Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan merupakan penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan

dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya

bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan

lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagu dalam 3

trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua

15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu

ke-28 hingga ke-40) (Wiknjosastro, 2010).

Fokus Asuhan Persalinan Normal adalah persalinan bersih dan aman serta

mencegah terjadinya komplikasi. Akan tetapi persalinan yang bersih dan aman

juga dapat ke hal patologis, seperti terjadinya persalinan macet, rupture uteri,

infeksi atau sepsis, perdarahan, ketuban pecah dini, pre eklamsi dan eklamsia.

Kebijakan program nasional masa nifas yaitu paling sedikit empat kali

melakukan kunjungan nifas. Selama masa pemulihan berlangsung, ibu akan

mengalami banyak perubahan fisik maupun psikologis seperti terjadi infeksi nifas,

perdarahan nifas, infeksi saluran kemih, puting susu lecet, payudara bengkak, dan

mastitis (Saleha, 2009).

Dalam memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif bagi bayi baru

lahir yang dimulai sejak janin dalam kandungan sampai bayi berumur 28 hari di
puskesmas dan jaringannya, maka setiap tenaga kesehatan harus memenuhi

standar pelayanan yang sudah ditetapkan. Dalam masa transisi bayi baru lahir

ialah mengalami komplikasi. Komplikasi yang dapat dialami oleh bayi baru lahir

ialah suhu yang tidak stabil, hipoglikemi, polisemia dan kelainan neurologik

(Wiknjosastro,2010)

Pemilihan kontrasepsi yang digunakan oleh wanita perlu mempertimbangkan

pengaruh metode tersebut terhadap fungsi reproduksi sekaligus kesejahteraan

umum. Salah sati alasan penghentian atau berganti kontrasepsi adalah efek

samping yang dirasakan. Sampai saat ini tidak ada satupun alat kontrasepsi yang

bebas dari kegagalan, efek samping serta komplikasi. Proporsi akseptor Keluarga

Berencana yang memakai kontrasepsi hormonal lebih banyak mengemukakan

masalah kesehatan daru pada peserta KB non hormonal yaitu obesitas, tulang

rapuh, sakit kepala, jerawat, kulit berminyak, tekanan darah tinggi, kolesterol

tinggi, resistensi insulin, sembelit, perut kembung, haid tidak teratur, dan

penurunan sistem imun (Meilani dkk, 2010).

AKI dan AKB juga menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan

derajat kesehatan masyarakat. Angka Kematian Ibu di Indonesia menurut SDKI

tahun 2012 menunjukkan peningkatan Aki yang signifikan yaitu menjadi 359

kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menunjukkan penurunan

menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB sebesar

22,23 per 1.000 kelahiran hidup, yang artinya sudah mencapai target MDG 2015

sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar

Sensus (SUPAS) 2015. S (Profil Kesehatan Indonesia, 2016)


Angka Kematian Ibu di Jawa Timur pada tahun 2016 mencapai 91 per 100.00

kelahiran hidup. Angka ini lebih rendah dari target provinsi yaitu 305 per 100.000

kelahiran hidup. Sedangkan Anka Kematian Bayi mencapai 23,6 per 1.000

kelahiran hidup. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya menunjukkan

penurunan yaitu pada tahun 2015 AKB sebesar 24 per 1.000 kelahiran hidup

(Dinas Kesehatan Jawa Timur,2016).

Angka Kematian Ibu di Jawa Timur cenderung menurun tiga tahun terakhir,

tetapi tahun 2016 meningkat lagi. Menurut SUPAS tahun 2016, target untuk AKI

sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2016, AKI Provinsi Jawa

Timur mencapai 91,00 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini mengalami

peningkatan dibanding tahun 2015 yang mencapai 89,6 per 100.000 kelahiran

hidup.

Di Kota Surabaya, AKI tahun 2016 sebesar 85,72 per 100.000 kelahiran hidup

sedangkan AKB tahun 2016 sebesar 6,39 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini

menunjukkan penurunan dibandingkan dengan AKI tahun 2015 mencapai 87,35

per 100.000 kelahiran hidup dan AKB mencapai 6,48 per kelahiran hidup (Dinas

Kesehatan Kota Surabaya, 2016).

Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan

indikator cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 di Kota Surabaya tahun 2015 sebesar

96,6% dari 47.480 ibu hamil yang ada di Kota Surabaya. Cakupan K4 di Kota

Surabaya pada tahun 2016, cakupan kunjungan ibu hamil K4 di Kota Surabaya

sebesar 98,45% daru 47.480 ibu hamil yang ada di Kota Surabaya. Cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga keseharan di Kota Surabaya tahun 2016

mencapai 96,88% dari 45.322 kasus persalinan yang ada (Profil Kesehatan Kota

Surabaya, 2016).

Cakupan ibu nifas yang mendapat pelayanan kesehatan di Kota Surabaya

tahun 2016 sebesar 93,88% dari 45.322 ibu nifas yang ada. Kunjungan bayi

neonatus (KN1) untuk bayi berusia<28 hari di asarana kesehatan yang meliputi

puskesmas, rumah sakit, rumah bersalin atau rumah sakit bersalin yang ada di

kota Surabaya. Sedangkan kunjungan bayi (KN lengkap) di sarana kesehatan yang

ada di kota Surabaya pada tahun 2016 sebesar 97,58%. Cakupan peserta KB

(Keluarga Berencana) di kota Surabaya tahun 2015 sebesar 75,19% dari 486.609

pasangan usia subur (Profil Kesehatan Kota Surabaya, 2016).

Kematian ibu dan bayi dapat dicegah melalui kegiatan yang efektif untuk

menurunkan angka komplikasi kebidanan, seperti pemeriksaan kehamilan yang

rutin dan konseling serta mendiskusikan Program Persiapan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K). Upaya yang dilakukan pemerintah untuk

mengatasi AKI dan AKB yaitu bekerja sama dengan rumah sakit untuk segera

menolong ibu bersalin yang membutuhkan perawatan segera bila terjadi

komplikasi. Sedangkan upaya yang dilakukan bidan yaitu meningkatkan

pendidikan kesehatan serta mendiskusikan Program Persiapan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) sebagai skreening awal pencegahan komplikasi.

Berdasarkan data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pencapaian AKI

masih tinggi karena ditemukan suatu masalah, yaitu masih ada komplikasi
kebidanan yang tidak ditangani oleh petugas kesehatan. Salah satu upaya yang

dapat dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang bersifat

menyeluruh dan bermutu kepada ibu dan bayi dalam lingkup kebidanan adalah

melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif yaitu asuhan kebidanan

berkelanjutan atau Continuity Of Care.

Continuity Of Care adalah pelayanan yang dicapai ketika terjalin hubungan

yang terus menerus antara seorang wanita dan bidan. Asuhan yang berkelanjutan

berkaitan dengan kualitas pelayanan dari waktu ke waktu yang membutuhkan

hubungan terus menerus antara pasien dengan tenaga profesionak kesehatahan.

Layanan kebidanan harus disediakan mulai prakonsepsi, awal kehamilan, selama

semua trimester, kelahiran dan melahirkan sampai enam minggu pertama

postpartum (Evi Pratami,2014).

Asuhan kebidanan secara berkelanjutan sangat penting dilakukan untuk

mendeteksi sedini mungkin adanya komplikasi yang terjadi, dengan demikian

tenaga kesehatan bisa melakukan tindakan yang tepat dan sesuai dengan

kebutuhan ibu dan bayinya (Ari Sulistyawati, 2011).

Oleh karena itu, penulis melakukan asuhan kebidanan pada kehamilan sampai

keluarga berencana dengan menggunakan manajemen asuhan yang

berkesinambungan sebagai Laporan Tugas Akir di Puskesmas Tanah Kali

Kedinding Surabaya.
1.2 Pembatasan Masalah

Continuity Of Care adalah asuhan kebidanan berkelanjutan yang diberikan

kepada klien mulai dari kehamilan, pendampingan persalinan, masa nifas, bayi

baru lahir hingga usia 28 hari, sampai masa antara untuk mengikuti program

Keluarga Berencana. Dalam asuhan berkelanjutan ini dilakukan pembatasan

masalah pelaksanaan Continuity Of Care yaitu pada kehamilan (Usia Kehamilan

34-40 minggu), persalinan, nifas sampai ≥15 hari, neonatus 0-28 hari, dan masa

antara (Keluarga Berencana).

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan secara

continuity of care dengan pendekatan manajemen kebidanan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan dalam penulisan proposal tugas akhir ini diantaranya:

1. Melakukan asuhan kebidanan pada kehamilan trimester III

2. Melakukan asuhan kebidanan pada persalinan

3. Melakukan asuhan kebidanan pada nifas

4. Melakukan asuhan kebidanan pada neonatus

5. Melakukan asuhan kebidanan pada masa antara (Keluarga Berencana)

1.4 Ruang Lingkup

1.4.1 Sasaran

Sasaran asuhan kebidanan ditujukan kepada ibu dengan memperhatikan

continuity of care mulai hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan masa antara.
Hal ini mengacu pada KepMenKes RI No.369 tahun 2007, tentang

penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam

memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan/masalah

dalam bidang kesehatan ibu hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah

lahir serta masa antara (Keluarga Berencana).

1.4.2 Tempat

Lokasi yang dipilih untuk memberikan asuhan kebidanan berkelanjutan

adalah Puskesmas Tanah Kali Kedinding Surabaya.

1.4.3 Waktu

Waktu yang diperlukan mulai dari penyusunan proposal sampai

memberikan asuhan kebidanan mulai tanggal 2 April 2018 s/d 25 April

2018.

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis

Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang asuhan

kebidanan yang bersifat continuity of care pada ibu hamil, bersalin, nifas,

neonatus, dan keluarga berencana.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Klien dan Keluarga

Meningkatkan pemahaman klien dan keluarga mengenai pentingnya

asuhan kebidanan berkelanjutan.

2. Bagi Puskesmas/Lahan Praktik


Asuhan kebidanan ini dapat dijadikan gambaran informasi serta bahan

untuk meningkatkan manajemen kebidanan yang diterapkan oleh lahan

praktik

3. Bagi Institusi

Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan informasi dan gambaran

mengenai penyusunan Laporan Tugas Akhir bagi Mahasiswa Diploma

3 Kebidanan Sutomo Poltekkes Kemenkes Surabata dalam Asuhan

Kebidanan berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai