Anda di halaman 1dari 20

Laporan Perbandingan Sistem Kadaster Perpajakan antara

Inggris dan Belanda

Kadaster Perpajakan -GT4311

Disusun Oleh Kelompok 7:

1. Hanif Azmi Nim. 23115024


2. Lestari Nim. 23116002
3. Ayu Ratna Sari Nim. 23116014
4. Meta Yulia Nim. 23116034
5. Feby Nur Safitri Nim. 23116071
6. Bima Kurniawan Nim. 23116078
7. Hot Mazmuloh Situmorang Nim. 23116082
8. Eben Ezer Wyranto Sirait Nim. 23116110
9. Syaiful Afif Nim. 23116113
10. M. Rayhant Fahreza Nim. 23117031

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOMATIKA


JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2019
LAPORAN

Perbandingan Sistem Kadaster Perpajakan antara Inggris dan Belanda

Hanif Azmi
Lestari
Ayu Ratna Sari
Meta Yulia
Feby Nur Safitri
Bima Kurniawan
Hot Mazmuloh
Eben Ezer Wyranto Sirait
Syaiful Afif
M. Rayhant Fachreza

Program Studi Teknik Geomatika


Jurusan Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan
Institut Teknologi Sumatera
Laporan Mata Kuliah GT-4311 Kadaster Perpajakan
Oktober 2019

Dicetak: Prodi Teknik Geomatika Jurusan Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan Institut
Teknologi Sumatera, JL. Terusan Ryacudu Desa Way Hui Kecamatan Jati Agung

Hak Cipta ©2019 oleh Kelompok 7 pada mata kuliah GT-4311 Kadaster Perpajakan. Hak cipta
dilindungi undang-undang (All Right Reserved). Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi,
atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Kadaster
Perpajakan, dengan judul “Perbandingan Sistem Kadaster Perpajakan antara Inggris dan
Belanda”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukkan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan dan masyarakat.

Lampung Selatan, 24 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. i


DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................................................................................... 2
1.1 Personel....................................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................................. 3
2.1 Hukum Tanah Belanda................................................................................................................ 3
2.2 Hukum Tanah Inggris (Anglo Saxon) .......................................................................................... 6
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 9
BAB IV KESIMPULAN .......................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................... 15

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Anggota Kelompok ........................................................................................................ 2

iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Tanah sebagai salah satu sumber kekayaan alam memiliki hubungan erat sekali dengan
kelangsungan hidup manusia. Manusia dalam kehidupan sehari-harinya senantiasa berhubungan
dengan tanah. Antara manusia dan tanah merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya seperti perumahan, tempat melakukan kegiatan pertanian bahkan
tempat untuk melakukan penguburan jenazah, manusia senantiasa berhubungan dengan tanah.
Sehingga tanah mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

Kadaster adalah sistem informasi pertanahan berbasis persil yang berisi informasi terkini
tentang segala kepentingan yang terkait dengan tanah, seperti hak atas tanah, batasan-batasan dan
tanggung-jawab yang harus dipenuhi dalam pemilikan dan pengelolaan tanah. Umumnya kadaster
meliputi deskripsi geometris bidang tanah atau persil yang dikaitkan dengan catatan lain mengenai
kepentingan yang terkait dengan bidang tanah tersebut, kepemilikan atau kontrol terhadap
kepentingan-kepentingan tersebut, selain itu sering pula berisi informasi mengenai nilai bidang
tanah dan pengembangan yang telah dilakukan diatas bidang tanah tersebut. Catatan tersebut dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan fiskal seperti penilaian bidang tanah dan perpajakan,
kepentingan hukum seperti pencatatan akta jual beli, untuk mendukung pengelolaan lahan dan tata
guna lahan seperti perencanaan dan tujuan administratif lainnya serta untuk mengarahkan pada
pembangunan berkelanjutan dan pelestarian lingkungan.

perkembangan selanjutnya, Negara-negara di seluruh dunia melaksanakan kadaster. Hal ini


ditandai dengan adanya istilah kadaster tersebut dalam beberapa bahasa dan pelaksanaannya
disesuaikan dengan tujuan tertentu. Kadaster di Indonesia pada saat itu dikenal dengan nama
pendaftaran tanah. Di indonesia yang susunan kehidupan masyarakatnya bercorak agraris serta
berkeinginan untuk melaksanakan demokrasi yang berkeadilan sosial, pemanfaatan tanah
dipergunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyatnya demi untuk mencapai tujuan yang
telah dicita-citakan, yaitu untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur.

