Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tentang Kesehatan Kerja


Pelaksanaan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya untuk
menciptakan tempat atau lingkungan kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan sehingga dapat mengurangi atau terbebas dari
kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja suatu perusahaan
atau lingkungan kerja.
Kesehatan tidak hanya berarti terbebasnya seseorang dai penyakit,
tetapi pengertian sehat mempunyai makna sehat secara fisik, mental dan
juga sehat secara social. Guna melindungi pekerja terhadap setiap
gangguan yang timbul dari pelatihan atau lingkungan kerja serta untuk
meningkatkan kesehatan kerja dan jasmani, kondisi mental atau rohani dan
kemampuan fisik pekerja maka perlu adanya pemeliharaan kerja terhadap
para pekerja. Para pekerja dapat bekerja dengan baik apabila kesehatan
dari peserta para pekerja tidak mengalami gangguan yang cukup berarti.
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2009:161) bahwa :
“kesehatan kerja adalah menunjukan pada kondisi yang bebas dari
gangguan fisik, mental, emosi, atau rasa sakit yang disebabkan oleh
lingkungan kerja”.
Bentuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan didalam suatu
lembaga pada umumnya akan sama bervariasi. Ada yang melengkapi
dengan tenaga ahli sendiri namun karna dirasa kurang mampu ada yang
mempersiapkan tenaga medis pada hari-hari tertentu saja. Apabila pada
Balai Latihan Kerja memberikan dan menjamin pelayanan kesehatan yang
cukup baik kepada para pekerja, maka dengan kondisi kesehatan yang
cukup baik para pekerj akan dapat mengikuti pelatihan kerja dengan baik
dan berjalan dengan lancar.
Bedasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan kesehatan kerja
adalah sehat tidak hanya berarti terbebasnya seseorang dari penyakit tetapi
pengertian sehat mempunyai makna sehat secara fisik, mental, dan social.
Suatu pelayanan kesehatan terhadap seseorang didalam bekerjaan yang
dimaksudkan untuk memelihara kondisi kesehatan demi peningkatan
produktivitas.
B. Pengertian Tentang Keselamatan Kerja (K3)
Keselamata kerja merupakan aspek penting dalam pekerjaan.
Keselamatan kerja selalu menjadi perhatian utama pada saat melakukan
pekerjaan, hal ini karena keselamatan kerja mempunyai konstribusi
penting dalam peningkatan kinerja dan produktivitas pekerja.
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2009:161) bahwa :
keselamatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja
pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya
untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
Bedasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan Keselamatan
Kerja adalah suatu kondisi terciptanya jamnan keselamatan atas segala
sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan yang mencakup tenaga kerja,
alat-alat kerja, proses kerja serta lingkungan kerja.
Progam K3 merupakan upaya untuk menghindari dari
menanggulangi terjadinya kecelakaan serta peningkatan kondisi kesehatan
kerja. Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2009:162) bahwa : tujuan
keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut :
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehtan
kerja baik fiisik, social, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-
baiknya seefektif mungkin.
c. Agar semua hasil poduksi dipelihara keaamanannya.
d. Agar ada jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai
e. Agar meningkat kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
lingkungan atau kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
Bedasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa maksu d
dan tujuan K3 pada hakekat adalah demi keefektifan lembaga serta
peningkatan daya produktivitas kerja. Jika hal tersebut dapat dicapai
makan lembaga dapat meningkatkan keuntungan secara substansial
demi keberlangsungan lembaga tersebut.
Ruang lingkup keselamatan dan kesehatan kerja mencangkup hal
yang sangat luas sehingga diperlukan pengelolaan yang sesuai agar
program keselamatan dan kesehatan kerja dapat tercapai dengan baik.
Syarat-syarat kesehatan, keamanan dan keselamatan kerja (K3),
pemerintah dalam kegiatan mengelola keselamatan dan kesehatan kerja
