Anda di halaman 1dari 26

TUGAS

PENGEMBANGAN PROGRAM PENGAJARAN BIOLOGI

DOSEN PENGAMPU: Dr. YULA MIRANDA, M.Pd

OLEH : KELOMPOK 4 (EMPAT)

1. ELVINA DESTI(ACD 116 036)


2. MELANI (ACD 116 053)
3. RUSTIANA (ACD 116 055)

KELAS :B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAN PALANGKA RAYA
2019
1. MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan
penyelidikan. Pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi
siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir)
terkait dengan proses-proses berpikir reflektif.
Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan
penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuaan bukanlah
sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan
sendiri. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak
terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah, diharapkan siswa
berkembang secara utuh baik intelektual, mental, emosi, maupun pribadinya.

2. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH


Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning/PBL) adalah suatu model pembelajaran yang dirancang pada proses
penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah agar siswa mendapat
pengetahuan penting. Dengan demikian diharapkan siswa mahir dalam
memecahkan masalah, memiliki model belajar sendiri dan memiliki kecakapan
berpartisipasi dalam tim. Dengan pendekatan model PBL memberikan peluang
bagi siswa untuk melakukan penelitian dengan berbasis masalah nyata dan
autentik. Model pembelajaran berbasis masalah sebaiknya memenuhi kriteria:
kompleks, struktur tidak jelas, terbuka dan autentik.

Peran Guru sebagai pelatih dalam pembelajaran berbasis masalah:


 Asking about thinking (bertanya tentang pemikiran).
 Memonitor pembelajaran.
 Probbing ( menantang siswa untuk berpikir ).
 Menjaga agar siswa terlibat.
 Mengatur dinamika kelompok.
 Menjaga berlangsungnya proses.
Peran Siswa sebagai Problem Solver dalam pembelajaran berbasis masalah
 Peserta yang aktif.
 Terlibat langsung dalam pembelajaran.
 Membangun pembelajaran.

3. MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING


Model Discovery Learning mengacu kepada teori belajar yang didefinisikan
sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan
pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.
Dalam mengaplikasikan model pembelajaran Discovery Learning guru berperan
sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar
secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan
mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini
ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student
oriented. Discovery Learning dapat:
 Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-
keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan
kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
 Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh
karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
 Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil.
 Model pembelajaran ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat
dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.
 Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan
melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
4. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
mengutamakan eksistensi kelompok. Setiap siswa dalam kelompok memiliki
tingkat kemampuan yang berbeda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika mungkin
anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda dan memperhatikan
kesetaraan gender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kolaborasi
dalam memecahkan masalah untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan model pembelajaran kooperatif ialah
hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai
keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.

5. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROJEK/PROYEK


Pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) adalah model
pembelajaran yang menggunakan proyek sebagai inti pembelajaran
(permendikbud, 2014:20). Model pembelajaran ini merupakan model
pembelajaran inovatif yang melibatkan kerja proyek dimana peserta didik bekerja
secara mandiri dalam mengkonstruksi pembelajarannya dan mengkulminasikannya
dalam produk nyata
Model pembelajaran Project Based Learnin dikembangkan berdasarkan
tingkat perkembangan berfikir siswa dengan berpusat pada aktivitas belajar siswa
sehingga memungkinkan mereka untuk beraktivitas sesuai dengan keterampilan,
kenyamanan, dan minat belajarnya. Model ini memberikan kesempatan pada siswa
untuk menentukan sendiri proyek yang akan dikerjakannya baik dalam hal
merumuskan pertanyaan yang akan dijawab, memilih topik yang akan diteliti,
maupun menentukan kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Peran guru dalam
pembelajaran adalah sebagai fasilitator, menyediakan bahan dan pengalaman
bekerja, mendorong siswa berdiskusi dan memecahkan masalah, dan memastikan
siswa tetap bersemangat selama mereka melaksanakan proyek.

6. PEMBELAJARAN BERBASIS ETNOBIOLOGI


Etnobiologi dapat diartikan secara umum sebagai evaluasi ilmiah tehadap
pengetahuan tentang biologi, termasuk di dalamnya pengetahuan tentang
tetumbuhan (botani), hewan (zoologi) dan lingkungan alam (ekologi). Ditilik dari
perkembangannya, etnobiologi merupakan disiplin ilmu yang relatif baru.
Seiring perkembangan zaman, etnobiologi tidak lagi mengkaji sekedar aspek-
aspek biologi atau sosial penduduk secara parsial, tapi kini kajian etnobiologi
umumnya dilakukan secara holistik, yakni kajian aspek-aspek sosial penduduk
yang terintegrasi dengan sistem ekologi. Pasalnya, dalam mengkaji pengelolaan
dan pemanfaatan sumber daya alam, seperti flora, fauna, dan ekosistem lokal, yang
dilakukan oleh masyarakat pribumi, masyarakat lokal atau masyarakat tradisional,
umumnya menyangkut aspek-aspek sistem sosial dan ekosistem yang terintegrasi.
Misalnya, menyangkut faktor-faktor pengetahuan lokal, pemahaman, kepercayaan,
persepsi dan world view, bahasa lokal, pemilikan /penguasaan sumber daya lahan,
sistem ekonomi dan teknologi, institusi sosial, serta aspek aspek ekologis, seperti
biodiversitas, pengelolaan adaptif, daya lenting, dan penggunaan sumber daya
alam berkelanjutan.