Kadaster Perpajakan atau Kadaster fiskal didefinisikan sebagai inventori (daftar bidang
tanah hasil inventarisasi) bidangtanah yang mendukung informasi yang diperlukan untuk
melakukan penilaian masing-masing bidangtanah dan juga menentukan pajak terhadap bidang
tanah tersebut (Leksono, 2013). Terdapat tiga langkah utama dalam pengoperasian kadaster

1
fiskal. Pertama, penting dilakukanpenggalian dan identifikasi semua bidang tanah yang akan
dinilai. Kedua, setiap bidang tanah yangditemukan diklasifikasikan dan dilakukan penilaian.
Ketiga, pajak harus ditagihkan terhadap siapayang bertanggung jawab terhadap properti.
Orang yang bertanggung jawab melunasi pajak property tidak harus pemilik properti yang
sesungguhnya. Register fiskal mungkin merupakan sumber buktiyang mengacu pada pemilik
sebenarnya oleh karena itu seharusnya terdapat hubungan antara manajemen register fiskal
dengan kadaster yuridis. Pada kesempatan kali ini kita melakukan perbandingan sistem
kadaster perpajakan pada negara Belanda dan Inggris.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan Laporan Kadaster Perpajakan, yaitu:

1. Mahasiswa mengetahui sistem perpajakan yang berlaku di Belanda.

2. Mahasiswa mengetahui sistem perpajakan yang berlaku di Inggris.

3. Mahasiswa membandingkan sistem perpajakan di Belanda dan Inggris.

1.1 Personel

Adapun anggota kelompok 7, yaitu:

No NIM Nama
1 23115024 Hanif Azmi
2 23116002 Lestari
3 23116014 Ayu Ratna Sari
4 23116034 Meta Yulia
5 23116071 Feby Nur Safitri
6 23116078 Bima Kurniawan
7 23116082 Hot Mazmuloh Situmorang
8 23116110 Eben Ezer Wyranto Sirait
9 23116113 Syaiful Afif
10 23117031 M. Rayhant fachreza
Tabel 1. 1 Anggota Kelompok

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hukum Tanah Belanda

Sebagian besar negara mengakui sejumlah terbatas hak-hak mutlak yang seseorang dapat
miliki atas tanah. Hak-hak ini juga disebut sebagai “hak-hak kebendaan”. Sebuah hak
kebendaan adalah sebuah hak yang seseorang bisa gunakan dalam melawan siapa pun yang
mencoba melanggarnya. Hak kebendaan yang paling penting adalah kepemilikan. Ini adalah
hak paling komprehensif yang seseorang dapat miliki. Pelanggaran terhadap hak atas
kepemilikan dapat terjadi karena hak orang lain, tertulis atau tidak tertulis.

Semua hak kebendaan atas tanah dan bangunan adalah barangbarang yang terdaftar.
Sebuah hak kebendaan adalah:

a. Sebuah hak yang mengikuti objek (“droit de suite”)

b. Sebuah hak yang memiliki prioritas terhadap hak-hak kebendaan (“in rem”: perihal
sesuatu) yang lebih muda (“droit de priorité”, prior tempore potior iure)

c. Sebuah hak yang memiliki prioritas terhadap hak-hak perorangan (“in personam”:
perihal seseorang) secara umum (“droit de preference”).

Sistem Belanda tentang hak atas tanah adalah sebagai berikut. Setiap bagian kecil tanah di
Belanda memiliki pemilik yang sah secara hukum. Dia diperbolehkan untuk menggunakan
sendiri tanah tersebut, tapi dia juga diperbolehkan untuk memberikan hak atas tanah tersebut
kepada orang lain. Dia dapat mengalihkan kepemilikannya, Sistem dasar transasksi tanah
dalam teori tetapi juga dimungkinkan bahwa ia menawarkan hanya sebagian dari
kekuasaannya kepada orang lain. Dalam kasus terakhir, ia bisa menyetujui adanya
pelaksanaan hak perorangan, yang mengikat dia, tapi bukan orang lain lagi. Ia juga dapat
menetapkan hak kebendaan. Hak-hak kebendaan dapat digunakan terhadap (berhadapan
dengan) siapa pun juga, begitu juga terhadap misalnya pemilik baru dari tanah tersebut. Jadi,
dalam banyak kasus lebih baik untuk memiliki hak-hak kebendaan karena hakhak perorangan
secara umum tidak akan mengikat pemilik baru dari tanah yang bersangkutan selama mereka
tidak setuju akan keberadaan hak perorangan tersebut oleh diri mereka sendiri. Dalam hal
pengalihan kepemilikan, orang yang memiliki hak perorangan sebagian besar akan kehilangan
kekuasaan untuk menggunakan harta miliknya. Karena hak-hak kebendaan dapat digunakan

