Anda di halaman 1dari 38

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi manusia sekaligus investasi untuk keberhasilan

pembangunan bangsa. Untuk itu di selenggarakan pembangunan kesehatan

secara menyeluruh dan berkesinambungan, dengan tujuan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tigginya, sebagai investasi bagi

pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis

(Anthonie, 2013).

Mulut merupakan pintu gerbang pertama didalam sistem pencernaan.

Makanan dan minuman akan di proses didalam mulut dengan bantuan gigi-geligi,

lidah dan saliva. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu

upaya meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya

makanan dan minuman tetapi fungsi mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang

menyadari besarnya peranan mulut bagi kesehatan dan kesejahteraan seseorang.

Oleh karena itu kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam menunjang

kesehatan seseorang (Jordan, 2014).

Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Kesehatan adalah

keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Sehat bukan hanya digambarkan melalui diri kita yang tidak terkena suatu
2

penyakit apapun atau tidak cacat. Sehat itu dapat ditinjau dari berbagai aspek

yang dapat mendukung kesehatan itu sendiri. Seperti kualitas Ekonomi, Sosial,

dan Spiritual (Afand, 2011).

Masalah terbesar yang dihadapi penduduk indonesia seperti juga di negara-

nagara berkembang lainnya di bidang kesehatan gigi dan mulut adalah penyakit

jaringan keras gigi di samping penyakit gusi. Karies merupakan suatu penyakit

jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan oleh

aktivitas jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

adalah demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan

bahan organiknya (Panji, 2011).

Karies gigi adalah suatu penyakit infeksi dalam rongga mulut yang dapat

dicegah yang merupakan penyebab utama kehilangan gigi pada anak-anak dan

orang dewasa di Amerika Serikat. Rata-rata waktu dari mulai terjadinya lesi awal

hingga terjadinya lubang gigi pada anak-anak adalah sekitar 6 bulan. Proses

terjadinya karies gigi pada umumnya dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor utama

yang berperan dan saling mendukung di dalam rongga mulut yaitu host

(permukaan gigi), mikroorganisme (bakteri penyebab karies), substrat

(karbohidrat yang terfermentasi) dan waktu, karies gigi bisa terjadi jika keempat

faktor itu ada pada seseorang (Yulita dkk, 2013).

Di Amerika Serikat anak-anak usia 2-6 tahun yang mengalami karies gigi

sebanyak 28% dan prevalensi meningkat 15% selama 10 tahun terakhir.

Prevalensi karies gigi terus meningkat dengan perubahan kebiasaan diet

masyarakat dan meningkatnya kebiasaan mengonsumsi gula. Insiden karies tetap


3

saja meningkat meskipun telah dilakukan upaya terbaik oleh para lembaga

profesional kesehatan gigi untuk mengurangi terjadinya karies gigi (Asrianti dkk,

2013).

Karies yang terjadi pada gigi anak dapat menimbulkan rasa sakit atau nyeri,

maka anak akan kehilangan selera makan dan kadang dapat terjadi demam serta

proses mengunyah makanan akan terganggu, sehingga anak menjadi malas

makan dan akhirnya menjdi kurus. Dalam hal ini, secara tidak langsung, karies

pada anak akan mempengaruhi proses tumbuh kembang dan pertumbuhan gigi

permanen anak (Anthonie, 2013).

Prevalensi karies gigi di Sulawesi Tenggara tahun 2009 sebesar 62% atau

sekitar 1.214.836 orang dari jumlah penduduk 1.959.414 orang dan 74%

diantaranya atau 898.645 orang adalah anak-anak. Prevalensi karies gigi

berdasarkan survey Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun

2009 didapatkan hasil karies gigi bervariasi menurut kabupaten atau kota dengan

rentang 58%-66%, prevalensi terendah di Kabupaten kolaka dan prevalensi

tertinggi di Kota Kendari (Profil Dinkes Sulawesi Tenggara, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Inal Naing tahun 2011 pada anak TK Negeri

Pembina Kota Kendari didapatkan bahwa dari 44 anak TK Negeri Pembina

Kendari yang diteliti, terdapat 60 anak atau 90,90% mengalami karies, sedangkan

yang tidak mengalami karies hanya 4 orang atau 9,10%. Hal ini termaksud dalam

kategori penderita karies yang cukup tinggi. Penelitian ini juga mendapat hasil

bahwa minimnya tingkat pengetahuan ibu/pengasuh terhadap kesehatan gigi sang


4

anak, tingkat pengetahuan ibu yaitu 59,10% responden tergolong dengan kriteria

kurang (Naing, 2011).

Menurut usia pra sekolah, resiko anak mengalami karies gigi cukup tinggi.

Pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua terutama ibu dalam pemeliharaan gigi

memberi pengaruh signifikan terhadap sikap dan perilaku anak dalam

pemeliharaan kesehatan gigi. Pada umumnya anak sangat menggemari makanan

manis seperti permen, gulali dan coklat yang diketahui sebagai substrat dan

disukai oleh bakteri yang selanjutnya dapat melarutkan struktur gigi. Keadaan ini

diperburuk oleh kemalasan anak dalam membersihkan giginya (Anthonie, 2013).

