Anda di halaman 1dari 10

Seminar Nasional X – 2014 Teknik Sipil ITS Surabaya

Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia

PENGARUH MOLARITAS AKTIFATOR ALKALIN


TERHADAP KUAT MEKANIK BETON GEOPOLIMER
DENGAN TRAS SEBAGAI PENGISI

Puput Risdanareni1, Triwulan2 dan Januarti Jaya Ekaputri3


1
Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Malang, email : pu2t_risdanareni@yahoo.com
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email : triwulan_marwan@yahoo.com
3
Dosen Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email : januarti_je@yahoo.com

ABSTRAK
Tulisan ini menyajikan evaluasi pengaruh variasi molaritas aktifator terhadap sifat mekanik beton polimer yang
menggunakan fly ash sebagai material pengganti semen dan tras sebagai bahan pengisi. Aktifator alkalin yang
di gunakan dalam penelitian ini ialah NaOH (Natrium Hidroksida) dan Na2SiO3 . Variasi molaritas NaOH yang
di gunakan dalam penelitian ini ialah 8 dan 10 Molar. Digunakan perbandingan massa reaktan Na2SiO3/ NaOH
0.5 , 1, 1.5, 2 dan 2.5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa molaritas larutan alkalin dan perbandingan massa
Na2SiO3/NaOH mempengaruhi sifat mekanik beton geopolimer.

Kata kunci : geopolimer, fly ash, tras, aktifator alkalin

1. PENDAHULUAN
Kebutuhan akan beton di seluruh dunia semakin meningkat demikian juga dengan
produksi semen sebagai bahan dasar pembuatan beton. Dalam proses produksinya semen
mengeluarkan gas CO2 yang menimbulkan efek rumah kaca.Karena alasan inilah mulai
dikembangkan bahan alternatif pengganti semen. Salah satu bahan alternatif yang mulai
dikembangkan ialah material geopolimer.
Bahan geopolimer ialah suatu bahan inorganik yang terdiri dari silikat (Si) dan alumunium
(Al) sebagai material utama serta reaktan alkalin untuk pengikat. Sejauh ini bahan dasar
yang digunakan untuk membuat beton geopolimer adalah fly ash.
( Davidovits, 1999 ) Dalam penelitian ini mulai dicoba bahan dasar alternatif beton
geopolimer selain fly ash yaitu tras.
Tras , material yang berasal dari endapan lava gunung berapi, adalah suatu material
pozolanik yang dapat digunakan sebagai bahan dasar binder geopolimer karena memiliki
kadar silikat (Si) dan Alumunium (Al) yang cukup tinggi. Alasan digunakannya trass
sebagai bahan pengisi ialah karena trass Pasuruan yang digunakan kurang amorf. Dengan
ditambahkannya trass ke dalam campuran beton geopolimer diharapkan dapat
meningkatkan kuat mekanik dari beton geopolimer murni fly ash.
Untuk melakukan reaksi polimerisasi dibutuhkan suatu reaktan dari golongan alkalin yang
dapat melepas ion-ion yang tidak diperlukan. Dalam kasus ini digunakan Natrium
hidroxide atau NaOH yang memiliki sifat basa kuat sebagai reaktan alkalin dan sodium
silikat atau Na2SiO3 sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi polimerisasi
Penelitian sebelumnya ( Barbosa, 2003 ) tentang binder geopolimer menyatakan bahwa
kadar air pada campuran memegang peran penting dalam pembentukan beton geopolimer.
Untuk meneliti pengaruh kadar air dalam pembentukan beton geopolimer di gunakan
variasi molaritas aktifator NaOH yaitu 8 dan 10 Molar.

ISBN 978-979-99327-9-2 847


Seminar Nasional X – 2014 Teknik Sipil ITS Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia

2. MATERIAL
Fly Ash
Fly ash yang digunakan dalam penelitian ini adalah fly ash type F (ASTM C618-03) yang
merupakan abu sisa pembakaran batu bara Jawa Power Paiton. Komposisi kimia dari fly
ash dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Komposisi kimia penyusun fly ash

No. Zat Penyusun % massa


1 SiO2 52.24
2 Al2O3 38.58
3 Fe2O3 2.94
4 CaO 0.69
5 Na2O 0.52
6 K2O 0.44
7 TiO2 2.42
8 MgO 0.49
9 P2O5 0.13
10 SO3 1.21
11 SO2 -
12 LOI 1.39