3
dalam berhadapan dengan orang lain, maka baik pembentukan maupun keberadaan hak-hak
kebendaan telah diatur dengan cukup baik dalam hukum Belanda. Pertama, hanya hak
kebendaan dari jenis yang sudah disebutkan dalam hukum yang dapat ditetapkan. Ini
dinyatakan demikian agar keberadaan dan isi dari hak-hak kebendaan lebih transparan. Kedua,
akta pembentukan harus didaftar dalam arsip publik untuk memastikan bahwa setiap orang
memiliki kemungkinan untuk mengetahuinya atau memperhatikannya. Ketiga, seorang
notaris dilibatkan dalam prosedur pembentukan untuk menggambarkan dengan sangat jelas
isi yang tepat dari setiap hak kebendaan. Pada bagian ini, semua hak kebendaan dalam sistem
hukum Belanda dijelaskan secara singkat. Pada bagian-bagian berikutnya, pembahasan yang
lebih mendalam tentang beberapa dari hak-hak kebendaan itu akan dilakukan.

• Hak dari seorang pemilik, kepemilikan (“ownership”, “eigendom”): hak yang paling
komprehensif atas sebuah barang yang tidak bergerak.
• Hak atas pengabdian pekarangan (“servitude”, “erfdienstbaarheid”): ini merupakan
hak kebendaan yang lebih kurang dibandingkan hak atas kepemilikan; pengabdian
pekarangan memberikan beban atas sebidang pekarangan seseorang untuk digunakan
dan demi manfaat bagi pekarangan milik orang lain. Sebuah contoh yang terkenal
adalah hak atas jalan.
• Hak sewa atau emphyteusis (“erfpacht”) memberikan suatu hak atas penikmatan untuk
menguasai dan menggunakan tanah orang lain. Dalam kenyataannya, hak ini sangat
dekat dengan kepemilikan. Emphyteusis adalah hak yang berasal dari pelimpahan atau
karena pewarisan berdasarkan keturunan atas sebuah harta kekayaan yang produktif.
Hak ini memungkinkan orang untuk menikmati secara bersyarat atas sebuah barang
atau tanah. Orang ini harus merawat barang atau tanah tersebut dan membayar pajak
atau sewa setiap tahun. Tambahan penjelasan dari penrj.
• Sebuah hak guna bangunan (“superficies”, “opstal”) memberikan hak untuk
memperoleh kepemilikan atas bangunan atau konstruksi yang terpisah dari
kepemilikan atas sebuah tanah. Hak guna bangunan memberikan pengecualian
terhadap aturan “superficies solo cedit” artinya: permukaan memberi jalan ke bagian
dasar; maksudnya, hak atas permukaan mencakupi juga hak atas bagian dalam dari
tanah yang bersangkutan.

