Anda di halaman 1dari 24

HAND OUT

Mata Kuliah Pengukuran Teknik


Beban Studi 2 SKS

Disusun Oleh:
Nur Robbi

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

Pentingnya Metode Pengukuran Teknik


1. Tidak ada eksperimen yang mudah dan tidak ada yang dapat menggantikan
eksperimen dalam penelitian dasar dan pengembangan produk, sehingga
metode pengukuran dan teknik analisa untuk interpretasi data harus
dikuasai.
2. Untuk melakukan suatu eksperimen harus tahu dan dapat menentukan
variable-variabel fisik mana yang akan diselidiki dan apa peranan variable
tersebut nanti dalam pengolahan analitik. Sehingga untuk menyiapkan
peralatan eksperimen harus sudah mempunyai pengetahuan tentang
prinsip dasar dari peralatan tersebut.
3. Teori-teori baru dihasilkan dari eksperimen-eksperimen yang
berkelanjutan. Semua teori yang muncul telah divalidasi dengan
eksperimen.
4. Ketelitian yang diperlukan, biaya yang dikeluarkan dan upaya yang harus
dilakukan tergantung dari tujuan eksperimen. Misalnya, amplifier
(penguat) untuk kebutuhan rumah tangga mungkin tidak perlu ketelitian
yang tinggi jika dibandingkan amplifier yang digunakan sebagai alat
elektronik dalam satelit.
5. Disamping dapat melakukan eksperimen, kita dituntut untuk dapat
menganalisanya. Untuk analisa ini kita butuhkan teknik statistik, sehingga
kita juga harus menguasai teknik-teknik statistik ini.
6. Eksperimen ini harus direncanakan dengan baik, sehingga tidak akan ada
data yang terlewatkan dan tidak ada data yang diambil tetapi ternyata tidak
dipakai dalam proses analisanya, sehingga ini akan merugikan peneliti
baik dari segi waktu maupun biaya. Sehingga yang terpenting adalah
perencanaan dari penelitian.
BAB II
KONSEP DASAR

2.1. Sifat Umum Alat Ukur (Instrument) dan Definisi Istilah


Sifat Umum Alat Ukur timbul akibat keterbatasan atau tidak ada alat ukur
yang ideal sempurna tanpa ada kelemahan atau kekurangan, macamnya adalah
seperti sebagai berikut:
1. Readability ( Kemampu bacaan )
Menunjukkan seberapa teliti skala suatu instrument bisa dibaca
Contoh :

1 2 3 4 5
K u ra n g R e a d a b ilit y

L e b ih R e a d a b ility

2. Least Count ( Cacah Terkecil )


Beda terkecil antara dua penunjukkan yang dapat dideteksi (dibaca) pada skala
yang tertera pada instrument.
Contoh :
Dua skala pada contoh di atas: no 1 beda 1 skala
no 2 beda 0,5 skala
3. Sensitivity ( Kepekaan )
Perbandingan antara gerakan linier jarum penunjuk pada instrumen dengan
perubahan variable yang di ukur yang menyebabkan gerakan jarum itu
Contoh :
Suatu recorder 1 mV mempunyai skala yang panjangnya 25 cm maka
kepekaannya adalah 25 cm / mV.
Kepekaan alat ukur dapat digambarkan sebagai berikut :
A
Perbedaan kepekaan alat ukur A dan
B
Objek Ukur ΔX
Y
P e n u n ju k k a n S k a la

A
B
Pembacaan skala ΔYA au. A
Pembacaan skala ΔYB au. B
Y B
Sehingga :
Y A
X - kepekaan au. A =
X 1 A re a y a n g d iu k u r
X
YB
- kepekaan au. B =
X

4. Hysteresis ( Histerisis )
Penyimpangan yang timbul sewaktu melakukan pengukuran secara kontinyu
dari dua arah yang berlawanan (dari atas ke bawah lalu dari bawah ke atas)
Histerisis disebabkan pada umumnya oleh adanya deformasi elastis atau efek
termal pada komponen mekanisme alat ukur
Contoh : Penggunaan jam ukur

1 2 3 4 5 6

= H is te r is is

K u rv a P e m b a c a a n d a ri 0 - 7 ( n a ik )

