Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Global change (perubahan global) diartikan sebagai


perubahan lingkungan secara menyeluruh, meliputi perubahan iklim,
perubahan kondisi atmosfer di udara, perubahan kondisi lahan dan
sistem ekologi yang mempengaruhi kehidupan dan pemenuhan
kebutuhan di bumi. Sesuai dengan Holocoenotic Concept, adanya
perubahan lingkungan di suatu ekosistem akan mempengaruhi
keadaan lingkungan yang lain. Salah satu isu global change yang saat
ini sedang terjadi dan berdampak cukup besar bagi dunia adalah
pemanasan global.
Pemanasan global yaitu fenomena peningkatan temperatur
global secara gradual yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas
rumah kaca (GRK). Cahaya matahari dipancarkan ke bumi dalam
bentuk radiasi gelombang pendek. Di permukaan bumi, cahaya
diserap dan dipantulkan dalam wujud radiasi infra merah gelombang
panjang. Cahaya yang dipantulkan kembali, sebagian panasnya
terperangkap di atmosfer. Menumpuknya jumlah GRK di lapisan
atmosfer mengakibatkan panas akan tersimpan di permukaan bumi
yang menyebabkan suhu rata-rata tahunan bumi meningkat
(UNFCCC, 2006). Dengan demikian, penurunan GRK menjadi salah
satu perhatian dunia dalam rangka menangani pemanasan global.
Perubahan iklim (climate change) merupakan salah satu
dampak dari pemanasan global yang mempengaruhi suhu
lingkungan. Kenaikan suhu tersebut mungkin tidak terlihat terlalu
tinggi, tetapi di negara tertentu seperti Indonesia, kenaikan itu dapat
1
memberikan dampak yang signifikan. Manusia telah demikian rentan
terhadap berbagai macam ancaman yang berkaitan dengan iklim
seperti banjir, kemarau panjang, angin kencang, longsor, dan
kebakaran hutan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian iklim ?
2. Unsur-unsur iklim ?
3. Macam-macam iklim di Indonesia ?
4. Apa penyebab perubahan iklim ?
5. Dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim ?
6. Bagaimana cara untuk mengatasi perubahan iklim ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian iklim
2. Untuk mengetahui tentang unsur-unsur iklim
3. Unrtuk dapat mengetahui macam-macam iklim di Indonesia
4. Untuk mengetahui penyebab perubahan iklim
5. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh perubahan
iklim
6. Untuk mengetahui cara untuk mengatasi perubahan iklim yang
terjadi sekarang

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Iklim
Iklim ialah suatu keadaan rata-rata dari cuaca di suatu
daerah dalam periode tertentu. Cuaca ialah suatu keadaan atmosfer
selama periode waktu yang singkat. Cuaca bisa berubah dari jam ke
jam, hari ke hari, bulan ke bulan atau bahkan tahun ke tahun. Suatu
pola cuaca daerah, yang dilacak selama lebih dari 30 tahun, dianggap
iklim.
Pengertian Iklim Menurut Para Ahli

1. World Climate Conference, 1979

Menurut Word Climate Conference iklim ialah Sintesis kejadian


suatu cuaca selama pada kurun waktu yang lama atau panjang,
yang secara statistik cukup bisa dipakai untuk bisa menunjukkan
suatu nilai statistik yang berbeda dengan sebuah keadaan disetiap
saatnya.
2. Glenn T. Trewartha, 1980
Menurut Glenn menyatakan bahwa iklim ialah sebuah Konsep
abstrak yang menyatakan suatu kebiasaan cuaca dan juga sebuah
unsur-unsur atmosfer pada suatu daerah selama jangka waktu yang
lama.
3. Gibbs, 1978

Menurut Gibbs menyatakan bahwa iklim ialah suatu peluang


statistik dalam berbagai keadaan atmosfer, antara lain yaitu suhu,
3
tekanan, angin kelembaban, yang terjadi pada sebuah daerah
selama dalam jangka waktu yang panjang.

2.2 Unsur-unsur Iklim

Ada tiga faktor penting yang mempengaruhi watak iklim


Indonesia. Pertama adalah kedudukan matahari yang berubah-
ubah. Pada periode dimana matahari berkedudukan di atas daratan
Asia menyebabkan daratan Asia memiliki temperatur udara yang
lebih tinggi yang berakibat mempunyai tekanan yang relatif lebih
rendah. Sebaiknya pada periode yang bersamaan di atas daratan
Australia temperaturnya relatif lebih rendah yang berakibat tekanan
udara relatif tinggi. Sebagai akibatnya akan bertiup masa udara dari
daratan Australia yang relatif kering menuju daratan Asia, sehingga
pada waktu melewati pulau-pulau di Indonesia tidak banyak
menimbulkan hujan kecuali di lerenglereng gunung yang tinggi
yang menghadap ke tenggara dan wilayah yang sudah jauh dari
Australia, seperti Sumatera Utara dan Kalimantan bagian barat.

