.(hanya ada satu partai politik/massa tunggal)


c. Pemerintah melakukan pengawasan terhadap semua aktivitas penduduk

3. Sistem Politik Totaliter

Sistem politik ini menekankan pada konsensus total dalam masyarakat baik konflik dengan
musuhnya di dalam maupun di luar negeri. Untuk konsensus total tidak hanya dengan
iriduktrinasi ideologi saja, tetapi juga dengan menggunakan cara-cara paksaan

Sistem politik totaliter ini dianut antara lain oleh Jerman ketika pada zaman Hitler, Italia pada
jaman Mussolini, Jepang sebelum perang dunia ke II, RRC, Vietnam, Korea Utara, Kuba, dan
negara-negara Eropa Timur sebelum jatuhnya komunis dunia. Sistem politik ini dianut oleh
negara-negara fasis dan negara-negara komunis.

Ciri-ciri :

a. Kewenangannya bersifat totaliter, doktriner / paksaan

b. Partai sebagai pengendali politik & ekonomi rakyat

c. Kekuasaan tak terbatas.


4. Sistem Politik Demokrasi

Sistem politik demokrasi merupakan sebuah sistem pemerintahan yang diatur dengan landasan
prinsip-prinsip kedaulatan rakyat,persamaan politik, konsultasi kepada rakyat dan pemerintah
mayoritas.

Sistem politik yang dianut Negara Indonesia adalah sistem politikdemokrasi. Hal ini dinyatakan
dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 yang berunyi kedaulatan berada di tangan rakyat
dandilaksanakan menurut UndangUndang Dasar

Ciri-ciri :

a. Adanya persamaan & kebebasan politik

b. Tidak ada stratifikasi ekonomi

c. Bersatu dalam perbedaan

d. Kekuasaan relatif merata

e. Hukum & UU (Undang-undang) yg memberi kewenangannya


g.Rakyat mampu memilih dengan rahasia dan tanpa ada paksaan dari manapun.

Fungsi Politik

 Fungsi merumuskan kepentingan, adalah fungsi menyusun dan mengungkapkan tuntutan politik
dalam suatu negara.
 Fungsi pemaduan kepentingan, adalah fungsi menyatupadukan tuntutan-tuntutan politik dari
berbagai pihak dalam suatu negara dan mewujudnyatakannya ke dalam berbagai alternate
kebijakan.

 Fungsi pembuatan kebijakan umum, adaiah fungsi untuk mempertirnbangkan berbagai alternate
kebijakan yang diusulkan oleh partai-partai politik dan pihak-pihak lain, untuk dipilih salah satu
di antaranya sebagai satu kebijakan pemerintahan.

 Fungsi penerapan kebijakan, adaiah fungsi melaksanakan berbagai kebijakan yang telah
ditetapkan oleh pihak yang berwenang.

 Fungsi pengawasan pelaksanaan kebijakan, adaiah fungsi menyelaraskan perilaku masyarakat dan
pejabat publik yang menentang atau menyeleweng dari kebijakan pemerintahan, dengan norma-
norma yang berlaku.

 Fungsi komunikasi politik adaiah proses penyampaian informasi mengenai politik dari
masyarakat kepada pemerintah dan juga dari pemerintah kepada masyarakat.

 Sosialisasi politik adaiah proses pembentukan sikap dan orientasi politik anggota masyarakat.

 Rekrutmen politik adaiah proses menyeleksi orang/orang-orang yang akan dipilih atau diangkat
sebagai pejabat dari jabatan-jabatan yang ada dalam suatu negara atau partai politik.

Anda mungkin juga menyukai