Keterangan :
X = Harga sebenarnya ( mm )
Y = Kesalahan ( μm )
5. Passivity ( Kepasivan / kelambanan reaksi )
Suatu kejadian dimana suatu perubahan kecil dari harga yang diukur (yang
dirasakan sensor) tidak menimbulkan perubahan apapun pada jarum penunjuk
Kepasifan sering terjadi pada alat ukur
 mekanik
contoh pegas yang tidak elastis sempurna
 Pneumatis
Pengukur tekanan / manometer ( ruang / volume udara terlalu besar )
6. Shiffting ( Pergeseran )
Suatu kejadian dimana terjadi perubahan harga yang ditunjukkan pada skala
sedang sesungguhnya sensor tidak mengisyaratkan perubahan
Contoh :
Sering terjadi pada Alat Ukur pengubah elektrik digital dimana perubahan
kecil pada temperatur dapat mempengaruhi sifat – sifat komponen
elektroniknya
7. Zero Stability ( kestabilan Nol )
Kemampuan Alat Ukur menunjukkan posisi nol, jika dikembalikan pada posisi
semula atau waktu di ambil seketika.
Kestabilan nol ditentukan oleh keausan dan erat hubungannya dengan
histerisis
8. Floating ( Pengambangan )
Apabila jarum penunjuk selalu berubah pada posisi ( bergetar ) disebabkan
oleh terlalu pekanya Alat Ukur untuk merasakan perubahan yang kecil pada
sensor.
9. Accuracy ( Ketelitian )
Persesuaian antara hasil pengukuran dengan harga sebenarnya dari objek ukur
( harga yang dianggap benar )
N ila i y a n g d ia n g g a p b e n a r
A

1
P e n g u k u ra n 1
L e b ih T e liti B
2

P e n g u k u ran 2
C

Keterangan :
Δ = sistematik error
Δ1 < Δ2
10. Precision ( Ketepatan )
Kemampuan proses pengukuran untuk menunjukkan hasil yang sama dari
pengukuran yang dilakukan berulang – ulang dan identik
Contoh :
Pengukuran panjang benda yang sudah diketahui panjangnya = 100 mm
Diambil 5x bacaan ( pengukuran ) dan didapat nilai 103, 105, 104, 103, 105
Maka :
- ketelitian instrumen tidak lebih dari 5 % ( 5 mm )
- presisinya ± 5 %

2.2. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Proses Pengukuran


Pengukuran tidak teliti dan tidak tepat dapat bersumber pada beberapa factor
berikut:
1. Instrument ( Alat Ukur )
Ausnya sensor, kepasifan, histerisis, pergeseran dan sebagainya

2. Obyek Ukur
Sering terjadi pada benda – benda elastis atau tabung – tabung berdinding tipis
yang bisa berdeformasi akibat tekanan sensor instrumen

3. Posisi Pengukuran
Garis pengukuran tidak berhimpit atu sejajar dengan garis dimensi benda ukur

4. Pengaruh Lingkungan
- Lingkungan berdebu kesalahan sistematis
- Lingkungan gelap kesalahan pembacaan
- Lingkungan bergetar kesalahan akibat floating
- Temperatur perubahan dimensi obyek ukur (terutama logam)

5. Pengukur ( Faktor Manusia )


Cara pengukuran, skill, pengalaman, dsb.
2.3. Kalibrasi
Kalibrasi adalah suatu proses yang bertujuan untuk mengetahui kesalahan
dari Alat Ukur atau mesin dengan cara membandingkan penunjukkannya terhadap
sesuatu yang sudah standar.

