Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan suatu proses yang bertujuan. Setiap proses yang
bertujuan tentunya mempunyai ukuran sudah sampai dimana perjalanan
pendidikan kita dalam mencapai suatu tujuan tersebut. Berbeda dengan tujuan
fisik sepererti jarak suatu tempat atau suatu target produksi, tujuan pendidikan
merupakan suatu yang intangible dan terus menerus berubah dan mengikat.
Tujuan pendidikan selalu bersifat sementara atau tujuan yang berlari. Hal ini
berarti tujuan pendidikansetiap saat perlu direvisi dan disesuaikan dengan tuntutan
perubahan.dalam konteks pendidikan nasional Indonesia diperlukan standar yang
perlu dicapai di dalam kurun waktu tertentu di dalam rangka mewujudkan tujuan
pendidikan. Hal ini berarti perlu perumusan yang jelas dan terarah dan fisible
mengenai tujuan pendidikan. Rumusan tujuan pendidikan dapat berupa tujuan
ideal, tujuan jangka panjang, tujuan jangka menengah dan rencana strategis yang
terlihat dengan keadaan dan waktu tetentu.
Rumusan tujuan pendidikan tersebut mendapat legal formal dengan adanya
UU nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS)
dimana implementasinya dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yang sekarang diganti dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan
(SNP), Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan
dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu: standar isi, standar
proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:
A. Apa yang dimaksud dengan Standar Nasional Pendidikan?
B. Apa sajakah ruang lingkup dari Standar Nasional Pendidikan?
C. Apa pentingnya Standar Nasional Pendidikan?
D. Apa saja yang termuat dalam Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2015?
E. Bagaimana sejarah dari kurikulum 2013?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan pada makalah ini adalah:
A. Untuk mengetahui definisi dari Standar Nasional Pendidikan.
B. Untuk mengetahui ruang lingkup dari Standar Nasional Pendidikan.
C. Untuk mengetahui pentingnya Stadar Nasional Pendidikan.
D. Untuk mengetahui pentingnya Standar Nasional Pendidikan.
E. Untuk mengetahui sejarah kurikulum 2013.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Standar Nasional Pendidikan

2
Untuk memperoleh gambaran secara jelas tentang istilah standar nasional
pendidikan, maka terlebih dahulu dikemukakan pengertiannya secara bahasa.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “Standar”, diberi arti “ ukuran
tertentu yang dipakai sebagai patokan”.
Nasional adalah bersifat kebangsaan,berkenaan atau berasal dari bangsa
sendiri, meliputi suatu bangsa. Ki Hajar Dewantara sang tokoh pendidikan
nasional berpendapat bahwa pendidikan yaitu usaha yang dilakukan dengan penuh
keinsyafan yang ditunjukan untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia. Dan
dalam hal ini Al-Syaibani menjelaskan bahwa pendidikan adalah mengubah
tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya sebagai bagian dari kehidupan
masyarakat dan kehidupan alam sekitarnya (Al-Syabani,1979:399).
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Pasal 1 Ayat 1), dan Pendidikan Nasional
adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman (Pasal 1 Ayat
2).
Jadi, standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. (P.P
R.I No. 19 Tahun 2005.)
Berangkat dari definisi diatas dapat difahami bahwa sistem pendidikan
indonesia diarahkan pada tercapainya cita-cita pendidikan yang ideal dalam
rangka mewujudkan peradaban bangsa Indonesia yang bermartabat. Sebagaimana
terungkap dalam UU No.20/2003 tentang Sisdiknas pasal 4 ayat 1 yang
menyebutkan, “Pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat,
berilmu, cakap, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung
jawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air”

B. Ruang Lingkup Standar Nasional Pendidikan.

3
Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi:
1) Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian,
kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh
peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
2) Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan.
3) Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
4) Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan
prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.
5) Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga,
tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain,
tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi.
6) Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai
efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
7) Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan
besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun; dan
8) Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar
peserta didik.
Untuk penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan sesuai dengan
Standar Nasional Pendidikan dilakukan evaluasi, akreditasi, dan
sertifikasi.Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah,

4
dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional,
dan global.

