Anda di halaman 1dari 16

Lampiran 1 Materi Ajar Fluida Statis

Fluida Statis

Berdasarkan fase atau keadaannya materi dikelompokkan menjadi tiga


jenis, yaitu benda padat, cair, dan gas. Benda padat adalah jenis benda yang
ukuran selalu tetap dan bentuknya tidak dipengaruhi wadah yang ditempatinya.
Benda padat tidak akan berubah bentuk jika hanya berpindah tempat. Selain itu,
bentuk benda padat hanya akan berubah apabila diberi suatu perlakuan seperti
menekan, memotong, atau mendorongnya. Perlakuan tersebut dikenal sebagai
gaya. Berbeda dengan benda padat, benda cair merupakan benda yang tidak
memiliki bentuk yang tetap, melainkan menyesuaikan bentuk dari wadah yang
ditempatinya. Namun volume benda cair tetap atau tidak akan berubah kecuali
gaya yang diberikan besar. Sifat-sifat lainnya dari benda cair yaitu 1) permukaan
benda cair yang tenang akan selalu datar walaupun wadah yang ditempati dalam
posisi miring, 2) benda cair akan memberi tekanan dari segala arah, dan 3) benda
cair meresap melalui celah-celah kecil yang biasanya disebut sebagai peristiwa
kapilaritas. Sedangkan untuk benda gas adalah benda yang tidak mampu
mempertahankan bentuk maupun volumenya. Benda gas akan menyebar,
memenuhi, dan menekan ke seluruh bagian dari wadah yang ditempatinya. Benda
atau zat cair dan gas merupakan jenis zat yang tidak dapat mempertahankan
bentuknya, sehingga keduanya memiliki kemampuan untuk mengalir.
Kemampuan zat cair dan gas untuk mengalir, membuat kedua zat disebut sebagai
fluida (Giancoli, 2001: 324).
Fluida merupakan zat yang memiliki kemampuan untuk mengalir dan
berubah bentuk sesuai wadah yang ditempatinya. Dalam keadaan kesetimbangan,
fluida tidak dapat menahan tegangan geser (shear stress). Tegangan geser terjadi
apabila ada gaya tangensial pada permukaannya. Sehingga fluida akan mengalami
perubahan bentuk yang disebut sebagai regangan geser. Setiap bagian yang
terkena tegangan geser akan langsung bergerak, pergerakkan ini disebut sebagai
aliran. Hal tersebut sesuai dengan sifat fluida, yaitu zat yang dapat mengalir.
Namun, fluida dapat mengeluarkan gaya yang tegak lurus dengan permukaannya.
Lampiran 1 Materi Ajar Fluida Statis (Lanjutan)

Fluida dapat dibedakan menurut wujud dari materinya, yakni fluida zat
cair dan fluida zat gas. Kedua bentuk zat tersebut termasuk zat yang dapat
mengalir, namun tidak dapat mempertahankan bentuknya yang tetap. Lain halnya
dengan zat padat, yang tidak dapat mengalir dan bentuknya selalu tetap, sehingga
zat padat tidak termasuk golongan fluida (Halliday, 2010: 568).
Berdasarkan keadaan atau kondisinya, fluida dibedakan menjadi dua
jenis yakni fluida statis dan fluida dinamis. Fluida statis merupakan jenis fluida
yang tidak bergerak atau fluida dalam keadaan diam. Sedangkan, fluida dinamis
adalah fluida yang bergerak. Dalam penelitian ini hanya akan membahas
mengenai materi Fluida Statis.
a. Massa Jenis (Densitas) dan Tekanan
Massa jenis atau density dilambangkan dengan symbol 𝜌 (rho),
merupakan suatu besaran yang dimiliki oleh setiap benda. Secara matematis,
massa jenis dituliskan sebagai berikut:
∆𝑚
𝜌= (1)
∆𝑉