Tingkat kalibrasi ( tracebility ) dari alat ukur

Alat Ukur Standar Internasional

Tingkat IV
Alat Ukur Standar Nasional

Tingkat III
Alat Ukur Standar

Tingkat II
Alat Ukur Standar Kerja

Tingkat I
Alat Ukur Kerja

2.4. Standar
Dimaksudkan agar pengukuran bersifat universal artinya dimanapun
pengukuran dilaksanakan bisa diperbandingkan dan memberikan hasil yang
relative sama.
Contoh :
1 m = panjang batang platina iridium di Sevres Prancis
= 1.650.763,63 panjang gelombang cahaya ultra violet lampu crypton 26
1 m = 39,37 inci
1 lb = 453, 59237 gr
1 inci = 2,54 cm
Skala Suhu:
Skala celcius absolut disebut skala Kelvin ( 0K )
Skala Fahrenheit absolut disebut skala Rankine ( 0R )
0
K = 0C + 273,16
0
R = 0F + 459,67
0
F = 9/5 0C + 32,0
2.5. Dimensi dan Satuan
Dimensi : Variable fisik yang digunakan untuk menyatakan sifat atau perangai
suatu system tertentu
Contoh : panjang suatu batang = dimensi batang itu
Contoh macam – macam dimensi yang digunakan dalam dunia keteknikan adalah:
L = panjang t = Waktu
M = massa T = suhu
F = gaya
Satuan : Semua besaran fisik yang digunakan untuk menyatakan dimensi
fundamental di atas
Contoh : Panjang satuannya meter ( M )
Massa satuannya kilogram ( Kg )
Waktu satuannya detik ( s )
Suhu satuannya Kelvin ( K )

2.6. Konstruksi Umum dari Alat Ukur


Ada 3 komponen utama yang membentuk suatu Alat Ukur, yaitu:
1. Sensor
2. Pengubah
3. Penunjuk / Pencatat
1. Sensor
Adalah peraba dari Alat Ukur, yaitu menghubungkan Alat Ukur dengan benda
ukur
contoh :
- Ujung – Ujung Kontak pada avometer
- Jarum pada Alat Ukur kekasaran permukaan

2. Pengubah
Adalah bagian terpenting dari Alat Ukur. Isyarat dari sensor diubah terlebih
dahulu sebelum diteruskan pada penunjuk atau pencatat, seperti fungsi CPU
pada computer.
Tujuan digunakannya pengubah adalah :
Untuk memperbesar dan memperjelas perbedaan yang kecil dari geometri
objek ukur

3. Penunjuk / Pencatat
Adalah bagian dari Alat Ukur, melalui yang mana dari hasil pengukuran
ditunjukkan atau dicatat
Penunjuk dapat dikategorikan menjadi 2 macam :
1. Penunjuk berskala
2. Penunjuk berangka ( digital )
BAB III
ANALISA DATA EKSPERIMEN

Pendahuluan
Semua data dari hasil eksperimen perlu dianalisa terutama untuk mengetahui
atau menentukan kesalahan (error), ketepatan (precition) dan validitas (kesahihan)
hasil pengukuran dalam eksperimen tersebut.
Contoh : Pengujian tingkat konsumsi bahan baker kendaraan bermotor harus
diketahui ketelitian (accuracy) speedo meter dan indicator isi tangki
untuk dapat dengan yakin menyatakan tingkat konsumsi Bahan Bakar
dari kendaraan tersebut.

3.2. Sebab – sebab Kesalahan ( Error ) dalam Eksperimen dan Macamnya


Beberapa jenis kesalahan yang sering menyebabkan ketidakpastian dalam
pengukuran eksperimen adalah seperti sebagai berikut:
1. Kekeliruan dalam pemasangan peralatan / instrumen
Kekeliruan seperti ini bisa merusak validitas data hasil pengukuran.
2. Adanya kesalahan tetap ( fixed error )
Kesalahan seperti ini bisa juga disebut dengan kesalahan sistematik
( systematic error ) dan seringkali penyebabnya tidak diketahui