Anak usia pra sekolah umumnya menghabiskan waktu mereka sehari-hari

bersama dengan orang tua atau pengasuh mereka, khususnya ibu. Hal ini yang

mewujudkan bahwa pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak dan hasilnya

dipengaruhi oleh pengetahuan ibu dan apa yang dipercayainya. Melakukan

pengenalan dan perawatan kesehatan gigi anak sejak dini merupakan suatu hal

yang kadang-kadang menimbulkan rasa kekhawatiran pada setiap ibu. Para ibu

mempunyai kekhawatiran bagaimana cara mempersiapkan anak-anaknya saat

menerima perawatan gigi. Selain itu para ibu juga merasakan kekhawatiran

apabila telah melihat ada kelainan pada gigi anaknya. Rasa khawatir tersebut

dapat ditanggulangi dengan cara mempersiapkan para calon ibu, dan para ibu

dalam menentukan dan mengambil langkah-langkah apa yang tepat dan dapat

dilakukan didalam mengenal perawatan gigi pada anaknya serta menambah

pengetahuan para ibu mengenai kelainan pada gigi dan mulut anak (Jordan,

2014).
5

Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan secara langsung pada 15 anak

di TK Dinul Islam Kota Kendari di dapatkan hasil bahwa dari 15 anak tersebut

keseluruhan memiliki gigi yang karies dan hasil dari wawan cara dari ibu di

dapatkan bahwa secara umum tidak mengetahui masalah karies gigi.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik mengkaji tentang “Hubungan

Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Karies Gigi dengan Upaya Merawat

Kesehatan Gigi pada Anak di Taman Kanak-Kanak Dinul Islam Kota

Kendari”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian seperti berikut “ apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang

karies dengan upaya merawat kesehatan gigi pada anak di Taman Kanak- Kanak

Dinul Islam Kota Kendari”.

C. Tujuan Pelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang karies gigi

dengan upaya merawat kesehatan gigi pada anak di Taman Kanak- Kanak

Dinul Islam Kota Kendari.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang karies gigi di Taman

Kanak-Kanak Dinul Islam Kota Kendari.


6

b. Untuk mengetahui upaya ibu dalam dalam merawat kesehatan gigi di

Taman Kanak-Kanak Dinul Islam Kota Kendari.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang karies gigi terhadap

upaya merawat kesehatan gigi pada anak di Taman Kanak-Kanak Dinul Islam

Kota Kendari.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini di harapkan mampu memberikan informasi kepada

masyarakat mengenai perilaku kesehatan dalam merawat gigi dan mulut

pada anak dan memberikan pemahaman baru terhadap ibu di Taman

Kanak-Kanak Dinul Islam.

b. Bagi Pemerintah

Dari hasil penelitian ini, diharapkan mampu memberikan informasi kepada

pemerintah mengenai perlunya peningkatan derajat kesehatan gigi dan

mulut dalam ruang lingkup pendidikan taman kanak-kanak dan pendidikan

dasar.
7

c. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai

hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang karies gigi terhadap upaya

merawat kesehatan gigi pada anak di Taman Kanak- Kanak Dinul Islam.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan tehadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

panca indera manusia, yaitu penglihantan, pendengaran, peciuman dan peraba.

Pengetahuan manusia diperoleh oleh mata dan telinga. Pengetahuan merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Wawan &

Dewi, 2010).

Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan

berbagai tindakan yang dapat dilakukan dan juga menentukan terbentuknya

tindakan seseorang (Wawan dan dewi, 2010) menjelaskan Agar manusia bisa

melakukan suatu hal, diperlukan unsur-unsur sebagai beriku:

a. Pengetahuan atau pengertian apa yang dilakukan

b. Keyakinan tetang manfaat dan kebenaran hal yang dilakukannya

c. Sasaran diperlukan untuk melakukan suatu tindakan

d. Dorongan/motivasi untuk berbuat yang disadari oleh kebutuhan yang

dirasakan.

2. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi (2010) Cara untuk memperoleh pengetahuan

sebagai berikut:
9

1) Cara Coba Salah (Trial and Eror)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebuadayaan, cara coba salah

dilakukan dengan menggunakan keungkinan dalam memecahakan

masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil maka dicoba

kemungkinan yang lain sampai berhasil. Berdasarkan alasan itu cara ini

disebut dengan metode trial (coba) dan eror (gagal atau salah) atau

metode coba salah atau coba-coba.

2) Cara Kekuasaan atau Otoriter

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan

tradisi-tradisi yang dilakukan oleh seseorang tanpa melalui penalaran,

apakah yang dilakukan itu baik atau tidak. Namun demikian kebisan-

kebisaan ini seolah-olah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran

yang mutlak, sumber pengetahuan ini bermacam-macam dapat berupa

pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli

agama, pemegang dan sebagainya. Dengan kata lain pengetahuan

tersebut diperoleh berdasarkan ada otoritas atau kekuasaan baik medis,

otoritas pemerintahan, pemimpin agama, maupun ahli pengetahuan.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Adapun pepatah mengatakan “pengalaman adalah yang terbaik.”

Pepatah tersebut mengandung maksud bahwa pengalaman itu

merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.


10

4) Cara ilmiah atau cara modern

Dalam memperoleh pengetahuan menggunakan cara yang sistematis,

logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

a. Faktor internal

Wawan dan Dewi (2010) menjelaskan faktor-faktor internal yang dapat

mempengaruhi pengetahuan yaitu:

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimibingan yang diberikan seseorng pada orang

lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat

dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin

mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin

banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika

seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan

nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

2) Pemenjadikan seseorang dapat kerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak

langsung.
11

3) Umur

Bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek

fisik dan psikologis mental. Pertumbuhan fisik secara garis besar

ada empat kategori yaitu:

a) Perubahan ukuran

b) Perubahan profesi

c) Hilangnya ciri-ciri lama

d) Hilangnya ciri-ciri baru

b. Faktor eksternal

Wawan dan Dewi (2010) menjelaskan fakrtor-faktor eksternal yang

dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan yaitu:

1) Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia

dan pengaruh yang dapat mempengaruhi perkembangan orang atau

kelompok.

2) Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membatu

mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

4. Tingkat pengetahuan

Wawan dan Dewi (2010) menjelaskan bahwa pengetahuan memiliki

enam tingkatan, yaitu:


12

a. Tahu (know)

Tahu adalah suatu kemampuan untuk mengingat kembali suatu materi

yang sudah dipelajari sebelumnya. Yang termasuk kedalam tingkatan

pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) suatu yang spesifik

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu

“tahu” merupakan tingkatan yang paling rendah. Kata kerja utuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang diepelajari antara lain

menyebutkan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (comperehension)

Memahami suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang

obyek yang di ketahui, dan dapat menginter prestasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh: menyimpulkan, meramalkan,

dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk mengembangkan materi yang

telah di pelajari pada situasi atau kondisi yang real (sebenarnya).

Aplikasi di sini dapat di artikan sebagai aplikasi atau penggunaan bentuk

hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam kondisi atau situasi

yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur


13

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis

ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat

menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokan dan

sebagainya.

e. Sintetis (syntheatis)

Sintetis menunjukan pada suatu kemampuan untuk melakukan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintetis adalah suatu kemampuan untuk

menentukan, merencanakan, meringkas dan menyesuaikan rumusan yang

ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi Adalah suatu kemampuan untuk melakukan penilaian untuk

melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek tertentu. Penilaian-

penilaian ini di dasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria yang telah ada.

B. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Karies Gigi

Tingkat pengetahuan ibu tentang karies gigi adalah faktor yang penting dalam

mempengaruhi kesehatan dan penyakit gigi anak, terutama dalam hal pencegahan

terjadinya karies gigi (Bahuguna Jain dan Khan, 2011).

Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu mengenai

karies gigi antara lain :

1. Pekerjaan

2. Tingkat pendidikan
14

3. Pengalaman

4. Status ekonomi

Orang tua adalah contoh pertama yag dikenal anak sejak lahir terutama ibu.

Oleh karena itu, perilaku dan kebiasaan orang tua dapat dicontoh oleh sang anak.

Pengetahuan orang tua tentang kesehatan gigi akan sangat menentukan kesehatan

gigi anak kelak. Namun, tahu saja tidak cukup, perlu diikuti dengan kepedulian

dan tindakan (Herian, 2010).

Pengetahuan ibu terhadap bagaimana menjaga kesehatan gigi dan mulut

sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung

kebersihan gigi dan mulut anak sehingga kesehatan gigi dan mulut anak dapat

baik. Pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi akan sangat menentukan status

kesehatan gigi anak kelak. Seorang ibu memegang peranan penting dalam suatu

keluarga, baik sebagai seorang istri maupun sebagai seorang ibu dari anak-

anaknya. Contoh pertama yang dikenal karena anak begitu dia lahir adalah ibu.

Oleh karena itu, perilaku dan kebiasaan ibu dapat dicontoh oleh anak. Namun

pengetahuan saja tidak cukup perlu diikuti dengan sikap dan tindakan yang tepat.

Pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap kesehatan gigi dan mulut akan

menentukan kesehatan gigi anak kelak. Mulai timbulnya gigi merupakan proses

penting dari pertumbuhan seorang anak (Rianti, 2005).

Ibu harus mengetahui cara merawat gigi anak tersebut, dan ibu juga harus

mengajar anaknya cara merawat gigi yang baik. Walaupun masih memiliki gigi

susu seorang anak harus mendapatkan perhatian serius dari orang tua. Kondisi

gigi susu akan menentukan pertumbuhan gigi permanen anak. Akan tetapi
15

banyak orang tua yang beranggapan bahwa gigi susu hanya sementara dan akan

diganti oleh gigi geligi tetap sehingga mereka sering menganggap kerusakan

pada gigi susu yang disebabkan oleh oral higene bukan berati suatu masalah

(PDGI, 2009).

Tingkat kesadaran ibu rumah tangga terhadap kesehatan sangat kurang,

masalah ini menjadi program untuk melakukan upaya meningkatkan kesadaran.

Contoh, masih banyak ibu yang malas menggosok gigi meskipun kesehatan gigi

penting. Bahkan ada ibu rumah tangga yang jarang mandi (Machfoed, 2006).

Herian (2010) menjelaskan beberapa hal yang dapat dilakukan oleh ibu untuk

menjaga kesehatan gigi anak keluarga adalah sebagai berikut :

1) Bantu dan ajar anak saat sedang menyikat gigi. Bila ibu bersama anak

melakukan pembersihan gigi, akan lebih termotivasi dan meniru contoh

dari ibu, ibu dapat memperhatikan apakah cara menyikat gigi anak sudah

benar.

2) Pasta gigi dengan aneka rasa dan warna menarik bagi anak, dan formulanya

sudah direncanakan sedemikian rupa agar aman bila tertelan. Namun pasta

gigi yang mengandung fluor untuk gigi sebaiknya diberikan setelah anak

berusia tiga tahun pada saat dia sudah mampu berkumur.

3) Pengawasan jenis jajanan penting untuk dilakukan olen ibu. Misalnya,

permen dan coklat atau makanan manis tetap diberikan. Namun perlu

ditekankan pentingnya menyikat dan membersikan gigi sebelum tidur.


