DISUSUN OLEH :
I Gede Krishna Aditya NIM : 21030117190080
M Ichsan P NIM : 21030115130195
2. Tahap Dispersi
Merupakan tahap terjadinya proses pengecilan partikel campuran bahan baku cat,
sehingga dapat terbalut oleh bahan-bahan cair. Tahap ini menghasilkan produk millbase
3. Tahap Stabilisasi
Millbase di formulasikan pada konsentrasi pigmen yang tinggi dan molekul-
molekul pigmennya masih saling berdekatan sehingga masih memungkinkan terbentuknya
koagulan. Oleh karena itu masih dalam keadaan tidak stabil. Pada tahap stabilisasi
konsentrasi pigmen diturunkan dengan menambah bahan pengikat dan pelarut sesuai
dengan formulasinya sambil di aduk
4. Tahap Penambahan
Setelah proses stabilisasi selesai maka dianjurkan dengan tahap penyesuaian warna
cat dengan cara membandingkannya terhadap warna dari standar atau batch sebelumnya.
Pada tahap ini jika warna yang diperoleh tidak sesuai dengan warna standar atau batch
sebelumnya, mak dilakukan penambahan beberapa cat intermediate yang sesuai dengan
formulasi sampai di dapatkan warna yang sesuai standar atau batch sebelumnya. Setelah
warna cat sesuai , dilakukan pengaturan kekentalann dan pH. Pada tahap ini juga dilakukan
bahan zae additive untuk memperoleh produk akhir.
Limbah cat termasuk limbah B3.Limbah bahan berbahaya dan beracun atau yang
disingkat dengan B3, diartikan sebagai sisa atau limbah yang dihasilkan dari proses
produksi dengan kandungan bahan berbahaya dan beracun karena memiliki jumlah dan
konsentrasi toxicity, reactivity, flammability dan corrosivity yang mampu mencemari dan
merusak lingkungan, serta membahayakan kesehatan manusia (BAPEDAL, 1995). Karena
keberadaannya yang mengancam ekosistem di sekitarnya, limbah B3 harus ditangani
dengan tepat agar tidak merusak dan membahayakan.
Kurang tepat jika Anda beranggapan limbah B3 dapat ditimbun, dibuang, atau
dibakar begitu saja. Pengelolaan limbah B3 membutuhkan penanganan khusus
dibandingkan limbah yang lain agar bisa mengurangi bahkan menghilangkan kadar racun
didalamnya. Adapun metode pengelolaan limbah B3 yang umum digunakan dan terbukti
efektif dalam mencegah resiko terjadinya kerusakan dan pencemaran lingkungan dapat
Anda simak melalui daftar berikut ini.
Membuang Limbah B3
Selain dikelola dengan 3 cara di atas, limbah B3 juga bisa dibuang di tempat dan metode tertentu,
seperti yang akan dijabarkan dalam penjelasan di bawah ini.
1. Kolam Penyimpanan
Khusus untuk limbah B3 jenis cair, kolam diperbolehkan sebagai tempat untuk menampungnya.
Asalkan telah diberikan lapisan pelindung yang berfungsi untuk mencegah adanya perembesan
limbah. Saat limbah cair mulai menguap, akan diikuti dengan senyawa B3 yang terkonsentrasi lalu
menjadi endapan di dasar. Proses ini adalah titik lemahnya karena bisa memakan lahan akibat
limbah yang terus tertimbun. Sehingga, rawan terjadi kebocoran pada lapisan pelindung kolam
yang diikuti dengan penguapan senyawa B3 dan mengakibatkan pencemaran udara.
2. Sumur Injeksi atau Sumur Dalam
Secara teori, kinerja pembuangan limbah pada sumur injeksi akan membuatnya terperangkap di
dalam lapisan dan meminimalisir resiko pencemaran tanah dan air. Karena adanya proses pompa
limbah melalui pipa yang dialirkan ke lapisan batuan di bawah air tanah dalam dan dangkal Tapi,
tetap ada resiko yang mungkin terjadi yaitu bocor atau korosi pada pipa (lapisan batuan pecah)
yang diakibatkan oleh gempa dan membuat limbah akan merembes ke lapisan luar tanah.
3. Landfill Khusus Limbah B3
Limbah B3 akan dimasukkan ke dalam tong atau drum yang dikubur ke dalam landfill khusus.
Dilengkapi dengan berbagai peralatan moditoring guna mengontrol dan mengawasi kondisi limbah
B3. Karena penanganannya yang ekstra khusus ini, membuang limbah di landfill membutuhkan
biaya operasi tinggi. Tapi jika dilakukan dengan tepat, hasilnya sebanding dengan biaya yang
dikeluarkan. Meski pada akhirnya limbah akan terus menumpuk dan tidak bisa dijadikan sebagai
solusi untuk jangka panjang.