Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TERAPI BERMAIN MENYUSUN PUZZLE


DI RUANGAN THERESIA RUMAH SAKIT
GUNUNG MARIA TOMOHON

Oleh:
 REYNALDO TAHULENDING 17061118
 FABIOLA CARIEN KAINDE 17061083
 DELISIA MAKAWOGHE 17061084
 RANIA LANGI 17061085
 GABRIELLA VINDDY DAVID 17061090
 GEBBY ANINDITA PURUKAN 17061118

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2019
SATUAN ACARA BERMAIN

(TERAPI MENYUSUN PUZZLE)

Pokok bahasan : Terapi Bermain Menyusun Puzzle

Sub pokok bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Sakit yang Dirawat di Rumah Sakit
dengan Cara Stimulasi Motorik dan Sosial

Waktu : 30 menit

Hari/tanggal : Jumat, 29 November 2019

Tempat : Ruang Theresia (Anak)

Peserta :

Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di Ruang Theresia yang
memenuhi kriteria:
 Anak usia >3 tahun
 Tidak mempunyai keterbatasan fisik
 Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
 Pasien kooperatif

Peserta terdiri dari: anak usia pra sekolah dan sekolah yang didampingi keluarga

A. Alasan Dilakukan Terapi Bermain


Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang
sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan
tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi
beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan
permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan anak akan depat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya
(distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan
Oleh karena itu, dalam melakukan permainan, anak lebih bebas, spontan, dan
menunjukkan otonomi baik dalam memilih mainan maupun dalam aktivitas bermainnya.
Anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Oleh karena itu seringkali mainannya
dibongkar-pasang, bahkan dirusaknya. Untuk itu harus diperhatikan keamanan dan
keselamatan anak dengan cara tidak memberikan alat permainan yang tajam dan
menimbulkan perlukaan
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 30 menit agar dapat mencapai tugas
perkembangan secara optimal sesuai tahap perkembangan walaupun dalam kondisi
sakit.

2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain selam 30 menit anak mampu:
a. Bersosialisasi dengan perawat baru
b. Menunjukkan ekspresi nonverbal dengan tertawa, tersenyum dan saling bercanda.

C. Metode dan Media


1. Metode
a. Bermain bersama
b. Mendengarkan tanggapan anak/tanya jawab
2. Media
a. Puzzle
b. Hadiah

1. Kegiatan bermain

No Waktu Terapis Anak


1 5 menit Pembukaan:
1. Co leader membuka dan Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri Mendengarkan
3. Memperkenalkan pembimbing Mendengarkan
4. Memperkenalkan anak satu persatu Mendengarkan dan saling
dan anak saling berkenalan dengan berkenalan
temannya
5. Kontrak waktu dengan anak Mendengarkan
6. Mempersilahkan leader Mendengarkan
2 20 menit Kegiatan bermain:
1. Leader menjelaskan cara bermain Mendengarkan
2. Menanyakan pada anak, anak mau Menjawab pertanyaan
bermain atau tidak
3. Membagikan permainan Menerima permainan
4. Memotivasi anak Bermain
5. Menanyakan perasaan anak
Bermain
Mengungkapkan perasaan
3 5 menit Penutup:
1. Leader menghentikan permainan Selesai bermain
2. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
3. Menyampaikan hasil permainan Mendengarkan
4. Memberikan hadiah pada anak yang Senang
cepat dalam menyusun puzzle
5. Membagikan hadiah pada semua Senang
anak yang bermain
6. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
7. Co leader menutup acara Mendengarkan
8. Mengucapkan salam Menjawab salam

D. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Yang diharapkan:
 Alat-alat yang digunakan lengkap
 Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana

2. Evaluasi Proses
Yang diharapkan:
 Terapi dapat berjalan dengan baik
 Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
 Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
 Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya

3. Evaluasi Hasil
Yang diharapkan:
 Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menyusun puzzle
kemudian berhasil
 Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
 Anak merasa senang
 Anak tidak takut lagi dengan perawat
 Orang tua dapat mendamping kegiatan anak sampai selesai
 Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan terapi bermain
Lampiran materi:

TERAPI BERMAIN MENYUSUN PUZZLE DENGAN


KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK

A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses
diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1998).
Menurut Joyce Engel (1999), yang dikatakan anak usia pra sekolah adalah anak-
anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan untuk
mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu:
1. Aspek fisik
2. Aspek motorik
3. Aspek bahasa
4. Aspek kognitif
5. Aspek sosialisasi

