Anda di halaman 1dari 50

A.

Gambaran Umum Dinas Kesehatan


B. Analisis Situasi DI Dinas Kesehatan
Tabel 4.1. Analisis Situasi di Dinas Kesehatan
REALISASI
TARGET
NO INDIKATOR SATUAN HASIL
2018
2018
1. Presentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Persen 47 % 51.06 %
2. Prevalensi anemia pada ibu hamil Persen 30 % 11.49 %
3. Prevalensi Bumil KEK Persen 2.66 % 3.61 %
4. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Persen 2.67 % 2.81 %
5. Presentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI ekslusif Persen 77 % 80.28 %
6. Prevalensi gizi buruk pada balita Persen 0.05 % 0.00 %
7. Prevalensi kekurangan gizi (underweight) pada anak balita Persen 1.41 % 1.61 %
8. Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) anak baduta Persen 3.49 % 1.46 %
9. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan Persen 100 % #DIV/0!
10. Presentase remaja puteri yang Tablet Tambah Darah (TTD) Persen 30 % 50.16 %
11. Presentase Balita ditimbang berat badannya (D/S) Persen 78 % 76.88 %
12. Ibu hamil yang mendapatkan tablet FE3 Persen 95 % 97.67%
13. Ibu hamil yang mendapatkan tablet FE1 Persen 95 % 96.95%
14. Pemberian Vitamin A pada bayi Persen 85 % 62.67%
15. Pemberian Vitamin A pada anak balita Persen 85 % 120%
16. Pemantauan Penggunaan Garam Yodium di SD/MI Persen 90 % 96.83%
17. Pemantauan Penggunaan Garam Yodium di Posyandu Persen 90 % 97.52%
C. Identifikasi Masalah Gizi di Dinas Kesehatan
a. Presentase Baru Lahir Mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Tahun 2017
dan 2018
52
51
50
49
PERSEN

48
TARGET
47 51.06
HASIL
46
48.2
45 47
46
44
43
2017 2018

Sumber: Data Review Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2016 – 2021
Gambar. 4.1 Grafik Presentase Bayi Baru Lahir Mendapat Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) Tahun 2017 dan 2018

Berdasarkan grafik 4.1 Presentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi


Menyusu Dini (IMD) di Kota Surakarta, pada tahun 2018 diperoleh hasil
sebesar 51,06 %. Target pencapaian pembanding yang digunakan adalah
target pencapaian Dinas Kesehatan Kota Surakarta pada tahun 2018 sebesar
47 %, sehingga hasil Presentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) pada tahun 2018 melebihi target yang telah ditetapkan.
Analisis trend pada grafik 4.1, hasil presentase bayi baru lahir
mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada tahun 2017 sebesar 48.2%
sedangkan hasil pada 2018 mengalami kenaikan sebesar 51,06%. Terjadi pula
peningkatan target presentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) pada tahun 2017 sebesar 46 % menjadi sebesar 47% pada 2018.
Penelitian Novianti tahun (2015) menyatakan ada beberapa faktor
yang mempengaruhi keberhasilan IMD adalah proses persalinan, kondisi ibu
dan bayi paska persalinan, pengetahuan ibu mengenai pentingnya IMD,
dukungan suami dan dukungan tenaga kesehatan dalam pelaksanaan IMD.

100 94.8
90
80 74.8
65 68.2
70 58.8 59.9 63.4
60 52.1 48.9 50.1 47.7
46.4 41.6 44.9 47
50 36.8 37.5
40
25.4
30
20
10
0

PU S K E S MAS

Sumber: Data Review Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2016 – 2021
Gambar. 4.1 Grafik Presentase Bayi Baru Lahir Mendapat Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) Kota Surakarta Tahun 2018

Berdasarkan grafik 4.2 Presentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi


Menyusu Dini (IMD) di Kota Surakarta, pada tahun 2018 diperoleh hasil
presentase tertinggi adalah Puskesmas Penumping dan presentase terendah
adalah Puskesmas Ngoresan. Terdapat beberapa puskesmas yang menjadi
masalah karena berada dibawah target yaitu Puskesmas Purwosari, Puskesmas
Jayengan, Puskesmas Jayengan, Puskesmas Sibela, Puskesmas Pucangsawit,
Puskesmas Gambarsari. Dari semua puskesmas yang ada di Kota Surakarta,
yang belum mencapai target Presentase Bayi Baru Lahir Mendapat Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) sebesar 35,29%.
b. Prevalensi Anemia Pada Ibu Hamil Tahun 2017 dan 2018
35
30
25
PERSEN

20
TARGET
15 33
30
HASIL
10
5 11.2 11.49
0
2017 2018

Sumber: Data Review Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2016 – 2021
Gambar. 4.2 Grafik Prevalensi Anemia Pada Ibu Hamil Tahun 2017 dan 2018

Berdasarkan grafik 4.2, Prevalensi anemia pada ibu hamil pada tahun
2018 di Kota Surakarta diperoleh hasil sebesar 11,49%. Target pencapaian
pembanding yang digunakan adalah target pencapaian Dinas Kesehatan Kota
Surakarta pada tahun 2018 sebesar 30%, sehingga hasil prevalensi anemia
pada ibu hamil 2018 dibawah target yang telah ditetapkan.
Analisis trend pada grafik 4.2, hasil prevalensi anemia pada ibu hamil
di Kota Surakarta tahun 2017 sebesar 11,2% sedangkan hasil pada tahun 2018
mengalami kenaikan sebesar 11.49%. Terjadi penurunan target prevalensi
anemia pada ibu hamil pada tahun 2017 sebesar 33% sedangkan pada tahun
2018 sebesar 30%.
Penelitian Ristica tahun (2013), faktor yang mempengaruhi
peningkatan prevalensi anemia pada ibu hamil, adalah berkurangnya
kepatuhan konsumsi tablet Fe, karena semakin baik rendah konsumsi tablet Fe
maka tingkat kejadian anemia semakin tinggi. Selain itu berkurangnya
kepatuhan konsumsi tablet Fe faktor yang lain adalah faktor pendidikan ibu
dan status gizi KEK.
35 30
30 27.7
25 18.9
20 17.7
13.4 12.8 12.8 13
15 9 10.6 9
10 5.9 7.4 7.4 5.3 5.6 5.3 4.3
5
0

PU S K E S MAS
Sumber: Data Review Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2016 – 2021
Gambar. 4.2 Grafik Prevalensi Anemia Pada Ibu Hamil Kota Surakarta
Tahun 2018

Berdasarkan grafik 4.2 Prevalensi anemia pada ibu hamil di Kota


Surakarta, pada tahun 2018 diperoleh hasil presentase tertinggi adalah
Puskesmas Sangkrah dan presentase terendah adalah Puskesmas Banyuanyar.
Tidak terdapat puskesmas yang menjadi masalah karena semua puskesmas
berada dibawah target. Dari semua puskesmas yang ada di Kota Surakarta,
yang tidak melampaui target prevalensi anemia pada ibu hamil sebesar 100%.
c. Prevalensi Bumil KEK Tahun 2017 dan 2018
4

3
PERSEN

2 TARGET
3.61
2.71 2.66 HASIL
1
1.6
0
2017 2018

Sumber: Review Data Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2016 – 2021
Gambar.4.3 Grafik Prevalensi Bumil KEK Tahun 2017 dan 2018
Berdasarkan grafik 4.3, prevalensi bumil yang mengalami KEK di
Kota Surakarta pada tahun 2018 diperoleh hasil sebesar 3,61 %. Target
pencapaian pembanding yang digunakan adalah target pencapaian Dinas
Kesehatan Kota Surakarta pada tahun 2018 sebesar 2,66 %, sehingga hasil
prevalensi Bumil KEK pada tahun 2018 melebihi target yang telah ditetapkan.
Analisis trend pada grafik 4.3, hasil prevalensi bumil yang mengalami
KEK di Kota Surakarta tahun 2017 sebesar 1,6 % dan mengalami kenaikan
pada tahun 2018 sebesar 3,61%. Sedangkan terjadi penurunan target
prevalensi bumil yang mengalami KEK pada tahun 2017 sebesar 2,71 %
sedangkan pada tahun 2018 sebesar 2,66 %.
Penelitian Hasamah tahun (2012) menyatakan ada beberapa faktor
yang mempengaruhi kejadian KEK pada ibu hamil adalah pola makan bumil
yang kurang beragam, porsi makan utama bumil yang masih kurang adekuat,
pantangan terhadap makanan bersumber energi dan protein tinggi.

6 5.6 5.3
5.1
5 4.6 4.5
4.2 4.1 3.9
3.7
4 3 3.1
2.6 2.9 2.8 2.66
3
2 1.5
1.1 1
1
0

PUSKESMAS

Sumber: Data Review Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2016 – 2021
Gambar.4.1 Grafik Prevalensi Bumil KEK Kota Surakarta Tahun 2018
Berdasarkan grafik 4.2 Prevalensi Bumil KEK di Kota Surakarta, pada
tahun 2018 diperoleh hasil presentase tertinggi adalah Puskesmas
Purwodiningrat dan presentasi terendah adalah Puskesmas Setabelan.
Terdapat beberapa puskesmas yang menjadi masalah karena berada diatas
target yaitu Puskesmas Penumping, Puskesmas Jayengan, Puskesmas
Kratonan, Puskesmas Gajahan, Puskesmas Sangkrah, Puskesmas
Purwodiningratan, Puskesmas Ngoresan, Puskesmas Sibela, Puskesmas
Pucangsawit, Puskesmas Nusukan, Puskesmas Gilingan, Puskesmas
Banyuanyar, Puskesmas Gambarsari. Dari semua puskesmas yang ada di Kota
Surakarta, yang melampaui target Prevalensi Bumil KEK sebesar 76,47%.
d. Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Tahun 2017 dan 2018
2.85
2.8
2.75
2.7
PERSEN

2.65 TARGET
2.81
2.6 HASIL
2.7
2.55 2.67
2.6
2.5
2.45
2017 2018

Sumber: Review Data Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2016 – 2021
Gambar 4.4 Grafik Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Tahun 2017 dan 2018

Berdasarkan grafik 4.4, Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah


(BBLR) di Kota Surakarta pada tahun 2018 diperoleh hasil sebesar 2,81%.
Target pencapaian pembanding yang digunakan adalah target pencapaian
Dinas Kesehatan Kota Surakarta pada tahun 2018 sebesar 2,67%, sehingga
hasil prevalensi BBLR pada tahun 2018 melebihi target yang telah ditetapkan.
Analisis trend pada grafik 4.4, Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) di Kota Surakarta tahun 2017 sebesar 2,6% dan mengalami kenaikan
pada tahun 2018 sebesar 2,81%. Sedangkan terjadi penurunan target Bayi
dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada tahun 2017 sebesar 2,7 %
menjadi sebesar 2,67 % pada tahun 2018.
Penelitian Nelly tahun (2012) faktor yang paling dominan yang dapat
menyebabkab bayi mengalami BBLR adalah riwayat BBLR. Karena ibu yang
memiliki riwayat BBLR kemungkinan dapat terulang lagi pada persalinan
lanjut. Apalagi bila masalah – masalah yang berkaitan dengan kesehatannya
tidak ditangani, maka ibu akan cenderung untuk mengalami masalah
kesehatan yang lebih kompleks.

14 11.5
12
10
8 5.8
6 3.7 4.1 4.3 3.8
3.4 3 2.67
4 2.1 1.7 1.7 1.6 1.8
1.4 0.6 1.4 1.4
2
0

PUSKESMAS

Sumber: Data Review Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2016 – 2021
Gambar. 4.1 Grafik Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Kota
Surakarta Tahun 2018
Berdasarkan grafik 4.2 Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) di Kota Surakarta, pada tahun 2018 diperoleh hasil presentase
tertinggi adalah Puskesmas Kratonan dan presentase terendah adalah
Puskesmas Sibela. Terdapat beberapa puskesmas yang menjadi masalah
karena berada diatas target yaitu Puskesmas Jayengan, Puskesmas Kratonan,
Puskesmas Sangkrah, Puskesmas Ngoresan, Puskesmas Nusukan, Puskesmas
Gilingan, Puskesmas Banyuanyar, Puskesmas Setabelan. Dari semua
puskesmas yang ada di Kota Surakarta, yang melampaui target Bayi Dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebesar 47,05%.
e. Presentase Bayi Usia Kurang Dari 6 Bulan Yang Mendapat ASI Ekslusif
Tahun 2017 dan 2018
81
80
79
PERSEN

78
TARGET
77 79.7 80.28
HASIL
76
76.5 77
75
74
2017 2018

Sumber: Review Data Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2016 – 2021
Grafik. 4.5 Presentase Bayi Usia Kurang Dari 6 Bulan Yang Mendapat ASI
Ekslusif Tahun 2017 dan 2018

Berdasarkan grafik 4.5, Presentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang
mendapat ASI ekslusif di Kota Surakarta pada tahun 2018 diperoleh hasil
sebesar 80,28%. Target pencapaian pembanding yang digunakan adalah target
pencapaian Dinas Kesehatan Kota Surakarta pada tahun 2018 sebesar 77%,
sehingga hasil presentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI
ekslusif pada tahun 2018 melebihi target yang telah ditetapkan.
Analisis trend pada grafik 4.5, Presentase bayi usia kurang dari 6
bulan yang mendapat ASI ekslusif di Kota Surakarta tahun 2017 sebesar
79,7% dan mengalami kenaikan pada tahun 2018 sebesar 80,28%. Terjadi
pula peningkatan target presentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang
mendapat ASI ekslusif pada tahun 2017 sebesar 76,5 % menjadi 77 % pada
tahun 2018.
Penelitian Garbhani tahun (2015) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan ASI ekslusif yaitu dukungan keluarga dan
dukungan tenaga kesehatan. Dukungan keluarga yang diperoleh ibu saat
memberikan ASI ekslusif seperti keluarga menganjurkan ibu untuk menyusui
dibanding memberikan susu formula, membantu membersihkan rumah selama
ibu menyusui, membantu menjaga kakak si bayi saat ibu sedang menyusui
dan tidak pernah disarankan dalam memberi makanan tambahan pada usia
bayi 6 bulan pertama. Dukungan keluarga yang rendah akan mengurangi
motivasi ibu untuk memberikan ASI secara ekslusif kepada bayinya. Selain
dukungan keluarga dukungan dari tenaga kesehatan tidak kalah penting dalam
melindungi, meningkatkan dan mendukung usaha menyusui.
120
96.9
100 83.4 83.5 78.6 88.9 84.1 81 82.1
77.2 77 77.4 78.5 73.4 77
80 71.4 74.4 77.5
68.8
60
40
20
0

PUSKESMAS

Sumber: Data Review Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2016 – 2021
Gambar. 4.1 Grafik Presentase Bayi Usia Kurang Dari 6 Bulan Yang
Mendapat ASI Ekslusif Kota Surakarta Tahun 2018
Berdasarkan grafik 4.2 Presentase Bayi Usia Kurang Dari 6 Bulan
Yang Mendapat ASI Ekslusif di Kota Surakarta, pada tahun 2018 diperoleh
hasil presentase tertinggi adalah Puskesmas Pajang dan presentasi terendah
adalah Puskesmas Gilingan. Terdapat beberapa puskesmas yang menjadi
masalah karena berada dibawah target yaitu Puskesmas Ngoresan, Puskesmas
Sibela, Puskesmas Pucangsawit, Puskesmas Gilingan. Setelah dirata – rata
puskesmas yang berada di atas target sebesar 76,47% dan 23,52% puskesmas
berada dibawah target. Dari semua puskesmas yang ada di Kota Surakarta,
yang belum melampaui target Presentase Bayi Usia Kurang Dari 6 Bulan
Yang Mendapat ASI Ekslusif sebesar 23,53%.
f. Prevalensi Gizi Buruk Pada Balita Tahun 2017 dan 2018
0.06

0.05

0.04
PERSEN

0.03 TARGET
0.05 HASIL
0.02

0.01
0.005 0 0
0
2017 2018

Sumber: Review Data Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2016 – 2021
Gambar 4.6 Grafik Prevalensi Gizi Buruk Pada Balita Tahun 2017 dan 2018

Berdasarkan grafik 4.6, prevalensi gizi buruk pada balita di Kota


Surakarta pada tahun 2018 diperoleh hasil sebesar 0 %. Target pencapaian
pembanding yang digunakan adalah target pencapaian Dinas Kesehatan Kota
Surakarta pada tahun 2018 sebesar 0,05 %, sehingga hasil prevalensi KEK
pada tahun 2018 di bawah target yang telah ditetapkan.
Analisis trend pada grafik 4.6, hasil prevalensi gizi buruk pada balita
di Kota Surakarta tahun 2017 dan 2018 memiliki nilai yang sama yaitu
sebesar 0%. Sedangkan terjadi peningkatan target prevalensi gizi buruk pada
balita pada tahun 2017 sebesar 0,005 % menjadi sebesar 0,05 % pada tahun
2018.

0.06 0.05
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0

PUSKESMAS

Sumber: Data Review Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2016 – 2021
Gambar. 4.1 Grafik Prevalensi Gizi Buruk Pada Balita Kota Surakarta
Tahun 2018

Berdasarkan grafik 4.2 Prevalensi gizi buruk pada balita di Kota


Surakarta, pada tahun 2018 diperoleh hasil presentase 0% disemua Puskesmas
di Kota Surakarta. Tidak terdapat puskesmas yang menjadi masalah karena
semua puskesmas berada dibawah target. Dari semua puskesmas yang ada di
Kota Surakarta, yang tidak melampaui target Prevalensi Gizi Buruk Pada
Balita sebesar 100%.
g. Prevalensi Kekurangan Gizi (underweight) Pada Anak Balita Tahun 2017 dan
2018
3
2.5
2
PERSEN

1.5 TARGET
2.4 HASIL
1
1.43 1.41 1.61
0.5
0
2017 2018

Sumber: Review Data Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2016 – 2021
Gambar 4.7 Grafik Prevalensi Kekurangan Gizi (underweight) Pada Anak
Balita tahun 2017 dan 2018

Berdasarkan grafik 4.7, Prevalensi Kekurangan Gizi (underweight)


Pada Anak Balita di Kota Surakarta pada tahun 2018 diperoleh hasil sebesar
1,61%. Target pencapaian pembanding yang digunakan adalah target
pencapaian Dinas Kesehatan Kota Surakarta pada tahun 2018 sebesar 1,41%,
sehingga sehingga hasil prevalensi Kekurangan Gizi (underweight) pada anak
balita pada tahun 2018 melebihi target yang telah ditetapkan
Analisis trend pada grafik 4.7, hasil prevalensi gizi buruk pada balita
di Kota Surakarta tahun 2017 sebesar 2,4% dan pada 2018 mengalami
penurunan prevalensi sebesar 1,61%. Terjadi penurunan pula pada target
prevalensi gizi buruk pada balita pada tahun 2017 sebesar 1,43% menjadi
sebesar 1,41% pada tahun 2018.
Penelitian Kartiningrum tahun (2015) menyatakan ada beberapa faktor
yang mempengaruhi kejadian gizi kurang (underweight) pada balita adalah
faktor riwayat infeksi, pemberian ASI ekslusif dan riwayat pemberian IMD
(Inisiasi Menyusu Dini).
16 15.2
14
12
10
8
6 4.2 4.9
3.9 3.4
4 2 1.3 2.4 2.6 2.3 1.7 1.7 1
0.9 1.2 0.8 1.3 1.41
2
0

PURWODININGRAT…

GAMBIRSARI
PURWOSARI

KRATONAN
PAJANG

TARGET
PENUMPING

PUCANGSAWIT

BANYUANYAR
SIBELA
SANGKRAH
JAYENGAN

NUSUKAN
GAJAHAN

MANAHAN
NGORESAN

GILINGAN

SETABELAN
PUSKESMAS

Sumber: Data Review Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2016 – 2021
Gambar. 4.1 Grafik Prevalensi Kekurangan Gizi (underweight) Pada Anak
Balita Kota Surakarta Tahun 2018

Berdasarkan grafik 4.2 Prevalensi kekurangan gizi (underweight) pada


anak balita di Kota Surakarta, pada tahun 2018 diperoleh hasil presentase
tertinggi adalah Puskesmas Sangkrah dan presentasi terendah adalah
Puskesmas Nusukan. Terdapat beberapa puskesmas yang menjadi masalah
karena berada diatas target yaitu Puskesmas Penumping, Puskesmas
Jayengan, Puskesmas Kratonan, Puskesmas Sangkrah, Puskesmas
Purwodiningrat, Puskesmas Ngoresan, Puskesmas Sibela, Puskesmas
Pucangsawit, Puskesmas Gilingan, Puskesmas Banyuanyar dan Puskesmas
Setabelan. Dari semua puskesmas yang ada di Kota Surakarta, yang
melampaui target Prevalensi Kekurangan Gizi (underweight) Pada Anak
Balita sebesar 64,70%.
h. Prevalensi Stunting (Pendek dan Sangat Pendek) Anak Baduta Tahun 2017
dan 2018
4
3.5
3
PERSEN

2.5
2 TARGET
3.52 3.49
1.5 2.94 HASIL
1
1.46
0.5
0
2017 2018

Sumber: Review Data Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2016 – 2021
Gambar. 4.8 Grafik Prevalensi Stunting (Pendek dan Sangat Pendek) Anak
Baduta Tahun 2017 dan 2018

Berdasarkan grafik 4.8, Prevalensi stunting (pendek dan sangat


pendek) anak baduta di Kota Surakarta pada tahun 2018 diperoleh hasil
sebesar 1,46 %. Target pencapaian pembanding yang digunakan adalah target
pencapaian Dinas Kesehatan Kota Surakarta pada tahun 2018 sebesar 3,49 %,
sehingga hasil prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) anak baduta
pada tahun 2018 dibawah target yang telah ditetapkan
Analisis trend pada grafik 4.8, hasil prevalensi stunting (pendek dan
sangat pendek) anak baduta di Kota Surakarta tahun 2017 sebesar 2,94% dan
pada 2018 mengalami penurunan prevalensi sebesar 1,46%. Terjadi
penurunan pula target prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) anak
baduta pada tahun 2017 sebesar 3,52% menjadi sebesar 3,49 % pada tahun
2018.
Kemenkes tahun (2018) mengatakan ada beberapa upaya yang
dilakukan oleh pemerintah untuk melakukan pencegahan stunting dengan
melakukan intervensi gizi meliputi pemberian tablet tambah darah vitamin A,
pemberian ASI ekslusif dan MP-ASI, fortifikasi, kampanye gizi seimbang,
pelaksanaan kelas ibu hamil dan penanganan kekurangan gizi.

8 7.22
7 6.02
6
5 3.87 3.91
4 3.55 3.34 3.49
3 2.11 1.89
2 1.52 1.25 1.37 1.21
1.37 0.92
1 0.56 0.23 0.41
0

PUSKESMAS

Sumber: Data Review Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2016 – 2021
Gambar. 4.1 Grafik Prevalensi Stunting (Pendek dan Sangat Pendek) Anak
Baduta Kota Surakarta Tahun 2018

Berdasarkan grafik 4.2 Prevalensi Stunting (Pendek dan Sangat


Pendek) Anak Baduta di Kota Surakarta, pada tahun 2018 diperoleh hasil
presentase tertinggi adalah Puskesmas Kratonan dan presentasi terendah
adalah Puskesmas Gajahan. Terdapat beberapa puskesmas yang menjadi
masalah karena berada diatas target yaitu Puskesmas Kratonan, Puskesmas
Sangkrah, Puskesmas Nusukan, Puskesmas Gilingan, Puskesmas Setabela.
Dari semua puskesmas yang ada di Kota Surakarta, yang melampaui target
Prevalensi Stunting (Pendek dan Sangat Pendek) Anak Baduta sebesar
29,41%.
i. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Tahun 2017 dan 2018
120

100

80
PERSEN

60 TARGET
100 100 HASIL
40

20
0 0
0
2017 2018

Sumber: Data Lampiran Tabel Profil Kesehatan Kota Surakarta 2016-2021


Grafik. 4.9 Prevalensi Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Tahun
2017 dan 2018

Berdasarkan grafik 4.9, Cakupan balita gizi buruk mendapat


perawatan di Kota Surakarta pada tahun 2018 diperoleh hasil sebesar 0 %.
Hal ini disebabkan karena tidak ada balita yang mengalamai gizi buruk di
Wilayah Kota Surakarta. Target pencapaian pembanding yang digunakan
adalah target pencapaian Dinas Kesehatan Kota Surakarta pada tahun 2018
sebesar 100 %, sehingga sehingga hasil cakupan balita gizi buruk mendapat
perawatan pada tahun 2018 dibawah target yang telah ditetapkan.
Analisis trend pada grafik 4.9, hasil prevalensi gizi buruk pada balita
di Kota Surakarta tahun 2017 dan 2018 sebesar 0%. Sedangkan target
prevalensi gizi buruk pada balita pada tahun 2017 dan tahun 2018 tetap yaitu
sebesar 100%.
120 100
100
80
60
40
20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0

PUSKESMAS

Sumber: Data Lampiran Tabel Profil Kesehatan Kota Surakarta 2016-2021


Gambar 4.9 Grafik Prevalensi Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat
Perawatan Kota Surakarta Tahun 2018

Berdasarkan grafik 4.2 Prevalensi Cakupan balita gizi buruk mendapat


perawatan di Kota Surakarta, pada tahun 2018 diperoleh hasil presentase 0%
disemua Puskesmas di Kota Surakarta. Tidak terdapat puskesmas yang
menjadi masalah karena semua puskesmas berada dibawah target. Dari semua
puskesmas yang ada di Kota Surakarta, yang melampaui target Prevalensi
Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan sebesar 0%.
j. Presentase Remaja Puteri Yang Tablet Tambah Darah (TTD) Tahun 2017 dan
2018
60
50
PERSEN

40
30 TARGET
50.16
20 37.4 HASIL
30
10 20
0
2017 2018

Sumber: Review Data Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2016 – 2021
Gambar 4.10 Grafik. Presentase Remaja Puteri Yang Tablet Tambah Darah
(TTD) Kota Surakarta Tahun 2018
Berdasarkan grafik 4.10, Presentase remaja puteri yang Tablet Tambah
Darah (TTD) di Kota Surakarta pada tahun 2018 diperoleh hasil sebesar
50,16%. Target pencapaian pembanding yang digunakan adalah target
pencapaian Dinas Kesehatan Kota Surakarta pada tahun 2018 sebesar 30%,
sehingga sehingga hasil Presentase remaja puteri yang Tablet Tambah Darah
(TTD) pada tahun 2018 melebihi target yang telah ditetapkan
Analisis trend pada grafik 4.10, hasil Presentase remaja puteri yang
Tablet Tambah Darah (TTD) di Kota Surakarta tahun 2017 sebesar 37,9% dan
hasil pada 2018 mengalami peningkatan prevalensi sebesar 50,16%. Terjadi
peningkatan pula target presentase remaja puteri yang Tablet Tambah Darah
(TTD) pada tahun 2017 sebesar 20% sedangkan pada tahun 2018 sebesar
30%.
Penelitian Listiana tahun (2016) faktor yang mempengaruhi
peningkatan presentase remaja puteri yang Tablet Tambah Darah (TTD)
adalah dukungan guru, adanya dukungan guru disekolah yang mengingatkan
remaja putri mengkonsumsi TTD dan memberikan informasi mengenai TTD
dapat memberikan sikap positif dalam remaja putri yang akan mewujudkan
positif.
Penelitian Putri tahun (2015) faktor yang mempengaruhi peningkatan
presentase remaja puteri yang Tablet Tambah Darah (TTD) adalah tingkat
pengetahuan remaja, rendahnya pengetahuan berhubungan erat dengan rendah
tingkat konsumsi tablet Fe dan berlaku sebaliknya.
100 87.6
90 73.3 69
80 67.7
70 60.2 61.4
60 50.5 50 46.1 45.6
50 41.2 42.7
35.6 35.1 34.3 30
40 23.7
30 20.4
20
10
0

PUSKESMAS

Sumber: Review Data Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2016 – 2021
Grafik. 4.10 Presentase Remaja Puteri Yang Tablet Tambah Darah (TTD)
Kota Surakarta Tahun 2018

Berdasarkan grafik 4.2 Presentase remaja puteri yang Tablet Tambah


Darah (TTD) di Kota Surakarta, pada tahun 2018 diperoleh hasil presentase
tertinggi adalah Puskesmas Nusukan dan presentasi terendah adalah
Puskesmas Ngoresan. Terdapat beberapa puskesmas yang menjadi masalah
karena berada dibawah target yaitu Puskesmas Pajang dan Puskesmas
Ngoresan. Dari semua puskesmas yang ada di Kota Surakarta, yang tidak
melampaui target Presentase Remaja Puteri Yang Tablet Tambah Darah
(TTD) sebesar 11,76%.
k. Presentase Balita Ditimbang Berat Badannya (D/S) Tahun 2017 dan 2018
78.2
78
77.8
77.6
PERSEN

77.4
77.2 TARGET
78
77 HASIL
76.8
76.6 77 76.88
76.8
76.4
76.2
2017 2018

Sumber: Data Review Data Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2016 – 2021
Grafik. 4.11 Presentase Balita Ditimbang Berat Badannya (D/S)
Tahun 2017 dan 2018

Berdasarkan grafik 4.11, Prevalensi balita ditimbang berat badannya


(D/S) di Kota Surakarta pada tahun 2018 diperoleh hasil sebesar 76,88 %.
Target pencapaian pembanding yang digunakan adalah target pencapaian
Dinas Kesehatan Kota Surakarta pada tahun 2018 sebesar 78 %, sehingga
hasil prevalensi Balita ditimbang berat badannya (D/S) pada tahun 2018
dibawah target yang telah ditetapkan.
Analisis trend pada grafik 4.11, hasil prevalensi balita ditimbang berat
badannya (D/S) di Kota Surakarta tahun 2017 sebesar 76,8% sedangkan hasil
pada 2018 mengalami peningkatan prevalensi sebesar 76,88%. Terjadi
peningkatan pula target prevalensi balita ditimbang berat badannya (D/S)
pada tahun 2017 sebesar 77% menjadi sebesar 78 % pada tahun 2018.
Penelitian Reihana tahun (2016) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi partisipasi ibu untuk datang ke posyandu. Faktor pertama
adalah pengetahuan dan pendidikan ibu, melalui pendidikan dapat
mempengaruhi tingkat pengetahuan. Jika pendidikan ibu rendah maka tingkat
pengetahuan juga rendah. Faktor yang kedua adalah faktor lingkungan, jika
mendukung maka akan tercipta keinginan atau memberikan motivasi ibu
untuk memanfaatkan dan melakukan kunjungan balita ke posyandu scara rutin
setiap bulan. Faktor yang ketiga adalah dukungan keluarga, sejak masa hamil
suami dapat berperan aktif dalam memberikan dukungan moral kepada istri,
suami dapat berkunjung bersama ke posyandu dan turut mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan balitanya.

100 94.8 86.4 87.4


90.1 82.3 84.6
90 78.6 78.8 76.3 78
78.2 75.6
80 67.3 70 67.7
70 63.3
55.1 57.2
60
50
40
30
20
10 0
0

PUSKEMAS

Sumber: Data Review Data Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2016 – 2021
Gambar 4.11 Grafik. Presentase Balita Ditimbang Berat Badannya (D/S) Kota
Surakarta Tahun 2018

Berdasarkan grafik 4.2 Presentase Presentase Balita Ditimbang Berat


Badannya (D/S) di Kota Surakarta, pada tahun 2018 diperoleh hasil
presentase tertinggi adalah Puskesmas Pajang dan presentasi terendah adalah
Puskesmas Purwodiningrat Terdapat beberapa puskesmas yang menjadi
masalah karena berada dibawah target yaitu Puskesmas Kratonan, Puskesmas
Purwodiningrat, Puskesmas Ngoresan, Puskesmas Sibela, Puskesmas
Pucangsawit, Puskesmas Manahan, Puskesmas Banyuanyar, Puskesmas
Setabelan. Dari semua puskesmas yang ada di Kota Surakarta, yang tidak
melampaui target Presentase Presentase Balita Ditimbang Berat Badannya
(D/S) sebesar 47,05%
l. Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet FE3 Tahun 2017 dan 2018
98
97.5
97
96.5
PERSEN

96
TARGET
95.5 97.49 97.67
HASIL
95
94.5
95 95
94
93.5
2017 2018

Sumber: Review Data Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2016 – 2021
Gambar 4.12. Grafik Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet FE3
Tahun 2017 dan 2018

Berdasarkan grafik 4.12, Ibu hamil yang mendapatkan tablet FE3 di


Kota Surakarta pada tahun 2018 diperoleh hasil sebesar 97,67%. Target
pencapaian pembanding yang digunakan adalah target pencapaian Dinas
Kesehatan Kota Surakarta pada tahun 2018 sebesar 95%, sehingga hasil Ibu
hamil yang mendapatkan tablet FE3 pada tahun 2018 melebihi target yang
telah ditetapkan.
Analisis trend pada grafik 4.12, perolehan prevalensi Ibu hamil yang
mendapatkan tablet FE3 di Kota Surakarta tahun 2017 sebesar 97,49%
sedangkan hasil pada 2018 mengalami peningkatan prevalensi sebesar
97,67%. Target prevalensi Ibu hamil yang mendapatkan tablet FE3 pada
tahun 2017 dan 2018 tetap sebesar 95%.
Penelitian Listyaningrum tahun (2019) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam pemberian tablet Fe pada ibu hamil
meliputi konseling gizi pada ibu hamil, program ANC terpadu, kelas ibu
hamil, kelas suami, kelas mertua dan kelambu siti.

101.32 98.45 98.22 102.86


120 97.78 99.62
100 100 100 100
100 99.62 95
100 88.0698.92 98.92
83.09
97.37
80
60
40
20
0

PUSKESMAS

Sumber: Review Data Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2016 – 2021
Gambar 4.12. Grafik Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet FE3 Kota
Surakarta Tahun 2018

Berdasarkan grafik 4.2 Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet FE3 di


Kota Surakarta, pada tahun 2018 Kota Surakarta diperoleh hasil presentase
tertinggi adalah Puskesmas Setabelan dan presentasi terendah adalah
Puskesmas Purwodiningrat. Terdapat beberapa puskesmas yang menjadi
masalah karena berada dibawah target yaitu Puskesmas Pajang dan
Puskesmas Diningratan. Dari semua puskesmas yang ada di Kota Surakarta,
yang tidak melampaui target Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet FE3
sebesar 11,76%
m. Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet FE1 Tahun 2017 dan 2018
99

98

97
PERSEN

96 TARGET
98.2
HASIL
95 96.95

94 95 95

93
2017 2018

Sumber: Review Data Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2016 – 2021
Gambar 4.12. Grafik Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet FE1
Tahun 2017 dan 2018

Berdasarkan grafik 4.12, Ibu hamil yang mendapatkan tablet FE1 di


Kota Surakarta pada tahun 2018 diperoleh hasil sebesar 97,95%. Target
pencapaian pembanding yang digunakan adalah target pencapaian Dinas
Kesehatan Kota Surakarta pada tahun 2018 sebesar 95%, sehingga hasil Ibu
hamil yang mendapatkan tablet FE1 pada tahun 2018 melebihi target yang
telah ditetapkan.
Analisis trend pada grafik 4.12, perolehan prevalensi Ibu hamil yang
mendapatkan tablet FE1 di Kota Surakarta tahun 2017 sebesar 98,2%
sedangkan hasil pada 2018 mengalami peningkatan prevalensi sebesar
96,95%. Target prevalensi Ibu hamil yang mendapatkan tablet FE3 pada
tahun 2017 dan 2018 tetap sebesar 95%.
Penelitian Listyaningrum tahun (2019) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam pemberian tablet Fe pada ibu hamil
meliputi konseling gizi pada ibu hamil, program ANC terpadu, kelas ibu
hamil, kelas suami, kelas mertua dan kelambu siti.

101.32 98.61 97.93 112.38


120
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 95
100 97.31
76.87 82.71
80
60
40
20
0

PUSKESMAS

Sumber: Review Data Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2016 – 2021
Gambar 4.12. Grafik Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet FE1 Kota
Surakarta Tahun 2018

Berdasarkan grafik 4.2 Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet FE1 di


Kota Surakarta, pada tahun 2018 Kota Surakarta diperoleh hasil presentase
tertinggi adalah Puskesmas Setabelan dan presentase terendah adalah
Puskesmas Pajang. Terdapat beberapa puskesmas yang menjadi masalah
karena berada dibawah target yaitu Puskesmas Pajang dan Puskesmas
Purwodiningratan. Dari semua puskesmas yang ada di Kota Surakarta, yang
tidak melampaui target Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet FE1 sebesar
11,76%.
n. Pemberian Vitamin A Pada Bayi Tahun 2017 dan 2018
90
80
70
60
PERSEN

50
TARGET
40 85 85
76.39
62.67 HASIL
30
20
10
0
2017 2018

Sumber: Review Data Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2016 – 2021
Gambar 4.13 Grafik Pemberian Vitamin A Pada Bayi Tahun 2017 dan 2018

Berdasarkan grafik 4.13, Pemberian Vitamin A pada bayi di Kota


Surakarta pada tahun 2018 diperoleh hasil sebesar 62.67%. Target pencapaian
pembanding yang digunakan adalah target pencapaian Dinas Kesehatan Kota
Surakarta pada tahun 2018 sebesar 85%, sehingga hasil Pemberian Vitamin A
pada bayi pada tahun 2018 dibawah target yang telah ditetapkan.
Analisis trend pada grafik 4.13, Pemberian Vitamin A pada bayi di
Kota Surakarta tahun 2017 sebesar 76.39% sedangkan hasil pada 2018
mengalami penurunan prevalensi sebesar 62.67%. Target Pemberian Vitamin
A pada bayi pada tahun 2017 dan 2018 tetap sebesar 85%.
120 107.16
99.76 100
100 85
78.69
80 73.41
68.49 71.85 56.4
60 53.62
47.74 52.03
39.65 38.25 46.6
40 31.9 34.89 32.67
20
0

PUSKESMAS

Sumber: Review Data Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2016 – 2021
Gambar 4.13 Grafik Pemberian Vitamin A Pada Bayi Kota Surakarta
Tahun 2018

Berdasarkan grafik 4.2 Pemberian Vitamin A Pada Bayi di Kota


Surakarta, pada tahun 2018 diperoleh hasil presentase tertinggi adalah
Puskesmas Penumping dan presentasi terendah adalah Puskesmas
Purwodiningratan. Terdapat beberapa puskesmas yang menjadi masalah
karena berada dibawah target yaitu Puskesmas Jayengan, Puskesmas
Kratonan, Puskesmas Gajahan, Puskesmas Sangkrah, Puskesmas
Purwodingratan, Puskesmas Ngoresan, Puskesmas Sibela, Puskesmas
Pucangsawit, Puskesmas Nusukan, Puskesmas Manahan, Puskesmas
Gilingan, Puskesmas Banyuanyar, Puskesmas Setabelan, Puskesmas
Gambarsari. Dari semua puskesmas yang ada di Kota Surakarta, yang tidak
melampaui target Pemberian Vitamin A Pada Bayi sebesar 82,35%
o. Pemberian Vitamin A Pada Anak Balita Tahun 2017 dan 2018
100

PERSEN 95

90
TARGET
98.2 96.95
85
HASIL
80 85 85

75
2017 2018

Sumber: Review Data Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2016 – 2021
Gambar 4.14 Grafik Pemberian Vitamin A Pada Anak Balita Pada
Tahun 2017 dan 2018

Berdasarkan grafik 4.14, Pemberian Vitamin A pada anak balita di


Kota Surakarta pada tahun 2018 diperoleh hasil sebesar 96,95%. Target
pencapaian pembanding yang digunakan adalah target pencapaian Dinas
Kesehatan Kota Surakarta pada tahun 2018 sebesar 85%, sehingga hasil
Pemberian Vitamin A pada anak balita pada tahun 2018 melebihi target yang
telah ditetapkan.
Analisis trend pada grafik 4.14, perolehan Pemberian Vitamin A pada
anak balita di Kota Surakarta tahun 2017 sebesar 98,2% sedangkan hasil pada
2018 mengalami penurunan prevalensi sebesar 96,95%. Target pemberian
Vitamin A pada anak balita pada tahun 2017 dan 2018 tetap sebesar 85%.
Penelitian Reihana tahun (2016) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pemberian Vitamin A pada anak balita meliputi
tingkat pengetahuan ibu tentang manfaat Vitamin A, peran kader dalam
distribusi Vitamin A, keaktifan kunjungan balita ke posyandu dalam
mendapatkan Vitamin A. Tingkat pendidikan ibu mempengaruhi pengetahuan
ibu dalam pemberian Vitamin A kepada anaknnya, karena dengan tingkat
pendidikan yang cukup tinggi, maka daya serap ibu terhadap suatu informasi
atau ilmu juga akan semakin mudah. Sedangkan faktor peran kader dalam
distribusi Vitamin A, kader yang bertugas member kader Vitamin A
diposyandu biasanya juga tetangga sendiri dilinngkungan tersebut jadi ibu
akan lebih mudah dan berani meminta Vitamin A atau memberikan masukan
kepada kader apabila pelayanan kurang sesuai, sehingga wajar apabila ibu
menilai peran kader sudah baik dalam memberikan Vitamin A maupun
melakukan aktivitas di posyandu.

500 443
450
400
350
300 222
250 185
146.9
200 110 108
150 92 131.1 81 78 95 75 96 77 100 79 93 85
100
50
0

PUSKESMAS

Sumber: Review Data Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2016 – 2021
Gambar 4.14 Grafik Pemberian Vitamin A Pada Anak Balita Kota Surakarta
Pada Tahun 2018

Berdasarkan grafik 4.2 Pemberian Vitamin A Pada Anak Balita di


Kota Surakarta, pada tahun 2018 diperoleh hasil presentase tertinggi adalah
Puskesmas Pucangsawit dan presentasi terendah adalah Puskesmas
Purwodiningratan. Terdapat beberapa puskesmas yang menjadi masalah
karena berada dibawah target yaitu Puskesmas Jayengan, Puskesmas
Puskesmas Gajahan, Puskesmas Purwodiningratan, Puskesmas Manahan,
Puskesmas Banyuanyar. Setelah dirata – rata puskesmas yang berada di atas
target sebesar 70,58 % dan 29,41% puskesmas berada dibawah target. Dari
semua puskesmas yang ada di Kota Surakarta, yang tidak melampaui target
Pemberian Vitamin A Pada Bayi sebesar 82,35%
p. Pemantauan Penggunaan Garam Yodium di SD/MI tahun 2017 dan 2018
98

96

94
PERSEN

92 TARGET
96.83
HASIL
90

88 90

86
2018

Sumber: Review Data Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2016 – 2021
Gambar 4.15 Grafik Pemantauan Penggunaan Garam Yodium di SD/MI
Tahun 2017 dan 2018

Berdasarkan grafik 4.15, Pemantauan Penggunaan Garam Yodium di


SD/MI di Kota Surakarta pada tahun 2018 diperoleh hasil sebesar 96,83%.
Target pencapaian pembanding yang digunakan adalah target pencapaian
Dinas Kesehatan Kota Surakarta pada tahun 2018 sebesar 90%, sehingga hasil
Pemantauan Penggunaan Garam Yodium di SD/MI pada tahun 2018 melebihi
target yang telah ditetapkan.
Pemerintah Indonesia menempuh upaya pemberantasan GAKY berupa
distribusi garam dapur yang difortifikasi dengan Kalium Iodium. Jumlah
garam yang dikonsumsi tiap orang per hari adalah 6– 10 gram sedangkan
kebutuhan tubuh akan yodium adalah sekitar 100–150 µg tiap orang per hari.
Garam beryodium merupakan salah satu produk yang wajib menerapkan SNI
sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.15 tahun 1991 tentang Standar
Nasional Indonesia dengan SK Menteri Perindustrian No.29/M/SK/2/1995
tentang pengesahan SNI dan penggunaan tanda SNI secara wajib. Syarat mutu
garam konsumsi beryodium SNI 01–3556.2–1994/Rev 2000. Yodisasi garam
telah menjadi program nasional yang dikenal dengan motto pencapaian
“Garam Beryodium untuk semua”, yaitu minimal 90% rumah tangga
mengkonsumsi garam beryodium yang cukup (RAN KPP GAKY, 2004).

98.4 98.92 99.24 98.7


100 97.46 98
97.32
96.77 97.45 96.63 98.21 96.66
98 96.29
95.06 95
96
93.93 94.04
94
92 90
90
88
86
84

PUSKESMAS

Sumber: Review Data Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2016 – 2021
Gambar 4.15 Grafik Pemantauan Penggunaan Garam Yodium di SD/MI Kota
Surakarta Tahun 2018

Berdasarkan grafik 4.2 Pemantauan Penggunaan Garam Yodium di


SD/MI di Kota Surakarta, pada tahun 2018 diperoleh hasil presentase tertinggi
adalah Puskesmas Ngoresan dan presentasi terendah adalah Puskesmas
Sangkrah. Tidak terdapat puskesmas yang menjadi masalah karena tidak ada
puskesmas yang berada dibawah target. Dari semua puskesmas yang ada di
Kota Surakarta, yang tidak melampaui target Pemantauan Penggunaan Garam
Yodium di SD/MI sebesar 0%
q. Pemantauan Penggunaan Garam Yodium di Posyandu Tahun 2017 dan 2018
100
98
96
PERSEN

94
TARGET
92 97.5 HASIL
90
88 90
86
2018

Sumber: Review Data Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2016 – 2021
Gambar 4.16 Grafik Pemantauan Penggunaan Garam Yodium di Posyandu
Tahun 2017 dan 2018

Berdasarkan grafik 4.16, Pemantauan Penggunaan Garam Yodium di


Posyandu di Kota Surakarta pada tahun 2018 diperoleh hasil sebesar 97,5%.
Target pencapaian pembanding yang digunakan adalah target pencapaian
Dinas Kesehatan Kota Surakarta pada tahun 2018 sebesar 90%, sehingga hasil
Pemantauan Penggunaan Garam Yodium di Posyandu pada tahun 2018
melebihi target yang telah ditetapkan.
Pemerintah Indonesia menempuh upaya pemberantasan GAKY berupa
distribusi garam dapur yang difortifikasi dengan Kalium Iodium. Jumlah
garam yang dikonsumsi tiap orang per hari adalah 6– 10 gram sedangkan
kebutuhan tubuh akan yodium adalah sekitar 100–150 µg tiap orang per hari.
Garam beryodium merupakan salah satu produk yang wajib menerapkan SNI
sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.15 tahun 1991 tentang Standar
Nasional Indonesia dengan SK Menteri Perindustrian No.29/M/SK/2/1995
tentang pengesahan SNI dan penggunaan tanda SNI secara wajib. Syarat mutu
garam konsumsi beryodium SNI 01–3556.2–1994/Rev 2000. Yodisasi garam
telah menjadi program nasional yang dikenal dengan motto pencapaian
“Garam Beryodium untuk semua”, yaitu minimal 90% rumah tangga
mengkonsumsi garam beryodium yang cukup (RAN KPP GAKY, 2004).

102 100 98.79 99.64


100 98.42 98.98 98.26 98.71 99.62 99.09 97.73 97.85
98 96.96
95.39 96.98 96.64
96 94.33
94
92 90
89.47
90
88
86
84

PUSKESMAS

Sumber: Review Data Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2016 – 2021
Gambar 4.15 Grafik Pemantauan Penggunaan Garam Yodium di Posyandu
Kota Surakarta Tahun 2018

Berdasarkan grafik 4.2 Pemantauan Penggunaan Garam Yodium di


Posyandu di Kota Surakarta, pada tahun 2018 diperoleh hasil presentase
tertinggi adalah Puskesmas Penumping dan presentase terendah adalah
Puskesmas Purwosari. Terdapat puskesmas yang menjadi masalah karena
berada dibawah target yaitu Puskesmas Purwosari. Dari semua puskesmas
yang ada di Kota Surakarta, yang tidak melampaui target Pemantauan
Penggunaan Garam Yodium di Posyandu sebesar 5,88%
D. Prioritas Masalah Gizi di Dinas Kesehatan
Penentuan perioritas masalah ditentukan dalam metode USG (Urgency
Seriousness Growth) sebagai berikut :

Tabel 4.1. Analisis Prioritas Masalah


NO MASALAH U S G Skor Peringkat

Presentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi


1. 8 8 8 24 3
Menyusu Dini (IMD)

2. Prevalensi anemia pada ibu hamil 7 7 8 22 5


3. Prevalensi Bumil KEK 10 9 9 28 1
Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
4. 8 6 6 20 6
(BBLR)
Presentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang
5. 6 4 5 17 9
mendapat ASI ekslusif
6. Prevalensi gizi buruk pada balita 16
Prevalensi kekurangan gizi (underweight) pada
7. 6 6 6 18 8
anak balita
Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek)
8. 5 5 4 14 12
anak baduta
9. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 2 1 3 6 17
Presentase remaja puteri yang Tablet Tambah
10. 7 6 6 19 7
Darah (TTD)
Presentase Balita ditimbang berat badannya
11. 8 9 9 26 2
(D/S)
12. Ibu hamil yang mendapatkan tablet FE3 4 6 5 15 11
13. Ibu hamil yang mendapatkan tablet FE1 5 6 5 16 10
14. Pemberian Vitamin A pada bayi 7 8 8 23 4
15. Pemberian Vitamin A pada anak balita 5 5 3 13 13
Pemantauan Penggunaan Garam Yodium di
16. 6 2 2 10 14
SD/MI
Pemantauan Penggunaan Garam Yodium di
17. 3 3 2 8 15
Posyandu

Dari metode USG (Urgency Seriousness Growth) diatas, Prevalensi


Bumil KEK menjadi prioritas masalah utama.
E. Diagram Pohon Analisis Alternatif Pemecahan Masalah
1. Kegiatan Workshop “ Sadar Dini BUMIL KEK ”

1. Pertumbuhan janin normal


2. Ibu dan janin sehat
3. Kelahiran bayi normal
4. Berat badan bayi baru lahir normal

Pengetahuan dan ketrampilan


ibu – ibu PKK meningkat

Sasaran meyalurkan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah


didapatkan kepada ibu – ibu PKK

Meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan

Workshop
“ Sadar Dini BUMIL KEK ”

Gambar 4.1 Alternatif Pemecahan Masalah


2. Kegiatan Forum Diskusi Evaluasi Kebijakan Penanganan Bumil KEK di Kota
Surakarta

Tidak ada masalah bumil KEK

Kebijakan Penanganan Bumil KEK dapat menurunkan


Prevalensi bumil KEK

Wilayah lain memperbaiki atau mengubah kebijakan


penanganan bumil KEK

Mengevaluasi prevalensi dan kebijakan penanganan


bumil KEK di Kota Surakarta dan wilayah lain

Forum Diskusi Evaluasi Kebijakan


Penanganan Bumil KEK di Kota
Surakarta

Gambar 4.1 Alternatif Pemecahan Masalah


3. Pelatihan Pengembangan Resep PMT BUMIL

1. Konsumsi PMT bumil meningkat


2. Kreativitas ibu dalam pengolahan PMT meningkat
3. Mengurangi rasa bosan dalam mengkonsumsi PMT

Pengetahuan dan ketrampilan


ibu meningkat

Petugas Puskesmas meyalurkan pengetahuan dan ketrampilan


yang sudah didapat kepada kader

Meningkatkan pengetahuan pengembangan resep PMT


kepada petugas puskesmas

Pelatihan Pengembangan Resep PMT


BUMIL

Gambar 4.1 Alternatif Pemecahan Masalah


F. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Gizi di Dinas Kesehatan
1. Analisis SWOT Workshop “ Sadar Dini BUMIL KEK ”

Tabel 4.3 Analisis SWOT Workshop “ Sadar Dini BUMIL KEK ”


STRENGHT ( KEKUATAN) WEAKNESS ( KELEMAHAN )
1. Audiens dilatih agar bisa bekerjasama dengan oranglain 1. Memerlukan dana yang cukup banyak
2. Audiens biasa dilatih untuk berfikir kritis pada suatu 2. Memerlukan narasumber yang berkompeten
permasalahan 3. Kegiatan berlangsung lama menimbulkan rasa
3. Menambah pegetahuan dan softskill audiens bosan

OPPRTUNITY ( PELUANG ) THREAT (ANCAMAN )


1. Mengubah pola pikir audiens akan pentingnya pencegahan KEK 1. Pengetahuan dan softskill yang tidak meningkat
pada bumil 2. Tidak ada feedback dari audiens
2. Tingginya antusias audiens 3. Ketidakhadiran peserta
4. Keterbatasan waktu kegiatan
2. Forum Diskusi Evaluasi Kebijakan Penanganan Bumil KEK di Kota Surakarta

Tabel 4.3 Analisis SWOT Forum Diskusi Evaluasi Kebijakan Penaganan Bumil KEK di Kota Surakarta
STRENGHT ( KEKUATAN) WEAKNESS ( KELEMAHAN )
1. Dapat mengetahui permasalahan di luar wilayah 1. Memerlukan dana yang cukup banyak
2. Dapat mengetahui penanganan bumil KEK di luar wilayah 2. Memerlukan narasumber yang berkompeten
3. Dapat berdiskusi untuk memecahkan permasalahan BUMIL 3. Memerlukan tempat yang cukup untuk kegiatan
KEK di suatu wilayah

OPPRTUNITY ( PELUANG ) THREAT (ANCAMAN )


1. Pemerintah sangat mendukung Forum Diskusi Evaluasi 1. Data yang digunakan tidak valid
Kebijakan Penanganan Bumil KEK di Kota Surakarta 2. Data yang disampaikan tidak sesuai dengan data
2. Tingginya partisipasi dari lintas sektor yang ada dilapangan
(MUI,POSYANDU,PUSKESMAS,KADER,BAPEDA,KELUR 3. Ketidakhadiran peserta
AHAN). 4. Keterbatasan waktu kegiatan
3. Minangkatkan kerjasama antar lintas sektor
(MUI,POSYANDU,PUSKESMAS,KADER,BAPEDA,KELUR
AHAN).
4. Tingginya antusias dari audien
3. Pelatihan Pengembangan Resep PMT BUMIL

Tabel 4.3 Analisis SWOT Pelatihan Pengembangan Resep PMT BUMIL dan Balita
STRENGHT ( KEKUATAN) WEAKNESS ( KELEMAHAN )
1. Meningkatkan pengetahuan 1. Tidak meneruskan informasi kepada kader
2. Meningkatkan pengalaman 2. Membutuhkan biaya yang cukup banyak
3. Meningkatkan softskill 3. Membutuhkan tempat yang memadai
4. Membutuhkan peralatan yang cukup lengkap
5. Membutuhkan tenaga yang ahli

OPPRTUNITY ( PELUANG ) THREAT (ANCAMAN )


1. Meningkatnya konsumsi PMT pada bumil 1. Terjadinya kegagalan dalam proses pemasakan
2. Pemerintah sangat mendukung Kegiatan Pelatihan 2. Manajemen waktu yang kurang baik
Pengembangan Resep PMT bumil 3. Kurangnya antusias dari audien
4. Ketidakhadiran peserta
5. Keterbatasan waktu kegiatan
G. Plan Of Action (Rencana Kegiatan)
1. Pelatihan Pengembangan Resep PMT

Tabel 4.3 Analisis SWOT Pelatihan Pengembangan Resep PMT


TUJUAN MATERI SASARAN INPUT OUTPUT AKTIVITAS TEMPAT DANA
Meningkatkan Beberapa menu Petugas puskesmas, SDM, sarana dan Pengetahuan Pelatihan SMK N 7 Rp 1.200.000
pengetahuan yang sudah bidang yankes, prasarana meningkat Pengembangan Surakarta
pengebangan dikembangkan bidang kesmas. Alat : Resep PMT
resep PMT Perlengkapan alat
kepada masak dan
sasaran kamera.
Bahan :
Bahan yang akan
dimasak, snack
dan makan siang.
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
PELATIHAN PENGEMBANGAN RESEP PMT BUMIL

A. LATAR BELAKANG
Salah satu indikator tercukupinya kebutuhan zat gizi ibu hamil dapat
diketahui dari bertambahnya berat badan ibu setiap bulan. Status gizi yang
memadai dan asupan makanan yang baik selama prakonsepsi dan kehamilan telah
diakui sebagai kontributor utama untuk hasil kelahiran yang sehat. Status nutrisi
pada wanita hamil, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
janin saat dalam kandungan. Status nutrisi yang rendah berkaitan dengan masalah
kekurangan gizi. Sebagai negara berkembang masalah kekurangan gizi masih
menjadi masalah utama di masyarakat Indonesia.
Salah satu masalah kekurangan gizi pada ibu hamil di Indonesia yaitu
Kekurangan Energi Kronik. Kekurangan Energi Kronik merupakan kurangnya
asupan energi yang berlangsung lama atau kronik. Ketika ibu hamil mengalami
kekurangan gizi pada trimester terakhir maka cenderung akan melahirkan bayi
dengan BBLR, hal ini dikarenakan pada masa ini janin akan tumbuh dengan
sangat cepat dan terjadi penimbunan lemak.
Angka prevalensi risiko KEK pada Wanita Usia Subur (WUS) di Indonesia
sebesar 13,6%. Sedangkan berdasarkan peta kesehatan Indonesia, prevalensi ibu
hamil KEK sebesar 16,8%. Berdasarkan Prevalensi Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR) di Kota Surakarta meningkat dari 2,6% pada tahun 2017 menjadi 2,81%
pada tahun 2018. Prevalensi tertinggi pada tahun 2018 ditemukan di Puskesmas
Kratonan (11,5%).
Upaya untuk meningkatkan status gizi ibu hamil KEK di Kota Surakarta
dengan Pemberian Makanan Tambahan-Pemulihan (PMT-P) pada ibu hamil
KEK. Setiap ibu hamil dengan ukuran LiLA <23,5 akan mendapatkan PMT-P
berupa roti biskuit (sandwich) yang harus di konsumsi setiap hari 1 roti (100 gr)
diberikan selama 90 hari. PMT-P diberikan sebagai tambahan makanan, bukan
sebagai makanan pengganti sehari-hari. Kemenkes RI mendistribusikan program
PMT dalam bentuk PMT pabrikan. Program ini diprioritaskan pada ibu hamil
KEK berdasarkan ukuran LILA <23,5 cm terutama di wilayah Kabupaten/Kota
yang mengalami rawan gizi. Agar kegiatan tersebut dapat dilaksanakan dengan
optimal perlu adanya suatu koordinasi dari masyarakat dengan Pemerintah Kota
Surakarta. Salah satu wujud dari kegiatan tersebut adalah Kegiatan Pelatihan
Pengembangan Resep PMT Bumil.

B. DASAR HUKUM
a. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
b. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
c. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi
d. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2013 tentang Angka
Kecukupan Gizi yang dianjurkan Bangsa Indonesia
e. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
d. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.02/Menkes/52/2015 tentang
Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2014-2019
C. TUJUAN
a. TUJUAN UMUM
Kegiatan Pelatihan Pengembangan Resep PMT-P Bumil bertujuan
untuk meningkatkan peran petugas kesehatan, tokoh agama serta tokoh
masyarakat dalam pemanfaatan PMT-P.
b. TUJUAN KHUSUS
a. Meningkatkan efektifitas pemberian PMT-P Bumil
b. Meningkatkan tingkat konsumsi PMT-P Bumil
D. PELAKSANAAN
a. WAKTU DAN TEMPAT
Hari / Tanggal : Kamis, 10 Oktober 2019
Jam : 09.00 – selesai
Tempat : SMK N 7 SURAKARTA
b. PESERTA
Jumlah peserta sebanyak 40 orang yang terdiri dari :
- 2 orang dari Puskesmas Pajang
- 2 orang dari Puskesmas Penumping
- 2 orang dari Puskesmas Purwosari
- 2 orang dari Puskesmas Gayengan
- 2 orang dari Puskesmas Kratonan
- 2 orang dari Puskesmas Gajahan
- 2 orang dari Puskesmas Sangkrah
- 2 orang dari Puskesmas Purwodiningratan
- 2 orang dari Puskesmas Ngoresan
- 2 orang dari Puskesmas Sibela
- 2 orang dari Puskesmas Pucangsawit
- 2 orang dari Puskesmas Nusukan
- 2 orang dari Puskesmas Manahan
- 2 orang dari Puskesmas Gilingan
- 2 orang dari Puskesmas Banyuanyar
- 2 orang dari Puskesmas Setebelan
- 2 orang dari Puskesmas Gambirsari
- 6 orang dari Bidang Kesmas
- 1 orang dari Ketua Bidang Kesmas
E. NARASUMBER
a. Ketua Bidang Kesmas
b. Guru Tata Boga SMK N 7 SURAKARTA
F. MATERI
a. Pengarahan Ketua Bidang Kesmas : Kelebihan dan kekurangan dari resep yang
dikembangkan
b. Guru Tata Boga SMK N 7 SURAKARTA : Menjelaskan nama resep, bahan –
bahan, cara kerja PMT yang dikembangkan.
G. KELUARAN
a. Kegiatan Pelatihan Pengembangan Resep PMT-P Bumil berjalan dengan baik
b. Pengetahuan tentang Pengembangan Resep PMT-P Bumil meningkat
H. BIAYA
Rencana biaya untuk penyelenggarakan kegiatan ini berasal dari Kegiatan
Peningkatan Kesehatan Masyarakat (1.01.1.02.01.16.16) dana BOK / DAK Non
Fisik Tahun 2020.

Surakarta, 17 Oktober 2019

Mengetahui, PPTK
Kepala Bidang Kesmas
Dinas Kesehatan Kota Surakarta

IDA ANGKLAITA, SKM., M.Si AGUS SUBAGYO, SSiT


NIP. 19630403 198603 2015 NIP. 19700425 1992031008
SUSUNAN ACARA KEGIATAN

PELATIHAN PENGEMBANGAN RESEP PMT BUMIL


KOTA SURAKARTA TAHUN 2020

Hari / Tanggal Waktu Materi Penanggujawab

Pembukaan Kegiatan Pelatihan


Kamis, 10
09.00 – 09.15 Pengembangan Resep PMT Kabid Kesmas
Oktober 2020
Bumil

Perwakilan Guru Tata


Pengarahan Kegiatan Pelatihan
09.15 – 09.30 Boga SMK N 7
Pengembangan Resep PMT
SURAKARTA
Bumil
Pelatihan Pengembangan Resep Guru Tata Boga SMK
09.30 – 12.30
PMT Bumil N 7 SURAKARTA
Mengevaluasi Hasil
12.30 – 12.45 Pengembangan Resep PMT Ketua Bidang Kesmas
Bumil
Perwakilan Guru Tata
12.45 – 13.00 Penutup Boga SMK N 7
SURAKARTA

Surakarta, 17 Oktober 2019


Pelaksana

IDA ANGKLAITA, SKM., M.Si


NIP. 19630403 198603 2015
LAMPIRAN
MATRIK KEGIATAN POKOK E

No. INDIKATOR TARGET PENCAPAIAN ANALISA KEGIATAN KEGIATAN YANG


di DKK DIUSULKAN

Anda mungkin juga menyukai