Periode bertiupnya masa udara dari Australia ini biasanya


juga disebut dengan periode angin timur yang bertepatan dengan
musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia. Pada periode
kedudukan matahari di atas daratan Australia, daratan Australia
mempunyai temperature udara yang relatif tinggi sedangkan di
Asia relative rendah. Pada periode ini bertiup masa udara dari Asia
ke Australia yang bersifat relatif basah. Pada waktu melewati
Indonesia banyak menimbulkan hujan. Periode bertiupnya masa
udara Asia ini disebut periode angin barat yang bertepatan dengan
musim hujan di sebagian besar wilayah Indonesia. Factor kedua
4
adalah adanya wilayah Indonesia yang terdiri atas pulaupulau. Hal
ini menyebabkan iklim Indonesia umumnya bersifat menengah
atau moderat. Factor ketiga, di beberapa pulau di Indonesia seperti
Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Iria Jaya terdapt gunung-gunung
yang tinggi. Gunung yang tinggi ini baik secara vertikal maupun
horizontal menyebabkan terjadinya perbedaan iklim yang jelas
walaupun tempatnya tidak berjauhan. Sebagai contoh temperature
udara makin ke atas makin rendah. Sampai batas tertentu makian
ke atas curah hujan makin banyak. Di beberapa tempat lereng
gunung atau pegunungan yang menghadap ke tenggara misalnya
Jawa Timur dan Jawa Tengah mempunyai curah hujan lebih
banyak.

Unsur-unsur iklim secara umum adalah sebagai berikut :

1. Penyinaran dan suhu

Unsur dari iklim yang pertama adalah penyinaran dan juga


suhu. Penyinaran ini pastinya akan berhubungan dengan sinar
matahari yang mencapai bumi. Proses matahari dalam menyinari
Bumi disebut dengan insolasi. Sementara akibat penyinaran
matahari terhadap Bumi, Bumi akan mengalami pemanasan yang
disebut dengan radiasi. Sementara suhu akan berhubungan dengan
tekanan udara yang ada di suatu tempat. Seperti yang kita ketahui
bersama bahwa sumber penyinaran terbesar bagi Bumi adalah
matahari. Sinar matahari mempunyai peranan yang sangat penting
bagi kelangsungan kehidupan di Bumi. Setiap belahan Bumi
mendapatkan sinar matahari yang berbeda- beda antara satu dengan

5
yang lainnya. Banyak sedikitnya sinar matahari yang diterima oleh
permukaan Bumi ditentukan oleh faktor- faktor berikut ini:

 Keadaan awan

Keadaan awan menjadi faktor penentu yang sangat penting


bagi sinar matahari yang akan mencapai Bumi. Keadaan awan akan
menjadi penentu banyak sedikitnya sinar matahari yang akan
diterima oleh permukaan Bumi. Apabila awan mendung atau
berawan, sebagian dari panas matahari akan diserap oleh awan,
sehingga permukaan Bumi tidak akan memperoleh penyinaran
maksimal, dan suhu di permukaan Bumi tersebut akan lebih rendah
daripada daerah lain yang mendapat penyinaran matahari secara
maksimal.

 Keadaan permukaan Bumi

Kemudian faktor penentu banyak sedikitnya sinar matahari


yang masuk ke permukaan Bumi adalah keadaan dari permukaan
Bumi itu sendiri. bidang permukaan Bumi yang terdiri atas daratan
dan juga lautan ini sangat mempengaruhi penyerapan sinar
matahari. Daratan akan cepat menjadi panas apabila terkena
penyinaran oleh matahari dibandingkan dengan lautan.

 Sudut datang matahari

Selain keadaan awan dan juga keadaan permukaan bumi,


sudut datangnya matahari juga mempengaruhi banyak sedikitnya
sinar matahari yang masuk ke permukaan Bumi. Apabila matahari
6
dalam keadaan tegak, maka sudut datang matahari akan semakin
kecil, sehingga panas yang diterima Bumi akan semakin banyak.
Dan apabila matahari dalam keadaan miring, sudut datang matahari
akan semakin besar, akibatnya panas matahari yang diterima Bumi
pun akan semakin sedikit.

 Lamanya penyinaran matahari.

Lamanya penyinaran dari matahari juga sangat


mempengaruhi banyak sedikitnya panas yang akan ditransfer ke
Bumi. Matahari yang bersinar semakin lama maka akan
memberikan panas yang lebih banyak dibandingkan dengan
matahari yang bersibar hanya sebentar. Dan apabila panas yang
diterima Bumi ini semakin banyak, maka suhu udara di Bumi juga
semakin meningkat atau semakin tinggi.

2. Angin

Unsur dari iklim yang selanjutnya adalah angin. Angin


merupakan udara yang bergerak. Angin merupakan gerakan dari
udara yang disebabkan karena adanya perbedaan suhu, yang
selanjutnya mengakibatkan perubahan pada tekanan udara hingga
terjadilah angin. Tekanan udara akan naik apabila suhunya rendah,
dan tekanan udara akan turun apabila suhunya tinggi. Angin akan
bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang
bertekanan rendah.