16

4) Dua hal yang sering dilakukan keluarga agar anak tidak akan terlalu merasa

asing saat dibawa kedokter gigi dengan meluangkan waktu untuk melihat

dan memeriksa gigi keluarga

Apabila ibu dalam perawatan gigi anaknya tidak dilakukan secara lebih dini,

kerusakan gigi berlangsung terus tanpa kendali dan keadaan ini bisa disalah

artikan meskipun merupakan akibat diabaikan upaya mencari perawatan yang

dapa dilakukan untuk mencegah hal ini, adalah Salah satunya yaitu pemilihan

sikat gigi yang baik dan benar. Bulu sikat yang baik dan benar adalah tidak

terlalu lunak dengan ujung bulu sikat gigi me mbulat atau tumpul. Bulu sikat

yang terlalu keras akan melukai gusi dan mengabrasi lapisan gigi. Bila bulu sikat

terlalu lunak, efektivitas pembersihan kurang baik. Ujung bulu sikat bermacam-

macam yaitu berbentuk bulat, runcing atau datar. Ujung bulu sikat yang baik

adalah membulat karena dapat mengurangi iritasi terhadap lapisan gigi dan

jaringan gusi (Sumarti, 2007).

Rutinitas menyikat gigi minimal dua kali sehari dan menggunakan benang

gigi atau dental flouss sanagat dibutuhkan untuk mengandalikan terbentuknya

plak didalam mulut. Selain itu, menjaga kebersihan mulut juga dapat dilakukan

dengan menggunakan obat kumur yang mengandung chlorhexidin yang dapat

mengurangi jumlah bakteri dalam mulut (Rahmadan, 2010).


17

C. Tinjauan Umum Tentang Karies Gigi

1. Definisi karies gigi

Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu emal,

dentin, dan sementum, yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya

Demineralisasi jaringan-jariangan keras gigi yang kemudian kerusakan

bahan organiknya. Demineralisasi adalah peluruhan zat-zat penyusun email

gigi yang disebabkan oleh asam hasil peragian karbohidrat oleh

mikrobiologi. Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan

kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan

periapikal dan menimbulkan rasa nyeri (Nursalam, 2007).

2. Etologi Karies Gigi

Ada beberapa faktor penyebab terjadinya karies gigi, yaitu:

a. Faktor dalam mulut

1) Subtrat berupa makanan kariogenik

Beberapa jenis karbohidrat misalnya sukrosa dan glukosa, dapat

diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam yang

menyebabkan Ph ini akan menyebabkan demineralisai permukaan

gigi yang rentan dan proses karies pun dimulai. Sintesa polisakarida

ekstra sel dari sukrosa lebih cepat dibanding denga glukosa,

fruktosa dan laktosa . Oleh karena itu, sukrosa merupakan gula

yang paling kariogenik, walaupun gula lainya tetap berbahaya

(Nursalam, 2007).
18

2) Bakteri

Mikroorganisme penyebab karies gigi adalah bakteri dari jenis

streptococcus dan lactobacillus. Kedua bakteri tersebut merupakan

bakteri yang kariogenik karena mampu membuat asam dari

karbohidrat yang dapat diragikan. Bakteri tersebut tumbuh subur

dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi

karena kemampuannya membuat polisakarida ekstara sel yang

sangat lengket dari karbohidrat makanan. Dengan adanya

polisakarida tersebut bakteri dapat melekat pada plak. Plak

merupakan lapisan tipis dan lunak pada gigi yang terdiri dari sisa-

sisa makanan, musin, dan sel-sel epitel yang telah mati,

menyediakan media tumbuh bagi bakteri. Lapisan ini mengandung

garam kalsium, garam fosfat dan garam lainnya, poli sakarida,

protein, karbohidrat, dan lemak, serta berperan pada pembentukan

karies (Sumarti, 2007).

3) Hospes yang meliputi Saliva dan gigi

Saliva mempunyai beberapa fungsi penting dalam rongga mulut,

diantarannya sebagai pelumas, aksi pembersihan, pelarutan,

pengunyahan, dan penelanan makanan, proses bicara, sistem buffer

serta yang paling penting adalah fungsi sebagai pelindung dalam

melawan karies gigi. Kelenjar saliva merupakan bagian dari sistem

imun mukosa. Sel-sel plasma dalam kelenjar saliva menghasilkan

antibodi, terutama sekali dari klas igA, yang ditransfortasikan


19

kedalam saliva. Selain itu, beberapa jenis enzim anti mikrobial

terkandung dalam saliva seperti lisozim, laktoferin dan peroksidase

(Hasibua, 2002).

Berikut ini peranan aliran saliva dalam memelihara kesehatan gigi:

a) Aliran saliva yang baik akan cenderung membersihkan mulut

termasuk melarutkan gula serta mengurangi potensi

kelengketan makanan. Dengan kata lain, sebagai pelarut dan

pelumas jaringan.

b) Aliran saliva memiliki efek buffer (menjaga supaya suasana

dalam mulut tetap netral). Yaitu saliva cenderung mengurangi

keasaman plak yang disebabkan oleh gula.

c) Saliva mengandung antibodi dan anti bakteri, sehingga dapat

mengendalikan beberapa bakteri didalam plak. Namun jumlah

saliva yang kurang akan berperan sebagai pemicu timbulnya

kerusakan gigi (Sumarti, 2007).

Pada orang yang mengalami mulut kering, susunan mikroflora mulut

mengalami perubahan, dimana mikroorganisme, seperti streptoccocus

mutans, lactobacillus. Selain itu, fungsi bakteriostase dari saliva

berkurang. Akibatnya pasien yang menderita mulut kering akan

mengalami peningkatan proses karies gigi, infeksi kandida dan gingivitis

penyebab terjadinnya mulut kering adalah radiasi pada daerah leher dan

kepala, gangguan lokal pada kelenjar saliva, efek samping obat-obatan,


20

demam, diare, diabetes, gagal ginjal, berolahraga, stres, bernafas melalui

mulut, kelainan saraf dan usia (Hasibuan, 2002).