Data pada tabel 1 di peroleh dari ―Balai Besar Keramik‖, Bandung, Indonesia.
Trass
Tras yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari PT Semen Gresik yang diperoleh
dari Pasuruan. Komposisi penyusun Trass dapat dilihat pada tabel 2. Hasil XRD
menunjukkan bahwa tras memiliki sifat amorf karena memiliki silika tinggi. Hasil XRD
dapat dilihat pada gambar 1.
Tabel 2 Komposisi Kimia Penyusun Tras
No. Zat Penyusun % massa
1 SiO2 87.5
2 Al2O3 0.2
3 Fe2O3 1.9
4 CaO 1.7
5 Na2O 0.8
6 K2O 0.41
7 MgO 0.9
8 SO3 0.5
9 SO2 -
10 LOI 6.2

ISBN 978-979-99327-9-2 848


Seminar Nasional X – 2014 Teknik Sipil ITS Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia

Gambar 1 Hasil XRD Tras


Aktifator Alkali
Aktifator yang digunakan dalam penelitian ini ialah Na2SiO3 dan NaOH. NaSiO3
berbentuk gel bening sedangkan NaOH berupa serpihan. Perbandingan rasio berat
Na2SiO3/NaOH yang digunakan dalam penelitian ini ialah 0.5 ; 1 ; 1.5 ; 2 dan 2.5. NaOH
diolah menjadi larutan 8 dan 10 Molar dengan mencampurkan aquades.
Berikut merupakan langkah-langkah pembuatan larutan aktivator alkalin NaOH 8 molar.
 Menghitung kebutuhan NaOH yang akan digunakan.
N= VxM
mol
= 1 liter x 8
liter
= 8 mol
Massa NaOH = n mol x Mr
gram
= 8 mol x 40
mol
= 320 gram
 Menimbang NaOH seberat 320 gram.
 Memasukkan NaOH ke dalam labu ukur dengan kapasitas 1000 cc.
 Menambahkan aquades ke dalam labu ukur sampai volumenya 1 liter

Agregat
Agregat halus (pasir) yang digunakan adalah pasir sungai dari Lumajang dengan berat
jenis 2670 kg/m3. Agregat kasar berupa batu pecah berukuran maksimum 20 mm dengan
berat jenis 2700 kg/m3. Perbandingan berat antara pasir dan batu pecah adalah 1:2.

3. BENDA UJI DAN MIX DESAIN


Dibuat benda uji beton geopolimer silinder dengan diameter 100 mm dan tinggi 200
mm.Benda uji binder geopolimer berupa silinder dengan ukuran diameter 20 mm dan
tinggi 40 mm. Dibuat 10 komposisi binder dan beton geopolimer. Tiap komposisi dibuat 3
benda uji. Adapun kode penamaan binder dan beton geopolimer dapat dilihat pada tabel 2.

ISBN 978-979-99327-9-2 849


Seminar Nasional X – 2014 Teknik Sipil ITS Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia

Diagram alir mix desain binder dan beton geopolimer dapat dilihat pada gambar 2 dan
gambar 3.

Binder Geopolymer ukuran


2x4 cm2

trass 50% dari 74 % Fly 26 % Air 12 %


total massa fly ash Pencam dari massa
ash pur fly ash

Na 2 SiO3 Na 2 SiO3
 
NaOH NaOH
0.5 0.5

Na 2 SiO3
 Na 2 SiO3
NaOH NaOH

NaOH NaOH
1.0 8M 10 M 1.0

Na 2 SiO3 Na 2 SiO3
 
NaOH NaOH
1.5 1.5

Na 2 SiO3 Na 2 SiO3
 
NaOH NaOH
2.0 2.0

Na 2 SiO3 Na 2 SiO3
 
NaOH NaOH
2.5 2.5

Gambar 2 Diagram alir mix desain binder geopolimer

Tabel 2 Komposisi dan penamaan binder/beton geopolimer


Kode Molaritas Sodium
Binder NaOH silica/NaOH
A 8M 0.5
B 8M 1.0
C 8M 1.5
D 8M 2
E 8M 2.5
F 10M 0.5
G 10M 1.0
H 10M 1.5
I 10M 2
J 10M 2.5

ISBN 978-979-99327-9-2 850


Seminar Nasional X – 2014 Teknik Sipil ITS Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia

Beton Geopolymer ukuran 100 x 200 mm2

Air 12 75 % 25 % (Fly ash + Trass 50 %


% dari Aggregat pencampur) dari massa
massa fly ash
fly ash

Aggregat kasar : halus = 2 : 1


74 % fly ash 26 %
pencampur

Na 2 SiO 3
Na 2 SiO 3 
 NaOH
NaOH NaOH NaOH
8M 10 M 0.5
0.5
Na 2 SiO3
Na 2 SiO3 
 NaOH
NaOH
1.0
1.0
Na 2 SiO3
Na 2 SiO3 
 NaOH
NaOH
1.5
1.5
Na 2 SiO3
Na 2 SiO3 
 NaOH
NaOH
2.0
2.0
Na 2 SiO3 2
Na 2 SiO3 2 
 NaOH
NaOH
.5
.5

Gambar 3 Diagram alir mix desain beton geopolimer

4. PENGUJIAN LABORATORIUM
Seluruh pengujian dilakukan di Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan, ITS, Surabaya.
Hasil pengujian merupakan evaluasi rata-rata dari 3 benda uji. Kuat mekanik beton diuji
dengan tes kuat tekan (ASTM C 39-03) pada benda uji berumur 3, 7, 14, 21 dan 28 hari.

ISBN 978-979-99327-9-2 851


Seminar Nasional X – 2014 Teknik Sipil ITS Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia

Gambar 4 Uji kuat tekan beton geopolimer

5. PERAWATAN (CURING)
Perawatan pada beton setelah di cetak adalah di diamkan pada suhu ruangan. Tiap benda
uji di diamkan dalam ruangan dan di tutup plastik selama 4 hari, untuk pengurangi
penguapan. Setelah 4 hari beton di diamkan dalam suhu ruangan,

Gambar 5 Curing Suhu Ruangan Beton Geopolimer

6. HASIL DAN PEMBAHASAN


Binder Geopolimer
Dari gambar 6 dan 7 dapat dilihat pola kenaikan kuat tekan binder geopolimer. Binder
yang memiliki molaritas larutan NaOH 8 molar memiliki pola yang hampir sama yaitu
mengalami kenaikan kuat tekan yang signifikan pada rentan usia 0-3 hari. Untuk binder
yang memiliki molaritas larutan NaOH 10 molar ,pola kenaikan kuat tekan hampir sama
seperti binder 8 molar. Akan tetapi pada binder 10 molar ada beberapa binder yang sudah
memiliki kuat tekan yang hampir konstan pada usia 28 hari yaitu binder F dan G. Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa binder belum mencapai kekuatan 100 % pada umur 28
hari. Dimungkinkan terjadi kenaikan kuat tekan setelah 28 hari.
.

ISBN 978-979-99327-9-2 852


Seminar Nasional X – 2014 Teknik Sipil ITS Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia

Gambar 6 Hubungan kuat tekan dengan usia binder molaritas NaOH 8M

Gambar 7 Hubungan kuat tekan dengan usia binder molaritas NaOH 8M

Gambar 8 Hubungan kuat tekan dengan perbandingan aktifator binder Geopolimer

Dari gambar 8 dapat dilihat pengaruh rasio aktifator binder serta molaritas larutan NaOH
terhadap kuat tekan binder geopolimer. Terdapat 5 jenis rasio perbandingan Na2SiO3/
NaOH yaitu 0.5 , 1, 1.5 , 2 dan 2.5. Dari variasi rasio tersebut diperoleh hasil bahwa binder
geopolimer dengan rasio 2.5 memiliki kuat tekan paling tinggi baik untuk molaritas 8
maupun 10 Molar. Adapun binder dengan molaritas larutan NaOH 10 Molar memiliki kuat

ISBN 978-979-99327-9-2 853


Seminar Nasional X – 2014 Teknik Sipil ITS Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia

tekan lebih tinggi dibanding binder dengan molaritas 8 Molar. Dari hasil eksperimental
tersebut dapat disimpulkan bahwa, semakin tinggi rasio aktifator Na2SiO3/ NaOH dan
Molaritas NaOH ,maka semakin tinggi kuat tekan binder yang dihasilkan.

7. BETON GEOPOLIMER
Dari Gambar 9 dan 10 dapat dilihat pola kenaikan kuat tekan beton geopolimer. Secara
umum pola kenaikan kuat tekan beton geopolimer kurang lebih sama. Beton geopolimer
yang memiliki perbandingan aktifator 2 dan 2,5 memiliki 50 % kuat tekannya pada rentan
usia 3-7 hari sedangkan beton dengan perbandingan 0,5; 1 dan 1.5 relatif lambat dalam hal
kenaikan kuat tekan . Dengan data ini dapat kita simpulkan bahwa tidak semua beton
geopolimer memiliki kuat tekan tinggi pada usia yang relatif muda

Gambar 9 Hubungan Kuat Tekan dan usia beton dengan molaritas larutan NaOH 8 Molar

Gambar 10 Hubungan Kuat Tekan dan Usia Beton dengan Molaritas NaOH 10 Molar

ISBN 978-979-99327-9-2 854


Seminar Nasional X – 2014 Teknik Sipil ITS Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia

Gambar 11. Hubungan Kuat Tekan dan Perbandingan Aktifator Beton Geopolimer

Dari gambar 11 dapat dilihat pengaruh rasio aktifator dan molaritas larutan NaOH beton
terhadap kuat tekan beton geopolimer. Terdapat 5 jenis rasio yang digunakan baik untuk
binder molaritas 8 maupun 10 molar, yaitu 0.5 , 1, 1.5 , 2 dan 2.5. Untuk beton geopolimer
molaritas 8 Molar, kuat tekan tertinggi dimiliki oleh beton dengan perbandingan
Na2SiO3/NaOH 2. Sedang untuk beton geopolimer molaritas 10M ,kuat tekan tertinggi
dimiliki oleh beton dengan perbandingan Na2SiO3/ NaOH 2.5. Adapun perihal pengaruh
perbandingan Na2SiO3/NaOH dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi perbandingan
aktifator tidak selalu diiringi oleh semakin tingginya kuat tekan beton yang dihasilkan.

8. KESIMPULAN
1. Molaritas aktifator alkalin yaitu NaOH sangat berpengaruh pada kuat mekanik binder
maupun beton geopolimer. Semakin tinggi molaritas NaOH, semakin tinggi kuat
mekanik beton maupun binder geopolimer yang di hasilkan. Molaritas larutan aktifator
yang optimum akan diteliti lebih lanjut.
2. Perbandingan rasio aktifator Na2SiO3/ NaOH juga sangat berpengaruh pada kuat
mekanik beton maupun binder geopolimer. Semakin tinggi perbandingan rasio
Na2SiO3/ NaOH tidak selalu menghasilkan kuat tekan yang tinggi. Pada molaritas
larutan NaOH 8M optimum di perbandingan 2 untuk beton dan 2,5 untuk binder, dan
pada 10M optimum di perbandingan 2,5 untuk beton maupun binder geopolimer.
3. Tidak semua beton geopolimer memiliki kuat tekan tinggi pada usia muda.Beton
geopolimer dengan perbandingan Na2SiO3/ NaOH 2 dan 2,5 memiliki kuat tekan
tinggi pada usia muda.
4. Di rekomendasikan untuk melakukan curing suhu tinggi untuk penelitian berikutnya.
5. Beton geopolimer dengan molaritas 10 M dengan perbandingan aktifator 2 dan 2,5
dapat digunakan sebagi beton struktural.

ISBN 978-979-99327-9-2 855


Seminar Nasional X – 2014 Teknik Sipil ITS Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia

9. DAFTAR PUSTAKA
1. ASTM C618-03, 2003, Standard Specification for ‗Fly Ash and Raw or Calcinated Natural
Pozzolan for Use as a Mineral Admixture in Portland Cement Concrete, ASTM International,
US.
2. ASTM C39-03, 2003, Standard Test Method for Compressive Strength of Cylindrical Concrete
Specimens, ASTM International, US.
3. ASTM C496-03, 2003, Standard Test Method for Splitting Tensile Strength of Cylindrical
Concrete Specimen, ASTM International, US.
4. Davidovits, J , Geopolymer : Inorganic Polymeric New Material , 1991
5. Davidovits, J , Properties of Geopolymer Cements , 1994
6. Ekaputri, J. J, Triwulan., 2013, Sodium Sebagai Aktifator Fly Ash, Tras dan Lumpur Sidoarjo
Dalam Beton Geopolimer, Jurnal Teknik Sipil ITB Vol 20 No. 1
7. Hardjito, D., Wallah S.E., and Rangan B.V., Factor Influencing the Compressive Stength of
Fly Ash Based Geopolymer Concrete, 2004
8. Isabella, C., Grant, C., Van Deventer, S.J., The Effect of Agregate Particle Size on Formation
of Geopolimeric Gel, 2005
9. Santoso, H., Pengaruh Bahan Tambahan pozzolan Alam (Trass Situbondo) dan Pozzolan
Buatan terhadap Sifat Fisik Beton pada Lingkungan Agresif, 1993
10. Wijaya, M , Studi Pendahuluan Pemanfaatan Trass Nagreg sebagai Bahan Semen Pozolan
Kapur, 1996

ISBN 978-979-99327-9-2 856

Anda mungkin juga menyukai