PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan pada makalah ini adalah:
A. Untuk mengetahui definisi dari Standar Nasional Pendidikan.
B. Untuk mengetahui ruang lingkup dari Standar Nasional Pendidikan.
C. Untuk mengetahui pentingnya Stadar Nasional Pendidikan.
D. Untuk mengetahui pentingnya Standar Nasional Pendidikan.
E. Untuk mengetahui sejarah kurikulum 2013.
BAB II
PEMBAHASAN
2
Untuk memperoleh gambaran secara jelas tentang istilah standar nasional
pendidikan, maka terlebih dahulu dikemukakan pengertiannya secara bahasa.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “Standar”, diberi arti “ ukuran
tertentu yang dipakai sebagai patokan”.
Nasional adalah bersifat kebangsaan,berkenaan atau berasal dari bangsa
sendiri, meliputi suatu bangsa. Ki Hajar Dewantara sang tokoh pendidikan
nasional berpendapat bahwa pendidikan yaitu usaha yang dilakukan dengan penuh
keinsyafan yang ditunjukan untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia. Dan
dalam hal ini Al-Syaibani menjelaskan bahwa pendidikan adalah mengubah
tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya sebagai bagian dari kehidupan
masyarakat dan kehidupan alam sekitarnya (Al-Syabani,1979:399).
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Pasal 1 Ayat 1), dan Pendidikan Nasional
adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman (Pasal 1 Ayat
2).
Jadi, standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. (P.P
R.I No. 19 Tahun 2005.)
Berangkat dari definisi diatas dapat difahami bahwa sistem pendidikan
indonesia diarahkan pada tercapainya cita-cita pendidikan yang ideal dalam
rangka mewujudkan peradaban bangsa Indonesia yang bermartabat. Sebagaimana
terungkap dalam UU No.20/2003 tentang Sisdiknas pasal 4 ayat 1 yang
menyebutkan, “Pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat,
berilmu, cakap, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung
jawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air”
3
Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi:
1) Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian,
kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh
peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
2) Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan.
3) Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
4) Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan
prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.
5) Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga,
tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain,
tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi.
6) Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai
efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
7) Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan
besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun; dan
8) Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar
peserta didik.
Untuk penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan sesuai dengan
Standar Nasional Pendidikan dilakukan evaluasi, akreditasi, dan
sertifikasi.Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah,
4
dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional,
dan global.
5
miskin tentunya tidak dapat diharapkan para anggotanya dapat menyumbangkan
saran-saran yang intelegen dalam mewujudkan kemajuan masyarakat.
Kemampuan deliberasi, berpartisipasi, menimbang-nimbang hal yang terbaik
untuk masyarakat belum dapat terlaksana dengan sempurna di dalam suatu
masyarakat yang masih rendah tingkat pendidikannya. Tidak mengherankan
apabila masyarakat yang demikian mudah terperangkap di dalam struktur
kekuasaan yang otoriter yang terikat kepada kekuasaan pemerintah. Hal ini pula
barangkali yang menjadi alasan mengapa negara-negara berkembang ada yang
memilih jalan diktator dalam memacu perkembangan masyarakatnya. Negara-
negara berkembang pasca komunisme ada yang masih tetap memilih
pemerintahan otoriter dalam pengembangan masyarakatnya. Hasilnya memang
sangat signifikan di dalam perkembangan ekonomi yang tinggi. Ada pula negara
seperti India yang memilih jalan demokrasi di dalam perkembangannya. Tampak
di sini yang memilih jalan demokrasi perkembangan ekonominya agak lambat
dibandingkan dengan negara-negara yang memilih jalan otoriter. Ada pakar yang
berpendapat perkembangan negara-negara berkembang belum matang untuk
berdemokrasi sehingga terjadi demokrasi kebablasan. Jalan yang ditempuh oleh
negara-negara berkembang tentunya tergantung kepada kondisi dari masing-
masing negara. Jalannya ialah mempercepat investasi di dalam pengembangan
SDM sehingga dapat dipercepat pembinaan warga negara yang cerdas. Dengan
kata lain investasi pendidikan perlu ditingkatkan serta disusun suatu rencana
pengembangan SDM yang mantap dan terarah.