Contoh : Pengukuran dengan termometer raksa dalam gelas, pada


pengukuran seperti ini bacaan suhu pada termometer selalu
menunjukkan suhu yang lebih rendah daripada suhu sejati gas
dalam gelas yang diukur, berapapun banyaknya bacaan yang kita
lakukan. Kesalahan yang seperti ini dinamakan kesalahan tetap.
3. Kesalahan random ( Random error )
Kesalahan random biasanya disebabkan oleh fluktuasi atau ketidak
konsistenan pribadi atau juga bisa di peralatan / instrumen karena pengaruh
gesekan dan sebagainya.
Analisa Ketidakpastian
Telah kita ketahui bersama bahwa ketidakpastian data muncul dari kesalahan
– kesalahan seperti tingkat ketelitian instrumen, kompetensi pelaksanaan yang
menggunakan instrumen dan sebagainya, kemudian semua pengukuran primer itu
harus digabungkan untuk mendapatkan hasil akhir. Untuk
mengetahui/menganalisa berapa ketidakpastian hasil akhir dalam pengukuran bisa
dilakukan analisa yang ditemukan oleh kline dan Mc. Clintock.
Sebelumnya perhatikan perhitungan daya listrik berikut :

P = E. I dimana : E dan I diukur sebagai


E = 100 V ± 2 V
I = 10 A ± 0,2 A
Nilai nominal daya :
P = 100. 10 = 1000 W

Tetapi dengan memperhatikan kemampuan Alat Ukur dengan mengambil variasi


terburuk voltase dan arus dapat dihitung :
P maks = ( 100 + 2 ) . ( 10 + 0,2 ) = 1040,4 W
P min = ( 100 – 2 ) . ( 10 – 0,2 ) = 960,4 W
Jadi ketidakpastiannya adalah + 4,04 % dan - 3,96 %

Jika kita perhatikan ketidakpastian sebesar ini kecil kemungkinannya, karena


variasi voltmeter tidak sejajar dengan variasi amperemeter.
Misalkan voltmeter memberikan bacaan tertinggi belum tentu amperemeter juga
memberikan bacaan tertinggi juga.
Sedangkan rumusan yang dikembangkan oleh kline dan Mc. Clintock adalah
sebagai berikut :
1/ 2
 dR 
2
 dR 
2
 dR  
2

WR   W1    W2   .......   Wn  
 dX 1   dX 2   dX n  

dimana :
R = fungsi dalam X1, X2, X3, ….., Xn
W1, W2, W3, ………., Wn nilai ketidak pastian
WR = ketidakpastian secara keseluruhan
Jika hubungan ini diterapkan pada persoalan daya listrik diatas maka perhitungan
ketidakpastiah hasil akhir pengukuran akan menjadi sebagai berikut:
P = E.I
dP
I WE = 2
dE
dP
E WI = 0,2
dI


WR   I .WE    E.WI 
2

2 1/ 2


WR  10.2   100.0,2 
2

2 1/ 2

WR = 28,28 atau 2,828 %

Hasil ini jika dibandingkan dengan perhitungan biasa yang didapatkan 4,04 %
adalah lebih kecil dan lebih moderate atau dengan kata lain nilai ini adalah nilai
pertengahan dari semua kemungkinan ketidakpastian yang akan muncul.

Analisa Statistik Data Eksperimen


 Rata - Rata :
Dalam eksperimen bacaan instrumen biasanya akan menghasilkan bacaan –
bacaan yang berbeda satu sama lain dan umumnya orang hanya akan
memperhatikan rata – rata bacaannya saja. Jika bacaan ini ditandai Xi dan ada

1 n
n bacaan maka rata – ratanya adalah : Xr  .  xi
n i 1
 Deviasi ( Penyimpangan ) di dari masing – masing bacaan di definisikan
sebagai

di = Xi – Xr

Rata – rata deviasi ini kalau dihitung adalah nol :

1 n
dir   dn
n i 1
1 n
  Xi  Xr
n i 1
 Xr  Xr  0
Untuk pelajaran ini diperdalam dalam matakuliah Statistik Teknik.
BAB IV
PIRANTI PENGUKURAN DAN PENGINDERAAN
LISTRIK DASAR

4.1. Pendahuluan
Banyak piranti / alat dewasa ini yang operasinya bergantung pada prinsip
kerja listrik dasar.
Contoh : Pengukur suhu jarak jauh
Pada lokasi yang akan diukur dipasang sebuah transduser yang
berfungsi mengubah suhu pada setiap waktu menjadi tegangan listrik
(voltase) yang setara, kemudian tegangan ini dtransmisikan ke station
penerima melalui pemancar, di station penerima kemudian diolah
menjadi data yang diperlukan.