4
• Hak menikmati hasil (“usufruct”): ini adalah hak kebendaan untuk menggunakan,
menikmati dan menerima keuntungan dari properti yang dimiliki orang lain. Pemilik
hak menikmati hasil adalah pemilik atau penerima manfaat dari keuntungan-
keuntungan tersebut. Hak-hak ini berakhir ketika penerima manfaat meninggal,
meskipun hak menikmati hasil masih dapat dialihkan, dengan risiko penjual meninggal
(segera) sebelum pembeli. Hak-hak ini tidak dilihat sebagai bagian dari genus hak atas
pengabdian pekarangan di Belanda. Sebuah variasi dari hak ini adalah “hak atas usus
et habitatio” artinya: hak atas penggunaan/pemakaian dan tempat tinggal. Perbedaan
utamanya adalah bahwa hak kebendaan ini adalah bersifat sangat pribadi dan tidak
dapat dialihkan.
• Hak atas hipotek atau hak tanggungan: ini adalah hak jaminan atas properti yang
terdaftar. Pihak pemegang hipotik (mortgagee) dapat menjual properti ini jika pihak
pemberi hipotik (mortgagor) tidak memenuhi kewajibannya. Dia (kreditur) memiliki
hak eksekusi adalah hak untuk secara terbuka menjual properti yang dijadikan sebagai
agunan/jaminan dan tanggungan tanpa campur tangan hakim dan untuk menutup
piutang dari hasil penjualan.
• Hak atas kewajiban kualitatif: ini adalah suatu ketentuan kontraktual yang berkaitan
dengan properti yang terdaftar, yang menjamin pelimpahan kewajiban pribadi tertentu
untuk mentoleransi atau menahan diri dari tindakan-tindakan tertentu pada orang-
orang yang kemudian mendapatkan barang tak bergerak tersebut dengan hak tertentu,
atau yang memperoleh hak perorangan atau hak sisa atas harta itu.
• Perhatian khusus perlu diberikan untuk suatu bentuk khusus dari kepemilikan bersama
(“co-ownership”): kepemilikan atas sebuah apartemen. Sistem Belanda untuk
kepemilikan apartemen dalam sebuah gedung dibangun melalui asumsi dasar bahwa
pemilik apartemen adalah pemilik bersama dari seluruh bangunan dengan hak mutlak
khusus atas penikmatan bagian tertentu dari bangunan tersebut, yaitu apartemennya.
• Ada juga bentuk lain dari kepemilikan bersama antara tetangga, yang disebut
“mandeligheid” Belanda: kepemilikan bersama/ umum. Ini adalah bentuk kepemilikan
bersama atas sebidang tanah (misalnya jalan keluar untuk umum) yang dilekatkan pada
kepemilikan harta atau tanah dalam hidup bertetangga. Selain mandeligheid, yang
harus ditetapkan oleh pemilik bersama atas tanah yang bersangkutan, ada dinding atau

5
tembok pemisah bersama dan pagar bersama, mandeligheid ini dalam KUH Perdata
Prancis dikenal dengan sebutan mitoyenneté.

2.2 Hukum Tanah Inggris (Anglo Saxon)

Sistem anglo saxon adalah suatu sistem hukum yang didasarkan pada yurisprudensi, yaitu
keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian menjadi dasar putusan hakim-hakim
selanjutnya. Sistem hukum ini diterapkan di Irlandia, Inggris, Australia, Selandia Baru, Afrika
Selatan, Kanada (kecuali Provinsi Quebec) dan Saxon Serikat (walaupun negara bagian
Louisiana mempergunakan sistem hukum ini bersamaan dengan sistim hukum Eropa
Kontinental Napoleon). Selain negara-negara tersebut, beberapa negara lain juga menerapkan
sistem hukum anglo saxon campuran, misalnya Pakistan, India dan Nigeria yang menerapkan
sebagian besar sistem hukum Anglo-Saxon, namun juga memberlakukan hukum adat dan
hukum agama.

Sistem hukum anglo saxon, sebenarnya penerapannya lebih mudah terutama pada
masyarakat pada negara-negara berkembang karena sesuai dengan perkembangan zaman.
Pendapat para ahli dan prakitisi hukum lebih menonjol digunakan oleh hakim, dalam memutus
perkara. Sistem anglo saxon tidak menjadikan peraturan perundang-undangan sebagai sendi
utama sistemnya. Sendi utamanya adalah pada yurisprudensi. Sistem hukum anglo saxon
berkembang dari kasus-kasus konkret dan dari kasus konkret tersebut lahir sebagai kaidah dan
asas hukum. Karena itu sistem ini sering disebut sebagai sistem hukum yang berdasarkan
kasus (case law system). Dalam perkembangannya, yurisprudensi makin penting sebagai
sumber hukum sistem kontinental. Begitu pula peraturan perundang-undangan pada sistem
anglo saxon makin menduduki tempat yang penting. Sistem hukum anglo saxon, mulai
berkembang di Inggris pada abad XI yang sering disebut sebagai Sistem “Common Law” dan
sistem “Unwritten Law” (tidak tertulis). Walaupun disebut sebagai unwritten law tetap tidak
sepenuhnya benar, karena di dalam sistem hukum ini dikenal pula adanya sumber-sumber
hukum yang tertulis (statutes). Sumber hukum dalam sistem hukum anglo saxon ialah
“putusan-putusan hakim/pengadilan” (judicial decisions). Disamping putusan hakim, maka
kebiasaan-kebiasaan dan peraturan perundang-undangan tertulis undang-undang dan
peraturan administrasi negara yang diakui.

