Pelaksanaan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya untuk menciptakan tempat atau lingkungan kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan sehingga dapat mengurangi atau terbebas dari kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja suatu perusahaan atau lingkungan kerja. Kesehatan tidak hanya berarti terbebasnya seseorang dai penyakit, tetapi pengertian sehat mempunyai makna sehat secara fisik, mental dan juga sehat secara social. Guna melindungi pekerja terhadap setiap gangguan yang timbul dari pelatihan atau lingkungan kerja serta untuk meningkatkan kesehatan kerja dan jasmani, kondisi mental atau rohani dan kemampuan fisik pekerja maka perlu adanya pemeliharaan kerja terhadap para pekerja. Para pekerja dapat bekerja dengan baik apabila kesehatan dari peserta para pekerja tidak mengalami gangguan yang cukup berarti. Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2009:161) bahwa : “kesehatan kerja adalah menunjukan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi, atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja”. Bentuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan didalam suatu lembaga pada umumnya akan sama bervariasi. Ada yang melengkapi dengan tenaga ahli sendiri namun karna dirasa kurang mampu ada yang mempersiapkan tenaga medis pada hari-hari tertentu saja. Apabila pada Balai Latihan Kerja memberikan dan menjamin pelayanan kesehatan yang cukup baik kepada para pekerja, maka dengan kondisi kesehatan yang cukup baik para pekerj akan dapat mengikuti pelatihan kerja dengan baik dan berjalan dengan lancar. Bedasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan kesehatan kerja adalah sehat tidak hanya berarti terbebasnya seseorang dari penyakit tetapi pengertian sehat mempunyai makna sehat secara fisik, mental, dan social. Suatu pelayanan kesehatan terhadap seseorang didalam bekerjaan yang dimaksudkan untuk memelihara kondisi kesehatan demi peningkatan produktivitas. B. Pengertian Tentang Keselamatan Kerja (K3) Keselamata kerja merupakan aspek penting dalam pekerjaan. Keselamatan kerja selalu menjadi perhatian utama pada saat melakukan pekerjaan, hal ini karena keselamatan kerja mempunyai konstribusi penting dalam peningkatan kinerja dan produktivitas pekerja. Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2009:161) bahwa : keselamatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur. Bedasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi terciptanya jamnan keselamatan atas segala sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan yang mencakup tenaga kerja, alat-alat kerja, proses kerja serta lingkungan kerja. Progam K3 merupakan upaya untuk menghindari dari menanggulangi terjadinya kecelakaan serta peningkatan kondisi kesehatan kerja. Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2009:162) bahwa : tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut : a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehtan kerja baik fiisik, social, dan psikologis. b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik- baiknya seefektif mungkin. c. Agar semua hasil poduksi dipelihara keaamanannya. d. Agar ada jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai e. Agar meningkat kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja. f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja. g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. Bedasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa maksu d dan tujuan K3 pada hakekat adalah demi keefektifan lembaga serta peningkatan daya produktivitas kerja. Jika hal tersebut dapat dicapai makan lembaga dapat meningkatkan keuntungan secara substansial demi keberlangsungan lembaga tersebut. Ruang lingkup keselamatan dan kesehatan kerja mencangkup hal yang sangat luas sehingga diperlukan pengelolaan yang sesuai agar program keselamatan dan kesehatan kerja dapat tercapai dengan baik. Syarat-syarat kesehatan, keamanan dan keselamatan kerja (K3), pemerintah dalam kegiatan mengelola keselamatan dan kesehatan kerja diIndonesia yang menetapkan melalui perundang-undangan yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang syarat-syarat keselamatan kerja yang harus dipenuhi dan dipenuhi oleh setiap perusahaan ataupun lembaga berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang syarat-syarat keselamatan kerja yaitu: a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan. d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya. e. Memberi pertolongan pada kecelakaan. f. Member alat-alat perlindungan diri pada pekerja g. Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebarluaskan suhu, cuaca, radiasi, suara berisik atau gemuruh dan getaran, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin. h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan. i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai. j. Menyelanggarakan suhu dan lembab udara yang baik. k. Menyelenggarakan peredaan udara yang cukup. l. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban. m. Memperoleh keserasian antara proses kerjanya. n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman dan barang. o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan. p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakukan dan menyimpan barang. q. Mencegah terkenanya aliran listrik yang berbahaya. r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamatan pada pekerjaan yang berbahaya agar kecelakaannya tidak menjadi bertambah tinggi. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan syarat-syarat K3 adalah pemerintah sangat memperhatikan perlindungan kerja bagi para pekerja oleh karena itu pengelolaan kesehatan, keamanan dan keselamatan kerja (K3) harus optimal dengan memperhatikan syarat- syarat K3. Jaminan keselamatan kerja, jaminan keselamatan dan kesehatan kerja para pekerja harus diprioritaskan atau diutamakan. Jaminan keselamatan dan kesehatan dapat membuat para tenaga kerja merasa nyaman dan aman dalam melakukan suatu pekerjaan, sehingga dapat memperkecil atau bahkan mewujudkan kondisi nihil kecelakaan dan penyakit kerja. Alat Pelindung Diri (APD), Merupakan suatu perlengkapan yang sangat penting digunakan pada sat pelatihan, hal ini berfungsi guna melindungi para peserta pekerja dari risiko bahaya kecelakaan. Pakaian kerja yang merupakan hal yang harus diperhatikan dalam proses pelatihan sebab adanya pakaian kerja yang kurang nyaman dan tidak sesuai akan mengganggu proses pelatihan bisa menyebabkan terjadinya kecelakaan. Dalam menetapkan pemilihan atau pengunaan pakaian kerja, perlu diikuti ketentuan-ketentuan atau petunjuk- petunjuk dibawah ini: a. Dalam pemilihan pakaian kerja, harus diperhitungkan bahaya- bahaya yang mungkin menimpa pekerja dan pakaian kerja harus dipilih menurut kemampuannya untuk mengurangi bahaya sebesar mungkin. b. Pakaian kerja harus pas betul tanpa bagian-bagian atau tali yang longgar dan sekecil mungkin ukurannya. c. Baju longgar atau sobek, dasi dan kunci berantai atau arloji tidak boleh dipakai didekat bagian-bagian mesin yang bergerak. d. Jika kegiuatan produksi bertalian dengan bahaya peledakan atau kebakaran harus dicegah pemakiannya bahan yang terbuat dari seluloid atau bahan-bahan yang dapat terbakar lainnya ketika bekerja. e. Baju berlengan pendek lebih baik dari baju berlengan panjang yang digulung lengan atas. f. Benda-benda tajam atau runcing bahan-bahan ekspolsif atau cairan-cairan yang dapat terbakar tidak boleh dibawa didalam kantong pakaian. g. Pekerja yang menghadapi debu-debu yang dapat terbakar, ekspolsif atau beracun tidak boleh memakai baju berkantong, memiliki lipatan dan lain-lain yang mungkin menjadi tempat berkumpulnya debu. Perlatan pelindung diri merupakan perkembangan sejarah alat perlindangan diri sejalan dengan penggunaan pagar pengaman. Pada masa silam dahulu ketika tekonologi berkembang, desain alat-alat proteksi diri sama sekali tidak memadai, atau bahkan tidak menggunakan sama sekali karena mereka lebih senang tanpa perlindungan dengan akibat mungkin terjadi kecelakaan pada kepala, mata, kaki dan lain- lain. Sekarangpun alat-alat pelindung diri masih dianggap mengganggu pelaksanaan pelatihan. Desain dan pembuatannya merupakan suatu penghambatan yang besar. Harus diterapkan standar-standar tertentu tentangnya. Selain itu, alat-alat proteksi harus diuji terlebih dahulu dalam kemampuan perlindungannya. Macam-macam alat-alat perlindungan diri adalah: a. Kacamata b. Sepatu pengaman c. Sarung tangan d. Topi pengaman e. Perlindungan telinga
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
alat pelindung diri (APD) sangat penting untuk digunakan karna penggunaan alat pelindung diri dari bahaya risiko terjadi kecelakaan yang dapat berakibat merugikan diri sendiri dan orang lain.
Sistem manajemen kesehatan, keamanan dan keselamatan
kerja (SMK3). Kemajuan teknologi semakin berkembang pesat namu disisi lain juga jadi penyebab masalah pada keselamatan, dan kesehatan kerja (K3). Masalah ini harus segera mungkin diatasi, karena cepat atau lambat dapat menurunkan kinerja dilingkungan kerja baik pada sember daya untuk menurunkan kerja baik maupun elemen lainnya.
Menurut Rudi Suardi (2007: 3) bahwa: SMK3 adalah
bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang meliputi sturujtur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dari sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan, kebijakan, keselamatan, dan kesehatan dalam rangka pengendalian risiko dalam rangka kegiatan kerja guna tercapainya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Kontrol terhadap kegiatan K3 merupakan salah satu fungsi
dari manajemen dalam program K3 menurut Rudi Suardi (2007: 5) bahwa: ada tiga faktor yang sering menyebabkan fungsi kontrol kurang baik standar program kurang tepat atau kurang mengalami standar tersebut dan pelaksanaan standar tidak tepat.