7
3. Awan

Awan merupakan unsur dari cuaca dan juga iklim


selanjutnya. Awan merupakan kumpulan besar dari titik- titik air
atau kristal- kristal es yang halus di atmosfer. Udara yang naik
lama kelamaan akan menjadi dingin sehingga kelembapan
udaranya bertambah. Ketika sudah mencapai ketinggian tertentu,
maka udara itu akan jenuh dengan air dan kemudian akan berubah
menjadi awan. Ketika musim kemarau kita akan menjumpai awan
yang jumlahnya hanya sedikit, hal ini terjadi karena penguapan
yang terjadi hanya sedikit sekali. Namun ketika musim penghujan,
awan yang kita jumpai ada banyak, hal ini katena penguapan yang
terjadi juga banyak sekali.

4. Kelembapan udara

Unsur selanjutnya dari cuaca dan juga iklim adalah


kelembapan udara. Kelembapan udara merupakan banyak
sedikitnya uap air yang ada di udara. Kelembapan udara ini akan
mempengaruhi pengendapan air di udara dan dapat juga berupa
awan, kabut, embun serta hujan. Kelembapan udara yang ada di
suatu tempat dapat diukur dengan menggunakan suatu alat tertentu.
alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kelembapan udara di
sutu tempat disebut dengan hidrografi. Kelembapan udara sendiri
terdiri atas dua macam, yakni kelembapan relatif dan juga
kelembapan absolut.

8
5. Curah hujan

Unsur yang terakhir menyusun cuaca dan juga iklim adalah


curah hujan. Curah hujan sendiri merupakan tingkat hujan yang
turun di suatu daerah. Peristiwa hujan sendiri ditandai dengan
turunnya rintik- rintik air dari awan yang terbentuk akibat adanya
penyinaran matahari kepada sumber- sumber air di Bumi seperti
laut atau samudera, danau, sungai, waduk dan lain sebagainya. Air
yang berada di sumber- sumber air tersebut akan menguap dan
menjadi uap air. Ketika uap air tersebut semakin meninggi karena
terbawa angin, maka pada ketinggian tertentu uap air tersebut akan
berubah menjadi awan. Dan apabila awan semakin naik, maka
awan tersebut akan jenuh kemudian melepaskan kandungan airnya
sebagai hujan. Arah hujan di suatu daerah dapat diukur dengan
menggunakan suatu alat yang dinamakan obrometer.

2.3 Macam-macam iklim di Indonesia


Iklim di Indonesia memiliki 3 macam iklim yaitu iklim
musim (iklim muson), iklim tropika (iklim panas), dan iklim
laut. Namun di indonesia lebih dikenal dengan iklim tropis yang
bisa disebut biasanya dengan sebutan iklim panas. Iklim yang
tidak dimiliki oleh negara lain, tak heran jika orang dari
mancanegara berdatangan ke indonesia hanya untuk menikmati
iklim yang tidak dimiliki dinegaranya sepeti berjemur dibawah
terik matahari, merasakan sensasi yang berbeda di musim panas.

9
1. Iklim Musim (Iklim Muson)

Iklim musim terjadi karena angin musim yang bertiup


berganti arah setiap setengah tahun sekali, iklim musim ini
memberikan dampak negatif ataupun positif. Dengan adanya iklim
musim di indonesia akan berganti musim dalam kurun waktu yang
ditentukan sekitar 6 bulan sekali . Angin musim terdiri dari angin
musim barat daya dan angin musim timur laut. Dengan adanya
angin musim yang datang dalam kurun waktu 6 bulan sekali, kita
dapat merasakan setiap pergantian musim yang terjadi di indonesia

 Angin Musim Barat Daya., angin Musim Barat Daya adalah


angin yang bertiup antara bulan Oktober sampai April sifatnya
basah. Pada bulan-bulan tersebut, Indonesia mengalami musim
penghujan
 Angin Musim Timur Laut., angin Musim Timur Laut adalah
angin yang bertiup antara bulan April sampai Oktober, sifatnya
kering. Akibatnya, pada bulan-bulan tersebut, Indonesia
mengalami musim kemarau.
2. Iklim Tropika (Iklim Panas)
Indonesia yang terletak di sekitar garis khatulistiwa
meyebabkan Indonesia memiliki iklim tropika atau bisa disebut
dengan iklim panas. Karena indonesia memiliki suhu yang tinggi
sehingga sekitar tahunan indonesia akan mengalami musim
paceklik atau yang disebut dengan musim panas berkepanjangan.
Iklim tropis di Indonesia terletak antara 0° – 231/2° LU/LS dan
hampir 40 % dari permukaan bumi. Tak heran jika orang indonesia
terkadang suka mengeluh dengan cuaca panas yang ada di
10
indonesia karena menyebabkan banyak kerugian yang dialami oleh
warga indonesia. Sehingga warga indonesia sangat berharap iklim
panas ini segera berakhir berganti dengan musim hujan yang
membuat keuntungan banyak bagi warga indonesia.
3. Iklim Laut
Negara Indonesia adalah negara yang kaya akan objek
wisata alam terutama indonesia merupakan negara yang memiliki
laut, sungai atau samudera, sungai sangat memberikan manfaat
sungai bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu indonesia
memiliki iklim laut. Iklim laut adalah iklim yang banyak
mendatangkan hujan yang bersifat lembab sehingga indonesia bisa
mengalami musim hujan yang berkepanjangan. Dengan adanya
iklim laut ini warga indonesia merasakan kenyamanan karena lebih
memiliki banyak keuntungan untuk membantu kelangsungan
hidupnya.