6
Sistem anglo saxon ada “peranan” yang diberikan kepada hakim yaitu hakim mempunyai
wewenang yang sangat luas untuk menafsirkan peraturan hukum yang berlaku dan
menciptakan prinsip-prinsip hukum baru yang akan menjadi pegangan bagi hakim-hakim lain
untuk memutuskan perkara yang sejenis. Sistem anglo saxon menganut suatu doktrin yaitu
“the doctrine of precedent/stare decisis” yang pada hakekatnya menyatakan bahwa dalam
memutuskan suatu perkara, seorang hakim harus mendasarkan putusannya kepada prinsip
hukum yang sudah di dalam putusan hakim lain dari perkara sejenis sebelumnya (preseden).
Dalam hal tidak ada putusan hakim yang terdahulu atau ada tetapi tidak sesuai dengan
perkembangan, maka hakim dapat memutuskan perkara berdasarkan nilai-nilai keadilan,
kebenaran dan akal sehat (common sense) yang dimiliki.

Prinsip-prinsip hukum sering terjadi karena perkara, maka sistem Anglo Saxon sering
disebut Case law. Sistem hukum anglo saxon pengertian hukum privat ditujukan kepada
kaidah-kaidah hukum tentang hak milik (law of property), hukum tentang orang (law of
persons), hukum perjanjian (law of contract), dan hukum tentang perbuatan melawan hukum
(law of torts) yang tersebar dalam Undang-Undang, putusan hakim dan hukum kebiasaan.

Terbentuknya konsepsi di negara konsepsi yang berlaku di tanah anglo saxon adalah
konsepsinya feodal bahwa semua tanah adalah milik raja, tidak ada orang lain yang memiliki
tanah. Tanah yang dikuasai dan digunakan adalah tanah milik raja. Hak rakyat hanyalah
menguasai dan menggunakan tanah tersebut. Asal mula hubungan hukum manusia dengan
tanah. Semula antara raja dan mereka yang menguasai secara fisik dan menguasai serta
menggunakan tanah adalah orang-orang yang memperoleh tanah dari raja. Orang-orang
tersebut punya kewajiban untuk memberikan sesuatu atau upeti kepada raja atau melakukan
sesuatu bagi raja. Biasanya raja memberikan penguasaan tanah, awalnya kepada 3 orang:

• Golongan bangsawan: Memberikan uang, barang, pasukan berkuda kepada raja.

• Golongan pedagang: Memberikan uang, barang, pasukan berkuda juga kepada raja.

• Golongan kaum raja: Menyediakan penyelenggaraan misa kepada raja dan keluarga.

Bagi mereka yang mendapatkan penguasaan tanah dari raja diwajibkan membayar
menyerahkan sebagian (seperdua atau sepertiga) dari hasil tanahnya kepada raja, jika yang
dikuasainya adalah tanah pertanian atau melakukan kerja paksa jika tanahnya tanah

7
pekarangan. Dalam konsepsi ini, semua tanah adalah milik raja dan siapapun hanya menguasai
dan menggunakan tanah milik Lord nya sebagai tenant. Inilah yang disebut dengan doktrin
tenure. Kelemahan doktrin atau ajaran tenure yaitu:

1. Apabila ada sengketa di golongan III akan diselesaikan oleh golongan I. Namun
apabila sengketa ada di golongan IV maka sengketa tersebut tidaklah diselesaikan oleh
golongan I melainkan hanya akan diselesaikan oleh golongan II.
2. Bahwa para tenant tidak berkuasa dalam pindah lord. Sebagai contoh apabila ada
seseorang awalnya berada dibawah kaum gereja, maka orang tersebut tidak bisa pindah
berada dibawah kaum pedagang maupun kaum bangsawan. Selamanya orang tersebut
akan tetap sebagai tenant dibawah kaum gereja.