diIndonesia yang menetapkan melalui perundang-undangan yaitu
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang syarat-syarat
keselamatan kerja yang harus dipenuhi dan dipenuhi oleh setiap
perusahaan ataupun lembaga berdasarkan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1970 tentang syarat-syarat keselamatan kerja yaitu:
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. Member alat-alat perlindungan diri pada pekerja
g. Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebarluaskan suhu,
cuaca, radiasi, suara berisik atau gemuruh dan getaran, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik
fisik maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelanggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k. Menyelenggarakan peredaan udara yang cukup.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara proses kerjanya.
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman dan barang.
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakukan
dan menyimpan barang.
q. Mencegah terkenanya aliran listrik yang berbahaya.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamatan pada pekerjaan yang
berbahaya agar kecelakaannya tidak menjadi bertambah tinggi.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan syarat-syarat K3
adalah pemerintah sangat memperhatikan perlindungan kerja bagi para
pekerja oleh karena itu pengelolaan kesehatan, keamanan dan
keselamatan kerja (K3) harus optimal dengan memperhatikan syarat-
syarat K3.
Jaminan keselamatan kerja, jaminan keselamatan dan kesehatan
kerja para pekerja harus diprioritaskan atau diutamakan. Jaminan
keselamatan dan kesehatan dapat membuat para tenaga kerja merasa
nyaman dan aman dalam melakukan suatu pekerjaan, sehingga dapat
memperkecil atau bahkan mewujudkan kondisi nihil kecelakaan dan
penyakit kerja.
Alat Pelindung Diri (APD), Merupakan suatu perlengkapan yang
sangat penting digunakan pada sat pelatihan, hal ini berfungsi guna
melindungi para peserta pekerja dari risiko bahaya kecelakaan. Pakaian
kerja yang merupakan hal yang harus diperhatikan dalam proses
pelatihan sebab adanya pakaian kerja yang kurang nyaman dan tidak
sesuai akan mengganggu proses pelatihan bisa menyebabkan
terjadinya kecelakaan. Dalam menetapkan pemilihan atau pengunaan
pakaian kerja, perlu diikuti ketentuan-ketentuan atau petunjuk-
petunjuk dibawah ini:
a. Dalam pemilihan pakaian kerja, harus diperhitungkan bahaya-
bahaya yang mungkin menimpa pekerja dan pakaian kerja
harus dipilih menurut kemampuannya untuk mengurangi
bahaya sebesar mungkin.
b. Pakaian kerja harus pas betul tanpa bagian-bagian atau tali
yang longgar dan sekecil mungkin ukurannya.
c. Baju longgar atau sobek, dasi dan kunci berantai atau arloji
tidak boleh dipakai didekat bagian-bagian mesin yang
bergerak.
d. Jika kegiuatan produksi bertalian dengan bahaya peledakan
atau kebakaran harus dicegah pemakiannya bahan yang terbuat
dari seluloid atau bahan-bahan yang dapat terbakar lainnya
ketika bekerja.
e. Baju berlengan pendek lebih baik dari baju berlengan panjang
yang digulung lengan atas.
f. Benda-benda tajam atau runcing bahan-bahan ekspolsif atau
cairan-cairan yang dapat terbakar tidak boleh dibawa didalam
kantong pakaian.
g. Pekerja yang menghadapi debu-debu yang dapat terbakar,
ekspolsif atau beracun tidak boleh memakai baju berkantong,
memiliki lipatan dan lain-lain yang mungkin menjadi tempat
berkumpulnya debu.
Perlatan pelindung diri merupakan perkembangan sejarah
alat perlindangan diri sejalan dengan penggunaan pagar
pengaman. Pada masa silam dahulu ketika tekonologi
berkembang, desain alat-alat proteksi diri sama sekali tidak
memadai, atau bahkan tidak menggunakan sama sekali karena
mereka lebih senang tanpa perlindungan dengan akibat
mungkin terjadi kecelakaan pada kepala, mata, kaki dan lain-
lain. Sekarangpun alat-alat pelindung diri masih dianggap
mengganggu pelaksanaan pelatihan. Desain dan pembuatannya
merupakan suatu penghambatan yang besar. Harus diterapkan
standar-standar tertentu tentangnya. Selain itu, alat-alat proteksi
harus diuji terlebih dahulu dalam kemampuan
perlindungannya.
Macam-macam alat-alat perlindungan diri adalah:
a. Kacamata
b. Sepatu pengaman
c. Sarung tangan
d. Topi pengaman
e. Perlindungan telinga