Diasumsikan jika suatu fluida memiliki dimensi yang lebih besar jika
dibandingkan dengan dimensi atom lain. Maka dari itu persamaan 1 dapat
ditulis menjadi :
𝑚
𝜌= 𝑉
(2)

dengan 𝑚 adalah massa benda dan 𝑉 adalah volumenya. Massa jenis ini
merupakan besaran skalar dan memiliki satuan SI yaitu kilogram per meter
kubik (𝑘𝑔⁄𝑚3 ). Benda yang murni terbuat dari suatu bahan akan memiliki
massa jenis yang selalu sama, meskipun ukuran dan massanya berbeda-beda
(Halliday, 2010: 569).
Suatu fluida tidak dapat menahan tegangan geser maupun tegangan
tarik. Oleh karena itu, tekanan yang dapat diberikan oleh fluida yaitu dengan
menekan benda dari semua sisi atau segala arah. Tekanan juga didefinisikan
sebagai gaya normal atau gaya dengan pengaruh fluida statis pada benda
selalu tegak lurus dengan permukaan benda tersebut (Serway, 2009: 638)
Lampiran 1 Materi Ajar Fluida Statis (Lanjutan)

f
d
a c
b
e

Gambar 1 Besar Tekanan Selalu Sama di Semua Arah pada Fluida untuk
Kedalaman Tertentu (Sumber: Giancoli, 2001: 326)
Secara matematis, persamaan dari tekanan dituliskan sebagai
berikut:
𝐹
𝑃=𝐴 (3)

Keterangan:
𝑃 = Tekanan (𝑁⁄𝑚2 )
𝐹 = Gaya pada penampang (𝑁)
𝐴 = Luas penampang (𝑚2 )
Satuan SI dari tekanan adalah newton per meter persegi (𝑁⁄𝑚2 ),
yang selanjutnya diberi nama Pascal (𝑃𝑎). Berikut ini adalah satuan pascal
jika dihubungkan dengan beberapa satuan tekanan yang sifatnya non-SI,
yaitu:
1 atm = 1,00 × 105 𝑃𝑎 = 760 𝑡𝑜𝑟𝑟 = 14,7 𝑙𝑏⁄𝑖𝑛2
Atmosfer standar (atm) adalah satuan tekanan rata-rata atmosfer pada
permukaan laut. Satuan ini kadang-kadang digunakan sebagai tekanan acuan
atau standar. Sedangkan, torr adalah nama satuan yang diambil dari nama
Evangelista Torcelli yaitu fisikawan Italia penemu barometer (Halliday, 2010:
571).
Lampiran 1 Materi Ajar Fluida Statis (Lanjutan)

1) Tekanan Hidrostatik

Gambar 2 Tekanan dalam zat cair dengan kedalaman h (Sumber :


Giancoli, 2001: 327)
Tekanan dalam zat cair dengan kedalaman h sebenarnya
disebabkan oleh berat kolom zat cair atau fluida di atasnya. Oleh karena
itu, gaya yang bekerja dalam daerah tersebut adalah 𝐹 = 𝑚𝑔 = 𝜌𝑉𝑔. V
adalah volume benda dengan persamaannya 𝑉 = 𝐴ℎ. Sehingga
persamaan gaya menjadi 𝐹 = 𝑚𝑔 = 𝜌𝐴ℎ𝑔. Kemudian untuk persamaan
tekanannya menjadi:
𝐹 𝜌𝐴ℎ𝑔
𝑃=𝐴= = 𝜌𝑔ℎ (4)
𝐴

Dari persamaan 4 diketahui bahwa tekanan berbanding lurus


dengan massa jenis zat cair dan kedalamannya. Karena tekanan ini terjadi
dalam zat cair, maka selanjutnya disebut sebagai tekanan hidrostatis yang
dilambangkan dengan 𝑃ℎ . Sehingga persamaan (4) menjadi:
𝑃ℎ = 𝜌𝑔ℎ (5)
Keterangan:
𝑃ℎ = Tekanan hidrostatik (𝑃𝑎 )
𝜌 = Massa jenis fluida (𝑘𝑔⁄𝑚3 )
𝑔 = Percepatan gravitasi Bumi (10 𝑚⁄𝑠 2 )
ℎ = Kedalaman fluida dari permukaan (𝑚)
(Giancoli, 2001: 326-327)
Lampiran 1 Materi Ajar Fluida Statis (Lanjutan)

Tekanan hidrostatis hanya dipengaruhi oleh massa jenis dan


kedalaman fluida. Gambar 3, menunjukkan bahwa nilai tekanan
hidrostatis akan sama besar di semua titik meskipun bentuk wadah
berbeda-beda. Hal ini dikarenakan titik-titik tersebut berada dalam
kedalaman yang sama.