Selain saliva, bentuk dan susunan dari gigi sangat memungkinkan

terjadinnya karies. Daerah-daerah yang mudah diserang karies tersebut

misalnya pada daerah pit dan fisure pada permukaan oklusal molar dan

premolar, permukaan halus didaerah aproksimal sedikit dibawah titik

kontak, email pada tepian daerah leher gigi sedikit diatas tepi gingival,

permukaan akar yang terbuka yang merupakan tempat perlekatannya plak

pada pasien resesi gingival karena penyakit periodontium, gigi dengan

tepi tumpatan terutama yang kurang atau mengeper serta permukaan gigi

yang berdekatan dengan gigi tiruan dan jembatan. Selain itu, keadaan

susunan gigi yang tidak rapi misalnya berjejal juga merupakan salah satu

faktor yang menyebabkan terjadinya karies ( Pratiwi, 2009).

4) Waktu

Terjadinya plak sangat singkat, yaitu 10-15 menit setelah makan.

Plak yang menumpuk membentuk karies gigi yang akhirnya

merusak email hingga melubangi gigi ( Sumarti, 2007).

Agar asam bisa terbentuk, maka permukaan gigi harus terdapat

karbohidrat yang dapat diragikan dan suatu plak yang kariogenik.

Asam ini dihasilkan oleh metabolisme bakteri dari substrat

karbohidrat. Setelah berkumur dengan larutan yang mengandung

glukosa 10 persen, pH plak menurun dengan cepat sampai level

yang kalau terjadi penurunan lagi sudah dapat menghancurkan


21

email yang paling penting, pH ini tetap bertahan untuk waktu antara

30-60 menit sebelum dapat mencapai kembali levelnya yang aman.

Dengan demikian, berkumur sekali saja yang waktunya hanya

beberapa detik dapat menyebabkan demineralisasi yang lamanya

lebih dari 30 menit (Putri, 2011).

b. Faktor luar

Selain faktor-faktor diatas ada beberapa faktor-faktor lain yang tidak

secara langsung dapat mempengaruhi timbulnya karies gigi, yaitu:

1. Usia

Selain dengan bertambahnya usia seseorang, jumlah karies pun akan

bertambah. Hal ini jelas karena faktor resiko terjadinya karies akan

lebih lama berpengaruh terhadap gigi. Anak yang pengaruh faktor

resiko terjadinnya karies kuat akan menunjukan jumlah karies lebih

besar dibanding yang akan kuat pengaruhnya (Sumarti, 2007).

2. Ras dan keturunan

Pengaruh ras dan keturunan terhadap terjadinnya amat sulit

ditentukan. Tetapi keadaan tulang rahang suatu ras bangsa

berhubungan dengan presentasi karies yang semakin meningkat atau

menurun. Misalnya pada ras tertentu dengan rahang yang sempit,

sehingga gigi-gigi pada rahang tumbuh tidak teratur tentu dengan

keadaan tersebut, sisa makanan yang terselip disela-sela gigi sulit

untuk dibersihkan (FKG UNMAS, 2010).

3. Mekanisme Terjadinnya Karies


22

Karies gigi manusia merupakan salah satu penyakit yang sangat luas

penyebarannya, diperkirakan melanda lebih banyak dari 90 persen dari

jumlah penduduk dewasa, dan lanjut usia secara umum diterima alasan

bahwa karies gigi akibat dari kebiasaan makan yang salah, terutama karena

terlalu sering mengonsumsi makanan yang mengandung sukrosa (Koswara,

2010).

Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adannya zat gula

dipermukaan gigi. Sukrosa gula dari sisa makanan dan bakteri berproses

menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan

menurunkan pH mulut yang menjadi kritis (5,5). Keadaan ini menyebabkan

terjadinya demineralisasi email, dan akan berlanjut menjadi karies gigi pada

awalnya, lesi karies berwarna putih akibat dekalsifikasi, berkembang

menjadi lubang berwarna coklat atau hitam yang mengikis gigi

(Sumarti, 2007).

Di dalam rongga mulut manusia terdapat berbagai jenis mikroba atau

bakteri yang banyak kaitannya dengan pembentukan asam laktat yaitu

Streptococus mutant, Steptococcus sagnuis, Steptococcus nilis, streptococcus

salivarius, dan spesies laktobacillus. Semua jenis bakteri tersebut terkenal

dapat membentuk senyawa polimer extra seluler dari sukrosa tetapi tidak

dari karbohidrat lain. Dari berbagai hasil penelitian menunjukan bahwa

strain bakteri strektococcus mutan, berperan sangat penting sebagai

penyebab terjadinnya karies gigi. Dan hal ini mungkin, karena streptococcus

mutans maupun produksi senyawa glukan (atau juga disebut mutan) dalam
23

jumlah yang besar dari sukrosa dengan pertolongan enzim extra seluler yang

disebut Glucosyl transferase (Koswara, 2010).

4. Jenis-Jenis Karies

Menurut Julianti, (2008) jenis-jenis karies dapat dibedakan berdasarkan

beberapa kriteria sebagai berikut:

a. Berdasarkan stadiumnya:

1) Karies superfisialis

Merupakan karies yang terjadi pada bagian enamel dari gigi yang

belum mencapai dentin. Secara makrokospik, biasannya karies

terlihat berwarna coklat kehitaman atau noda-noda putih, yang bila

dirabah dengan sonde email belum tersangkut lama-kelamaan

bagian karies ini akan terasa kasar serta diikuti dengan tertahannya

sonde.

2) Karies media

Merupakan karies yang terjadi pada bagian dentim. Karies ini

merupakan kelanjutan dari proses karies superficialis yang terus

berlanjut sampai pada bagian dentin gigi.