2.4 Penyebab perubahan iklim


Perubahan iklim tidak terjadi secara tiba-tiba, peristiwa ini
terjadi oleh berbagai sebab. Ada yang disebabkan oleh ulah
manusia, ada pula yang terjadi karena factor alam.

Perubahan iklim yang disebabkan oleh faktor alam :


1. Pemanasan Bumi Bumi memiliki system tersendiri untuk
memanaskan temperaturnya dengan cara menghasilkan efek
gas rumah kaca. Karena jika tidak ada gas rumah kaca,
bumi sebetulnya akan 33º lebih dingin dari yang sekarang
dan perbedaan suhu siang dan malam akan sangat jelas

11
perbedaanya, sehingga tidak memungkinkan untuk dihuni
oleh makhluk hidup. Namun karena adanya gas rumah
kaca, bumi tidak terlalu panas juga tidak terlalu dingin. Gas
rumah kaca ini berada pada ambang batas normal, sehingga
tidak mengakibatkan bencana alam.
2. Aktivitas Matahari Sejumlah variasi dari aktivitas matahari
yang telah diamati dari penelitian sunspot dan isotope
berilium. Matahari memancarkan radiasi kebumi yang
selanjutnya akan diserap oleh bumi. Namun jika pancaran
panas matahari ini terlalu banyak, bumi tidak dapat
menyerapnya dan yang terjadi adalah panas ini
terperangkap didalam bumi dan menyebabkan bumi
menjadi lebih panas dari yang seharusnya.
 Bervariasinya Jalur Orbit Bumi jalur orbit bumi bervariasi
dari mulai hamper berbentuk lingkaran sampai sedikit elips
dalam siklus sekitar 100.000 tahun, menyebabkan variasi
dalam jarak bumi-matahari. Poros bumi pun bervariasi
kemiringannya dalam siklus sekitar 42.000 tahun,
menyebabkan variasi luas permukaan bumi yang terpapar
kepada matahari. Periode-periode variasi orbit dan gerak
poros bumi itu telah mempengaruhi perubahan iklim
sepanjang zaman.
 Pergeseran Lempeng Tektonik Bumi ini terdiri dari
lempeng tektonik yang saling bergerak dan bergesekan satu
sama lain. Hal ini menyebabkan reposisi benua, keausan,
penyimpanan karbon, sulfur, besar-besaran dan peningkatan
glaciation. Gas karbon (co2) terkandung dalam lempeng

12
tanah, danau dan kolam magma yang gunungnya masih
aktif. Jika terjadi pergeseran lempeng, maka struktur tanah
akan berubah, menyebabkan perubahan susunan atas
karbon yang tadinya ada dibawah akan berpindah keatas
permukaan. Bahaya dari co2 adalah dapat mengurangi
hemoglobin dalam pengikatan o2 sehingga makhluk hidup
akan kesulitan bernapas, dan juga co2 memiliki
karakteristik yang kasat mata sehingga sulit dideteksi.
Peneliti dari university of iowa roy j. And lucille a. Carver
college of medicine menemukan bahwa inhalasi
nanopartikel karbon aktif dapat meningkatkan sumber
inflamasi paru-paru hingga dua kali lipat. Dalam perjalanan
vulkanisme, bahan dari inti dan mantel bumi dibawa
kepermukaan, sebagai akibat dari panas dan tekanan yang
dihasilkan di dalamnya. Fenomena letusan gunung berapi
dan geiser, melepaskan partikulat ke atmosfer yang dapat
mempengaruhi iklim.
3. El Nino dan La Nina El nino adalah proses terjadinya peningkatan
temperature atau suhu air laut didaerah peru dan ekuador yang
dapat berdampak mengganggu iklim secara global. Peristiwa ini
umumnya terjadi dalam waktu dua sampai tujuh tahun sekali.
Sedangkan la nina adalah kebalikan dari el nino, yaitu ketika suhu
atau temperatur air laut didaerah peru dan ekuador menjadi dingin.
Peristiwa la nina bisa menyebabkan angina kencang, hujan lebat
dan juga banjir didaerahdaerah sekitar Indonesia.

