Makalah
Makalah
Pembimbing:
Disusun oleh:
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti program profesi dokter
di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Disusun Oleh :
Mengetahui
Pembimbing,
A. INDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
TTL (usia) : 08 Juli 1946/72 th
Alamat : Jl. Bhayangkara RT 002/003, Karangmangu, Kab.
Cilacap. Jaa Tengah
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal masuk : 02 Juni 2019
Tanggal periksa : 04 Juni 2019
No. CM : 00170407
Bangsal : RSR Atas
B. ANAMNESIS (Autoanamnesis)
1. Keluhan utama
Lemas sejak 3 hari yang lalu
2. Keluhan tambahan
Mual, muntah, dan gatal-gatal seluruh tubuh
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD RSMS pada tanggal 02 Juni 2019 dengan keluhan
lemas sejak 3 hari yang lalu, terus menerus, dan mengganggu aktivitas. Lemas
berkurang jika pasien istirahat dan semakin berat jika pasien melakukan
aktivitas. Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah sebelum dan setelah
makan. Mual dan muntah dirasa terus menerus dan mengganggu aktivitas.
Mual dan muntah berkurang setelah mendapatkan obat dari RSMS. Selain itu,
pasien juga mengeluhkan gatal-gatal seluruh tubuh sejak 2 hari sebelum masuk
rumah sakit, tidak meninggalkan bekas, dan berkurang setelah dioleskan
minyak kayu putih. Pasien mengaku memiliki penyakit gula atau tekanan darah
tinggi sejak 10 tahun yang lalu. Pasien menyangkal adanya keluhan lain seperti
demam, kejang.
C. OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Sedang
2. Kesadaran : Compos mentis (E4V5M6)
3. Vital sign
TD : 145/80 mmHg
N : 75 x/menit
RR : 20 x menit
S : 36.8 oC
4. Berat badan : 42 kg
5. Tinggi badan : 155 cm
6. Indeks Massa Tubuh : 17,5 kg/m2
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Kepala
Bentuk : Mesosefal, simetris, venektasi temporal (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflex cahaya (+/+)
normal, pupil bulat isokor
Hidung : Deformitas (-), epistaksis (-), deviasi septum (-)
Mulut : Bibir sianosis (-)
Leher : Deviasi trakea (-),KGB tidak teraba pembesaran
2. Pemeriksaan Dada
Paru
Inspeksi : Dada simetris (+), retraksi dinding dada (-)
Palpasi : Fremitus kanan = kiri,
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantungz
Inspeksi : Iktus cordis (+)
Palpasi : Iktus cordis teraba di linea midclavicula sinistra lebih lateral
ICS 5, lebar 1cm, kuat angkat
Perkusi : Batas jantung dbn
Auskultasi : S1>S2, murmur (-), gallop (-)
3. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Perut tampak datar, jaundice (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Hepar : tak teraba
Lien : tak teraba
4. Pemeriksaan Ekstremitas
Ekstremitas Ekstremitas
superior inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Edema - - - +
Sianosis - - - -
Akral hangat + + + +
Reflek fisiologis + + + +
Reflek patologis - - - -
Ulkus - - - -
5. Status lokalis
Dalam batas normal
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Hasil
Pemeriksaa Nilai Rujukan
02/06/2019
Darah Lengkap
Hemoglobin 10.0 L 11,2 - 17,3 g/dL
Leukosit 7480 3600 - 10600 U/L
Hematokrit 31 L 40- 52 %
Eritrosit 3.6 L 4.4 -5.9
Trombosit 176000 150.000 – 440.000 /uL
MCV 85.7 80-100 fL
MCH 27.5 26-34 pg/cell
MCHC 32.1 32-36 %
RDW 14.6 H 11.5-14.5 %
MPV 10.8 9.4-12.3 fL
Basofil 0.1 0 -1 %
Eosinofil 13.6 H 2–4%
Batang 2.4 L 3-5 %
Segmen 51.0 50-70 %
Limfosit 26.2 25 – 40 %
Monosit 6.7 2–8%
Kimia Klinik
Ureum Darah 241.8 H 14,98 – 38,52 mg/Dl
Kreatinin Darah 8.84 H 0,55 1,02 mg/Dl
Glukosa sewaktu 143 <= 200 mg/dL
Natrium 136 134-146 mEq/L
Kalium 4.9 H 3.4-4.5 mEq/L
Klorida 109 H 96-108 mEq/L
F. DIAGNOSIS
CKD Stage V, DM tipe 2
G. PENATALAKSANAAN
1. IVFD Nacl 0.9% 8 tpm
2. Inj Furosemid 3x1 Amp
3. Inj Ranitidin 2x1 Amp
4. Bicnat 3x1 tab
5. Asam folat 2x1 mg
6. CACO3 3x500 mg
H. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad fungtionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
I. FOLLOW UP
Tanggal S O A P
b Gambaran Laboratorium
Pemeriksaan GFR dan kadar kreatinin serum penting pada pasien PGK
untuk menilai fungsi ginjal. Kadar elektrolit seperti sodium, potassium
klorida dan bikarbonat dapat menentukan kelainan biokimiawi darah
meliputi penurunan kadar hemoglobin, peningkatan kadar asam urat,
hiperkalemia atau hipokalemia, hiponatremia, hiperkloremia atau
hipokloremia, hiperfosfatemia, hipokalemia, asidosis metabolik.