3) Karies Profunda

Merupakan karies yang telah mencapai lebih dari setengah dari

bagian dentim dan kadang-kadang sudah mengenai bagian pulpa

dari gigi, menyebabkan rasa sakit yang teramat sangat. Karies ini

merupakan kelanjutan dari media yang berlanjut.

b. Berdasarkan Cara Meluasnya:


24

1. Penetrierende (bentuk kerucut)

Karies ini mempunyai bentuk wilayah meluas berbentuk kerucut

2. Untermirende (Bentuk periuk)

Karies ini mempunyai bentuk wilayah meluas berbentuk seperti

periuk.

c. Akibat kesalahan penambalan:

1. Karies Sekunder

Merupakan karies yang terjadi karena kegagalan tumpatan, yaitu

timbulnya proses karies baru dipermukaan gigi, didinding kapitas,

di tepi dan di bawah tumpatan. Bagian gigi yang menghadap ke

permukaan tumpatan merupakan daerah yang paling mudah

terserang karies. Hal ini disebabkan celah yang terdapat

dipertemuan kedua permukaan ini merupakan tempat yang baik

untuk berkumpulnnya kuman atau bakteri, cairan ludah dan molekul

atau ion.

2. Karies residif

Merupakan karies yang berlanjut terus dibawah tambalan yang

disebabkan kurang sterilnya proses penambalan atau pembuangan

jaringan yang karies tidak sempurna (Sariningrum, 2009).

d. Berdasarkan tempat terjadinnya:

1) Karies Moderat ( Ringan)

Merupakan karies yang terjadi pada daerah yang memang rentan

terjadi karies misalnya pada permukaan oklusal gigi molar


25

permanen. Dikatakan moderat jika karies meliputi permukaan

oklusal dan proksimal gigi posterior.

2) Karies Parah

Merupakan karies yang telah menyerang daerah pada gigi anterior

yang biasanya bebas karies.

3) Karies Akar

Merupakan karies yang menyerang bagian akar gigi biasannya

terjadi pada orang yang telah mengalami resesi gusi. Terutama

terjadi pada orang usia lanjut.

D. Tinjauan Umum Tentang Upaya Merawat Kesehatan Gigi pada Anak

a. Perhatian Ibu

Fase perkembangan anak usia sekolah masih sangat tergantung pada

pemeliharaan dan bantuan orang dewasa dan pengaruh paling kuat dalam

masa tersebut adalah ibunya. Sama halnya alam bidang kesehatan, peranan

seorang ibu sangat menentukan, biasanya ibu yang pertama kali merawat dan

menjumpai keadaan kesehatan anaknya.

b. Menyikat Gigi yang Benar dan Waktu yang Tepat

Tujuan menyikat gigi adalah untuk memelihara kebersihan dan

kesehatan mulut terutama gigi dan jaringan sekitarnya. Cara-cara

pemeliharaan yang dikenal dan mudah pengerjaannya adalah menyikat gigi.

Teknik menyikat gigi yang baik dan benar adalah :


26

1) Menyikat permukaan gigi bagian luar yang menghadap ke bibir dan pipi

dengan menggunakan teknik modifikasi Bass. Mulai rahang atas terlebih

dahulu lalu dilanjutkan dengan yang rahang bawah.

2) Menyikat permukaan kunyah gigi pada lengkung gigi sebelah kanan

dengan gerakan maju mundur, atau mungkin boleh jida dengan sedikit

di putar dan kiri dengan sebanyak 10-20 kali gosokan juga. Lakukan

pada rahang atas terlebih dahulu dulu lalu dilanjutkan dengan rahang

bawah. Bulu sikat gigi diletakkan tegak lurus menghadap permukaan

kunyah gigi.

3) Menyikat permukaan dalam gigi yang menghadap ke lidah dan langit-

langit dengan menggunakan modifikasi Bass untuk lengkung gigi

sebelah kanan dan kiri. Untuk lengkung gigi bagian depan dapat Anda

bersihkan dengan cara memegang sikat gigi secara vertical menghadap

ke depan. Lalu gunakan ujung sikat dengan gerakan menarik dari gusi

kearah mahkota gigi. Lakukanlah pada rahang atas terlebih dulu dan

dilanjutkan dengan rahang bawah.

4) Terakhir, sikat gigi pula permukaan lidah untuk membersihkan bakteri

yang berada di permukaan lidah. Permukaan lidah yang kasar dan

berpapil membuat bakteri mudah menempel di sana. Selain dengan sikat

gigi, Anda juga bisa membersihkan lidah dengan menggunakan sikat

lidah, lidah yang bersih juga akan membuat mulut Anda terasa lebih

segar (Ramadahn, 2010 ).


27

Waktu terbaik untuk menggosok gigi adalah setelah makan dan sebelum

tidur. Menggosok gigi setelah makan bertujuan mengangkat sisa-sisa

makanan yang menempel dipermukaan ataupun di sela-sela gigi dan gusi.

Sedangkan menggosok gigi sebelum tidur berguna untuk menahan

perkembangbiakan bakteri dalam mulut karena dalam keadaan tidur tidak

diproduksi ludah yang berfungsi membersihkan gigi dan mulut secara alami

(Kusumawardani, 2011).

c. Memilih Sikat Gigi yang Benar

Sikat yang baik memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Tangkai lurus dan mudah dipegang

2. Kepala sikat gigi kecil, sebab jika besar tidak dapat masuk kebagian–

bagian yang sempit di dalam mulut

3. Bulu sikat gigi harus lembut dan datar

d. Pemberian makanan bergizi susu sangat baik untuk kesehatan gigi, karena

sangat kaya akan kalsium. Makanan lain yang juga banyak mengandung

kalsium adalah keju. Keju merupakan olahan dari susu yang selain kaya

kalsium juga mengandung fosfat yang membantu mengurangi proses

pelunakan email yang mengakibatkan gigi berlubang. Serta memberikan

makanan yang dapat menyehatkan gigi seperti buah-buahan dan sayur-

sayuran yang berserat dan mengandung air.

e. Membawa Anak ke Dokter Gigi Setiap 6 bulan sekali untuk periksa ke

dokter gigi guna untuk mengetahui kerusakan gigi sedini mungkin.