13
Perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia :

1. Aktivitas yang menghasilkan gas CO2 (karbon dioksida)


seperti kegiatan penggunaan bahan bakar kayu (biomass),
minyak bumi, gas alam dan batubara oleh industri,
kendaraan bermotor, dan rumah tangga serta pembakaran
hutan ;
2. Kegiatan yang menghasilkan gas CH4(Methane) seperti
kegiatan proses produksi dan pengangkutan batubara,
minyak bumi, dan gas alam; kegiatan industri yang
menghasilkan bahan baku (ekstractive industri) kegiatan
pembakaran biomas yang tidak sempurna; serta kegiatan
penguraian oleh bakteri di tempat pembuangan akhir
(TPA), ladang padi dan peternakan;
3. Kegiatan yang menghasilkan gas N2O (Nitrous Oksida)
hasil dari pemakaian pupuk nitrogen yang berlebihan di
dalam usaha penanaman padi, aktivitas industri dengan
menggunakan limbah padat sebagai bahan bakar alternatif
dan penggunaan bahan bakar minyak bumi.
Dari berbagai GRK di atas yang diperkirakan sebagai gas
yang paling berperan di dalam proses terjadinya pemanasan global
adalah CO2 dan kemudian disusul oleh CH4.
Kenaikan suhu permukaan bumi akibat adanya peningkatan
gas rumah kaca (GRK) di atmosfer diperkirakan akan
mempengaruhi pola radiasi matahari (khusunya gelombang
panjang) yang masuk dan mencapai permukaan bumi. Radiasi
matahari (khususnya gelombang panjang) tidak dapat langsung di
lepaskan/ dipantulkan kembali ke angkasa luar, tetapi tertahan dan
14
dipantulkan kembali ke bumi oleh GRK. atau dengan kata lain
GRK yang berlebihan di atmosfer akan dapat menahan radiasi
panas matahari untuk keluar dari atmosfer bumi. Kejadian
tertahannya radiasi matahari ini akan meningkatkan suhu bumi,
dan bila kejadian ini berlangsung cukup lama dan terjadi pada
wilayah yang luas maka pemanasan bumi secara global akan
terjadi.
Aktifitas Manusia Kegiatan manusia merupakan penyebab
terjadinya perubahan iklim, terlebih aktivitas manusia yang
melakukan pengrusakan lingkungan seperti penebangan hutan,
pembangun pemukiman didaerah resapan air, membuang limbah
pabrik sembarangan, dan lain sebagainya. Salah satunya yaitu
melakukan penebangan hutan sembarangan. Pohon adalah sebagai
salah satu sumber daya alami yang akan menyerap co2 yang kita
keluarkan. Apabila terlalu banyak pohon yang ditebang akan
menyebabkan co2 yang ada tidak akan mampu terserap oleh pohon
sehingga menyebabkan pemanasan global.
2.5 Dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim
Menurut UNDP (2007), terdapat beberapa ancaman utama
perubahan iklim terhadap kehidupan masyarakat, khususnya
rakyat miskin, antara lain sumber nafkah, kesehatan, ketahanan
pangan, dan air. Banyak di antara mereka mencari nafkah di
bidang pertanian atau perikanan yang tergantung oleh iklim.
Beberapa wilayah telah sangat rentan terhadap perubahan iklim.
Sebagai contoh, kemarau panjang diikuti oleh gagal panen di
Nusa Tenggara Timur, telah menimbulkan akibat yang parah dan
kasus kurang gizi akut tersebar di berbagai daerah di seluruh

15
provinsi ini. Kelebihan dan kekurangan air merupakan ancaman
utama akibat perubahan iklim, sehingga ketika bencana melanda
mereka nyaris tidak memiliki apapun untuk menghadapinya.
Curah hujan lebat dan banjir dapat memperburuk sistem
sanitasi yang belum memadai di berbagai daerah dan kota,
sehingga dapat membuat masyarakat rawan terkena penyakit-
penyakit yang menular lewat air seperti diare dan kolera. Suhu
tinggi dan kelembapan tinggi yang berkepanjangan juga
memungkinkan nyamuk menyebar ke wilayah-wilayah baru,
menimbulkan ancaman malaria dan demam berdarah dengue.
Selain ancaman yang telah disebutkan di atas, perubahan iklim
juga berpengaruh pada beberapa sektor kehidupan, antara lain
pertanian, sosial, ekonomi, dan politik.
Perubahan iklim diyakini akan berdampak buruk bagi
keberlanjutan produksi pertanian, terutama tanaman pangan.
Selain perubahan suhu, akibat dari perubahan iklim adalah
perubahan musim dan curah hujan yang mempengaruhi waktu
tanam dan produktivitas pertanian. Perubahan dan peningkatan
suhu serta frekuensi curah hujan menyebabkan ledakan populasi
dan migrasi Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), sehingga
menurunkan produktivitas tanaman pangan yang berarti dapat
mengganggu stabilitas pangan. Apabila hasil panen semakin
menurun maka dapat dipastikan akan mengancam ketahanan
pangan di seluruh wilayah Indonesia, bahkan dunia. Hal ini
dikarenakan ketahanan pangan adalah hal yang sangat penting dan
mempengaruhi sektor kehidupan lainnya.

16
Dalam sektor ekonomi, sosial dan politik, kebutuhan hidup
semakin meningkat seiring dengan perubahan lingkungan. Akan
tetapi, tidak semua lapisan masyarakat memiliki kemampuan yang
sama dalam pemenuhan kebutuhan tersebut. Masyarakat miskin
dapat menjadi semakin merasa kekurangan, sedangkan
masyarakat yang memiliki kemampuan lebih akan menjadi
semakin merasa berkuasa. Hal ini akan memicu munculnya sifat
egoisme dan keinginan menang sendiri dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, sehingga kesenjangan sosial akan semakin
terlihat. Akibat lainnya adalah sistem keamanan yang menurun,
contohnya adalah semakin maraknya pencurian dan perampokan,
bahkan korupsi yang dilakukan akibat keserakahan dan
hedonisme.
Kemerosotan biodiversitas di suatu wilayah sebagai
dampak runutan dari perubahan tata guna lahan dan perubahan
iklim menjadi ancaman yang akan terjadi di masa mendatang.
Munculnya spesies invasif juga dapat menyebabkan keberadaan
spesies asli di daerah tersebut menjadi terancam. Spesies yang
lebih adaptif terhadap perubahan lingkungan akan mendominasi
suatu daerah tertentu. Spesies yang tidak dapat beradaptasi akan
mati dan rentan punah jika jumlahnya semakin menipis dan tidak
bereproduksi kembali. Hal ini akan menyebabkan hilangnya
biodiversitas spesies di suatu wilayah.

17
2.6 Cara mengatasi perubahan iklim
Upaya menghadapi perubahan lingkungan ini dapat
dilakukan dengan beberapa cara seperti adaptasi, mitigasi, dan
menerapkan teknologi ramah lingkungan.

a. Mitigasi

Mitigasi adalah upaya intervensi manusia dalam


mengurangi sumber atau penambah gas rumah kaca (GRK) yang
telah menimbulkan pemanasan global. Upaya menghadapi
perubahan lingkungan ini dapat dilakukan dengan cara mitigasi.
Mitigasi bertujuan untuk membatasi dan menurunkan emisi GRK
yang dapat dilakukan dengan cara mengurangi penggunaan
sumber daya energi yang banyak menghasilkan emisi CO2
(disebut source) yang dihasilkan oleh pembangunan dan aktivitas
antropogenik lainnya. Upaya mitigasi juga dapat dilakukan
dengan cara menambah, memperkuat atau memperluas sistem
bumi yang berfungsi sebagai penyerap dan penyimpan karbon
secara alami (disebut sink), yaitu hutan dan lautan, agar emisi
CO2 dan GRK yang terlepas di udara dapat ditangkap, diserap,
dan disimpan kembali di dalam pepohonan, hutan, lahan gambut,
dan, dalam kondisi tertentu, laut.
Hutan-hutan tropis, terutama yang berada di dataran
rendah merupakan tipe hutan yang paling terancam
keberadaannya karena alih guna lahan menjadi perkebunan dan
hutan tanaman monokultur, perambahan dan pembangunan
infrastrukur seperti jalan, penempatan transmigran dan

18
pembangunan sarana lainnya. Sementara itu, hutan- hutan tropis
dataran rendah tersebut memiliki persediaan kayu dan diversitas
tumbuhan tinggi (Kartawinata, 2010). Hal ini patut mendapat
perhatian khusus melalui perencanaan tata guna lahan yang
berwawasan lingkungan.
Dalam rangka mitigasi perubahan iklim, langkah awal
yang dilakukan adalah inventarisasi cadangan karbon pada
berbagai tipe ekosistem melalui pengukuran dan pendugaan
(estimasi) biomassanya dengan menggunakan metode-metode
yang telah distandarisasi (Hairiah, et al., 2011). Langkah
berikutnya adalah dengan mendorong perluasan kawasan-kawasan
konservasi sesuai komitmen global, seperti UU Tata Ruang
Nasional, CBD, CCC dan Seville Strategy.
b. Adaptasi

Adaptasi adalah upaya menghadapi perubahan iklim


dengan melakukan penyesuaian yang tepat, bertindak untuk
mengurangi berbagai pengaruh negatifnya, atau memanfaatkan
dampak positifnya. . Bentuk adaptasi menurut UNDP (2007),
antara lain adaptasi sektor pembangunan, pertanian, kesehatan,
wilayah perkotaan dan pesisir serta adaptasi pengelolaan bencana
dan penyediaan air.
1. Lingkungan pesisir memiliki ancaman lebih berat, antara
lain kenaikan muka air laut. Dihadapkan pada berbagai
efek perubahan iklim ini, masyarakat di wilayah pesisir
memiliki tiga strategi dasar, yaitu berlindung, mundur,
atau melakukan penyesuaian. Berlindung dalam arti
mendirikan bangunan yang kokoh seperti tanggul di laut
19
dan menciptakan atau memulihkan wilayah rawa pesisir
dan menanam berbagai varietas mangrove dan vegetasi
yang dapat mengatasi perubahan salinitas yang ekstrem.
“Mundur” dilakukan dengan mensyaratkan pembangunan
jarak tertentu dari sisi laut. Melakukan penyesuaian dapat
dilakukan dengan membiakkan berbagai jenis ikan ke
muara, wilayah mulut sungai dan laguna, serta
mengembangkan berbagai bentuk akuakultur yang baru.