Bermain dengan cara menyusun pazel pada dasarnya tidak hanya membantu
mengembangkan kemampuan motorik anak saja tetapi juga berperan penting dalam
proses pengembangan kognitif klien dan emosional klien, serta membantu klien untuk
menggunakan kemampuan bahasanya dengan bertanya sehingga klien akan terbiasa
dengan proses sosialisasi dengan orang, lingkungan dan kondisi disekitarnya.
Ketika anak sudah mampu bermain menyusun pazel secara lancar maka dia sudah
siap untuk meningkatkan kemampuannya ke tingkat yang lebih lanjut seperti
bersosialisasi dengan orang lain seperti mengenalkan diri

B. STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN


Stimulasi yang diperlukan anak usia 3-5 tahun adalah:
1. Gerakan kasar, dilakukan dengan memberi kesempatan anak melakukan permainan
yang melakukan ketangkasan dan kelincahan.
2. Gerakan halus, dirangsang misalnya dengan membantu anak belajar menggambar.
3. Bicara bahasa dan kecerdasan, misalnya dengan membantu anak mengerti satu
separuh dengan cara membagikan kue.
4. Bergaul dan mandiri, dengan melatih anak untuk mandiri, misalnya bermain ke
tetangga (Suherman, 2000)
C. FAKTOR PENYEBAB KETIDAKMAMPUAN MENYUSUN PAZEL
Menurut Immanuel, ketidakmampuan melakukan tugas perkembangan tertentu,
seperti bergerak, tumbuh, bicara, ataupun kecakapan motorik tertentu seperti menyusun,
merangkai ataupun memposisikan benda, dapat menghambat berkembangnya
keterampilan berikutnya. Diwaspadai kemungkinan mengalami keterlambatan.
Faktor penyebabnya yaitu:
1. Karena kurang dirangsang atau kurang latihan
Anak dengan usia 3-5 tahun perlu dilatih rangsangan motorik halus dan kasarnya
dengan memberinya stimulus pendukung. Umumnya, anak usia ini berminat pada
hal-hal yang berhubungan dengan sebab-akibat, sehingga ingin mencoba memadukan
satu benda dengan benda lain.
2. Ada gangguan pada mata
Pandangan yang tidak jelas pada anak membuatnya enggan melakukan kegiatan yang
menggunakan benda-benda kecil. Anda perlu memeriksakannya ke dokter sebelum
hal ini berlangsung lama.
3. Ada gangguan pada saraf atau retardasi mental
Gangguan ini dapat diwaspadai dari kemampuan meraba. Bila Anda mendapati si
kecil Anda mengalami kelainan pada keterampilan meraba, Anda perlu waspada.
Segera bawa ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN


Faktor instrinsik sangat dominan dalam mempengaruhi tingkat kegagalan
berkembang terutama berkaitan dengan terjadinya penyakit pada anak, yaitu:
1. Kelainan kromosom (misalnya sindroma Down dan sindroma Turner)
2. Kelainan pada sistem endokrin, misalnya kekurangan hormon tiroid, kekurangan
hormon pertumbuhan atau kekurangan hormon lainnya
3. Kerusakan otak atau sistem saraf pusat yang bisa menyebabkan kesulitan dalam
pemberian makanan pada bayi dan menyebabkan keterlambatan pertumbuhan
4. Kelainan pada sistem jantung dan pernafasan yang bisa menyebabkan gangguan
mekanisme penghantaran oksigen dan zat gizi ke seluruh tubuh
5. Anemia atau penyakit darah lainnya
6. Kelainan pada sistem pencernaan yang bisa menyebabkan malabsorbsi atau
hilangnya enzim pencernaan sehingga kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi

Menurut Soetjiningsih secara umum terdapat dua faktor yang mempengaruhi


tumbuh kembang anak yaitu faktor genetik (instrinsik) dan faktor lingkungan
(ekstrinsik). Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir
proses tumbuh kembang anak. Faktor ini adalah bawaan yang normal dan patologis,
jenis kelamin, suku bangsa / bahasa, gangguan pertumbuhan di negara maju lebih
sering diakibatkan oleh faktor ini, sedangkan di negara yang sedang berkembang,
gangguan pertumbuhan selain di akibatkan oleh faktor genetik juga faktor
lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang anak yang optimal.