A B C D

Gambar 3 Tekanan hidrostatis tidak dipengaruhi bentuk wadah


(Sumber: Saripudin, 2009: 145)
2) Perubahan Tekanan seiring dengan Perubahan Kedalaman
Tekanan air akan bertambah seiring dengan bertambahnya
kedalaman. Begitu pula untuk tekanan atmosfer (P0). yang akan
berkurang seiring dengan bertambahnya ketinggian. Sehingga semakin
rendah suatu tempat, maka akan semakin tinggi tekanan atmosfernya.
Selain itu massa jenis zat akan berubah seiring dengan
berubahnya suhu, karena volume zat bergantung pada suhu. Pada kondisi
standar (0o C dan tekanan atmosfer), massa jenis gas sekitar 1/1000
massa jenis benda padat dan cair. Berdasarkan perbedaan massa jenis ini,
maka dapat diketahui bahwa jarak antar molekul di dalam gas sekitar 10
kali lebih besar dari pada molekul dalam bentuk padat atau cair.
Apabila suatu zat cair pada keadaan diam dengan massa jenis 𝜌,
maka dapat diasumsikan bahwa 𝜌 sama untuk semua bagian cairannya,
maka berarti zat cair tersebut tidak dapat ditekan (incompressibble).
Benda cair di luar sampel memberikan gaya yang tegak lurus pada
permukaan sampel tersebut.
Lampiran 1 Materi Ajar Fluida Statis (Lanjutan)

𝑷𝟎

Gambar 4 Tekanan Mutlak Fluida pada Kedalaman h (Sumber :


Saripudin, 2009: 145)
Pada permukaan zat cair yang terkena udara luar (Gambar 4),
maka akan bekerja tekanan dari udara luar yang dinyatakan dengan P.
Tekanan dari udara luar ini sering disebut sebagai tekanan mutlak.
Sedangkan pada permukaan zat cair, tekanan yang bekerja adalah
tekanan atmosfer (P0). Selain itu, pada kedalaman h yang bekerja adalah
tekanan hidrostatis (Ph) yakni sebesar 𝜌𝑔ℎ. Sehingga tekanan mutlak atau
tekanan yang sesungguhnya adalah jumlah dari kedua tekanan tersebut.
Tekanan mutlak yakni tekanan atmosfer ditambah dengan tekanan
hidrostatis. Persamaan matematisnya yaitu:
𝑃 = 𝑃0 + 𝜌𝑔ℎ (6)
Keterangan:
𝑃 = Tekanan mutlak (𝑃𝑎 )
𝑃0 = Tekanan atmosfer (1,01 × 105 𝑃𝑎 )
𝜌 = Massa jenis fluida (𝑘𝑔⁄𝑚3 ) 𝑔 =
Percepatan gravitasi Bumi (10 𝑚⁄𝑠 2 ) ℎ =
Kedalaman fluida dari permukaan (𝑚)
(Kanginan, 2017: 114)
b. Hukum Pascal
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, telah diketahui bahwa
tekanan fluida bergantung pada kedalaman dan nilai dari P0. Sehingga setiap
ada penambahan tekanan permukaan zat cair pasti akan diteruskan ke semua
titik di dalam fluida tersebut. Konsep ini pertama kali diamati oleh seorang
ilmuwan Prancis, yang bernama Blaise Pascal. Pascal menyimpulkan
Lampiran 1 Materi Ajar Fluida Statis (Lanjutan)

peristiwa tersebut dalam hukum Pascal, yang berbunyi “perubahan dalam


tekanan yang bekerja pada fluida diteruskan, tanpa berkurang sama sekali,
ke semua titik pada fluida dan juga pada dinding – dinding wadahnya”. Salah
satu penerapan dari hukum Pascal ini adalah dongkrak hidrolik.

F1 F2
A1 A2

PA1 PA2
cairan

Gambar 5 Prinsip Kerja Sebuah Dongkrak Hidrolik (Sumber: Kanginan,


2017: 119)
Sebuah gaya dengan besar F1 diberikan pada sebuah piston kecil
dengan luas penampang A1. Tekanan tersebut akan diteruskan ke zat cair
yang ditekan oleh piston yang lebih besar luasnya penampangnya (A2).
Karena tekanan harus sama pada kedua sisi, sehingga:
𝐹 𝐹
𝑃 = 𝐴1 = 𝐴2 (8)
1 2

(Serway, 2009: 643).