C. Pentingnya Standar Nasional Pendidikan


Harus diakui pendidikan nasional kita kedodoran terengah-engah
mengikuti berbagai perubahan baik di tingkat nasional maupun internasional.
Reformasi pendidikan masih jalan di tempat. Reformasi, reposisi, dan
rekonstruksi pendidikan jelas harus melibatkan penilaian kembali secara kritis
berbagai pencapaian dan masalah-masalah yang dihadapi pendidikan nasional.
Secara garis besar pencapaian pendidikan nasional masih jauh dari harapan
apalagi untuk bersaing secara kompetitif dengan perkembangan pendidikan pada
tingkat global. Baik secara kuantitatif maupun kualitatif pendidikan nasional
masih memiliki banyak kelemahan. Bahkan sekarang pendidikan nasional
menurut banyak kalangan bukan hanya belum berhasil meningkatkan keserdasan
dan keterampilan anak didik, tetapi juga gagal dalam membentuk karakter dan
kepribadian.
Oleh karena itu lembaga pendidikan nasional yang sampai sekarang
merupakan suatu institusi publik untuk mewujudkan suatu tujuan bersama yaitu
mencerdaskan kehidupan manusia Indonesia tentunya harus akuntabel, berarti
transparan, terbuka, dan dapat dinilai oleh anggota masyarakat. Dengan kata lain
performance lembaga pendidikan tersebut haruslah mempunyai indikator-
indikator akan keberhasilan atau kegagalannya. Lahirnya PP No. 19 tahun 2005
yang sekarang diganti PP no 32 tahun 2013 tentang standar nasional pendidikan
menjadi salah satu reformasi dan rekonstruksi dalam memperbaiki pendidikan di
Indonesia guna mencerdaskan kehidupan bangsa. Ada enam alasan mengapa
standar nasional pendidikan itu diperlukan yaitu:
1. Indonesia sebagai negara berkembang
Sebagai suatu negara berkembang Indonesia tergolong negara yang masih
miskin. Oleh sebab itu pula tidak mengherankan apabila tingkat pendidikannya
belum mencapai sesuai yang diinginkan oleh masyarakat modern. Masyarakat
demokrasi menuntut anggotanya yang cerdas dalam mengambil keputusan-
keputusan yang intelegen untuk memajukan taraf hidupnya. Masyarakat yang

5
miskin tentunya tidak dapat diharapkan para anggotanya dapat menyumbangkan
saran-saran yang intelegen dalam mewujudkan kemajuan masyarakat.
Kemampuan deliberasi, berpartisipasi, menimbang-nimbang hal yang terbaik
untuk masyarakat belum dapat terlaksana dengan sempurna di dalam suatu
masyarakat yang masih rendah tingkat pendidikannya. Tidak mengherankan
apabila masyarakat yang demikian mudah terperangkap di dalam struktur
kekuasaan yang otoriter yang terikat kepada kekuasaan pemerintah. Hal ini pula
barangkali yang menjadi alasan mengapa negara-negara berkembang ada yang
memilih jalan diktator dalam memacu perkembangan masyarakatnya. Negara-
negara berkembang pasca komunisme ada yang masih tetap memilih
pemerintahan otoriter dalam pengembangan masyarakatnya. Hasilnya memang
sangat signifikan di dalam perkembangan ekonomi yang tinggi. Ada pula negara
seperti India yang memilih jalan demokrasi di dalam perkembangannya. Tampak
di sini yang memilih jalan demokrasi perkembangan ekonominya agak lambat
dibandingkan dengan negara-negara yang memilih jalan otoriter. Ada pakar yang
berpendapat perkembangan negara-negara berkembang belum matang untuk
berdemokrasi sehingga terjadi demokrasi kebablasan. Jalan yang ditempuh oleh
negara-negara berkembang tentunya tergantung kepada kondisi dari masing-
masing negara. Jalannya ialah mempercepat investasi di dalam pengembangan
SDM sehingga dapat dipercepat pembinaan warga negara yang cerdas. Dengan
kata lain investasi pendidikan perlu ditingkatkan serta disusun suatu rencana
pengembangan SDM yang mantap dan terarah.
2. Sebagai negara kesatuan diperlukan suatu penilaian dari kinerja sistem
pendidikan nasional
UU No. 20 tahun 2003 sebagai suatu sistem tentunya diperlukan suatu
patokan atau ukuran sampai dimana sistem tersebut. Adanya satu sistem
pendidikan nasional termasuk di dalam evaluasinya merupakan salah satu sarana
untuk meningkatkan kohesi sosial. Tanpa adanya suatu sistem lebih-lebih dalam
negara Indonesia yang bhineka, maka tujuan untuk mempersatukan bangsa
Indonesia akan menemui kesulitan. Ambillah misalnya kebutuhan untuk memiliki,
menjaga, mengembangkan dan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan nasional. Demikian pula setiap kelompok mempunyai kebutuhan untuk

