Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan ridho-Nya Panduan Pelayanan Pasien Dengan Penghalang (Restrain)
telah tersusun.
Penggunaan peralatan untuk membatasi gerak dan aktivitas pasien pada dasarnya
bertentangan dengan hak pasien atas kebebasan bergerak. Namun dokter
penanggung jawab pasien (DPJP) diperkenankan untuk mengambil keputusan
untuk melaksanakan pembatasan gerak pasien atas indikasi medis terhadap pasien
tersebut, maupun atas pertimbangan keselamatan pasien itu sendiri atau pasien lain
di sekitarnya.
Panduan ini disusun untuk memberikan gambaran dan acuan dalam pelaksanaan
pemberian pelayanan pasien dengan penghalang (restraint) untuk membatasi gerak
pasien, baik bagi dokter, perawat, maupun tenaga professional lainnya. Panduan ini
akan memberikan gambaran mengenai hak pasien atas kebebasan bergerak,
indikasi dan risiko pelayanan pasien dengan penghalang, monitoring dan
keputusan untuk melepas penghalang pasien.
Dengan demikian semua tenaga professional pemberi asuhan pasien dapat
melaksanakan pelayanan kesehatan terhadap pasien, khususnya pasien dengan
indikasi menggunakan penghalang secara standar.
Panduan ini sangatlah penting untuk membantu dalam kelancaran
operasional rumah sakit.
Semoga panduan ini dapat bermanfaat bagi rumah sakit dan pihak- pihak
lain yang terkait dengan penyelenggaraan Akreditasi Rumah Sakit.
Dan seperti panduan pelayanan lainnya, evaluasi berkala terhadap panduan
ini harus terus dilakukan sesuai perkembangan program akreditasi rumah sakit
Akhirnya saran dan koreksi demi perbaikan panduan ini sangat kami
harapkan
Terima kasih
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. DEFINISI............................................................................................................................1
B. TUJUAN.............................................................................................................................2
A. JENIS RESTRAIN............................................................................................................3
PSIKIATRIK...................................................................................................................7
BAB IV DOKUMENTASI.........................................................................................................10
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. DEFINISI
1
B. TUJUAN
Adapun maksud dan tujuan pemasangan tindakan restrain adalah
sebagai berikut:
1. Perilaku kekerasan yang membahayakan diri sendiri dan lingkungannya.
2. Perilaku agitasi yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan.
2
BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup panduan penggunaan restrain adalah untuk melindungi klien dari
cedera fisik dan memberikan lingkungan yang nyaman
A JENIS RESTRAINT
1. Physical Restraint
Kegiatan pengekangan fisik pasien yang melibatkan satu atau lebih tenaga
kesehatan dengan menahan pasien, memegangi pasien yang bergerak atau
menghentikan pasien yang akan meninggalkan tempat tidur atau ruang
perawatan pasien.
2. Mechanical Restraint
Pengekangan fisik pasien secara mekanis dengan menggunakan peralatan.
Misalnya: sarung tangan (mittens) yang dirancang khusus pada ruang
pelayanan intensif; penggunaan meja yang berat atau sabut pengaman untuk
menahan pasien keluar dari kursi roda; penggunaan bedrails untuk mencegah
pasien orang tua keluar dari tempat tidur; penggunaan kunci atau keypads
3. Technological Surveillance Restraint
Penggunaan teknologi surveilans seperti bantalan tekanan, televisi sirkuit
tertutup atau pintu alarm, untuk mengingatkan tenaga kesehatan memantau
gerakan mereka atau upaya pasien untuk mencoba meninggalkan tempat
tidur atau ruang perawatan. Walaupun pasien tersebut tidak mendapatkan
perlakuan pembatasan gerak secara langsung, namun dapat digunakan
untuk memicu pasien menahan diri setiap kali alarm berbunyi ketika pasien
akan meninggalkan ruang perawatan.
4. Chemical Restraint
Penggunaan obat-obatan untuk pembatasan gerak.
5. Psychological Restraint
3
Kegiatan pembatasan gerak pasien dengan berulang kali dan secara terus
menerus memberi tahu pasien untuk tidak melakukan sesuatu, atau apabila
melakukan sesuatu merupakan perbuatan yang tidak diperbolehkan atau
terlalu berbahaya. Hal tersebut termasuk mengambil alih pilihan atas gaya
hidup pasien seperti mengatakan kepada pasien kapan waktunya tidur dan
bangun tidur; maupun mengambil peralatan individual atau hak milik
pribadi, seperti mengambil alat bantu berjalan, kaca mata, atau pakaian luar
pasien dengan tujuan untuk menghentikan pasien untuk keluar
meninggalkan tempat tidur atau ruang perawatan.
1
A. PRINSIP PEMASANGAN PENGHALANG
5
BAB III
TATA LAKSANA
6
8. Pemasangan penghalang harus dilakukan sesingkat mungkin dan
dilepaskan segera setelah indikasi atas risiko keselamatan pasien, tenaga
kesehatan, dan pasien lain terlampaui.
2. Pengikat kulit adalah jenis pengikatan yang paling aman dan paling
menjamin.
4. Seorang anggota keluarga harus selalu terlihat dan menetramkan asien yang
diikat. Penentraman membantu menghilangkan rasa
takut, ketidakberdayaan, dan hilangnya kendali klien.
5. Klien harus diikat dengan kedua tungkai terpisah dan satu lengan
diikat di satu sisi dan lengan lain diikat diatas kepala pasien.
7
kenyamanan.
berkomunikasi.
10. Setelah klien dikendalikan, satu ikatan sekali waktu harus dilepas dengan
interval lima menit sampai klien hanya memiliki dua ikatan. Kedua ikatan
lainnya harus dilepaskan pada waktu yang bersamaan, karena tidak
dianjurkan membiarkan klien hanya
dengan satu ikatan.
8
dengan agitasi, observasi pasien perlu dilakukan sedikitnya setiap 15 menit.
Frekuensi asesmen dan monitoring pasien dengan penghalang perlu
dilakukan secara individual dengan memperhatikan kondisi pasien, status
intelengensi, dan beberapa kondisi terkait lainnya.
6. Observasi dan asesmen yang perlu dilakukan meliputi posisi alat
penghalang, kondisi kulit di sekitar lokasi pemasangan alat penghalang,
sirkularisasidari ekstremitas yang terpasang alat penghalang.
9
BAB IV
DOKUMENTASI
10
1
1