Berdasarkan persamaan 8, jika gaya F1 yang diberikan pada pengisap
1 besar, maka gaya F2 yang diterima oleh pengisap 2 juga akan besar.
Sehingga persamaan 8 dapat juga dituliskan sebagai berikut:
𝑃1 = 𝑃2
𝐹1 𝐹2
= (9)
𝐴1 𝐴2
𝐴
𝐹2 = 𝐴2 𝐹1 (10)
1

Keterangan:
𝑃1 = Tekanan pada pengisap 1(𝑃𝑎)
𝑃2 = Tekanan pada pengisap 2 (𝑃𝑎)
𝐹1 = gaya tekan pada pengisap 1 (𝑁)
𝐹2 = gaya tekan pada pengisap 2 (𝑁)
𝐴1 = luas pengisap 1 (𝑚2)
Lampiran 1 Materi Ajar Fluida Statis (Lanjutan)

𝐴2 = luas pengisap 2 (𝑚2 )


Dengan demikian, dapat diketahui bahwa gaya F2 lebih besar dari pada gaya
F1 yaitu sebesar A2/A1.
(Kanginan, 2017: 119).
c. Hukum Archimedes
Apabila suatu benda dicelupkan ke dalam zat cair, maka berat benda
tersebut akan lebih kecil jika dibandingkan dengan berat benda tanpa
dicelupkan. Benda tersebut akan mendapat gaya ke atas yang mengakibatkan
sebagian massa benda dalam zat cair akan berkurang. Pada peristiwa ini
berlaku gaya gravitasi yang arahnya ke bawah dan diimbangi dengan gaya ke
atas dari zat cair tersebut. Gaya ke atas tersebut adalah gaya apung, yaitu
suatu gaya ke atas yang dikerjakan oleh zat cair pada benda. Gaya apung
dapat terjadi karena tekanan zat cair bertambah seiring dengan bertambahnya
kedalaman. Dengan demikian, diketahui bahwa tekanan pada permukaan
bawah benda yang dimasukkan dalam zat cair akan lebih besar daripada
bagian permukaan atas benda tersebut.
Diasumsikan sebuah benda dimasukkan ke dalam zat cair sampai
seluruh pemukaan benda tersebut terendam (Gambar 6). Benda tersebut
berbentuk silinder dengan ketinggian benda adalah h dan luasnya adalah A
dimasukkan dalam zat cair yang memiliki massa jenis 𝜌𝑓 .

F1
h1
h2
h=h2-h1

F2

Gambar 6 Konsep Archimedes (Sumber: Giancoli, 2001: 333)


Zat cair tersebut memberikan tekanan pada permukaan atas silinder
sebesar 𝑃1 = 𝜌𝑓 𝑔ℎ1 . Gaya yang disebabkan dari tekanan tersebut adalah
Lampiran 1 Materi Ajar Fluida Statis (Lanjutan)