E. DAMPAK HOSPITALISASI TERHADAP ANAK.


1. Separation ansiety
2. Tergantung pada orang tua
3. Stress bila berpisah dengan orang yang berarti
4. Tahap putus asa: berhenti menangis, kurang aktif, tidak mau makan, main, menarik
diri, sedih, kesepian dan apatis
5. Tahap menolak: Samar-samar seperti menerima perpisahan, menerima hubungan
dengan orang lain dan menyukai lingkungan

F. MANFAAT TERAPI BERMAIN


1. Terapi bermain menyusun balok dapat merangsang keterampilan proses berfikir dan
motorik anak
2. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat
3. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri. Aktivitas
bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak
4. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa senang pada anak,
tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut,
sedih tegang dan nyeri
5. Permainan yang terapeutuk akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk
mempunyai tingkah laku yang positif.
DAFTAR PUSTAKA

 Kliegman, Robert M., 2009, Ilmu Keshatan Anak Nelson Vol 3, Editor Bahasa Indonesia:
A. Samik Wahab-Ed.15. Jakarta: EGC.

 Wong, Donna L. ,2013, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi-4. Jakarta: EGC.

 Suryanti, Sodikin, Mustiyah Y. Pengaruh terapi bermain mewarnai dan origami terhadap
tingkat kecemasan sebagai efek hospitalisasi pada anak usia pra sekolah di RSUD dr. R.
Goetheng Tarunadibrata Purbalingga, 2011.

 Wardhani, H. Terapi bermain: cooperative play dengan puzzle meningkatkan


kemampuan sosialisasi anak retardasi mental. 2012.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENYAKIT ASMA

Pokok bahasan : Penyakit Asma

Waktu : 30 menit

Hari/tanggal : Jumat, 29 November 2019

Tempat : Ruang Theresia (Anak)

Peserta :

Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di Ruang Theresia yang
memenuhi kriteria:
 Orang dewasa (keluarga anak)
 Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
 kooperatif

Peserta terdiri dari: keluarga yang menjaga anak selama di Rumah Sakit

E. Alasan Dilakukan Terapi Bermain

Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan perubahan pola
hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang ada di dalam
makanan. Salah satu penyakit alergi yang banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma.

Asma adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara total.
Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin dalam waktu dekat akan terbebas dari
ancaman serangan berikutnya. Apalagi bila karena pekerjaan dan lingkungannya serta faktor
ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor alergen yang menjadi penyebab
serangan. Biaya pengobatan simptomatik pada waktu serangan mungkin bisa diatasi oleh
penderita atau keluarganya, tetapi pengobatan profilaksis yang memerlukan waktu lebih
lama, sering menjadi problem tersendiri.

F. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan agar pengetahuan
keluarga akan bertambah
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain selam 30 menit keluarga patien mampu:
1. Mengetahui Penyakit Asma
2. Mengetahui tanda-tanda Gejala Asma
3. Mengetahui penyebab terjadinya Asma
4. Mengetahui cara mencegah Penyakit Asma
5. Mengetahui cara mengobati pnyakit Asma

3. Metode dan Media


1. Metode : Ceramah dan Tanya jawab
2. Media : leaflet

2. Kegiatan bermain

No Waktu Terapis Anak


1 5 menit Pembukaan:
1. Co leader membuka dan Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri Mendengarkan
3. Kontrak waktu dengan keluarga Mendengarkan
pasien Mendengarkan dan saling
4. Mempersilahkan leader berkenalan

Mendengarkan
Mendengarkan
2 20 menit Kegiatan bermain:
1. Leader menjelaskan cara Mendengarkan
bermain Menjawab pertanyaan
2. Menanyakan pada anak, anak
mau bermain atau tidak Menerima permainan
3. Membagikan permainan Bermain
4. Leader, co leader, dan fasilitator
memotivasi anak Bermain
5. Observer mengobservasi anak Mengungkapkan perasaan
6. Menanyakan perasaan anak
3 5 menit Penutup:
1. Leader menghentikan Selesai bermain
permainan Mengungkapkan perasaan
2. Menanyakan perasaan anak Mendengarkan
3. Menyampaikan hasil Senang
permainan
4. Memberikan hadiah pada anak Senang
yang cepat dalam menyusun
puzzle Mengungkapkan perasaan
5. Membagikan hadiah pada Mendengarkan
semua anak yang bermain Menjawab salam
6. Menanyakan perasaan anak
7. Co leader menutup acara
8. Mengucapkan salam

3. Evaluasi
4. Evaluasi Struktur
Yang diharapkan:
 Alat-alat yang digunakan lengkap
 Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana

5. Evaluasi Proses
Yang diharapkan:
 Terapi dapat berjalan dengan baik
 Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
 Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
 Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya

6. Evaluasi Hasil
Yang diharapkan:
 Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menyusun puzzle
kemudian berhasil
 Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
 Anak merasa senang
 Anak tidak takut lagi dengan perawat
 Orang tua dapat mendamping kegiatan anak sampai selesai
 Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan terapi bermain
( Lampiran materi )
PENYAKIT ASMA
A. PENGERTIAN PENYAKIT ASMA
Asma adalah penyakit inflamasi (radang) kronik saluran napas menyebabkan
peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa
mengi (nafas berbunyi ngik-ngik), sesak nafas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama
malam menjelang dini hari.

B. PENYEBAB TERJADINYA ASMA


1. Bawaan atau Turunan
Jika di dalam sebuah keluarga ada yang mengindap penyakit asma, maka kemungkinan
besar keturunannya akan berakibat juga. Dan penyakit ini tidak menular, melainkan
melalui keturunan.
2. Udara Dingin
Suhu yang dingin akan mengakibatkan timbulnya penyakit asma. Sperti cuaca hujan,
penggunaan AC dengan suhu yang tinggi dan di daerah-daerah pegunungan.
3. Makanan
Makanan yang mengandung kadar MSG dan pengawet tinggi sangatlah untuk di jauhi,
salah satunya seperti kacang-kacangan, minuman es atau dingin, dan coklat.
4. Faktor Linkungan
Lingkungan penuh debu, kotor, dan asap merupakan tempat awalnya timbul penyakit
asma. Karena hal tersebut sangat mengganggu dan sensi sekali dengan paru-paru. Oleh
sebab itu kami sarankan untuk menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan anda dari
kotor-kotor dan tentunya menjaga pola hidup yang sehat dan bersih.

C. GEJALA PENYAKIT ASMA

Berikut adalah gejala asma yang paling umum ditemukan:

a. Kesulitan bernapas yang disebabkan sesak napas atau napas yang sering terengah-
engah. Gejala ini menjadi penanda asma yang paling umum.
b. Sering batuk. Batuk bisa menjadi tanda adanya sesuatu yang salah pada paru-paru
atau saluran pernapasan.
c. Dada terasa sesak. Kondisi ini menunjukkan bahwa paru-paru berada di bawah
tekanan dan sebagai akibatnya timbul rasa sakit konstan yang terjadi di daerah
tersebut.
d. Perasaan lelah dan lesu. Kedua hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat cukup
oksigen yang didistribusikan ke tubuh oleh paru-paru.
e. Cepat lelah ketika melakukan aktivitas fisik seperti olahraga.
f. Susah tidur. Kondisi ini dapat menyebabkan tubuh terasa lesu keesokan harinya.
g. Lebih sensitif terhadap alergi.
h. Ketidakmampuan untuk terlibat dalam aktivitas fisik yang panjang tanpa
mengalami masalah pernapasan.

E. CARA MENCEGAH PENYAKIT ASMA

Cara Pencegahan asma antara lain :

 Hindarkan alergen atou faktor pencetus yang bisa membuat alergi.


 Gantilah sprei dan gorden seminggu sekali.
 Hindarkan penggunaan karpet karena bisa menjadi tempat menempelnya debu.
 Bersihkan tempat tidur kita setiap hari agar tidak berdebu.

Ada juga serangan asma akibat perubahan cuaca, maka lindungilah dengan memakan makanan
yang bergizi tinggi agar memiliki daya tahan tubuh yang baik sehingga sehingga siap
menghadapi perubahan cuaca.

F. CARA MENGOBATI PENYAKIT ASMA

Cara mengobati penyakit asma bisa dengan menggunakan buah-buahan seperti : manggis
yang kaya asam lemak omega 3,minumlah secara rutin jus buah manggis, anggur, sebaiknya
konsumsilah buah anggur setiap hari agar bisa terhindar dari penyakit asma, selain buah-buahan
yang harus banyak di konsumsi penderita asma sebaiknya juga harus di dukung dengan
lingkungan yang bersih bebas rokok, binatang peliharaan terutama kucing dan anjing yang
sangat rentan dengan kambuhnya penyakit asma.

Anda mungkin juga menyukai