Anda di halaman 1dari 4

PENEGAKAN DIAGNOSIS LBP

1. Anamnesis

Pada anamnesis perlu ditanyakan beberapa hal sebagai berikut :

a. Awitan (kapan mulai terjadinya)


b. Lama serangan ( berapa lama nyeri itu timbul)
c. Frekuensi ( penyakit ini timbul untuk yang keberapa kali, LBP merupakan
penyakit yang sering kambuh, biasanya gangguan rasa nyeri timbul
semakin sering dan intensitasnya semakin berat
d. Lokasi rasa nyeri gangguan rasa nyeri sering lateral atau bilateral, timbul
pada area punggung bagian bawah (pinggang) yaitu bagian dari dorsal
punggung yang terletak dari tepi bawah iga ke 12 sampai tepi atau krista
iliaka
e. Penyebaran rasa nyeri. Rasa nyeri sering kali menyebar sampai ke tungkai
ipsilateral sesuai alur dari nervus ischiadikus.
f. Provokasi (aktifitas yang mencetuskan atau yang memperberat rasa nyeri
timbul pada waktu melakukan antefleksio, mengangkat/ menurunkan/
menarik/ mendorong beban, naik tangga atau bukit.
g. Aleviasi (aktifitas/sikap yang dapat mengurangi rasa nyeri) (25)

2. Pemeriksaan fisik(26)
a. Inspeksi
Pada pemeriksaan fisik seorang penderita LBP daerah tulang belakang
harus mendapatkan perhatian khusus. Pada inspeksi diperhatikan gaya jalan
penderita, bagaimana ia mendudukan dirinya atau bagaimana caranya dia naik
tempat tidur periksa untuk berbaring. Kemudian dilakukan inspeksi tulang
belakang, penderita harus berdiri dan tulang belakang harus semuanya terlihat.
Kurvator fisiologi pada daerah servikal torakal dan lumbal dapat diperiksan
dengan cermat dari samping. Skoliosis, lordosis, lumbal yang mendatar,
kekendoran otot dan ketegangan otot gluteal dan asimetris lipatan gluteal harus
diperhatikan. Gaya berjalan seperti robot, tulang belakang terasa kaku, tidak
dapat berputar sedikitpun sewaktu akan duduk maupun adalah khas bagi
penderita spondilitis ankilopoeta . berjalan dengan salah satu tungkai berjinjit
dan sedikit membungkuk menandakan bahwa nyeri akan timbul bilamana ia
akan berjalan tegak tanpa berjingkat.

b. Palpasi

Palpasi setiap ruas tulang belakang harus dilakukan, nyeri tekan dicari
dengan menekan prosesus spinosus dan disampingnya. Dalam hal ini defense
muscular dapat sekaligus di periksa. Motilitas tulang belakang diperiksa saat
fleksi kedepan, kebelakang, dan ke samping. Yang harus diperhatikan adalah
pemekaran deretan prosessus spinosus waktu membungkuk. Hal ini mudah
diteliti sebagai berikut. Kelima jari pemeriksa ditempatkan masing masing
pada L1, L2, L3,L4 dan dan L5. Kalau tidak terdapat motilitas yang wajar,
maka jari jari pemeriksa tidak menjauhi satu dengan yang lain pada saat yang
diperiksa membungkuk. Jika didapati defense muscular maka pada sisi itu
terdapat kelainan yang dapat bersifat patologi setempat atau gangguan
diskogenik. (26)

c. Test Laseque

Pemeriksaan pada penderita berbaring terdiri dari tindakan laseque, tes


patrick dan tindakan kebalikan. Pada tindakan laseque orang yang sakit
merasakan nyeri di tempat lesi diskogenik atau sepanjang nervus ischiadikus.
Nyeri tersebut timbul saat diangkatnya tungkai dalam sikap lurus sisi
kontralateral. Hasil tindakan laseque inilah yang dinamakan laseque silang
yang positif yang khas pada lesi diskogenik(26)
Gambar 7 Test Laseque
Sumber : Sidarta Priguna. Neurologi Klinis. Edisi 6. Jakarta: Dian Rakyat.
2013. hal 212

d. Test Patrick

Pada pemeriksaan patrick dilakukan fleksi, abduksi, eksorotasi dan


ekstensi. Karena gabungan gerakan tersebut sendi panggung teregang, jika
test patrick menimbulkan nyeri didaerah bokong atau sepanjang perjalan
nervus ischiadikus maka penyebab nyeri harus dicari disendi panggul
ipsilateral. (26)

Gambar 7. Test Patrick

Sumber : Sidarta Priguna. Neurologi Klinis. Edisi 6. Jakarta: Dian Rakyat.


2013. 212
Dengan test kebalikan dari tindakan patrick dilakukan gerakan gabungan
dimana fleksi, aduksi, endorotasi dan dan ekstensi meregangkan sendi
sakroiliaka. Maka test kebalikan patrick yang positif menunjuk kepada
sumber nyeri di sendi sacroiliaka. (26)

e. Pemeriksaan Penunjang

Foto Rontgen tulang belakang lumbosakral sebaiknya selalu dibuat pada


setiap orang yang mengeluh tentang LBP. Oleh karena fraktur, osteoporosis,
dislokasi, tumor dan infeksi dapat diperlihatkan foto tersebut. Foto rontgen
yang harus dibuat ialah foto lumbosakral dengan proyeksi anteroposterior,
lateral, oblique kanan dan kiri. Menurut penelitian diskus intervetrebralis
antara ruas lumbal terbawah dan S1 selalu menyempit pada orang yang
berusia 50 tahun ke atas, sehingga nyeri yang tidak terlokalisir di tempat
tersebut tidak boleh dihubungkan dengan lesi diskogen antar ruas lumbal
terbawah dan S1. Jika dicurigai ada kondisi serius, magnetic resonance
imaging (MRI) biasanya paling tepat. Computer tomography adalah
alternatif jika MRI dikontraindikasikan atau tidak tersedia. Radiografi
mungkin membantu untuk menyaring kondisi serius, tetapi biasanya
memiliki sedikit nilai diagnostik karena sensitivitas dan spesifisitasnya yang
rendah. (26)

Referensi :

25. Harrianto ridwan. Buku ajar kesehatan kerja. EGC, 2010 hal 227

26. Sidarta Priguna. Neurologi Klinis. Edisi 6. Jakarta: Dian Rakyat. 2013. 212

Anda mungkin juga menyukai