6
menghayati kebersamaan di dalam perjalanan hidup suatu bangsa. Sejarah
nasional dan geografi nasional merupakan pengetahuan yang harus dimiliki oleh
setiap warga negara Indonesia.
3. Anggota masyarakat global
Anggota masyarakat global, negara Indonesia berada di dalam pergaulan
antar bangsa lebih-lebih dalam kemajuan teknologi komunikasi dan informasi
dewasa ini. Di dalam pergaulan global tersebut tentunya tidak dapat dihindari
pengenalan antar budaya, pengenalan masyarakat negara-negara lain. Di dalam
pergaulan global inilah tentunya orang akan melihat persamaan ataupun
perbedaan dengan bangsa-bangsa yang lain. Dalam pergaulan global yang terbuka
itu dapat saja terjadi arus pertukaran manusia, arus SDM sehingga memerlukan
kualitas SDM yang tinggi yang dapat bersaing dengan bangsa-bangsa yang lain.
Selain daripada itu untuk dapat survive dalam dunia dunia yang terbuka ini
kualitas bangsa Indonesia harus dapat bersaing sehingga tidak menjadi budak dari
bangsa lain. Kualitas SDM dalam dunia ekonomi yang sangat kompetitif harus
dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Kualitas pendidikan merupakan
indikator mutlak di dalam persaingan internasional itu. Dalam rangka ini di
samping standar nasional diperlukan pula standar regional bahkan standar
internasional. Tentunya standar-standar ini hanya dapat dicapai secara bertahap
dan bukan secara sekuensial.
4. Fungsi standar nasional pendidikan
Fungsinya adalah untuk pengukuran kualitas pendidikan. Standar tersebut
tentunya bukan merupakan ukuran yang statis yang tidak berubah, tetapi semakin
lama semakin ditingkatkan. Kita bedanya antara Standar Ideal dengan Standar
Operasional Temporal. Standar ideal dapat ditentukan setiap 5 tahun atau 10 tahun
sedangkan standar operasional temporal dapat ditentukan setiap tahun. Standar
ideal juga bertahap untuk dicapai seperti standar isi yaitu kurikulum sekolah perlu
direvisi setiap sekurang-kurangnya 5-10 tahun. Standar nasional pendidikan
adalah standar yang bergerak maju.
5. Fungsi standar adalah pemetaan masalah pendidikan
Hal ini banyak kali dilupakan di dalam suatu sistem nasional. Standar
seakan-akan telah menjadi milik monopoli dari birokrasi pendidikan sehingga