C. Identifikasi Resiko Pada Industri Besar
1. Faktor Kimia Risiko kesehatan timbul dari pajanan berbagai bahan kimia. Banyak bahan kimia yang memiliki sifat beracun dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan kerusakan pada sistem tubuh dan organ lainnya. Bahan kimia berbahaya dapat berbentuk padat, cairan, uap, gas, debu, asap atau kabut dan dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara utama antara lain menghirup, menelan dan penyerapan ke dalam kulit atau kontak invasif. Pada industri besar bahan- bahan kimia digunakan untuk berbagai keperluan di tempat kerja. bahan tersebut dapat berupa suatu produk akhir atau bagian bentuk bahan baku yang digunakan untuk membuat suatu produk. Juga dapat digunakan sebagai pelumas, pembersih dan bahan bakar untuk proses produksi. Berikut cara mencegah atau mengurangi bahaya pada faktor resiko kimia yang perlu diketahui dalam lingkup industri: Mengetahui wujud bahan kimia selama proses kerja. Hal ini dapat membantu untuk menentukan bagaimana bahan kimia bisa kontak atau masuk ke dalam tubuh dan bagaimana paparan dapat dikendalikan. Mampu mengenali, menilai serta mengendalikan risiko kimia misalnya dengan memasang peralatan pembuangan (exhaust) pada sumber polutan, menggunakan rotasi pekerjaan untuk mempersingkat pajanan pekerja terhadap bahaya. Menyediakan jenis alat pelidung diri (APD) yang diperlukan untuk melindungi pekerja seperti respirator dan sarung tangan. Mengikuti sistem komunikasi bahaya bahan kimia yang sesuai melalui lembar data keselamatan (LDK) dan label serta menginterprestasikan LDK dan label tersebut. 2. Faktor Fisik Faktor fisik adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika antara lain kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja, gelombang mikro dan sinar ultra violet. Faktor-faktor ini mungkin bagian tertentu yang dihasilkan dari proses produksi atau produk samping yang tidak diinginkan. Berikut cara mencegah atau mengurangi bahaya pada faktor resiko fisik yang perlu diketahui dalam lingkup industri: Identifikasi sumber umum penyebab kebisingan seperti mesin, sistem ventilasi dan alat listrik. Berikan pelumas pada mesin agar mengurangi tingkat kebisingan atau ganti mesin dengan yang baru apabila sudah tidak memungkinkan untuk beroperasi. Gunakan APD seperti penutup telinga (earplug/earmuff) pada lokasi yang mempunyai tingkat kebisingan yang lebih besar. Menyediakan penerangan yang sesuai pada lokasi pekerjaan. Memasang peredam getaran pada pegangan dan kursi kendaraan atau sistem remote control. Mengurangi beban fisik dalam bekerja dalam keadaan suhu panas dan memastikan setiap pekerja memiliki air dan mendapat istirahat yang cukup. 3. Faktor Biologi Faktor biologi merupakan faktor akibat penyakit yang berada dilingkungan kerja. Kebersihan dan suhu dilokasi kerja kerap menjadi pemicunya, oleh karena itu di setiap industri besar harus mempunyai ventilasi yang memadai sehingga sirkulasi udara dapat berlangsung dengan baik. begitu pun kebersihan yang menjadi faktor utama kesehatan di lingkungan industri agar para pekerja tidak mudah rentan terserang penyakit. Berikut cara mencegah atau mengurangi bahaya pada faktor biologi yang perlu diketahui dalam lingkup industri: Menyediakan ventilasi udara yang memadai agar keadaan suhu ruangan tetap terjaga. Memberikan vaksin kepada setiap pekerja secara berkala. Memeriksa kesehatan seluruh pekerja secara bertahap untuk mengetahui status kesehatan pekerja. 4. Faktor Ergonomi Penyusunan tempat kerja dan tempat duduk yang sesuai harus diatur sedemikian sehingga tidak ada pengaruh yang berbahaya bagi kesehatan. Tempat – tempat duduk yang cukup dan sesuai harus disediakan untuk pekerja – pekerja, dan pekerja pun harus diberi kesempatan yang cukup untuk menggunakannya. Berikut cara mencegah atau mengurangi bahaya pada faktor ergonimi yang perlu diketahui dalam lingkup industri: Menyediakan posisi kerja atau duduk yang sesuai, meliputi sandaran, kursi / bangku dan / atau tikar bantalan untuk berdiri. Desain workstation sehingga alat-alat mudah dijangkau dan bahu pada posisi netral, rileks dan lengan lurus ke depan ketika bekerja. Jika memungkinkan, pertimbangkan rotasi pekerjaan dan memberikan istirahat yang teratur dari pekerjaan intensif. Hal ini dapat mengurangi risiko kram berulang dan tingkat kecelakaan dan kesalahan. 5. Faktor Psikologi pada industri besar psikologi pekerja terkadang kerap terganggu. hal tersebut terkadang dilatarbelakangi oleh beban kerja yang berat serta tuntutan dan peraturan yang mengikatnya terkadang membuat pekerja merasa terkekang sehingga dapat menggangu kinerja saat berada di lapangan. Tidak hanya hal itu saja, terkadang mengganggu, mengintimidasi serta menghina kerap terjadi di lingkungan pekerjaan oleh karena itu tidak sedikit tenaga pekerja yang memutuskan untuk mengundurkan diri dari perusahaan yang dinaunginya. Berikut cara mencegah atau mengurangi bahaya pada faktor psikologis yang perlu diketahui dalam lingkup industri: Perusahaan menyediakan program konseling dan dukungan kepada pekerja. Memberikan waktu untuk melepaskan penat dari beban kerja, Misalnya : rekreasi yang diselenggarakan oleh pihak perusahaan.