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa


alat pelindung diri (APD) sangat penting untuk digunakan
karna penggunaan alat pelindung diri dari bahaya risiko terjadi
kecelakaan yang dapat berakibat merugikan diri sendiri dan
orang lain.

Sistem manajemen kesehatan, keamanan dan keselamatan


kerja (SMK3). Kemajuan teknologi semakin berkembang pesat
namu disisi lain juga jadi penyebab masalah pada keselamatan,
dan kesehatan kerja (K3). Masalah ini harus segera mungkin
diatasi, karena cepat atau lambat dapat menurunkan kinerja
dilingkungan kerja baik pada sember daya untuk menurunkan
kerja baik maupun elemen lainnya.

Menurut Rudi Suardi (2007: 3) bahwa: SMK3 adalah


bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang meliputi
sturujtur organisasi, perencanaan, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses dari sumber daya yang
dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian, dan pemeliharaan, kebijakan, keselamatan, dan
kesehatan dalam rangka pengendalian risiko dalam rangka
kegiatan kerja guna tercapainya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif.

Kontrol terhadap kegiatan K3 merupakan salah satu fungsi


dari manajemen dalam program K3 menurut Rudi Suardi
(2007: 5) bahwa: ada tiga faktor yang sering menyebabkan
fungsi kontrol kurang baik standar program kurang tepat atau
kurang mengalami standar tersebut dan pelaksanaan standar
tidak tepat.