7
peserta didik semata-mata menjadi objek dari kekuasaan birokrasi. Akibatnya
sangat jauh oleh karena proses belajar dapat terarah kepada hanya mempersiapkan
ujian yang telah ditentukan oleh birokrasi pendidikan dan bukan merupakan suatu
proses belajar yang berkesinambungan yang diadakan secara berkala oleh guru di
depan kelas. Kelulusan seseorang dari sistem pendidikan bukanlah ditentukan
semata-mata oleh Ujian Nasional yang biasanya terpusat dan anonim, tetapi
merupakan suatu proses yang integratif di dalam pendidikan yang mempunyai
banyak segi.
6. Fungsi standar nasional pendidikan
Fungsi standar nasional pendidikan adalah penyusunan strategi dan
rencana pengembangan sesudah diperoleh data-data dari evaluasi belajar secara
nasional seperti Ujian Nasional.

D. PERATURAN PEMERINTAH NO.19 TAHUN 2015


 Pasal 1
(1) Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian Agama
meliputi kegiatan yang berasal dari:a.Perguruan Tinggi Agama Negeri; dan Kantor
Urusan Agama Kecamatan.
(2) Jenis dan tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini.
 .Pasal 2
(1) Terhadap jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari
PerguruanTinggi Agama Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1)
huruf a untuk mahasiswa Diploma dan Sarjana mulai Tahun Angkatan 2013
berlaku Uang Kuliah Tunggal dengan memperhatikan Biaya Kuliah Tunggal dan
Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Agama Negeri.
(2) Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dituangkan dalam Peraturan Menteri Agama mengenai penetapan Biaya
Kuliah Tunggal dan Uang Kuliah Tunggal.
 Pasal 3
(1) Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari Perguruan
Tinggi Agama Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf a
dikelompokkan dalam:

8
a. kategori untuk jenis Seleksi Ujian Masuk, Sumbangan Pembinaan
Pendidikan, Praktikum Diploma dan Sarjana, Biaya Pendidikan lainnya;
dan
b. kelas untuk jenis Jasa penggunaan guest house yang terkait dengan
layanan pendidikan untuk mahasiswa dan dosen.
(2) Ketentuan mengenai kriteria dan pengelompokan kategori/kelas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Menteri Agama.
 Pasal
(1)Terhadap Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari Perguruan
Tinggi Agama Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf a untuk
mahasiswa Diploma dan Sarjana sebelum Tahun Angkatan 2013 berupa
sumbangan pembinaan pendidikan dan praktikum sebagaimana tercantum dalam
lampiran dapat dikenakan tarif:
a. Rp0,00 (Nol Rupiah) untuk mahasiswa yang tidak mampu secara ekonomi
dan/atau korban bencana; dan
b. Paling sedikit 50% (lima puluh persen) untuk mahasiswa yang berprestasi.
(2) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pengenaan tarif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri Agama setelah
mendapatkan persetujuan Menteri Keuangan.
 Pasal 5
(1) Setiap warga Negara yang melaksanakan nikah atau rujuk di Kantor Urusan
Agama Kecamatan atau di luar Kantor Urusan Agama Kecamatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf b tidak dikenakan biaya pencatatan nikah
atau rujuk.
(2) Dalam hal nikah atau rujuk dilaksanakan di luar Kantor Urusan Agama
Kecamatan dikenakan biaya transportasi dan jasa profesi sebagai penerimaan dari
Kantor Urusan Agama Kecamatan sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran
Peraturan Pemerintah ini.
(3) Terhadap warga Negara yang tidak mampu secara ekonomi dan/atau korban
bencana yang melaksanakan nikah atau rujuk di luar Kantor Urusan Agama
Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenakan tarif Rp0,00 (nol
rupiah).

9
(4) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara untuk dapat dikenakan tarif Rp0,00
(nol rupiah) kepada warga Negara yang tidak mampu secara ekonomi dan/atau
korban bencana yang melaksanakan nikah atau rujuk di luar Kantor Urusan
Agama Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan
Menteri Agama setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan.
 Pasal 6

Seluruh Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian Agama
wajib disetor langsung secepatnya ke Kas Negara.