E. Tinjauan Umum Tentang Anak Prasekolah atau TK


28

1. pengetian anak prasekolah atau TK

menurut Kusumawardani (2011) mengemukakan bahwa yang dimaksud

dengan anak usia prasekolah atau TK adalah mereka yang berusia antara 3-6

tahun. Mereka bisa mengikuti program sekolah. Sedangkan di Indonesia

pada umumnya mereka mengikuti program Tempat Penitipan Anak (3 bulan

– 5 tahun) dan kelompok bermain atau playgroup (usia 3 tahun) sedangkan

pada anak usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti Program T.aman

Kanak-Kanak.

2. Ciri-ciri Anak Prasekolah atau TK

Ciri–ciri yang ada pada anak prasekolah usia 3-6 yang biasanya

berpendidikan di TK meliputi aspek fisik , sosial ekonomi dan kognitif.

a. Ciri-ciri fisik Anak Prasekolah atau TK

Menurut Jeny (2012) pada cici-ciri ini penampilan maupun gerak gerik

anak prasekolah pada umumnya mudah di bedakan dengan anak-anak

yang berada dalam tahapan sebelumnya.

1) Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka telah memiliki

penguasaan atau kontrol terhadap tumbuhnya dan sangat menyukai

kegiatan yang dilakukan sendiri

2) Setelah anak melakukan kegiatan, anak membutuhkan istrahat yang

cukup, seringkali anak tidak menyadari bahwa mereka harus

beristirahat cukup. Jadwal aktifitas yang tenang diperlukan anak.


29

3) Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari kontrol

terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak belum

terampil, belum biasa memerlukan kegiatan yang unik seperti

mengikat tali sepatu.

4) Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus

memfokuskan pandanganya pada objek-objek yang kecil

ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan masih kurang

sempurna.

5) Walaupun tubuh anak pada umumnya lentur, tetapi tengkorak

kepala yang melindungi otak masih lunak, hendaknya waspada bila

melihat anak sedang berkelahi dengan teman-temannya, sebaiknya

dilerai, sebaiknya dijelaskan mengenai bahayanya.

6) Walaupun anak lelaki lebih besar dari anak perempuan dalam lebih

terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya tugas motorik

halus, tetapi sebaiknya jangan dikritik anak lelaki apabila ia tidak

terampil, jauhkan dari sikap membandingkan anak lelaki dengan

perempuan, juga dalam kompetisi keterampilan seperti apa yang

dimaksud.

b. Ciri sosial anak prasekolah atau TK

Umumnya anak pada tahap ini memiliki satu atau dua sahabat,

tetapi sahabat ini cepat berganti, mereka umumnya dapat cepat

menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman.

Sahabat yang dipilih biasanya yang sejenis kelaminnya tetapi


30

kemudian berkembang sahabat dari jenis kelamin yang berbeda.

Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara

baik, oleh karena kelompok tersebut cepat berganti. Anak sering kali

lebih mudah bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar.

F. Tinjauan Umum Tentang Lokasi Penelitian

Taman kanak-kanak Dinul Islam Kota Kendari merupakan taman kanak-

kanak yang didirikan pada tahun 2004. Sekolah dasar ini mulai dioprasikanpada

tahun 2005. Taman Kanak-Kanak Dinul Islam Kota Kendari merupakan sekolah

dengan status kepemilikan Swasta. Dalam kedudukannya sekolah ini terletak dijalan

Samudra No 2 Kecematan Abeli Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.

Jika dilihat dari letak geografis sekolah ini berada pada rentang 1345,4783

bujur dan – 3,027648 lintang. Jika dilihat dari akses kendaraan/lalu lintas kendaraan,

sekolah ini dapat diakses oleh jalur kecematan, kota dan provinsi. Sekolah ini

dibangun di atas tanah seluas 800 m2 dengan luas baguna 452 m2 luas halaman 347

m2 .

1. Distribusi siswa berdasarkan jenis kelamin Taman Kanak-kanak Dinul Islam

Kota Kendari 2017

Tabel 1 data berdasarkan jenis kelamin Taman Kanak-kanak Dinul Islam Kota

Kendari 2017

No Kelas Jumlah siswa Jenis kelamin


31

Laki-laki Perempuan

1 A1 15 Siswa 4 Siswa 11 Siswa

2 A2 17 Siswa 7 Siswa 10 Siswa

3 A3 16 Siswa 9 Siswa 7 Siswa

2. Distribusi tenaga pendidik Taman Kanak-kanak Dinul Islam Kota Kendari 2017

Tabel 2 Data pendidik Taman Kanak-kanak Dinul Islam Kota Kendari 2017

Jenis kelamin
No Status guru Jumlah
Laki-laki Perempuan

1 Honorer 6 Orang - 6 Orang

G. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan dalam tinjauan pustaka,

maka kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Tingkat Pengetahuan Upaya Merawat


Ibu Tentang Karies gigi Kesehatan Gigi
Anak

Keterangan :

: variabel bebas
32

: variabel terikat

H. Hipotesis

H0 : Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang karies gigi dengan

upaya merawat kesehatan gigi anak.