8
BAB III PEMBAHASAN

1. Perpajakan di Belanda ditentukan oleh pajak penghasilan (Wet op de inkom sten belasting,
2001), pajak pemotongan upah (Wet op de loon belasting, 1964), pajak pertambahan
nilai (Wet op de omzet belasting, 1968) dan pajak perusahaan (Wet op de ven noot schaps
belasting, 1969).
2. Perpajakan di Inggris dapat melibatkan pembayaran kepada setidaknya tiga tingkat
pemerintahan yang berbeda: pemerintah pusat (Pendapatan dan Bea Cukai Yang Mulia),
pemerintah yang didelegasikan, dan pemerintah daerah . Pendapatan pemerintah pusat
terutama berasal dari pajak penghasilan , kontribusi Asuransi Nasional , pajak pertambahan
nilai, pajak perusahaan, dan pajak bahan bakar. Pendapatan pemerintah daerah terutama
berasal dari hibah dari dana pemerintah pusat, tarif bisnis di Inggris, Pajak Dewan dan
semakin banyak dari biaya dan ongkos seperti ongkos parkir di jalan. Pada tahun fiskal
2014–15, total pendapatan pemerintah diperkirakan mencapai £ 648 miliar, atau 37,7
persen dari PDB, dengan pajak bersih dan kontribusi Asuransi Nasional mencapai £ 606
miliar.
Berikut perbedaan antara pajak belanda dan inggris berdasarkan jenis pajak yang sama:

PAJAK PENGHASILAN

1. Belanda, penduduk membayar pajak penghasilan atas pendapatan mereka. Pajak


penghasilan dipungut oleh Administrasi Pajak dan Bea Cukai, untuk tujuan menentukan
pajak penghasilan, pendapatan dibagi menjadi tiga kategori berikut, antara lain:
a) pendapatan dari pekerjaan dan kepemilikan rumah
Di masa lalu, golongan pendapatan tertinggi di Belanda adalah 72%, tetapi pada
1990 diubah menjadi 60%, dan pada 2001 menjadi 52%. Kurung pada tahun 2019
adalah 36,65%, 38,10%, 38,10% dan 51,75%. Pengeluaran tertentu, yang disebut
sebagai tunjangan pribadi, dapat dikurangkan dari pendapatan sebelum perhitungan
pajak. Contoh tunjangan pribadi adalah sumbangan untuk amal yang memenuhi syarat,
biaya perawatan, biaya pengobatan atau studi. Wajib Pajak di atas usia pensiun resmi
berhak atas tarif pajak yang dikurangi. Untuk pajak penghasilan, tahun pajak sama
dengan tahun kalender. Surat Pemberitahuan Pajak akan disampaikan sebelum 1 Mei

9
tahun berikutnya. Pasangan yang sudah menikah harus menyerahkan penilaian
bersama, kecuali untuk kasus ketika permohonan perceraian diajukan.
b) kepentingan finansial dalam perusahaan
Tarif pajak tetap sebesar 25% berlaku untuk pendapatan dari bunga substansial
dalam perusahaan. Kepentingan substansial dalam perusahaan didefinisikan sebagai
memiliki setidaknya 5% saham, opsi atau sertifikat bagi hasil; baik oleh wajib pajak
sendiri atau bersama dengan mitra pajak mereka.
c) tabungan dan investasi
pajak dari kekayaan. Kekayaan dihitung sebagai nilai aset (seperti tabungan atau
saham) dikurangi utang. Penghasilan dari kekayaan dikenakan pajak pada tingkat 30%.
2. Inggris, Pajak penghasilan adalah sumber pendapatan pemerintah tunggal terbesar di
Inggris, yang merupakan sekitar 30 persen dari total, diikuti oleh kontribusi Asuransi
Nasional sekitar 20 persen. Lebih dari 25% dari semua pendapatan pajak penghasilan
dibayar oleh 1% pembayar pajak teratas, yaitu pembayar pajak dengan pendapatan
tertinggi dan 90% dari semua pendapatan pajak penghasilan dibayar oleh 50% pembayar
pajak teratas dengan pendapatan tertinggi. The Parlemen Skotlandia memiliki kontrol
penuh atas tarif pajak penghasilan dan ambang batas pada semua non-tabungan dan
pendapatan non-dividen dikenakan pajak oleh Wajib Pajak di Skotlandia .
Setiap orang memiliki tunjangan pribadi pajak penghasilan , dan penghasilan hingga
jumlah ini dalam setiap tahun pajak bebas pajak. Untuk tahun pajak 2019/20, tunjangan
bebas pajak untuk usia di bawah 65 tahun dengan penghasilan kurang dari £ 100.000 adalah
£ 12.500. Pendapatan asing warga Inggris dikenakan pajak sebagai pendapatan Inggris,
tetapi untuk mencegah pajak berganda , Inggris memiliki perjanjian dengan banyak negara
untuk memungkinkan penggantian kerugian terhadap pajak Inggris yang dianggap dibayar
di luar negeri. Jumlah yang dianggap ini dibayarkan di luar negeri tidak harus sebanyak
yang sebenarnya dibayarkan.