7. PEMBELAJARAN MELALUI PEMBERDAYAAN STRATEGI


METACOGNITIVE / METACOGNITION
Istilah pembelajaran pemberdayaan strategi metacognitive merupakan istilah
pembelajaran yang suatu istilah yang diperkenalkan oleh Flavell pada tahun 1976
dan menimbulkan banyak perdebatan pada pendefinisiannya. Hal ini berakibat bahwa
metakognisi tidak selalu sama didalam berbagai macam bidang penelitian psikologi,
dan juga tidak dapat diterapkan pada satu bidang psikologi saja. Namun demikian,
pengertian metakognisi yang dikemukakan oleh para peneliti bidang psikologi, pada
umumnya memberikan penekanan pada kesadaran berpikir seseorang tentang proses
berpikirnya sendiri. Gredler (2011). Menurut Flavell & Brown dalam menyatakan
bahwa metakognisi adalah pengetahuan (knowledge) dan regulasi (regulation) pada
suatu aktivitas kognitif seseorang dalam proses belajarnya. Sedangkan Moore (2004)
menyatakan bahwa: Metakognisi mengacu pada pemahaman seseorang tentang
pengetahuannya, sehingga pemahaman yang mendalam tentang pengetahuannya akan
mencerminkan penggunaannya yang efektif atau uraian yang jelas tentang
pengetahuan yang dipermasalahkan. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan-
kognisi adalah kesadaran seseorang tentang apa yang sesungguhnya diketahuinya dan
regulasi-kognisi adalah bagaimana seseorang mengatur aktivitas kognisifnya secara
efektif. Karena itu, pengetahuan-kognisi memuat pengetahuan deklaratif, prosedural,
dan kondisional, sedang regulasi-kognisi mencakup kegiatan perencanaan, prediksi,
monitoring (pemantauan), pengujian, perbaikan (revisi), pengecekan (pemeriksaan),
dan evaluasi. Sedangkan Wellman (1985) menyatakan bahwa: Metakognisi adalah
suatu bentuk kognisi, proses berpikir urutan kedua atau lebih tinggi yang melibatkan
kontrol aktif atas proses kognitif. Hal ini dapat hanya didefinisikan sebagai berpikir
tentang berpikir atau “kognisi seseorang tentang kognisi” Metakognisi sebagai suatu
bentuk kognisi, atau proses imunisasi meliputi tingkat berpikir yang lebih tinggi,
melibatkan pengendalian terhadap aktivitas kognitif.
JAWABAN PERTANYAAN:

1) Ungkapkan pengertiannya (nomor 1 s.d. 7)


Jawab:
 Model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran penemuan. Siswa
akan dituntut untuk menemukan serta mencari jawaban atas suatu
permasalahan yang tentunya dilakukan dengan cara sistematis, logis dan kritis
dan dianalisis dengan perhitungan yang matang. Guru hanya dituntut sebagai
fasilitator.
 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning/PBL) adalah
suatu model pembelajaran yang dirancang pada proses penyelesaian masalah
yang dihadapi secara ilmiah agar siswa mendapat pengetahuan penting.
Dengan demikian diharapkan siswa mahir dalam memecahkan masalah,
memiliki model belajar sendiri dan memiliki kecakapan berpartisipasi dalam
tim.
 Model Pembelajaran Discovery Learning adalah peserta didik didorong
untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan
mencari informasi sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk
(konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk
akhir.
 Model pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk bekerja sama dalam
kelompok yang akan mendorong munculnya gagasan yang lebih bermutu,
meningkatkan kreativitas dalam berpikir, meningkatkan kemampuan para
siswa untuk berinteraksi dengan orang sekitarnya dan mengharga perbedaan
yang ada.
 Model pembelajaran berbasis projek/proyek adalah sebuah model
pembelajaran yang menggunakan proyek (kegiatan) sebagai inti pembelajaran.
 Pembelajaran Berbasis Etnobiologi adalah sebagai evaluasi ilmiah tehadap
pengetahuan tentang biologi, termasuk di dalamnya pengetahuan tentang
tetumbuhan (botani), hewan (zoologi) dan lingkungan alam (ekologi). Ditilik
dari perkembangannya, etnobiologi merupakan disiplin ilmu yang relatif baru.
 Metode dan strategi pembelajaran sebagai prinsip-prinsip yang mendasari
kegiatan dan mengarahkan perkembangan peserta didik dalam proses
pembelajaran.

2) Bagaimana langkah-langkahnya/pelaksanaan di kelas.


 Langkah-langkah model pembelajaran inkuiri :
1. Orientasi terhadap Masalah
Untuk mengorientasikan siswa terhadap masalah ini, guru harus memiliki
kreativitas sehingga stimulus atau rangsangan yang diberikan benar-benar
menarik bagi siswa. Rasa ingin tahu akan suatu hal akan membimbing siswa
terhadap suatu permasalahan untuk dipelajari bersama-sama di kelas atau
kelompoknya.
2. Merumuskan Masalah
Ketika rangsangan atau stimulus yang diberikan oleh guru bekerja dengan
baik, maka dalam pemikiran siswa akan muncul pertanyaan-pertanyaan dan
permasalahan-permasalahan yang akan menjadi basis dan tujuan pembelajaran
tersebut. Jika pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa belum
memenuhi harapan guru, maka gurupun dapat memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang akan mengarahkan siswa pada "pertanyaan besar dan
penting" yang seharusnya menjadi tujuan pembelajaran itu.
3. Mengajukan Hipotesis
Perumusan hipotesis didasarkan pada informasi-informasi yang selama ini
telah mereka miliki. Hipotesis ini nantinya harus diuji kebenarannya. Untuk
melanjutkan sampai tahap ini, tentunya terlebih dahulu siswa harus
mengumpulkan data atau informasi-informasi yang dibutuhkan dan relevan.
4. Mengumpulkan Informasi (Data)
siswa bersama kelompoknya harus mengumpulkan sebanyak dan
selengkap mungkin data dan informasi yang dibutuhkan.
5. Menguji Hipotesis
Setelah berkutat dengan beragam sumber belajar (sumber informasi) yang
tersedia dan sumber data yang ada, siswa kemudian akan diajak untuk
memproses data dan informasi yang diperoleh. Mereka dapat belajar
mengorganisasikan data ke dalam tabel-tabel, daftar-daftar, atau ringkasan
yang akan mempermudah mereka dalam menguji kebenaran hipotesis yang
telah mereka susun dilangkah sebelumnya. Di sini mungkin saja terjadi
semacam perbedaan antara informasi yang baru mereka peroleh dengan
informasi yang telah mereka miliki sebelumnya. Proses berpikir kreatif, kritis,
dan analitis akan dibutuhkan di tahap ini, sehingga mereka dapat menguji
hipotesis.
6. Menyimpulkan
Pada akhir langkah model pembelajaran inkuiri, siswa kemudian akan dapat
membuat kesimpulan mereka masing-masing tentang hasil pengujian hipotesis
yang telah dilakukan.
 Langkah-langkah pelaksanaan Problem Based Learning :
1. Orientasi terhadap masalah
Guru menyajikan masalah nyata kepada peserta didik.
2. Organisasi belajar
Guru memfasilitasi peserta didik untuk memahami masalah nyata yang
telah disajikan, yaitu mengidentifikasi apa yang mereka ketahui, apa yang
perlu mereka ketahui, dan apa yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan
masalah. Peserta didik berbagi peran/tugas untuk menyelesaikan masalah
tersebut.
3. Penyelidikan individual maupun kelompok
Guru membimbing peserta didik melakukan pengumpulan data/informasi
(pengetahuan, konsep, teori) melalui berbagai macam cara untuk
menemukan berbagai alternatif penyelesaian masalah.
4. Pengembangan dan penyajian hasil penyelesaian masalah
Guru membimbing peserta didik untuk menentukan penyelesaian masalah
yang paling tepat dari berbagai alternatif pemecahan masalah yang peserta
didik temukan. Peserta didik menyusun laporan hasil penyelesaian
masalah, misalnya dalam bentuk gagasan, model, bagan, atau Power Point.
5. Analisis dan evaluasi proses penyelesaian masalah
Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan. refleksi atau evaluasi
terhadap proses penyelesaian masalah yang dilakukan.

 Langkah-langkah Discovary :
1. Pemberian Rangsangan (Stimulation)
Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.
2. Identifikasi Masalah (Problem statement)
Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisa
permasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam
membangun pemahaman siswa agar terbiasa untuk menemukan masalah.
3. Pengumpulan Data (Data Collection)
Tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar
tidaknya hipotesis, dengan memberi kesempatan siswa mengumpulkan
berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek,
wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan
sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif
untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang
dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan
masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
4. Pengolahan Data (Data Processing)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang
telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan
sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara,
observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan,
ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan
pada tingkat kepercayaan tertentu.
5. Pembuktian (Verification)
Pada tahap ini siswa memeriksa secara cermat untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan temuan alternatif,
dihubungkan dengan hasil data yang telah diolah. Verifikasi bertujuan agar
proses belajar berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan
atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya.
6. Menarik Kesimpulan/ Generalisasi (Generalization)
Tahap generalisasi adalah proses menarik kesimpulan yang dapat dijadikan
prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama,
dengan memperhatikan hasil verifikasi.

 Langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif :


Ibrahim (2000: 10) mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif yang terdiri atas 6 langkah, yaitu:
 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
 Menyajikan informasi
 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
 Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
 Evaluasi
 Memberikan penghargaan
Langkah-langkah di atas menunjukkan bahwa pelajaran dimulai yaitu
guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.
langkah ini diikuti oleh penyajian informasi, seringkali dengan bahan bacaan
daripada secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim
belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama
untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Langkah terakhir pembelajaran
kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok atau evaluasi
tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap
usaha-usaha kelompok maupun individu agar siswa dapat termotivasi dalam
mengikuti model pembelajaran kooperatif atau kerja kelompok. Jadi
pembelajaran kooperatif sangat positif dalam menumbuhkan kebersamaan
dalam belajar pada setiap siswa sekaligus menuntut kesadaran dari siswa
untuk aktif dalam kelompok, karena jika ada siswa yang pasif dalam
kelompok maka hal itu dapat mempengaruhi kualitas pelaksanaan
pembelajaran kooperatif khususnya berkaitan dengan rendahnya kerjasama
dalam kelompok.

 Langkah-Langkah (Sintaks) Model Pembelajaran Berbasis Proyek


1. Penentuan Pertanyaan Mendasar atau Esensial
Model pembelajaran berbasis proyek menekankan pada prinsip
konstruktivis, di mana siswa diharapkan dapat membangun sendiri
pengetahuannya berdasarkan pengalaman belajar yang dilakukannya secara
mandiri. Oleh karena itu penting sekali jika pembelajaran berbasis proyek
dimulakan dari sebuah pertanyaan mendasar atau esensial yang nantinya akan
menjadi masalah yang harus dipecahkan melalui proyek yang dibuat oleh
siswa. Guru dapat melakukan hal ini dengan terlebih dahulu memberikan
stimulus, misalnya tayangan-tayangan video yang menarik, atau
menghadirkan bentuk-bentuk permasalahan nyata di sekitar mereka yang
kemudian dikemas untuk disajikan di awal pembelajaran. Dari sinilah
kemudian pertanyaan-pertanyaan muncul untuk diselesaikan oleh siswa
melalui proyek.
2. Mendesain Perencanaan Proyek
Siswa bekerja secara berkelompok untuk membuat sebuah perencanaan
bagaimana proyek mereka dilaksanakan. Tentunya bantuan guru diperlukan
untuk menjaga agar proyek yang direncanakan rasional dan logis serta
bermanfaat bagi pembelajaran mereka.
3. Menyusun Jadwal
Walapun pembelajaran berbasis proyek memberikan keleluasaan kepada
siswa untuk berkreasi menentukan bagaimana proyek mereka dibuat dan
dilaksanakan, mereka tetap harus membuat sebuah penjadwalan yang menjaga
agar proyek dapat terselesaikan secara baik dengan menggunakan waktu yang
efektif. Di sinilah kemampuan berpikir siswa juga dilatih untuk kritis dan
pandai memperkirakan hal-hal apa yang perlu mereka lakukan untuk
persiapan, pembuatan, hingga proyek mereka dapat terselesaikan tanpa harus
molor dari batas waktu yang ditetapkan oleh guru.
4. Memonitor Kemajuan proyek
Langkah keempat ini tidak hanya dilihat daria aspek guru saja, tetapi
jugaharus dilihat dari aspek siswa. Guru dan siswa (kelompok siswa) harus
memonitor kemajuan proyek yang mereka buat. Apakah sudah berjalan sesuai
perencanaan mereka atau belum? Apa hambatan yang ditemui? Lalu apa saja
upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya? Kemajuan proyek perlu
tersus dipantau oleh guru yang mungkin dapat memberikan bantuan tambahan
jika memang diperlukan. Selain itu siswa juga harus belajar bekerja sesuai
rencana jadwal yang mereka buat, apakah semuanya sudah berjalan dengan
baik.
5. Menguji Proses dan Hasil Belajar
Guru, dalam pelaksanaan model pembelajaran berbasis proyek harus
menguji (mengevaluasi) proses dan hasil belajar selama siswa melaksanakan
proyek dan di akhir proyek. Keduanya sangat penting, agar nantinya guru
dapat memberikan umpan balik, penguatan, bantuan, fasilitasi, dan sejenisnya.
Kemudian guru juga tetap harus mengevaluasi bagaimana perolehan hasil
belajar siswa, baik dari aspek sikap, keterampilan, maupun pengetahuan.
6. Melakukan Evaluasi Pengalaman Membuat Proyek atau Melaksanakan
Proyek
Guru dapat membantu siswa untuk melakukan refleksi diri dalam tujuan
membuat siswa terbiasa untuk selalu mengevaluasi pembelajaran proyek
mereka. Di akhir pembelajaran, selain guru melakukan penilaian (pengujian
proses dan hasil belajar) baik dari aspek sikap, keterampilan dan pengetahuan,
guru juga memfasilitasi siswa untuk berpikir dan mengingat kembali hal-hal
terbaim apa yang telah dapat mereka buat selama mengerjakan suatu proyek,
lalu hal-hal apa yang masih perlu diperbaiki, sehingga proyek mendatang
yang akan dilaksanakan oleh mereka akan dapat berjalan dengan lebih lancar
dan berhasil.
 Langkah-langkah pembelajaran berbasis etnobiologi
1. Guru