c Gambaran Radiologis
Pemeriksaan radiologis penyakit gagal ginjal kronik berupa foto polos,
USG, Pielografi dan renografi. Foto polos abdomen, bisa tampak batu radio-
opak. Ultrasonografi ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang
mengecil, korteks yang menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista,
massa, kalsifikasi. Pielografi intravena bersifat toksik dan kontras sering
tidak bisa melewat glomerulus sehingga jarang dikerjakan. Pielografi
antegrad atau retrograd dan renografi dikerjakan bila ada indikasi.
G. Prognosis
2. DIABETES MELLITUS
A. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya (PERKENI, 2015).
B. Etiologi
Gambar 2. Klasifikasi tipe diabetes mellitus dan etiologinya (PERKENI,2015):
C. Faktor Risiko
Faktor risiko diabetes sama dengan faktor risiko untuk intoleransi glukosa yaitu
(PERKENI, 2015) :
1. Faktor Risiko yang Tidak Bisa Dimodifikasi
a. Ras dan etnik
b. Riwayat keluarga dengan DM
c. Usia >45 tahun (Harus dilakukan pemeriksaan DM)
d. Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi >4000 gram atau riwayat
pernah menderita DM gestasional (DMG).
e. Riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2,5 kg.
D. Penegakan Diagnosis
1. Riwayat Penyakit (PERKENI, 2015)
a. Usia dan karakteristik saat onset diabetes.
b. Pola makan, status nutrisi, status aktifitas fisik, dan perubahan BB
c. Riwayat tumbuh kembang pada pasien anak/dewasa muda.
d. Pengobatan yang pernah diperoleh sebelumnya secara lengkap
e. Pengobatan yang sedang dijalani, termasuk obat yang digunakan,
perencanaan makan dan program latihan jasmani.
f. Riwayat komplikasi akut (ketoasidosis diabetik, hiperosmolar
hiperglikemia, hipoglikemia).
g. Riwayat infeksi sebelumnya, terutama infeksi kulit, gigi, dan traktus
urogenital. Gejala dan riwayat pengobatan komplikasi kronik pada ginjal,
mata, jantung dan pembuluh darah, kaki, saluran pencernaan, dll.
h. Pengobatan lain yang mungkin berpengaruh terhadap glukosa darah.
i. Faktor risiko
j. Riwayat penyakit dan pengobatan di luar DM.
k. Karakteristik budaya, psikososial, pendidikan, dan status ekonomi
3. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.
Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa
secara enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil
pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa
darah kapiler dengan glukometer. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar
adanya glukosuria (PERKENI, 2015).
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM. Kecurigaan
adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan (PERKENI, 2015).:
a. Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
b. Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi
ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.
E. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup
penyandang diabetes, yang meliputi (PERKENI, 2015):
1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas
hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut
2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati dan makroangiopati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah,
tekanan darah, berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien
secara komprehensif.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa
darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien
secara komprehensif. Langkah-langkah penatalaksanaan umum yaitu dengan
menggali riwayat penyakt, pemeriksaan fisik, laboratorium, serta penapisan
komplikasi. Langkah-langkah penatalaksanaan khusus dilakukan dengan
edukasi, terapi nutrisi medis, latihan jasmani, serta intervensi farmakologis
(PERKENI, 2015).