10
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

1. Belanda, Sistem pajak pertambahan nilai mengikuti peraturan UE . Untuk pajak


pertambahan nilai ada tiga kategori: makanan dan kebutuhan pokok, bukan makanan dan
barang mewah, dan barang khusus. Ketiga kategori ini memiliki tingkat masing-masing
9%, 21%, dan 0%. Persentase non-makanan dan kemewahan meningkat dari 19% menjadi
21% pada 1 Oktober 2012, sedangkan persentase makanan dan kebutuhan pokok
meningkat dari 6% menjadi 9% persen pada 1 Januari 2019. Barang-barang khusus
meliputi:

• Barang yang diekspor


• Barang yang belum diperkenalkan
• Tangkapan Ikan
• Barang yang dipotong
• Transportasi orang internasional
Untuk PPN import tidak seperti di beberapa negara anggota UE lainnya, rezim pajak
Belanda memperbolehkan penangguhan pembayaran PPN impor. Alih-alih melakukan
pembayaran pada saat barang diimpor ke UE, pembayaran PPN dapat ditunda untuk
pengembalian PPN berkala. PPN impor perlu dilaporkan; namun, karena jumlah tersebut
dapat dikurangkan dari pengembalian PPN periode yang bersangkutan, penangguhan dapat
mencegah kerugian arus kas yang timbul dari pembayaran PPN impor segera pada saat
impor ke UE.

2. Inggris, Sumber pendapatan pemerintah terbesar ketiga adalah pajak pertambahan


nilai (PPN), yang dibebankan sebesar 20 persen untuk persediaan barang dan jasa. Oleh
karena itu pajak atas pengeluaran konsumen.
Barang dan jasa tertentu dikecualikan dari PPN, dan yang lain dikenakan PPN dengan tarif
lebih rendah 5 persen (tarif berkurang, seperti pasokan gas domestik) atau 0 persen ("tidak
dinilai", seperti kebanyakan makanan dan pakaian anak-anak). Pengecualian dimaksudkan
untuk meringankan beban pajak pada hal-hal penting sambil mengenakan pajak penuh pada

11
barang-barang mewah, tetapi timbul perselisihan berdasarkan perbedaan, Sampai tahun
2001, PPN dikenakan tarif penuh pada handuk sanitasi yang tidak digunakan.

PAJAK PERUSAHAAN

1. Belanda, Secara umum, perusahaan swasta dan publik dengan residensi Belanda dikenakan
pajak pendapatan perusahaan atas pendapatan mereka di seluruh dunia. Tarif pajak
perusahaan didasarkan pada jumlah kena pajak, yang sama dengan laba kena pajak pada
tahun yang bersangkutan dikurangi kerugian yang dapat dikurangkan. Pada tahun 2018,
untuk jumlah kena pajak di bawah € 200.000, tarif pajak 20% berlaku. Jumlah kena pajak
€ 200.000 ke atas dikenakan pajak dengan tarif pajak 25%. Tarif pajak perusahaan
keduanya akan turun sebesar 1 poin persentase pada tahun 2019, 1,5 poin persentase pada
tahun 2020 dan lebih lanjut 1,5 poin persentase pada tahun 2021; menghasilkan tarif pajak
16% di braket pertama dan tarif pajak 21% di braket kedua. Tahun pajak perusahaan setara
dengan tahun kalender kecuali dinyatakan sebaliknya dalam anggaran dasar
perusahaan. Tahun pajak biasanya mengikuti periode 12 bulan; penyimpangan
dimungkinkan pada tahun pertama pendirian.