2. Sebagai negara kesatuan diperlukan suatu penilaian dari kinerja sistem
pendidikan nasional
UU No. 20 tahun 2003 sebagai suatu sistem tentunya diperlukan suatu
patokan atau ukuran sampai dimana sistem tersebut. Adanya satu sistem
pendidikan nasional termasuk di dalam evaluasinya merupakan salah satu sarana
untuk meningkatkan kohesi sosial. Tanpa adanya suatu sistem lebih-lebih dalam
negara Indonesia yang bhineka, maka tujuan untuk mempersatukan bangsa
Indonesia akan menemui kesulitan. Ambillah misalnya kebutuhan untuk memiliki,
menjaga, mengembangkan dan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan nasional. Demikian pula setiap kelompok mempunyai kebutuhan untuk
6
menghayati kebersamaan di dalam perjalanan hidup suatu bangsa. Sejarah
nasional dan geografi nasional merupakan pengetahuan yang harus dimiliki oleh
setiap warga negara Indonesia.
3. Anggota masyarakat global
Anggota masyarakat global, negara Indonesia berada di dalam pergaulan
antar bangsa lebih-lebih dalam kemajuan teknologi komunikasi dan informasi
dewasa ini. Di dalam pergaulan global tersebut tentunya tidak dapat dihindari
pengenalan antar budaya, pengenalan masyarakat negara-negara lain. Di dalam
pergaulan global inilah tentunya orang akan melihat persamaan ataupun
perbedaan dengan bangsa-bangsa yang lain. Dalam pergaulan global yang terbuka
itu dapat saja terjadi arus pertukaran manusia, arus SDM sehingga memerlukan
kualitas SDM yang tinggi yang dapat bersaing dengan bangsa-bangsa yang lain.
Selain daripada itu untuk dapat survive dalam dunia dunia yang terbuka ini
kualitas bangsa Indonesia harus dapat bersaing sehingga tidak menjadi budak dari
bangsa lain. Kualitas SDM dalam dunia ekonomi yang sangat kompetitif harus
dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Kualitas pendidikan merupakan
indikator mutlak di dalam persaingan internasional itu. Dalam rangka ini di
samping standar nasional diperlukan pula standar regional bahkan standar
internasional. Tentunya standar-standar ini hanya dapat dicapai secara bertahap
dan bukan secara sekuensial.
4. Fungsi standar nasional pendidikan
Fungsinya adalah untuk pengukuran kualitas pendidikan. Standar tersebut
tentunya bukan merupakan ukuran yang statis yang tidak berubah, tetapi semakin
lama semakin ditingkatkan. Kita bedanya antara Standar Ideal dengan Standar
Operasional Temporal. Standar ideal dapat ditentukan setiap 5 tahun atau 10 tahun
sedangkan standar operasional temporal dapat ditentukan setiap tahun. Standar
ideal juga bertahap untuk dicapai seperti standar isi yaitu kurikulum sekolah perlu
direvisi setiap sekurang-kurangnya 5-10 tahun. Standar nasional pendidikan
adalah standar yang bergerak maju.
5. Fungsi standar adalah pemetaan masalah pendidikan
Hal ini banyak kali dilupakan di dalam suatu sistem nasional. Standar
seakan-akan telah menjadi milik monopoli dari birokrasi pendidikan sehingga
7
peserta didik semata-mata menjadi objek dari kekuasaan birokrasi. Akibatnya
sangat jauh oleh karena proses belajar dapat terarah kepada hanya mempersiapkan
ujian yang telah ditentukan oleh birokrasi pendidikan dan bukan merupakan suatu
proses belajar yang berkesinambungan yang diadakan secara berkala oleh guru di
depan kelas. Kelulusan seseorang dari sistem pendidikan bukanlah ditentukan
semata-mata oleh Ujian Nasional yang biasanya terpusat dan anonim, tetapi
merupakan suatu proses yang integratif di dalam pendidikan yang mempunyai
banyak segi.
6. Fungsi standar nasional pendidikan
Fungsi standar nasional pendidikan adalah penyusunan strategi dan
rencana pengembangan sesudah diperoleh data-data dari evaluasi belajar secara
nasional seperti Ujian Nasional.
8
a. kategori untuk jenis Seleksi Ujian Masuk, Sumbangan Pembinaan
Pendidikan, Praktikum Diploma dan Sarjana, Biaya Pendidikan lainnya;
dan
b. kelas untuk jenis Jasa penggunaan guest house yang terkait dengan
layanan pendidikan untuk mahasiswa dan dosen.
(2) Ketentuan mengenai kriteria dan pengelompokan kategori/kelas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Menteri Agama.
Pasal
(1)Terhadap Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari Perguruan
Tinggi Agama Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf a untuk
mahasiswa Diploma dan Sarjana sebelum Tahun Angkatan 2013 berupa
sumbangan pembinaan pendidikan dan praktikum sebagaimana tercantum dalam
lampiran dapat dikenakan tarif:
a. Rp0,00 (Nol Rupiah) untuk mahasiswa yang tidak mampu secara ekonomi
dan/atau korban bencana; dan
b. Paling sedikit 50% (lima puluh persen) untuk mahasiswa yang berprestasi.