Berdasarkan cara kerjanya, obat antihiperglikemia oral dibagi menjadi 5
golongan (PERKENI, 2015):
1. Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue): Sulfonilurea dan Glinid
a. Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efek utama memacu sekresi insulin oleh sel
beta pankreas.
b. Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea,
dengan penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase pertama. Obat ini
dapat mengatasi hiperglikemia post prandial.
2. Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin: Metformin dan Tiazolidindion (TZD)
a. Metformin mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati
(glukoneogenesis), dan memperbaiki ambilan glukosa perifer. Metformin
merupakan pilihan pertama pada sebagian besar kasus DMT2.
b. Tiazolidindion (TZD) merupakan agonis dari Peroxisome Proliferator
Activated Receptor Gamma (PPAR-γ), suatu reseptor inti termasuk di sel
otot, lemak, dan hati. Golongan ini mempunyai efek menurunkan
resistensi insulin dengan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga
meningkatkan ambilan glukosa di perifer. Obat ini dikontraindikasikan
pada pasien dengan gagal jantung (NYHA FC IIIIV) karena dapat
memperberat edema/retensi cairan. Hati-hati pada gangguan faal hati, dan
bila diberikan perlu pemantauan faal hati secara berkala. Obat yang masuk
dalam golongan ini adalah Pioglitazone.
3. Penghambat Absorpsi Glukosa: Penghambat Glukosidase Alfa.
Obat ini bekerja dengan memperlambat absorbsi glukosa dalam usus
halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah
makan. Penghambat glukosidase alfa tidak digunakan bila GFR
≤30ml/min/1,73 m2 , gangguan faal hati yang berat, irritable bowel
syndrome.
4. Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV)
Obat golongan penghambat DPP-IV menghambat kerja enzim DPP-IV
sehingga GLP-1 (Glucose Like Peptide-1) tetap dalam konsentrasi yang
tinggi dalam bentuk aktif. Aktivitas GLP-1 untuk meningkatkan sekresi
insulin dan menekan sekresi glukagon bergantung kadar glukosa darah
(glucose dependent).
5. Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Co-transporter 2)
Obat golongan penghambat SGLT-2 merupakan obat antidiabetes oral
jenis baru yang menghambat reabsorpsi glukosa di tubuli distal ginjal dengan
cara menghambat transporter glukosa SGLT-2. Obat yang termasuk golongan
ini antara lain: Canagliflozin, Empagliflozin, Dapagliflozin, Ipragliflozin.
F. Komplikasi
Komplikasi dari diabetes terbagi menjadi (WHO, 2017):
1. Komplikasi mikrovaskular (kerusakan saluran darah kecil):
a. Retinopati
Retinopati dapat menyebabkan penurunan penglihatan dan kebutaan. Hal
ini disebabkan oleh kerusakan saluran darah kecil di retina
b. Nefropati
Nefropati diabetikum disebabkan oleh kerusakan saluran darah kecil di
ginjal. Proses jangka panjang akan menyebabkan gagal ginjal dan bahkan
kematian.
c. Neuropati
Diabetes dapat menyebabkan kerusakan pada saraf karena mekanisme dari
hiperglikemi dan penurunan aliran darah ke saraf akibat kerusakan saluran
darah kecil. Kerusakan pada saraf dapat mengakibatkan penurunan
kepekaan sensoris bahkan impotensi pada pria
d. Kaki diabetikum
Perubahan akibat kerusakan saluran darah kecil dan saraf dapat
mengakibatkan ulserasi pada ekstremitas yang memerlukan amputasi.
Komplikasi ini merupakan komplikasi tersering dari diabetes, terutama
pada masyarakat yang tidak sering menggunakan alas kaki.
2. Komplikasi makrovaskular (saluran darah besar):
Cardiovascular disease. Hiperglikemi dapat menyebabkan kerusakan
saluran darah yang prosesnya dinamakan atherosclerosis. Penyempitan
arteri dapat menurunkan aliran darah ke otot jantung yang dapat
mengakibatkan infark miokard, sedangkan penurunan darah ke otak dapat
mengakibatkan stroke
DAFTAR PUSTAKA