2. Pajak perusahaan adalah pajak yang dipungut di Inggris atas keuntungan yang dibuat oleh
perusahaan dan atas keuntungan perusahaan tetap yang bukan merupakan perusahaan dan
asosiasi penduduk non-Inggris yang berdagang di UE. Pajak korporasi merupakan sumber
pendapatan pemerintah terbesar keempat (setelah pendapatan, NIC, dan PPN). Sebelum
diberlakukannya pajak pada 1 April 1965, perusahaan dan perorangan membayar pajak
penghasilan yang sama , dengan pajak keuntungan tambahan dikenakan pada perusahaan.

12
PAJAK WARISAN

1. Belanda, The pajak warisan ( successierecht ) biaya penerima manfaat dari warisan yang
diterima dari warga Belanda. Dalam hal emigrasi, warga negara Belanda dianggap sebagai
penduduk Belanda selama 10 tahun lebih lanjut. Tarif pajak warisan berkisar antara 10%
hingga 40%. Bagian dari warisan dibebaskan dari pajak; jumlah yang dibebaskan
tergantung pada hubungan penerima manfaat dengan orang yang meninggal.
2. Inggris

Pajak warisan dikenakan pada "transfer nilai", yang berarti:

1. harta orang yang meninggal;


2. hadiah yang dibuat dalam waktu tujuh tahun setelah kematian (dikenal
sebagai Transfer yang Berpotensi Berpotensi atau "PET");
3. "transfer seumur hidup yang dapat ditagih", artinya transfer ke jenis kepercayaan
tertentu. Lihat Perpajakan trust (Inggris Raya).

Pajak warisan tidak dipungut atas tanah milik orang yang meninggal "pada layanan aktif"
atau dari efek luka yang diderita pada layanan tersebut terlepas dari berapa lama setelah
itu, jika dapat dibuktikan sebagai penyebab kematian. Selain itu karena pasangan yang
meninggal tunduk pada pengecualian bahwa pita nilai nol penuh dapat ditransfer ke tanah
milik pasangan yang masih hidup pada kematian korban.

13
BAB IV KESIMPULAN

Berikut kesimpulan yang dapat kami sampaikan pada laporan kadaster perpajakan, sebagai
berikut:

1. Seperti yang sudah dibahas, dapat disimpulkan bahwa Negara Belanda Belanda pajak
dtentukan oleh pajak penghasilan (Wet op de inkom sten belasting, 2001), pajak
pemotongan upah (Wet op de loon belasting, 1964), pajak pertambahan nilai (Wet op de
omzet belasting, 1968) dan pajak perusahaan (Wet op de ven noot schaps belasting, 1969).
2. Berbeda dengan Negara Belanda, Perpajakan di Inggris melibatkan pembayaran kepada
setidaknya tiga tingkat pemerintahan yang berbeda, yaitu diantaranya pemerintah pusat
(Pendapatan dan Bea Cukai Yang Mulia), pemerintah yang didelegasikan, dan pemerintah
daerah.
3. Perbedaan perpajakan antara Negara Belanda dan Inggris sangat kontras, ditinjau dari
Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Perusahaan, dan Pajak Warisan dari
segi pemungutan pajak, biaya pajak yang dibayarkan, dan penerima pajak.

14
DAFTAR PUSTAKA
Cole, George dkk. 2016. Land Tenure, Boundary Surveys, and Cadastral Systems. CRC Press.

Harsono, Boedi, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan UndangUndang Pokok


Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Jakarta: Djambatan, Edisi Revisi 2008.

HM Land Registry. 2007. Land Registry Annual Report and Accounts 2006/7. House of Commons
HC 764, 18 July 2007. The Stationery Office. London

Hutagalung, Arie Sukanti, Condominium dan Permasalahannya, Jakarta: Badan Penerbit FHUI,
Edisi Revisi 2007.

Green, Kate and Joe Cursley.2004. Land Law.Fifth Edition. New York. Palgrave Macmillan

Wakker, Willem dkk. 2013. Land registration and cadastre in the Netherlands, and the role of
cadastral boundaries. Netherlands. Netherland's Cadastre and Land Registry Agency

15

Anda mungkin juga menyukai