(2) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pengenaan tarif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri Agama setelah
mendapatkan persetujuan Menteri Keuangan.
Pasal 5
(1) Setiap warga Negara yang melaksanakan nikah atau rujuk di Kantor Urusan
Agama Kecamatan atau di luar Kantor Urusan Agama Kecamatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf b tidak dikenakan biaya pencatatan nikah
atau rujuk.
(2) Dalam hal nikah atau rujuk dilaksanakan di luar Kantor Urusan Agama
Kecamatan dikenakan biaya transportasi dan jasa profesi sebagai penerimaan dari
Kantor Urusan Agama Kecamatan sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran
Peraturan Pemerintah ini.
(3) Terhadap warga Negara yang tidak mampu secara ekonomi dan/atau korban
bencana yang melaksanakan nikah atau rujuk di luar Kantor Urusan Agama
Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenakan tarif Rp0,00 (nol
rupiah).
9
(4) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara untuk dapat dikenakan tarif Rp0,00
(nol rupiah) kepada warga Negara yang tidak mampu secara ekonomi dan/atau
korban bencana yang melaksanakan nikah atau rujuk di luar Kantor Urusan
Agama Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan
Menteri Agama setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan.
Pasal 6
Seluruh Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian Agama
wajib disetor langsung secepatnya ke Kas Negara.
Pasal 7
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan Pemerintah Nomor
47 Tahun 2004 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
Berlaku pada Departemen Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4455),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2004 tentang Tarif
atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen
Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 139,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5545), dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 8
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku setelah 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.
10
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dirancang baik dalam bentuk
dokumen, proses, maupun penilaian didasarkan pada pencapaian tujuan, konten
dan bahan pelajaran serta penyelenggaraan pembelajaran yang didasarkan pada
Standar Kompetensi Lulusan.
Konten pendidikan dalam SKL dikembangkan dalam bentuk kurikulum
satuan pendidikan dan jenjang pendidikan sebagai suatu rencana tertulis
(dokumen) dan kurikulum sebagai proses (implementasi). Dalam dimensi sebagai
rencana tertulis, kurikulum harus mengembangkan SKL menjadi konten
kurikulum yang berasal dari prestasi bangsa di masa lalu, kehidupan bangsa masa
kini, dan kehidupan bangsa di masa mendatang.
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengarahkan peserta didik menjadi:
1) Manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan
zaman yang selalu berubah;
2) Manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri;
3) Warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi
merupakan salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional sebagaimana
yang diamanatkan dalam Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Kurikulum ini menekankan tentang pemahaman tentang apa yang dialami
peserta didik akan menjadi hasil belajar pada dirinya dan menjadi hasil kurikulum.
Oleh karena itu proses pembelajaran harus memberikan kesempatan yang luas
kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi hasil belajar
yang sama atau lebih tinggi dari yang dinyatakan dalam Standar Kompetensi
Lulusan.
Ada empat poin yang diperbaiki dalam Kurikulum 2013 Edisi Revisi,
antara lain:
1. Penataan Kompetensi Sikap Spiritual dan Sikap Sosial pada semua mata
pelajaran. Sebelumnya di K13 lama, terdapat kompleksitas pembelajaran
dan penilaian pada Sikap Spiritual dan Sikap Sosial.
11
2. Koherensi KI-KD dan penyelarasan dokumen. Sebelumnya di K13 lama,
terdapat ketidakselarasan antara KI-KD dengan silabus dan buku.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada makalah ini adalah sebgai berikut:
12
1. Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia. (P.P R.I No. 19 Tahun 2005.)
2. Ruang lingkup standar nasional pendidikan diantaranya yaitu Standar
isi, Standar proses, Standar kompetensi lulusan, Standar pendidik dan
tenaga kependidikan, Standar sarana dan prasarana,Standar
pengelolaan,Standar pembiayaan, Standar penilaian pendidikan
3. Ada enam alasan mengapa standar nasional pendidikan itu diperlukan
yaitu Indonesia sebagai negara berkembang, sebagai negara kesatuan
diperlukan suatu penilaian dari kinerja sistem pendidikan nasional,
anggota masyarakat global.
4. Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2015 mencakup pasal 1 sampai
pasal 8.
5. Kurikulum ini menekankan tentang pemahaman tentang apa yang
dialami peserta didik akan menjadi hasil belajar pada dirinya dan
menjadi hasil kurikulum. Oleh karena itu proses pembelajaran harus
memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk
mengembangkan potensi dirinya menjadi hasil belajar yang sama atau
lebih tinggi dari yang dinyatakan dalam Standar Kompetensi Lulusan.
13