 Langkah-langkah pembelajaran melalui pemberdayaan strategi


metacognitive
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok
3. Guru mengemukakan suatu masalah pada setiap kelompok untuk
didiskusikan dalam kelompok
4. Guru membimbing setiap kelompok untuk mengemukakan gagasan dan
pemecahan yang tepat pada permasalahan tersebut dalam bentuk review.
5. Guru menyuruh setiap kelompok untuk memberikan hasil reviewnya pada
kelompok di samping kirinya. Posisi duduk peserta didik sebaiknya
membentuk lingkaran. Sehingga akan terjadi gerakan perputaran kertas
searah jarum jam. Jika posisi duduk berderet, sesuaikan dengan posisi
mereka asalkan semua kelompok dapat giliran untuk membaca semua
review dari kelompok lain.
6. Pada saat menerima hasil review dari kelompok di sampingnya, mereka
diminta untuk membaca hasil reviewnya dan menuliskan komentar atau
keberatan pada kertas tersebut.
7. Jika kertas hasil review tadi sudah kembali pada pemiliknya maka guru
menyuruh siswa kelompok pertama mempresentasikan hasil reviewnya
dan menjawab pertanyaan atau keberatan dari kelompok yang lain,
kemudian dilanjutkan dengan presentasi kelompok lainnya.
8. Langkah terakhir guru memberikan komentar dan kesimpulan untuk
masing-masing kelompok.

3. Bagaimana kekurangan dan kelebihan model pembelajaran


 Adapun kelebihan-kelebihan model pembelajaran inkuri adalah:
1. Terjadi peningkatan kemampuan ingatan dan pemahaman terhadap materi
pembelajaran oleh siswa, karena pengetahuan atau informasi yang mereka
peroleh berdasarkan pengalaman belajar mereka yang otentik ketika mereka
(siswa) menemukan sendiri jawaban akan pertanyaan-pertanyaan yang juga
mereka ajukan sendiri saat proses pembelajaran. Pemahaman yang mendalam
oleh siswa terhadap materi pembelajaran juga membuat mereka lebih mudah
mengaplikasikan pengetahuan itu pada situasi yang baru.
2. Model pembelajaran inkuiri meningkatkan keterampilan siswa dalam
pemecahan masalah pada situasi-situasi baru dan berbeda yang mungkin
mereka dapati pada saat-saat lain (mendatang). Sebagai hasil dari
pembelajaran inkuiri, siswa-siswa menjadi terlatih dan terbiasa menghadapi
permasalahan-permasalahan baru yang ditemui. Mereka juga mempunyai
keterampilan-keterampilan khusus untuk memecahkan masalah tersebut.
3. Model pembelajaran inkuiri membantu guru secara simultan meningkatkan
motivasi belajar siswa. Dalam model pembelajaran ini, siswa selalu diberikan
kesempatan untuk mempelajari informasi-informasi yang mereka minati atau
memecahkan masalah-masalah yang mereka formulasikan sendiri lewat
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan di awal pembelajaran. Secara alamiah
motivasi siswa akan terbangun karena apa yang informasi yang dipelajari atau
masalah yang sedang dipecahkan merupakan hal-hal yang menarik perhatian
dan pemikiran mereka.
4. Siswa dalam model pembelajaran inkuiri akan belajar bagaimana mengatur
diri mereka sendiri untuk belajar. Hal ini akan terjadi karena belajar menjadi
kebutuhan bagi mereka. Secara bertahap mereka akan belajar bagaimana
mengatur diri mereka untuk belajar secara efektif dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan dan memecahkan masalah. Proses ilmiah (metode
ilmiah) yang menjadi dasar langkah-langkah (sintaks) pembelajaran akan
terotomatisasi dalam diri siswa sehingga ketika mereka berhadapan dengan
masalah (juga di dunia nyata/kehidupan sehari-hari), maka mereka akan
menerapkan keterampilan ini.
5. Konsep-konsep dasar suatu materi pembelajaran akan dapat diingat dan
mengendap dengan baik dalam memori siswa. Konsep-konsep dasar suatu
pengetahuan sangat penting bagi perkembangan kognitif siswa sehingga akan
memudahkan mereka menyerap informasi lainnya yang berhubungan.
6. Langkah-langkah model pembelajaran inkuiri memungkinkan siswa
mempunyai waktu yang cukup untuk mengasimilasi dan mengakomodasi
setiap informasi yang relevan yang mereka peroleh, sehingga pengetahuan
yang mereka miliki akan semakin mantap, luas dan mendalam.
7. Model pembelajaran inkuiri memberikan dorongan secara tidak langsung
kepada siswa untuk bekerja sama, bersikap objektif, jujur, percaya diri, penuh
tanggung jawab, berbagi tugas dan sebagainya. Pada intinya, beragam
keterampilan akan dikuasai oleh siswa dan secara terus-menerus terasah
dalam penerapan model pembelajaran inkuiri ini.
8. Bagi siswa, ketika mereka belajar dengan model pembelajaran inkuiri, mereka
akan tahu bahwa sumber informasi itu bisa datang dari mana saja, tidak
melulu dari guru. Dan ini sangat penting untuk menjadikan mereka sebagai
orang-orang yang rajin mencari dan menggunakan informasi dari beragam
sumber, memilah-milahnya untuk mengambil yang relevan dengan kebutuhan
mereka dan kemudian mengolahnya untuk menjadikannya sebagai
pengetahuan bagi diri mereka sendiri.
9. Bagi guru yang selalu tanpa sadar terjebak dalam pola tradisional
(pembelajaran berpusat pada guru, dan pembelajaran dikuasai oleh guru),
akan dapat mereduksi kemungkinan ini dan secara berangsur-angsur guru
akan bisa menahan diri sehingga siswa tidak melulu memperoleh informasi
dari guru saja, tetapi memungkinkan kelas menjadi lebih hidup dan dinamis
dengan munculnya diskusi-diskusi di dalam kelompok dan arus pertukaran
informasi yang lebih banyak dan bermakna.
10. Saat diskusi-diskusi atau pertanyaan-pertanyaan dilontarkan oleh siswa
kepada guru atau kepada siswa lain di kelas tersebut, maka dengan mudah
guru dapat mengambil keuntungan lain, yaitu ia dapat sekaligus mengetahui
dan mengecek pemahaman dan penguasaan siswa terhadap suatu materi
pembelajaran atau suatu permasalahan.