2. Banyak aspek kesehatan manusia yang dipengaruhi oleh


iklim. Hal ini salah satunya disebabkan oleh bencana yang
terjadi akibat perubahan iklim. Pencegahan dampak fisik
bencana secara langsung, antara lain dapat dikurangi
dengan reforestasi. Tindakan adaptasi kesehatan dapat
dilakukan dengan melibatkan penguatan sistem pelayanan
dasar kesehatan dan pengobatan yang sudah ada,
meluaskan penyebaran kesadaran kesehatan kepada rakyat
agar lebih memperhatikan kebersihan dan soal
penyimpanan air.
3. Dalam menghadapi perubahan iklim, sektor pertanian yang
dianggap paling rentan, melakukan strategi adaptasi dan
mitigasi. Adaptasi dilakukan dengan penyesuaian diri baik
dari tanaman itu sendiri ataupun secara fisik dan teknologi.
Adaptasi yang dilakukan melalui penyesuaian waktu dan
pola tanam (multiple croping, tumpang sari, dan
pemulsaan), varietas unggul tahan kekeringan, salinitas
dan rendaman, perubahan sistem irigasi serta pengendalian
OPT dengan musuh alami maupun pestisida nabati. Di sisi
20
lain, mitigasi dalam sistem pertanian dapat dilakukan
dengan penggunaan varietas pertanian yang rendah emisi,
penggunaan sumber pupuk yang banyak mengandung
nitrogen serta teknologi tanpa pengolahan tanah (Surmaini,
2011; BPPP, 2011). Kombinasi upaya adaptasi dan
mitigasi setidaknya dapat mempertahankan nilai dan
volume produksi sektor pertanian.
c. Menerapkan teknologi ramah lingkungan
Perubahan iklim yang terjadi di seluruh dunia, memicu para
ahli untuk mengeluarkan berbagai teknologi agar bisa mengurangi
dampak dan mengantisipasi perubahan iklim yang telah terjadi.
Untuk itu, bisa diterapkan teknologi ramah lingkungan. Teknologi
ramah lingkungan adalah teknologi yang menggunakan sedikit atau
sama sekali sumber daya alam dan menghasilkan emisi yang
sedikit sehingga dapat digunakan untuk mengurangi bahkan
mengantisipasi perubahan iklim. Contoh-contoh teknologi ramah
lingkungan ini antara lain:

a. Tenaga Surya (Solar Power)


Indonesia sebagai negara yang terletak di bawah garis
khatulistiwa memiliki curah penyinaran matahari yang tinggi
dan intens, sehingga cocok untuk menerapkan tenaga surya.
Tenaga surya ini memanfaatkan efek fotolistrik untuk
menyerap energi radiasi gelombang elektromagnetik, seperti
sinar ultraviolet untuk menjadi energi listrik yang nantinya
akan disimpan di dalam baterai. Namun begitu, tenaga surya
ini tidak dapat digunakan jika matahari tertutup atau pada
waktu malam hari.
21
b. Hidroelektrik (Hydroelectricity)
Hidroelektrik memanfaatkan tenaga potensial dan kinetik
air untuk diubah menjadi energi listrik. Energi yang dihasilkan
ini bergantung pada volume air dan ketinggian air yang jatuh.

c. Mobil Listrik (Electric Car)


Mobil listrik menggunakan bahan bakar listrik yang
disimpan di dalam baterai yang sudah diisi terlebih dahulu.
Mobil listrik ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
mobil konvensional antara lain polusi yang kecil sehingga
mengurangi emisi gas rumah kaca dan tidak bergantung pada
BBM. Kelemahannya adalah tenaga yang kecil, bahan yang
tidak kuat, baterai yang mahal, dan infrastruktur di Indonesia
yang masih minim.

d. Sel Bahan Bakar (Fuel Cell)


Sel bahan bakar menggunakan proses elektrokimia antara
hidrogen dengan oksigen untuk menghasilkan listrik. Sel bahan
bakar memiliki efektifitas 2-3 kali lebih tinggi dibandingkan
proses pembakaran hidrokarbon, seperti bensin dan solar. Alat
ini juga mudah dalam pemeliharaan dan penempatan yang
fleksibel.

22
e. Tenaga Angin (Wind Power)
Tenaga angin ini memanfaatkan energi kinetik angin
untuk ditangkap oleh baling-baling yang akan memutar as
hingga memutar generator yang akan mengubah energi rotasi
ini menjadi energi listrik yang nantinya akan disimpan oleh
baterai.

f. Stratospheric Aerosol Injection (SAI)


Teknologi ini diinspirasi dari letusan gunung berapi yang
mampu merefleksikan cahaya matahari sehingga mampu
memodifikasi awan pada stratosfer dan mampu menurunkan
suhu bumi selama beberapa tahun kemudian. Teknologi ini
nantinya akan mampu mengatasi masalah pemanasan bumi
dengan menurunkan suhu bumi yang bias bertahan dalam
jangka waktu lama. Namun, teknologi ini membutuhkan ruang
lingkup yang sangat besar sehingga sekarang masih menjadi
wacana di kalangan para ahli.