𝐹1 = 𝑃1 𝐴 = 𝜌𝑓 𝑔ℎ1 𝐴 yang menuju ke bawah. Selain itu, zat cair tersebut juga
memberikan gaya ke atas pada permukaan bawah silinder dengan cara yang
sama yaitu 𝐹2 = 𝑃2 𝐴 = 𝜌𝑓 𝑔ℎ2 𝐴. Gaya total yang disebabkan oleh tekanan
fluida disebut dengan gaya apung yang dilambangkan dengan FA.
𝐹𝐴 = 𝐹2 − 𝐹1
𝐹𝐴 = 𝜌𝑓 𝑔𝐴 (ℎ2 − ℎ1 )
𝐹𝐴 = 𝜌𝑓 𝑔𝐴ℎ
𝐹𝐴 = 𝜌𝑓 𝑔𝑉𝑏𝑓 (11)
Dengan 𝑉𝑏𝑓 = 𝐴ℎ, adalah volume silinder yang tercelup. 𝜌𝑓 adalah massa
jenis zat cair atau fluida, maka 𝜌𝑓 𝑔𝑉𝑏𝑓 = 𝑀𝑓 𝑔 yang merupakan berat dari
fluida yang memiliki volume sama dengan volume silinder tersebut.
Sehingga, disimpulkan bahwa gaya apung pada silinder tersebut sama dengan
berat fluida yang dipindahkan.
𝐹𝐴 = 𝜌𝑓 𝑔𝑉𝑏𝑓
𝐹𝐴 = 𝑀𝑓 𝑔 (12)
Keterangan:
𝐹𝐴 = gaya apung (𝑁)
𝐹1 = gaya pada permukaan bagian atas benda (𝑁)
𝐹2 = gaya pada permukaan bagian bawah benda (𝑁)
𝐴 = luas permukaan benda (𝑚2 )
𝑀𝑓 = massa fluida (𝑘𝑔)
𝜌𝑏 = massa jenis fluida (𝑘𝑔⁄𝑚3 )
𝑉𝑏𝑓 = volume benda yang tercelup dalam fluida (𝑚3 )
𝑔 = percepatan gravitasi Bumi (10 𝑚⁄𝑠 2 )
(Giancoli, 2001: 333).
Berdasarkan persamaan 12, dapat diketahui bahwa gaya angkat
hanya dipengaruhi oleh massa fluida atau zat cairnya, volume benda yang
tercelup, dan percepatan gravitasi. Sehingga gaya angkat tidak dipengaruhi
oleh massa benda. Namun dengan adanya gaya apung, berat benda yang
Lampiran 1 Materi Ajar Fluida Statis (Lanjutan)

dimasukkan ke dalam zat cair akan lebih ringan jika dibandingkan dengan
berat benda tersebut di udara (Giancoli, 2001: 335).
Penerapan dari Hukum Archimedes, salah satunya yaitu pada
peristiwa mengapung, tenggelam, dan melayang. Ilustrasi pada gambar
berikut (Gambar 7), menunjukkan bahwa peristiwa mengapung, tenggelam,
atau melayang hanya ditentukan oleh massa jenis rata-rata benda dan massa
jenis dari fluidanya.

Kayu Gabus
Kuningan Es
Timah
Air
𝜌 = 1,0
Tenggelam Tenggelam Terapung Terapung Terapung
11 8,5 0,9 0,5 0,25

Massa jenis relatif

Gambar 7 Beberapa Benda dengan Massa Jenis Relatif Berbeda dijatuh-


kan ke Wadah Berisi Air (Sumber: Kanginan, 2017: 128)
Benda akan mengalami peristiwa mengapung, tenggelam, atau melayang
ditentukan oleh massa jenis rata-rata benda dengan massa jenis fluidanya.
Suatu benda akan mengapung jika massa jenis rata-rata benda lebih kecil
daripada massa jenis fluida. Sebaliknya, jika massa jenis rata-rata benda lebih
besar daripada massa jenis fluida, maka benda akan tenggelam. Jika massa
jenis rata-rata benda dengan massa jenis fluida sama besar, maka posisi benda
akan berada di antara permukaan dan dasar wadah fluida atau disebut dengan
melayang.

Syarat benda mengapung : 𝜌𝑏 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 < 𝜌𝑓


Syarat benda tenggelam : 𝜌𝑏 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 𝜌𝑓
Syarat benda melayang : 𝜌𝑏 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 > 𝜌𝑓

Selain itu, peristiwa mengapung, tenggelam, dan melayang dapat


juga dijelaskan melalui hubungan antara konsep gaya apung dengan berat
benda.
Lampiran 1 Materi Ajar Fluida Statis (Lanjutan)

FA

Gambar 8. Gaya pada Benda Tercelup Dalam Zat Cair (Sumber:


Kanginan, 2017: 129)
Pada keadaan benda yang melayang dan mengapung dalam fluida, maka akan
terjadi keseimbangan antara berat benda tersebut dengan gaya apung. Lain
halnya dengan benda yang tenggelam dalam fluida, keseimbangan tidak akan
terjadi melainkan berat benda akan lebih besar dari gaya apungnya.

Syarat benda mengapung atau melayang : 𝑤 = 𝐹𝑎


Syarat benda tenggelam : 𝑤 > 𝐹𝑎

Syarat sebuah benda mengapung dengan melayang sama, yaitu berat


benda yang sama besarnya dengan gaya apungnya. Namun tetap ada
perbedaanya, yaitu volume benda yang tercelup. Pada benda yang
mengapung, hanya sebagian volume benda yang tercelup dalam fluida
(𝑉𝑏𝑓 < 𝑉𝑏 ). Sedangkan pada benda yang melayang seluruh bagian benda
tercelup dalam fluida (𝑉𝑏𝑓 = 𝑉𝑏 ).

FA

FA

𝑽𝒃𝒇 < 𝑽𝒃
w

𝑽𝒃𝒇 = 𝑽𝒃
w
(a) (b)

Gambar 8. Benda mengapung(a) dan Benda Melayang (b) dalam Zat Cair
(Sumber: Kanginan, 2017: 129)
(Kanginan, 2017: 123-129).
Lampiran 1 Materi Ajar Fluida Statis (Lanjutan)

d. Kapilaritas
Kapilaritas merupakan gejala naik turunnya partikel zat cair ketika
bersentuhan dengan suatu benda. Gejala ini muncul sebagai akibat adanya
kohesi tegangan permukaan dan gaya adhesi antara zat cair dengan dinding
kaca. Gaya kohesi adalah gaya tarik menarik antarmolekul yang sama
jenisnya. Sedangkan, gaya sdhesi adalah gaya tarik menarik antarmolekul
yang berbeda jenisnya,
Ketika zat cair tersebut menempel pada dinding kaca, maka akan
terjadi peristiwa melengkungnya permukaan zat cair. Peristiwa ini disebut
dengan meniskus. Meniskus cembung terjadi ketika gaya kohesi lebih besar
dari pada gaya adhesi, sehingga zat cair tidak akan membasahi dinding kaca.
Sedangkan meniskus cekung terjadi ketika gaya adhesi lebih besar dari gaya
kohesi, sehingga zat cair tersebut membasahi dinding kaca.
Gejala lain dalam kapilaritas yaitu sebatang pipa kapiler pada salah
satu ujungnya dimasukkan ke dalam air, maka permukaan air di dalam pipa
akan lebih tinggi dari permukaan air di luar pipa. Sedangkan jika ujung pipa
tersebut dimasukkan ke dalam raksa, ternyata permukaan raksa di dalam pipa
lebih rendah dari permukaan raksa di luar pipa.
Gejala kapilaritas dipengaruhi oleh tegangan permukaan zat cair (γ),
sudut kontak (θ), massa jenis fluida (ρ), jari-jari penampang pipa (r), dan
percepatan gravitasi Bumi. Tegangan permukaan pada zat cair merupakan
kecenderungan permukaan zat cair untuk menegang, sehingga permukaannya
seperti ditutupi oleh lapisan yang elastis. Peristiwa tersebut dapat terjadi
karena adanya gaya kohesi, sehingga antarpartikel yang sejenis akan saling
tarik-menarik. Besarnya tegangan permukaan suatu zat cair ditentukan oleh
𝐹
persamaan 𝛾 = 𝑑, dengan 𝑑 = 2𝐿, Sehingga persamaannya menjadi :
𝐹
𝛾 = 2𝐿 (13)
Lampiran 1 Materi Ajar Fluida Statis (Lanjutan)

Secara matematis gejala naik atau turunnya zat cair pada pipa kapiler
sebagai berikut:
𝛾 𝑐𝑜𝑠 𝜃
ℎ= (14)
𝜌𝑔𝑟