H1 : Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang karies gigi dengan upaya

merawat kesehatan gigi anak.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah survai analitik dengan metode cross sectional study

yaitu suatu penelitian yang di mana variabel-variabelnya penelitian di ukur pada

waktu yang bersamaan (Notoadmodjo, 2002).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Taman Kanak-Kanak Dinul Islam Kota

Kendari.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada Mei- Juni 2017.

C. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan atau himpunan objek dengan ciri yang sama.

Adapun Populasi pada penelitian ini adalah ibu dari anak-anak di Taman

Kanak-Kanak Dinul Islam Kota Kendari dengan jumlah 41 orang.

b. Sampel

Sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari populasi yang akan

diteliti. Adapun Sampel pada penelitian ini adalah ibu dari anak-anak di
34

Taman Kanak-Kanak Dinul Islam Kota Kendari yang berjumlah 41 orang.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel ini adalah total sampling yaitu seluruh ibu dari

siswa Taman-Kanak Didinul Islam Kota Iendari.

E. Sumber Data

1. Jenis data

a) Data Primer

Data primer adalah data yang di ambil dari observasi dan pemeriksaan

langsung yang diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh responden dan

observasi hasil penelitian.

b) Data Sekunder

Data sekunder adalah merupakan data pendukung yang diperoleh dari

institusi terkait, buku, dan pencarian melalui internet merupakan data

pendukung yang diperoleh dari data laporan di Taman Kanak-Kanak

Dinul Islam Kota Kendari.

F. Tehnik Pengolahan Data

1. Editing

Tujuan untuk memeriksa kuesioner dan hasil pemeriksaan keadaan karies

sampel.
35

2. Coding

Pengisian kotak dalam daftar pertanyaan untuk pengkodean berdasarkan

jawaban yang telah diisikan dalam kuesioner dan hasil pemeriksaan karies.

3. Skoring

Untuk mengukur bagaimana tingkat pengetahuan ibu tetang kesehatan gigi

dan mulut dan kejadian karies siswa.

4. Tabulasi

Tabulasi data adalah penyusunan data sedemikian rupa sehingga

memudahkan dalam penjumlahan data dan disajikan dalam bentuk tulisan.

G. Instrument Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan pena.

H. Prosedur Penelitian

1) Peneliti mengambil surat izin dari Akademik

2) Peneliti melapor dan meminta izin kepada Kepala Sekolah Taman Kanak-

Kanak Dinul Islam Kota Kendari untuk melakukan penelitian

3) Sehari sebelum penelitian dilakukan, peneliti membagikan surat

persetujuan menjadi responden yang dibuat oleh sekolah berdasarkan

permintaan peneliti dan disetujui oleh kepala sekolah, untuk disampaikan

kepada ibu murid.

4) Setelah ibu murid berkumpul pada hari yang telah ditentukan kemudian

peneliti memperkenalkan diri.


36

5) Kemudian peneliti menjelaskan maksud dan tujuan kepada ibu murid yang

didampingi oleh kepala sekolah

6) Peneliti membagian lembar kuesioner pada ibu murid

7) Peneliti menjelaskan cara mengisi lembar kuesioner

8) Setelah lembar kuesioner telah selesai di isi oleh ibu murid, peneliti

kemudian mengumpulkan semua kuesioner

I. Analisis Data

Analisis data penelitian dengan mengunakan bantuan komputer dengan

mengunakan program excel dan SPSS. Teknik analisa data ada dua yaitu:

analisa univariat dan analisa brivariat.

a. Analisa Univariat

Analisa Univariat dilakukan dengan menghitung frekuensi dalam bentuk

persentase dari variabel yang diteliti dengan rumus:

𝑓
𝑋=𝑛 𝑥𝐾

Keterangan: x = variabel yang di teliti

f= jumlah jawaban yang benar

n= jumlah pertanyaan

k= konstan 100%
37

b. Analisa bivariat

Analisa bivariat dilakukan bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat. Dimana penelitian ini mengunakan Uji Chi

Square pada tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05)

Kesimpulan yang diambil dari penguji hipotesis adalah:

Jika nilai P ≥ α = 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada

hubungan antara variabel bebes dan variabel terikat.

Jika nilai P < α = 0,05 maka H1diterima dan H1 ditolak yang berarti tidak ada

hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat (Sugiyono 2006).

J. Definisi Operasional dan Kriteria obyaktif

1) Definisi Operasional pengetahuan ibu tentang karies

Pengetahuan ibu tentang karies adalah segala sesuatu yang diketahui

oleh ibu tentang adanya lubang besar ataupun kecil yang di tandai dengan

terlihatnya warna coklat kehitaman pada permukaan jaringan keras gigi

maka peneliti memberikan 10 pertanyaan jika jawaban “benar” maka diberi

nilai 1(satu) dan apa bila jawaban “salah” maka diberi nilai 0 (nol)

(Sugiyono, 2010).

Kriteria Objektif

Baik : Jika responden menjawab benar ≥ 50% dari total skor

Kurang : Jika responden menjawab benar < 50% dari total skor

2) Definisi operasional upaya merawat kesehatan gigi anak


38

Upaya merawat kesehatan gigi anak adalalah usahan ibu dalam merawat

kesehatan gigi dan mulut anak dengan cara mengajari cara sikat gigi yang

benar dan periksa ke dokter gigi 6 bulan sekali maka peneliti memberikan 15

pertanyaan jika jawaban “benar” maka diberi nilai 1 (satu), dan apa bila

jawaban “salah’’ maka diberi nilai 0 (nol) ( Sugiyono, 2010).

Kriteria Objektif:

Baik : Jika responden menjawab benar ≥ 50% dari total skor

Kurang : Jika responden menjawab benar < 50% dari total skor

Anda mungkin juga menyukai