Salah satu upaya lain yang bisa dilakukan dalam rangka


pengurangan emisi gas efek rumah kaca adalah dengan adanya
Teknologi BIRU (Biogas Rumah). Program BIRU adalah inisiatif
Hivos dan SNV dan dilaksanakan oleh Yayasan Rumah Energi
(YRE) dengan bekerja sama erat dengan Kementrian Energi dan
Sumber Daya Mineral dan dukungan dari Kedutaan Besar
Norwegia, program EnDev (Energizing Development) serta para
mitra untuk mempromosikan bentuk energi terbarukan yang
modern dan lestari bagi masyarakat Indonesia.

23
Reaktor biogas berfungsi mengubah kotoran binatang, kotoran
manusia dan materi organik lainnya, menjadi biogas. Konsumsi
biogas untuk skala rumah tangga antara lain digunakan sebagai
bahan bakar memasak dan lampu untuk penerangan.

Cara kerja dari Reaktor Biru sendiri yaitu campuran kotoran


dan air (yang bercampur dalam inlet atau tangki pencampur)
mengalir melalui saluran pipa menuju kubah. Campuran tersebut
lalu memproduksi gas setelah melalui proses pencernaan di dalam
reaktor. Gas yang dihasilkan lalu ditampung di dalam ruang
penampung gas (bagian atas kubah).

Kotoran yang sudah berfermentasi dialirkan keluar dari kubah


menuju outlet. Ampas ini dinamakan bio-slurry. Ia akan mengalir
keluar melalui overflow outlet ke lubang penampung slurry. Gas
yang dihasilkan di dalam kubah lalu mengalir ke dapur melalui
pipa. Model Pembangunan Biogas Indonesia pada umumnya terdiri
dari bagian-bagian berikut:

1. Inlet (tangki pencampur)

2. Pipa Inlet (bisa diadaptasi untuk dihubungkan ke toilet)

3. Digester

4. Penampung Gas (Kubah)

5. Manhole

6. Outlet & Overflow

7. Pipa Gas Utama

8. Katup Gas Utama

24
9. Saluran Pipa

10. Waterdrain

11. Pengukur Tekanan

12. Keran Gas

13. Kompor Gas dengan pipa selang karet

14. Lampu (opsional)

15. Lubang Bio-slurry


Manfaat Bio – slurry hasil dari Biogas tersebut memiliki
beberapa manfaat yaitu diantaranya :
1. Pembenah lahan (soil conditioner) karena mengandung 1020%
asam humat.

2. Bernutrisi lengkap dan berkualitas tinggi.

3. Bio-aktivator mikroba pro-biotik dan sumber pakan cacing


tanah.

4. Pengatur pertumbuhan (hormon) tanaman.

5. Dapat berfungsi sebagai pestisida dan fungisida organik.

6. Bahan campuran yang baik untuk pupuk vermikompos, pupuk


bokashi, media jamur, pupuk kolam dan pakan ikan dan belut.

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perubahan iklim adalah salah satu dari proses-proses
perubahan alamiah yang dialami Bumi. Akan tetapi, perubahan
tersebut tidak hanya disebabkan oleh faktor alamiah melainkan
aktivitas-aktivitas manusia yang mengeksploitasi alam secara
berlebihan dan menimbulkan kerusakan pada berbagai ekosistem di
bumi. Hasilnya, iklim kerap kali tidak menentu dan bahkan
menunjukan gejala-gejala yang ekstrem kemudian membawa
dampak merugikan bagi manusia. Dampak yang ditimbulkan oleh
perubahan iklim salah satunya ialah global warming. Pemanasan
global yaitu fenomena peningkatan temperatur global secara gradual
yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas rumah kaca (GRK).
Cahaya matahari dipancarkan ke bumi dalam bentuk radiasi
gelombang pendek. Di permukaan bumi, cahaya diserap dan
dipantulkan dalam wujud radiasi infra merah gelombang panjang.
Cahaya yang dipantulkan kembali, sebagian panasnya terperangkap
di atmosfer. Menumpuknya jumlah GRK di lapisan atmosfer
mengakibatkan panas akan tersimpan di permukaan bumi yang
menyebabkan suhu rata-rata tahunan bumi meningkat. Dengan
demikian, penurunan GRK menjadi salah satu perhatian dunia dalam
rangka menangani pemanasan global dan juga kelangsugan mahluk
hidup yang berada di bumi.
Selain itu salah satu upaya untuk mengendalikan emisi gas rumah kaca tersebut
yaitu dengan adanya teknologi BIRU (Biogas Rumah) yang menghasilkan bio-

26
slurry

27

Anda mungkin juga menyukai