 Kelemahan-Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri

Beberapa kelemahan model pembelajaran inkuiri dapat saja muncul dalam


suatu pembelajaran. Akan tetapi kelemahan-kelemahan ini dapat direduksi
(dikuragni) dengan kemampuan pengelolaan guru dalam melaksanakan model ini
dikelasnya. Kelemahan-kelemahan yang dapat muncul itu antara lain sebagai
berikut:
1. Permasalahan dengan waktu yang dialokasikan. Apabila guru dan siswa
belum begitu terbiasa melaksanakan model pembelajaran inkuri, maka ada
kemungkinan yang besar waktu tidak dapat dimanajemen dengan baik.
Pencarian dan pengumpulan informasi bisa saja akan memakan waktu lama
atau bahkan jauh lebih lama dibanding jika guru langsung memberi tahu siswa
tentang informasi tersebut. Godaan kepada guru untuk segera memberitahu
akan menyebabkan model pembelajaran inkuiri yang dilaksanakannya
menjadi tidak berfungsi dengan baik. Perlu kesabaran guru untuk menahan
diri dari memberi tahu secara langsung. Sebaiknya siswa diberikan
kesempatan dan waktu lebih banyak untuk belajar secara mandiri dan
memanajemen proses belajar mereka, sehingga mereka semakin terbiasa dan
waktu berangsur-angsur tak lagi akan menjadi sebuah masalah besar dalam
implementasi model pembelajaran ini.
2. Pembelajaran inkuri yang dilakukan oleh siswa dapat melenceng arahnya dari
tujuan semula karena mereka belum terbiasa melakukannya. Seringkali siswa
justru mengumpulkan informasi yang tidak relevan dan tidak begitu penting.
Oleh karena itu, peranan guru sebagai fasilitator pembelajaran yang handal
sangat diperlukan. Bersama latihan dan pembelajaran yang lebih sering,
kendala kehilangan arah ini akan dapat direduksi dengan lebih baik.
3. Pada akhir suatu pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran inkuri,
bisa saja setelah segala upaya dan kerja keras yang dilakukan oleh siswa dan
kelompoknya ternyata membuahkan hasil yang salah, keliru, kurang lengkap,
atau kurang bagus. Ini bisa jadi akan dapat menurunkan motivasi belajar
mereka. Oleh karena itu guru perlu hati-hati dan "awas" terhadap apa yang
sedang berlangsung di dalam kelompok-kelompok belajar di kelasnya agar
setiap pembelajaran yang dilaksanakan memberikan hasil yang memuaskan
bagi siswa.
4. Akan terjadi hambatan dalam pelaksanaan model pembelajaran inkuiri ini
pada siswa-siswa yang telah terbiasa menerima informasi dari guru. Siswa-
siswa yang tidak terbiasa akan ragu-ragu dalam bertindak sehingga seringkali
pembelajaran macet di tengah jalan. Kesabaran guru di awal-awal
pelaksanaan model pembelajaran ini sangat diperlukan. Ketika siswa mulai
terbiasa, keragu-raguan dalam bertindak, mencari informasi, mengolahnya
untuk kemudian membuat simpulan berdasarkan versi mereka sendiri akan
lebih mudah dan lancar.
5. Jika jumlah siswa di dalam kelas terlalu banyak, maka guru mungkin akan
mengalami kesulitan untuk memfasilitasi proses belajar seluruh siswa.
6. Ketika pembelajaran inkuiri yang selalu disetting dalam kelompok-kelompok
ini berlangsung, biasanya ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam
kelompoknya. Bagaimana cara guru memotivasi dan membantu mereka untuk
dapat besinergi dengan anggota kelompoknya lalu mengambil peranan yang
disukainya akan sangat bermanfaat untuk mereduksi keadaan-keadaan seperti
ini.

 Kelemahan dan kelebihan problem based learning


1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
2. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
3. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
4. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
5. Dapat mendorong siswa/mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara
mandiri
6. Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah
yang telah ia lakukan
7. Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna.
8. Dalam situasi PBM, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan
ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang
relevan.
9. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif
siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

 Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah


sebagai berikut :

1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini. Peserta
didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional, pemberian
materi terjadi secara satu arah.
2. Kurangnya waktu pembelajaran. Proses PBM terkadang membutuhkan waktu
yang lebih banyak. Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk
menghadapi persoalan yang diberikan. Sementara, waktu pelaksanaan PBM
harus disesuaikan dengan beban kurikulum.
3. Menurut Fincham et al. (1997), “PBL tidak menghadirkan kurikulum baru
tetapi lebih pada kurikulum yang sama melalui metode pengajaran yang
berbeda,” (hal. 419).
4. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka
untuk belajar, terutama di daerah yang mereka tidak memiliki pengalaman
sebelumnya.
5. Seorang guru mengadopsi pendekatan PBL mungkin tidak dapat untuk
menutup sebagai bahan sebanyak kursus kuliah berbasis konvensional. PBL
bisa sangat menantang untuk melaksanakan, karena membutuhkan banyak
perencanaan dan kerja keras bagi guru. Ini bisa sulit pada awalnya bagi guru
untuk “melepaskan kontrol” dan menjadi fasilitator, mendorong siswa untuk
mengajukan pertanyaan yang tepat daripada menyerahkan mereka solusi.

 kelebihan-kelebihan yang dimiliki discovery learning


1. Mendukung partisipasi aktif pembelajar dalam proses pembelajaran.
2. Menumbuhkan rasa ingin tahu pembelajar
3. Memungkinkan perkembangan keterampilan-keterampilan belajar sepanjang
hayat dari pembelajar.
4. Membuat pengalaman belajar menjadi lebih bersifat personal
5. Membuat pembelajar memiliki motivasi yang tinggi karena memberikan
kesempatan kepada mereka untuk melakukan eksperimen dan menemukan
sesuatu untuk diri mereka sendiri.
6. Membangun pengetahuan berdasarkan pada pengetahuan awal yang telah
dimiliki oleh pembelajar sehingga mereka dapat memiliki pemahaman yang
lebih mendalam.
7. Mengembangkan kemandirian dan otonomi pada diri pembelajarMembuat
pembelajar bertanggungjawab terhadap kesalahan-kesalahan dan hasil-hasil
yang mereka buat selama proses belajar
8. Merupakan cara belajar kebanyakan orang dewasa pada pekerjaan dan situasi
kehidupan nyata
9. Merupakan suatu alasan untuk mencatat prosedur-prosedur dan temuan-
temuan - seperti mengulang kesalahan-kesalahan, sebagai suatu cara untuk
menganalisis apa yang telah terjadi, dan suatu cara untuk mencatat atau
merekam temuan yang luar biasa.
10. Mengembangkan keterampilan-keterampilan kreatif dan pemecahan masalah
11. Menemukan hal-hal baru yang menarik yang belum terbayang sebelumnya
setelah pengumpulan informasi dan proses belajar yang dilakukan.

 kelemahan-kelemahan pada discovery learning (DL atau pembelajaran


penemuan) adalah sebagai berikut :
1. kadangkala terjadi kebingungan pada para pembelajar ketika tidak disediakan
semacam kerangka kerja, dan semacamnya.
2. terbentuknya miskonsepsi
3. pembelajar yang lemah mempunyai kecenderungan untuk belajar di bawah
standar yang diinginkan, dan guru seringkali gagal mendeteksi pembelajar
semacam ini (bahwa mereka membutuhkan remedi dan scaffolding)

 Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif


Adapun kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif.
Sanjaya (2006: 247) menuliskan beberapa keunggulan model pembelajaran
kooperatif sebagai berikut:

1. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu tergantung pada guru, tapi
dapat menambah kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari
berbagi sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
2. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan
ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya
dengan ide-ide orang lain.
3. Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain
dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
4. Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa
untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
5. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup ampuh untuk
meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk
mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan
yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif
terhadap sekolah.
6. Melalui pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa
untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa
dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan,
karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
7. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa
menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
8. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan
memberikan rangsangan untuk berfikir. Hal ini berguna untuk proses
pendidikan jangka panjang.
 Kelemahan model pembelajaran kooperatif
1. Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif
membutuhkan waktu yang lama. Sebagai contoh siswa yang mempunyai
kelebihan akan merasa terhambat oleh siswa yang mempunyai kemampuan
kurang, akibatnya keadaan seperti ini dapat mengganggu iklim kerjasama
dalam kelompok.
2. Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa setiap saling
membelajarkan. Oleh karena itu jika tanpa peer teaching yang efektif, bila
dibandingkan dengan pembelajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara
belajar yang demikian apa yang harus dipelajari dan dipahami tidak dicapai
oleh siswa.
3. Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif kepada hasil
kelompok, namun guru perlu menyadari bahwa hasil atau presentasi yang
diharapkan sebanarnya adalah hasil atau presentasi setiap individu siswa.
4. Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan
kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang,
dan ini tidak mungkin dicapai hanya dalam waktu satu atau beberapa kali
penerapan strategi.
5. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat
penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan
yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individu
 Kelebihan Pembelajaran Berbasis Proyek:
1. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong
kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu
untuk dihargai.
2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
3. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan
problem- problem yang kompleks.
4. Meningkatkan kolaborasi.
5. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi.
6. Meningkatkan keterampilan peserta didikdalam mengelola sumber.
7. Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik
dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-
sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
8. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara
kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
9. Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan
menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan
dengan dunia nyata.
10. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik
maupun pendidik menikmati proses pembelajaran
 Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek:
1. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
2. Membutuhkan biaya yang cukup banyak
3. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana
instruktur memegang peran utama di kelas.
4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
5. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan
informasi akan mengalami kesulitan.
6. Ada kemungkinanpeserta didikyang kurang aktif dalam kerja kelompok.
7. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda,
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.

 Keunggulan model pembelajaran enobiologi


1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajaran
2. Mengembangkan kemampuan siswa mengungkapkan ide atau gagasan
masalah.
3. Dapat meningkatkan kemampuan sosial: mengembangkan rasa harga diri dan
hubungan interpersonal yang positif.
4. Siswa lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat karena siswa diberikan
kesempatan untuk berdiskusi dan menjelaskan materi pada masing-masing
kelompok
5. Siswa lebih memahami materi yang diberikan karena dipelajari lebih dalam
dan sederhana dengan anggota kelompoknya.
6. Siswa lebih menguasai materi karena mampu mengajarkan materi tersebut
kepada teman kelompok belajarnya.
7. Siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam kelompok
8. Materi yang diberikan kepada siswa dapat merata.
9. Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif
 Kelemahan model pembelajaran etnobiologi
1. Siswa yang tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi maka akan sulit
dalam menyampaikan materi pada teman.
2. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung
mengontrol jalannya diskusi.
3. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan
mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai
tenaga ahli.
4. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
5. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti
proses pembelajaran.
6. Penugasan anggota kelompok untuk menjadi tim ahli sering tidak sesuai
antara kemampuan dengan kompetensi yang harus dipelajari.

 Kelebihan pembelajaran melalui pemberdayaan strategi metacognitive


1. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
2. Membuat siswa menjadi lebih aktif selama proses pembelajaran
berlangsung
3. Siswa mendapat kesempatan yang lebih banyak mengeksplorasi materi
bersama guru maupun teman‐temannya melalui kegiatan diskusi.
4. Pembelajaran matematika dengan pendekatan metakognitif dapat
meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika.
5. Mengurangi kecemasan siswa dalam belajar matematika
6. Membuat siswa lebih berani dalam bertanya dan menjawab pertanyaan
7. Sangat membantu siswa dalam memahami konsep dari materi yang
sedang mereka pelajari
 Kelemahan melalui pemberdayaan strategi metacognitive
1. Waktu yang tersedia relatif sedikit untuk melakukan pengembangan‐
pengembangan pembelajaran.
2. Kesulitan dalam membuat kelompok diskusi dengan anggota kelompok
yang beragam tingkat kemampuan matematikanya, sehingga diharapkan
dalam masing‐ masing kelompok terjadi kegiatan diskusi kelompok yang
produktif.
7. Keadaan kondisi kelas yang ramai, sehingga membuat siswa kurang bisa
berkonsentrasi dalam menyampaikan pembelajaran yang dikuasainya.
8. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika
ada anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas dan
pasif dalam diskusi.

Anda mungkin juga menyukai