4.2. Gaya yang Berasal dari Elektromagnetik


 Gaya yang bekerja pada muatan listrik diberikan oleh persamaan :

F = q ( E + V x B ) Newton
Dimana :
E = volt / meter ( intensitas muatan listrik )
V = meter / second ( kecepatan muatan )
B = Weber / meter ( densitas fluks magnet )
Q = coulomb ( muatan listrik )

 Dalam kasus yang lebih aplikatif persamaan ini diubah menjadi :

i
F=BiL

Dengan :
I = dq / dt
F B L = panjang konduktor dalam medan magnet
4.3. Meter Analog Dasar
 Meter Pengukur Arus Primitif

- Alat ini menjadi dasar dari alat ukur listrik yang lebih
i
realistis
F - Cara kerjanya :
Kita buat kumparan kemudian ditempatkan dalam medan
B magnet, gaya kemudian diukur dengan mengamati defleksi
F
yang terjadi pada pegas, yang kita taruh di dekat kumparan.

- Adapun besar gaya yang terjadi adalah :

F=NBiL
Dengan : N = jumlah lilitan dalam kumparan
 Meter Kumparan Bergerak D’ Arsonval

- Prinsip Kerja : sebuah magnet permanen


digunakan untuk membuat medan magnet,
ketika arus listrik kita masukkan maka jarum
penunjuk akan bergerak

Kelemahan D’arsonval :
a. Kurang peka karena tambahan massa jarum penunjuk mengurangi
kemampubacaan alat
b. Hanya bisa digunakan mengukur arus searah, jika digunakan arus
bolak – balik jarum akan bergetar jika frekuensinya cukup tinggi
maka akan menunjuk angka nol
Untuk pengukuran arus bolak – balik yang lazim dipakai adalah alat ukur sebagai
berikut:
 Sudu Besi ( Iron Vane ) dan Besi bergerak ( Moving Iron )
- Prinsip Kerja: Arus dialirkan pada kumparan tetap sehingga sudu besi
akan bergerak, karena pengaruh gaya magnet, dan dihubungkan
dengan pegas penahan yang berfungsi untuk menarik kembali jarum
penunjuk ke skala nol jika arus listrik dihilangkan. Besar perubahan
sudu berbanding dengan gaya induksi yang bekerja pada kumparan.
- Kelemahannya : ketelitian terbatas karena kehilangan arus dalam sudu
besi dan efek histerisis.
 Elektrodinamometer

Prinsip kerjanya serupa dengan gerakan D’arsonval, cuma magnet


permanen pada D’arsonval diganti dengan elektromagnetik yang dapat
digerakkan oleh arus bolak – balik

4.4. Meter Digital Dasar


Jantung dari meter digital adalah osilator yang biasanya terbuat dari kristal
kuarsa yang diberi kontak listrik. Bila kristal ini dihubungkan dengan komponen
listrik luar yang tepat ia akan menghasilkan tegangan yang berciri sinusoida
dengan frekuensi tetap. Besar frekuensi ditentukan oleh dimensi kristal kuarsa.
Contoh penerapan piranti ini yang banyak kita temui adalah arloji digital
Perbedaan – perbedaan antara meter analog dan digital :
1. Meter analog relatif sederhana operasinya, hanya berdasarkan
pengimbangan antara gaya pegas dan gaya akibat interaksi antara arus dan
medan magnet. Meter digital operasinya berdasarkan respon langsung
terhadap tegangan yang diukur akibat dari perangai fisik rangkaian terpadu
(IC) yang digunakan dalam instrumen digital tersebut.
2. Meter Analog ketelitiannya rendah karena adanya faktor gesekan,
kehilangan arus dan sebagainya sedangkan Meter Digital jauh lebih tinggi.
3. Meter Analog dapat menimbulkan paralaks (meter yang sama bisa
memberikan nilai yang berlainan jika dibaca oleh dua orang), hal ini tidak
akan terjadi pada Meter Digital karena nilai yang diukur ditunjukkan langsung
dengan sederetan angka.

4.5. Diagram Kotak Pengukuran Secara listrik

S ifa t S in y a l
f is ik lis tr ik R a n g k a ia n
T ran sd u se r P en yesu ai T r a n s m is i P e n g o la h P e m a ja n g a n
m asu k an sin y a l

 Transduser : digunakan untuk mengubah nilai fisik yang hendak di ukur


menjadi sinyal listrik yang setara.
Contoh : mikrofon mengubah tekanan menjadi sinyal listrik, dan lain - lain
 Rangkaian Masukan : Agar sinyal dari tranduser dapat digunakan maka
harus diolah dulu dalam rangkaian masukan ini
 Penyesuai Sinyal : Berguna untuk mengurangi pengaruh noise yaitu
sinyal listrik selain dari sinyal tranduser
 Transmisi : Kotak ini hanya ada jika kita mengukur pada lokasi tertentu
kemudian harus dibaca dan diolah di tempat yang lain
 Pengolah : Berfungsi untuk mengubah frekuensi menjadi frekuensi yang
bisa dideteksi oleh manusia
 Pemajang : Untuk menunjukkan besar hasil ( p ) ukuran ke dalam
bentuk yang dapat dipahami manusia, contoh : layar sinar katroda, pita kertas,
plotter xy, pita magnetic dan sebagainya.

4.6. Beberapa Alat Ukur Listrik


1. Voltmeter Elektronik ( EVM )
Berikut adalah skema EVM

- EVM berguna untuk mengukur tegangan searah maupun bolak – balik dan
karena karakter impedans masukannya tinggi EVM juga bisa digunakan
untuk mengukur tegangan dalam rangkaian elektronik.
- Prinsip Kerjanya :
 Arus searah : Sinyal dimasukkan langsung ke saklar pemilih
jangkauan yang bekerja sebagai rangkaian pembagi tegangan dimana
sinyal diturunkan menjadi suatu jangkauan yang sesuai dengan
penguat kemudian dari penguat tegangan keluaran dipergunakan untuk
menggerakkan suatu gerakan D’arsonval untuk memberikan bacaan
atau bisa juga ke alat perekam, osiloskop dan sebagainya.
 Arus Bolak – Balik : Sinyal bolak – balik diberikan ke pembagi
tegangan kemudian ke rangkaian pelurus yang menghasilkan arus
searah yang sebanding dengan arus bolak – balik masukan kemudian
selanjutnya prosesnya sama dengan arus searah.
2. Voltmeter Digital ( VD )
VD memberikan keluaran digital sebagai pengganti penunjuk dan skala yang
konvensional
3. Osiloskop

Prinsip Kerja :
- Inti dari Osiloskop adalah tabung sinar katoda ( CRT )
- Elektron dibebaskan dari katoda yang panas dan dipercepat ke arah layar
dengan menggunakan anoda yang bermuatan positif, karena agar berkas
electron posisinya tepat mengarah ke layar dikendalikan dengan
menggunakan plat defleksi horizontal dan vertical dengan cara memberi
tegangan kepada plat
- Layar dilapisi dengan bahan pendar fosfor yang memancarkan cahaya bila
ditimpa oleh berkas electron
4. Osilograf
- Osilograf pada prinsipnya adalah suatu gerakan D’arsonval yang mampu
merekam
- Ada 2 jenis osilograf jika dilihat dari gerakannya :
1. Gerakan penulis langsung / styluss
2. Gerakan berkas cahaya
- Pada stylus perubahan tegangan direkam langsung di atas kertas perekam
oleh stylus yang bertinta. Pada gerakan berkas cahaya direkam pada kertas
peka cahaya.
4.7. Transduser
Transduser adalah piranti yang mengubah variable fisik menjadi sinyal
listrik yang setara
Berikut contoh – contoh dari transduser :
1. Transduser Tahanan Variabel
- Transduser Tahanan Variabel pada dasarnya adalah alat untuk mengubah
perubahan panjang atau sudut menjadi sinyal listrik tetap dengan teknik
tertentu bisa juga dipergunakan untuk mengukur gaya dan tekanan
- Transduser ini di pasaran lebioh dikenal dengan potensiometer dan dibuat
dalam bentuk kontak geser pada kawat luncur, kontak geser pada
kumparan kawat baik lurus maupun melingkar atau bisa juga kawat lilitan
dagnati dengan penghantar padat seperti grafit
2. Transformator Differensial ( LVDT )
- LVDT digunakan untuk mengukur perubahan linier bisa juga untuk
mengukur gaya dan tekanan setelah dilakukan konversi mekanik.

- Prinsip Kerja :
Tegangan arus bolak – balik diberikan pada kumparan tengah / primer dan
tegangan keluaran dari kedua ujung kumparan / sekunder besarnya
tergantung pada posisi inti seperti pada gambar berikut :
Karateristik Keluaran pada LVDT
3. Transduser Kapasitif
Skema Transduser Kapasitif

A
Besar Kapasitas ( pf ) diberikan oleh : C  0,22
d
Dengan :
d = jarak pisah antar plat
A = Luas tumpang tindih, m2
ε = Konstanta di elektrik
ε = 1 untuk udara
ε = 3 untuk plastic

4. Transduser Piezoelektrik
Prinsip Kerja :
Kristal Piezoelektrik ditempatkan di antara kedua plat elektroda bila kedua
plat diberi gaya maka kristal akan mengalami deformasi, deformasi ini
menyebabkan beda potensial pada permukaan kristal dan hal ini disebut
sebagai efek Piezoelektrik. Besarnya Tegangan keluaran kristal diberikan oleh

E=gt p
Dimana :
t = tebal kristal ( m )
p = Tekanan ( N/m2) = F/A
g = Kepekaan tegangan = d/ε

5. Efek Fotoelektrik

- Transduser Fotoelektrik pada prisipnya mengubah berkas cahaya menjadi


sinyal listrik yang berguna. Cahaya menimpa katoda fotoemisi yang
kemudian membebaskan electron yang ditarik ke arah anoda dengan
demikian menyebabkan arus listrik mengalir.
- Katoda dan Anoda dikurung dalam gelas atau kuarsa yang dihampakan
atau bisa juga diisi gas yang lembam ( inert gas )
- Mengubah intensitas cahaya

6. Transduser Fotokonduktif
- Prinsip kerja :
Sebuah tegangan diberikan pada bahan semikonduktor dan bila cahaya
menimpa bahan ini maka akan terjadi penurunan tahanan yang otomatis
menyebabkan besar arus meningkat yang kemuddian dibaca oleh
Amperemeter.

- Transduser ini berguna untuk mengukur radiasi


7. Sel Fotovoltaik
- Prinsip Sel Fotvoltaik :
Bila sinar menimpa lapisan logam transparan dan bahan semikonduktor
maka akan terbangkitlah tegangan yang besarnya tergantung kepada tahan
beban R

- Umum digunakan untuk menentukan besar penyinaran ( exposure meter )

8. Transduser Ionisasi
- Prinsip Kerja :
Tabung berisi gas tekanan rendah diberi medan oleh generator akibatnya
pada gas terjadi pembuangan muatan sambil berpijar (glow discharge) dan
beda potensial dalam gas akan dideteksi oleh electrode 1 dan 2, besar beda
potensial akan tergantung juga kepada beda kapasitif dari plat – plat
generator : Bila tabung pas di tengah maka potensial antara kedua
elektrode sama tetapi bila bergeser dari titik tengah maka akan terjadi beda
potensial antara kedua electrode. Jadi transduser ini berguna untuk
mengukur perubahan jarak
9. Transduser Perubahan Jarak Digital
Transduser jenis ini dapat dipergunakan untuk perubahan sudut ( angular )
maupun linier :
a. Pengukuran Sudut

Bila roda berputar maka cahaya dari sumter akan menyala dan mati secara
bergantian dan dengan demikian memberikan sinyal digital pada
Fotodetektor kemudian diperkuat dan dikirim ke pencacah.
b. Linear
- Transduser Linear bekerja dengan prinsip refleksi
- Bilah – bilah kecil bersifat refleksi dipasang pada piranti bergerak bila
cahaya dari sumber mengenai bilah maka akan dipantulkan dan diserap
secara bergantian dengan gerakan linear dan dengan demikian
memberikan sinyal digital pada Foto detector.

Anda mungkin juga menyukai