Etiologi Dan Klasifikasi Diabetes Mellitus Anin Runi
Etiologi Dan Klasifikasi Diabetes Mellitus Anin Runi
Selain defisiensi insulin, fungsi sel-sel α kelenjar pankreas pada penderita DM tipe 1
juga menjadi tidak normal, yaitu ditemukannya sekresi glukagon yang berlebihan oleh sel-
sel α pulau Langerhans. Secara normal, hiperglikemia akan menurunkan sekresi glukagon.
Pada penderita DM tipe 1, hal ini tidak terjadi. Sekresi glukagon tetap tinggi walaupun dalam
keadaan hiperglikemia yang memperparah kondisi hiperglikemia. Salah satu manifestasi dari
keadaan ini adalah cepatnya penderita DM tipe 1 mengalami ketoasidosis diabetik apabila
tidak mendapat terapi insulin. Apabila diberikan terapi somatostatin untuk menekan sekresi
glukagon, maka akan terjadi penekanan terhadap kenaikan kadar gula dan badan keton.
Salah satu masalah jangka panjang pada penderita DM tipe 1 adalah rusaknya kemampuan
tubuh untuk mensekresi glukagon sebagai respon terhadap hipoglikemia. Hal ini dapat
menyebabkan timbulnya hipoglikemia yang dapat berakibat fatal pada penderita DM tipe 1
yang sedang mendapat terapi insulin (Departemen Kesehatan RI, 2005).
Defisiensi sekresi insulin merupakan masalah utama pada DM tipe 1, namun pada
penderita yang tidak dikontrol dengan baik, dapat terjadi penurunan kemampuan sel-sel
sasaran untuk merespons terapi insulin yang diberikan. Ada beberapa mekanisme biokimia
yang dapat menjelaskan hal ini, salah satu diantaranya adalah defisiensi insulin
menyebabkan meningkatnya asam lemak bebas di dalam darah sebagai akibat dari lipolisis
yang tak terkendali di jaringan adiposa. Asam lemak bebas di dalam darah akan menekan
metabolisme glukosa di jaringan-jaringan perifer seperti misalnya di jaringan otot rangka,
dengan perkataan lain akan menurunkan penggunaan glukosa oleh tubuh. Defisiensi insulin
juga akan menurunkan ekskresi dari beberapa gen yang diperlukan sel-sel sasaran untuk
merespons insulin secara normal, misalnya gen glukokinase di hati dan gen GLUT4 (protein
transporter yang membantu transpor glukosa di sebagian besar jaringan tubuh) di jaringan
adiposa (Departemen Kesehatan RI, 2005).
1.2.2 Diabetes Melitus Tipe 2
1.2.3 Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes Melitus Gestasional (GDM) didefinisikan sebagai suatu intoleransi glukosa
yang terjadi pada saat hamil (Sudoyo et al., 2006). Penyebab diabetes gestasional dianggap
berkaitan dengan peningkatan kebutuhan energi, kadar estrogen, dan hormon
pertumbuhan selama kehamilan. Estrogen dan hormon pertumbuhan merangsang
pengeluaran insulin dan dapat menyebabkan sekresi insulin yang berlebihan seperti
diabetes tipe 2 yang akhirnya menyebabkan penurunan responsivitas sel terhadap insulin
(Corwin, 2001). Faktor risiko diabetes gestasional adalah usia ibu hamil yang melebihi 30
tahun, riwayat diabetes melitus dalam keluarga, serta pernah mengalami diabetes melitus
pada kehamilan sebelumnya.
Kehamilan adalah kondisi yang ditandai oleh resistensi insulin progresif yang dimulai
dekat pertengahan kehamilan hingga trimester ketiga. Pada akhir kehamilan, sensitivitas
insulin menurun hingga 50%. Dua penyebab utama resistensi insulin yaitu adipositas yang
meningkat dan efek desensitifitasi insulin dari hormon yang dihasilkan oleh plasenta.
Resistensi insulin dengan cepat menurun pasca-persalinan, yang menunjukkan bahwa
penyebab utama adalah hormon plasenta (Perkins, Dunn & Jagasia, 2007).
Plasenta menghasilkan human chorionic somatomammotropin (HCS), kortisol terikat
dan bebas, estrogen, dan progesteron. HCS merangsang sekresi insulin pankreas pada janin
dan menghambat penyerapan glukosa perifer pada ibu (Lapolla, Dalfra & Feddele, 2005).
Meningkatnya masa kehamilan dan ukuran plasenta menyebabkan meningkatnya produksi
hormon tersebut sehingga ibu dalam keadaan lebih resisten terhadap insulin. Pada wanita
hamil non-diabetes, respon insulin pada fase I dan II mengkompensasi penurunan
sensitivitas insulin yang berhubungan dengan hipertrofi dan hiperplasia sel β. Namun,
wanita yang didiagnosis dengan GDM dan mengalami disfungsi sel β, mungkin disebabkan
oleh tiga kategori utama yaitu autoimun, monogenik, atau umumnya resistensi insulin.
Bentuk diabetes autoimun atau monogenik dapat dengan cepat berkembang menjadi
diabetes setelah kehamilan (Al-Noaemi & Shalayel, 2011).
Hilangnya respon insulin fase I menyebabkan hiperglikemia postprandial, sedangkan
penekanan gangguan produksi glukosa hepatik bertanggung jawab pada hiperglikemia
ketika puasa. Karena insulin tidak melewati plasenta, janin terkena hiperglikemia maternal.
Pada minggu ke-11 atau ke-12 kehamilan, pankreas janin merespon hiperglikemia ini. Janin
mengalami hiperinsulinemia, yang mendorong pertumbuhan dan makrosomia subsekuen
(Perkins, Dunn & Jagasia, 2007).
1.2.4 Diabetes Melitus Lain