 Pasal 7

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan Pemerintah Nomor
47 Tahun 2004 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
Berlaku pada Departemen Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4455),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2004 tentang Tarif
atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen
Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 139,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5545), dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

 Pasal 8

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku setelah 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.

E. SEJARAH KURIKULUM 2013

Makna manusia yang berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20


Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia terdidik yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

10
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dirancang baik dalam bentuk
dokumen, proses, maupun penilaian didasarkan pada pencapaian tujuan, konten
dan bahan pelajaran serta penyelenggaraan pembelajaran yang didasarkan pada
Standar Kompetensi Lulusan.
Konten pendidikan dalam SKL dikembangkan dalam bentuk kurikulum
satuan pendidikan dan jenjang pendidikan sebagai suatu rencana tertulis
(dokumen) dan kurikulum sebagai proses (implementasi). Dalam dimensi sebagai
rencana tertulis, kurikulum harus mengembangkan SKL menjadi konten
kurikulum yang berasal dari prestasi bangsa di masa lalu, kehidupan bangsa masa
kini, dan kehidupan bangsa di masa mendatang.
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengarahkan peserta didik menjadi:
1) Manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan
zaman yang selalu berubah;
2) Manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri;
3) Warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi
merupakan salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional sebagaimana
yang diamanatkan dalam Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Kurikulum ini menekankan tentang pemahaman tentang apa yang dialami
peserta didik akan menjadi hasil belajar pada dirinya dan menjadi hasil kurikulum.
Oleh karena itu proses pembelajaran harus memberikan kesempatan yang luas
kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi hasil belajar
yang sama atau lebih tinggi dari yang dinyatakan dalam Standar Kompetensi
Lulusan.
Ada empat poin yang diperbaiki dalam Kurikulum 2013 Edisi Revisi,
antara lain:
1. Penataan Kompetensi Sikap Spiritual dan Sikap Sosial pada semua mata
pelajaran. Sebelumnya di K13 lama, terdapat kompleksitas pembelajaran
dan penilaian pada Sikap Spiritual dan Sikap Sosial.

11
2. Koherensi KI-KD dan penyelarasan dokumen. Sebelumnya di K13 lama,
terdapat ketidakselarasan antara KI-KD dengan silabus dan buku.

3. Pemberian ruang kreatif kepada guru dalam mengimplementasikan K13


Edisi Revisi. Sebelumnya di K13 lama, penerapan proses berpikir 5M
sebagai metode pembelajaran yang bersifat prosedural dan mekanistik.

4. Penataan kompetensi yang tidak dibatasi oleh pemenggalan taksonomi


proses berpikir.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada makalah ini adalah sebgai berikut:

12
1. Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia. (P.P R.I No. 19 Tahun 2005.)
2. Ruang lingkup standar nasional pendidikan diantaranya yaitu Standar
isi, Standar proses, Standar kompetensi lulusan, Standar pendidik dan
tenaga kependidikan, Standar sarana dan prasarana,Standar
pengelolaan,Standar pembiayaan, Standar penilaian pendidikan
3. Ada enam alasan mengapa standar nasional pendidikan itu diperlukan
yaitu Indonesia sebagai negara berkembang, sebagai negara kesatuan
diperlukan suatu penilaian dari kinerja sistem pendidikan nasional,
anggota masyarakat global.
4. Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2015 mencakup pasal 1 sampai
pasal 8.
5. Kurikulum ini menekankan tentang pemahaman tentang apa yang
dialami peserta didik akan menjadi hasil belajar pada dirinya dan
menjadi hasil kurikulum. Oleh karena itu proses pembelajaran harus
memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk
mengembangkan potensi dirinya menjadi hasil belajar yang sama atau
lebih tinggi dari yang dinyatakan dalam Standar Kompetensi Lulusan.

13

Anda mungkin juga menyukai