𝐹 𝑐𝑜𝑠 𝜃
ℎ=
2𝐿𝜌𝑔𝑟
Keterangan:
ℎ = kenaikan atau penurunan permukaan zat cair dalam pipa (𝑚)
𝛾 = tegangan permukaan zat cair (𝑁/𝑚)
𝐹 = gaya tegangan permukaan(𝑁) 𝑑 =
panjang permukaan tempat gaya bekerja (𝑚)
𝐿 = panjang kawat (𝑚)
𝜃 = sudut kontak
𝜌 = 𝑚assa jenis fluida (𝑘𝑔⁄𝑚3 )
𝑟 = jari − jari penampang pipa (𝑚)
𝑔 = percepatan gravitasi Bumi (10 𝑚⁄𝑠 2 )
Apabila gejala tersebut termasuk ke dalam meniskus cembung maka
sudut kontak (𝜃) adalah tumpul dan nilai cos 𝜃 = + (positif). Sehingga,
dapat diartikan bahwa zat cair mengalami peristiwa penaikkan. Sedangkan,
dalam meniskus cekung maka sudut kontak (𝜃) adalah lancip dan nilai
cos 𝜃 = − (negatif). Sehingga, zat cair mengalami peristiwa penurunan.
(Kanginan, 2013: 139-142).
e. Viskositas
Fluida memiliki gesekan internal dengan nilai tertentu yang disebut
sebagai viskositas. Viskositas dimiliki oleh zat cair maupun gas. Viskositas
ini sebenarnya adalah gaya gesekan antara lapisan-lapisan yang bersebelahan
dalam fluida ketika lapisan-lapisan tersebut bergerak saling melewati satu
dengan yang lainnya atau berpapasan. Pada zat cair, viskositas diakibatkan
oleh gaya kohesi antarmolekul. Sedangkan pada zat gas, viskositas muncul
sebagai akibat dari tumbukan antarmolekul.
Lampiran 1 Materi Ajar Fluida Statis (Lanjutan)

Viskositas dari berbagai jenis fluida dinyatakan oleh koefisien


viskositas (𝜂) yaitu satu lapisan tipis fluida yang diletakkan di antara dua
lempeng (pelat) yang rata. Suatu fluida yang kental, viskositas ini akan
menghambat laju benda yang bergerak dalam fluida tersebut. Viskositas suatu
fluida dapat dihitung melalui sebuah persamaan yang telah ditemukan oleh
Sir George Stokes. Persamaan tersebut diberi nama hukum Stokes, yaitu:
𝐹𝑠 = 𝑘𝜂𝑣 (15)
Dengan k sebagai koefisien yang tergantung dari bentuk benda. Untuk benda
yang berbentuk bola dengan jari-jari r, maka nilai koefisien 𝑘 = 6𝜋𝑟.
Sehingga persamaan hukum Stokes menjadi:
𝐹𝑠 = 6𝜋𝑟𝜂𝑣 (16)
Keterangan:
𝐹𝑠 = gaya gesek Stokes (𝑁)
𝑟 = jari − jari bola (𝑚)
𝜂 = koefisien viskositas benda (𝑃𝑎 ∙ 𝑠)
𝑣 = kelajuan benda ( 𝑚⁄𝑠)
(Kanginan, 2017: 143-145).
Tabel 1 Koefisien viskositas berbagai fluida (Sumber: Giancoli, 2001: 348)
Koefisien Viskositas, 𝜼
Fluida Temperatur (oC)
(Pa s)
Air 0 1,8 × 10−3
20 1,0 × 10−3
100 0,3 × 10−3
Darah utuh 37 ≈ 4 × 10−3
Plasma darah 37 ≈ 1,5 × 10−3
Ethil alkohol 20 1,2 × 10−3
Oli mesin (SAE 10) 30 200 × 10−3
Gliserin 20 1500 × 10−3
Udara 20 0,018 × 10−3
Lampiran 1 Materi Ajar Fluida Statis (Lanjutan)

Koefisien Viskositas, 𝜼
Fluida Temperatur (oC)
(Pa s)
Hidrogen 0 0,009 × 10−3
Uap air 100 0,013 × 10−3
1 Pa s = 10 P = 1000 cP (1000 sentipoise)
Lampiran 1 Materi Ajar Fluida Statis (Lanjutan)

13,4 kg
14,7 kg

FT = - mg F’T
FA

w = mg w = mg

(a) (b)

Gambar 7. Konsep Archimedes (Sumber: Giancoli, 2001: 335)


Semua benda dalam keadaam diam (Gambar 7a), sehingga tegangan
tali (FT) pada tali penghubung sama dengan berat benda yaitu 𝑤 = 𝐹𝑇 = 𝑚𝑔.
Sedangkan benda yang dimasukkan ke dalam fluida (Gambar 7b) memiliki
gaya tambahan yaitu gaya apung (FA) namun gaya totalnya tetap bernilai nol.
Sehingga, 𝐹𝑇′ + 𝐹𝐴 = 𝑤.

Anda mungkin juga menyukai