C. Identifikasi Resiko Pada Industri Besar


1. Faktor Kimia
Risiko kesehatan timbul dari pajanan berbagai bahan kimia. Banyak
bahan kimia yang memiliki sifat beracun dapat memasuki aliran darah
dan menyebabkan kerusakan pada sistem tubuh dan organ lainnya.
Bahan kimia berbahaya dapat berbentuk padat, cairan, uap, gas, debu,
asap atau kabut dan dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara
utama antara lain menghirup, menelan dan penyerapan ke dalam kulit
atau kontak invasif.
Pada industri besar bahan- bahan kimia digunakan untuk berbagai
keperluan di tempat kerja. bahan tersebut dapat berupa suatu produk
akhir atau bagian bentuk bahan baku yang digunakan untuk membuat
suatu produk. Juga dapat digunakan sebagai pelumas, pembersih dan
bahan bakar untuk proses produksi.
Berikut cara mencegah atau mengurangi bahaya pada faktor resiko
kimia yang perlu diketahui dalam lingkup industri:
 Mengetahui wujud bahan kimia selama proses kerja. Hal ini dapat
membantu untuk menentukan bagaimana bahan kimia bisa kontak
atau masuk ke dalam tubuh dan bagaimana paparan dapat
dikendalikan.
 Mampu mengenali, menilai serta mengendalikan risiko kimia
misalnya dengan memasang peralatan pembuangan (exhaust)
pada sumber polutan, menggunakan rotasi pekerjaan untuk
mempersingkat pajanan pekerja terhadap bahaya.
 Menyediakan jenis alat pelidung diri (APD) yang diperlukan
untuk melindungi pekerja seperti respirator dan sarung tangan.
 Mengikuti sistem komunikasi bahaya bahan kimia yang sesuai
melalui lembar data keselamatan (LDK) dan label serta
menginterprestasikan LDK dan label tersebut.
2. Faktor Fisik
Faktor fisik adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika
antara lain kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja, gelombang
mikro dan sinar ultra violet. Faktor-faktor ini mungkin bagian tertentu
yang dihasilkan dari proses produksi atau produk samping yang tidak
diinginkan.
Berikut cara mencegah atau mengurangi bahaya pada faktor resiko
fisik yang perlu diketahui dalam lingkup industri:
 Identifikasi sumber umum penyebab kebisingan seperti mesin,
sistem ventilasi dan alat listrik.
 Berikan pelumas pada mesin agar mengurangi tingkat kebisingan
atau ganti mesin dengan yang baru apabila sudah tidak
memungkinkan untuk beroperasi.
 Gunakan APD seperti penutup telinga (earplug/earmuff) pada
lokasi yang mempunyai tingkat kebisingan yang lebih besar.
 Menyediakan penerangan yang sesuai pada lokasi pekerjaan.
 Memasang peredam getaran pada pegangan dan kursi kendaraan
atau sistem remote control.
 Mengurangi beban fisik dalam bekerja dalam keadaan suhu panas
dan memastikan setiap pekerja memiliki air dan mendapat istirahat
yang cukup.
3. Faktor Biologi
Faktor biologi merupakan faktor akibat penyakit yang berada
dilingkungan kerja. Kebersihan dan suhu dilokasi kerja kerap menjadi
pemicunya, oleh karena itu di setiap industri besar harus mempunyai
ventilasi yang memadai sehingga sirkulasi udara dapat berlangsung
dengan baik. begitu pun kebersihan yang menjadi faktor utama
kesehatan di lingkungan industri agar para pekerja tidak mudah rentan
terserang penyakit.
Berikut cara mencegah atau mengurangi bahaya pada faktor biologi
yang perlu diketahui dalam lingkup industri:
 Menyediakan ventilasi udara yang memadai agar keadaan suhu
ruangan tetap terjaga.
 Memberikan vaksin kepada setiap pekerja secara berkala.
 Memeriksa kesehatan seluruh pekerja secara bertahap untuk
mengetahui status kesehatan pekerja.
4. Faktor Ergonomi
Penyusunan tempat kerja dan tempat duduk yang sesuai harus diatur
sedemikian sehingga tidak ada pengaruh yang berbahaya bagi
kesehatan. Tempat – tempat duduk yang cukup dan sesuai harus
disediakan untuk pekerja – pekerja, dan pekerja pun harus diberi
kesempatan yang cukup untuk menggunakannya.
Berikut cara mencegah atau mengurangi bahaya pada faktor ergonimi
yang perlu diketahui dalam lingkup industri:
 Menyediakan posisi kerja atau duduk yang sesuai, meliputi
sandaran, kursi / bangku dan / atau tikar bantalan untuk berdiri.
 Desain workstation sehingga alat-alat mudah dijangkau dan bahu
pada posisi netral, rileks dan lengan lurus ke depan ketika bekerja.
 Jika memungkinkan, pertimbangkan rotasi pekerjaan dan
memberikan istirahat yang teratur dari pekerjaan intensif. Hal ini
dapat mengurangi risiko kram berulang dan tingkat kecelakaan dan
kesalahan.
5. Faktor Psikologi
pada industri besar psikologi pekerja terkadang kerap terganggu. hal
tersebut terkadang dilatarbelakangi oleh beban kerja yang berat serta
tuntutan dan peraturan yang mengikatnya terkadang membuat pekerja
merasa terkekang sehingga dapat menggangu kinerja saat berada di
lapangan. Tidak hanya hal itu saja, terkadang mengganggu,
mengintimidasi serta menghina kerap terjadi di lingkungan pekerjaan
oleh karena itu tidak sedikit tenaga pekerja yang memutuskan untuk
mengundurkan diri dari perusahaan yang dinaunginya.
Berikut cara mencegah atau mengurangi bahaya pada faktor psikologis
yang perlu diketahui dalam lingkup industri:
 Perusahaan menyediakan program konseling dan dukungan kepada
pekerja.
 Memberikan waktu untuk melepaskan penat dari beban kerja,
Misalnya : rekreasi yang diselenggarakan oleh pihak perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai