Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah ‫ سبحانه و تعالى‬yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah ‫ سبحانه و تعالى‬atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas besar dari
Praktikum Struktur dengan judul “Konsep Dasar Etika, Moral dan Susila serta
hubungannya dengan Akhlak ”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada dosen kami yang telah membimbing kami dalam menulis
makalah ini Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Makassar, 10 Oktober 2019

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ......................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB I

PENDAHULUAN ................................................. Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2

C. Tujuan ....................................................................................................... 2

D. Manfaat ..................................................................................................... 2

BAB II

PEMBAHASAN………………………………………………………………….3

A. Pengertian Etika, Moral dan Susila .......................................................... 3

B. Hubungan antara Etika, Moral , Susila dan Akhlak ................................ 5

BAB III

PENUTUP .............................................................................................................. 7

A. Kesimpulan .............................................................................................. 7

B. Saran ......................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 8

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan ini, kita sering tertipu dengan orang-orang yang
berpenampilan baik sehingga kita menganggap dan menamainya sebagai
orang baik. Di televisi dan media massa lainnya, pernah disebutkan: seorang
guru mengaji yang sampai tega “mencabuli” murid-murid perempuannya
yang masih kecil, atau seorang oknum aparat yang terlibat kasus perampokan,
dan pejabat-pejabat yang merupakan “panutan masyarakat” terlibat kasus
korupsi dan kolusi, serta contoh-contoh lainnya.
Jika dipersempit masalahnya kedalam masyarakat Islam, dan kita
sebutkan saja pelaku-pelaku tindakan di atas adalah muslim, maka muncul
pertanyaan: apakah pelaku tersebut tidak paham bahwa Islam telah
mengajarkan tuntunan-tuntunan yang disebut ilmu akhlak?, jika ia mengerti
bahwa dalam Islam ada ajaran akhlak, lantas mengapa ia masih tetap
melakukan tindakan yang buruk tersebut?.
Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya
adalah pangkalan yang menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral,
atau susila adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan.
Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat
terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-
tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu.
Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri,
dimana manusia melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan
dengan baik dan buruk. Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan
bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa melakukan. Itulah
hal yang khusus manusiawi. Dalam dunia hewan tidak ada hal yang baik dan
buruk atau patut tidak patut, karena hanya manusialah yang mengerti dirinya
sendiri, hanya manusialah yang sebagai subjek menginsafi bahwa dia
berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selama dan sesudah pekerjaan

1
itu dilakukan. Sehingga sebagai subjek yang mengalami perbuatannya dia
bisa dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.
Berdasarkan hal di atas, maka permasalahannya dapat dibagi menjadi
dua: Pertama bahwa ia memang tidak paham akan perilaku-perilaku yang
sesuai dengan tuntunan akhlak islami. Kedua, ia mengetahuinya, tetapi tidak
mengamalkannya dikarenakan pemahamannya tentang maksud dan hikmah
yang terkandung didalam tuntunan-tuntunan tersebut masih terbatas.
Oleh sebab itu, akhlak, sebagai produk siap jadi, ternyata masih perlu
dipikirkan kembali, dikaji ulang dan dipahami maksud-maksud yang
terkandung didalamnya. Di sini, filsafat akhlak dan moral menjadi penting
untuk dikaji kembali. Bukan untuk meruntuhkan tatanan yang sudah ada,
tetapi untuk mengoreksi kembali agar tuntunan tersebut lebih terasa
bermakna.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Etika, Moral, dan Susila?
2. Apa hubungan antara Etika, Moral, Susila dan Akhlak?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Etika, Moral, dan Susila serta hubungannya dengan
akhlak.
2. Untuk memenuhi tugas diskusi mata kuliah Akhlak.

D. Manfaat
1. Memberikan pengetahuan bagi pembacanya tentang Etika, Moral, dan
Susila.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika, Moral dan Susila


1. Etika
Secara Bahasa, dalam kamus umum Bahasa Indonesia, etika
diartikan ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Dari
kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya
menentukan tingkah laku.

Sedangkan secara istilah, etika adalah suatu ilmu yang membahas


perbuatan manusia yang bersumber dari pikiran atau filsafat sebagai
penilai, penentu dan penetap yaitu apakah perbuatan tersebut dinilai baik,
buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya yang bersifat relatif yakni
dapat berubah-ubah sesuai tuntunan zaman.

Dengan demikian, etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang


berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan
manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Berbagai pemikiran yang
dikemukakan para filosof barat mengenai perbuatan yang baik atau buruk
dapat dikelompokan kepada pemikiran etika, karena berasal dari hasil
berpikir. Dengan demikian etika sifatnya humanistis dan anthropocentris,
yakni berdasar pada pemikiran manusia dan diarahkan pada manusia.
Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang
dihasilkan oleh akal manusia.

Sebagai Contoh: ketika masuk kerumah orang lain, harus mengetuk pintu
rumah dan memberikan salam.

3
2. Moral
Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores
yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus
umum bahasa Indonesia dikatan bahwa moral adalah penentuan baik
buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.
Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang
digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak,
pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah,
baik atau buruk.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral
adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap
aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau
salah.
Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan
lainnya, kita dapat mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki
objek yang sama, yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia
selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk.
Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral
memiliki perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk
menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak
ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan moral tolak ukurnya yang
digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan
berlangsung di masyarakat. Dengan demikian etika lebih bersifat
pemikiran filosofis dan berada dalam konsep-konsep, sedangkan etika
berada dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah laku yang
berkembang di masyarakat.
Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk
mengukur tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan dan
lainnya yang berlaku di masyarakat.

4
3. Susila
Susila atau kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan
ke dan akhiran an. Kata tersebut berasal dari bahasa sansekerta , yaitu su
dan sila. Su berarti baik, bagus dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan
hidup atau norma. Kata susila selanjutnya digunakan untuk arti sebagai
aturan hidup yan lebih baik. Orang yang susila adalah orang yang
berkelakuan baik, sedangkan orang yang asusila adalah orang yang
berlakuan buruk, contohnya para pelaku zina (pelacur) sering diberi gelar
sebagai tuna asusila.

Selanjutnya kata susila dapat berarti sopan, beradab, baik budi


bahasanya. Dan kesusilaan sama dengan kesopanan. Dengan demikian
kesusilaan lebih mengacu kepada upaya membimbing, memandu,
mengarahkan, membiasakan dan memasyarakatkan hidup yang berlaku
dalam masyarakat. Kesusilaan menggambarkaan keadaan dimana orang
selalu menerapkaan nilai-nilai yang di pandang baik.

B. Hubungan antara Etika, Moral , Susila dan Akhlak


Dapat dilihat dengan sangat jelas bahwa etika, moral, susila berasal
dari produk rasio dan budaya masyarakat yang secara selektif diakui
sebagai yang bermanfaat dan baik bagi kelangsungan hidup manusia.
Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni ketentuan yang berdasarkan
petunjuk al-Qur’an dan al-hadis. Dengan kata lain jika etika, moral, dan
susila berasal dari manusia, sedangkan akhlak berasal dari Tuhan.
Sehingga etika, moral, susila dan akhlak akan tetap saling berhubungan
dan membutuhkan.
Dalam pelaksanaannya norma akhlak yang terdapat dalam al-Qur’an dan
al-Sunnah itu sifatnya dalam keadaan “belum siap pakai”. Jika al-Qur’an
misalnya menyuruh kita berbuat baik kepada ibu-bapak, menghormati

5
sesame kaum muslimin, dan menyuruh menutup aurat, maka suruhan
tersebut belum dibarengi dengan cara-cara, sarana, bnetuk dan lainnya.
Bagaimanakah cara menghormati kedua orang tua tidak kita jumpai dalam
al-Qur’an dan Hadits.
Demikian pula bagaimana cara kita menghormati sesama muslim
dan menutup aurat juga tidak kita jumpai dalam al-Qur’an. Cara-cara
untuk melakukan ketentuan akhlak yang ada dalam al-Qur’an dan al-hadis
itu memerlukan penalaran atau ijtihad para ulama dari waktu kewaktu.
Cara menutup aurat, model pakaian, ukuran dan potongannya yang sesuai
dengan ketentuan akhlak jelas memerlukan hasil pemikiran akal pikiran
manusia dan kesepakatan masyarakat untuk menggunakannya. Jika
demikian adanya maka ketentuan baik dan buruk yang terdapat dalam
etika, moral dan susila yang merupakan produk akal pikiran dan budaya
masyarakat dapat digunakan sebagai alat untuk menjabarkan ketentuan
akhlak yang terdapat dalam al-Qur’an. Tanpa bantuan usaha manusia
dalam bentuk etika, moral dan susila , ketentuan akhlak yang terdapat
dalam al-Qur’an dan al-Sunnah akan sulit dilaksanakan.
Dengan demikian keberadaan etika, moral dan susila sangat
dibutuhkan dalam rangka menjabarkan dan mengoprasionalkan ketentuan
akhlak yang terdapat didalam al-Qur’an. Disinilah letak peranan dan etika,
moral, dan susila terhadap akhlak.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Etika menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana
yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan
manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. moral adalah penetuan
baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral biasanya
dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat
dan perangkai dinyatakan benar, salah, baik, buruk,layak atau tidak
layak,patut maupun tidak patut.
Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena
akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi'at, perangai, karakter
manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq
atau dengan sesama makhluk.
Ketiga hal tersebut (etika, moral dan akhlak) merupakan hal yang
paling penting dalam pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan
manusia yang paling baik budi pekertinya adalah Rasulullah .‫ﷺ‬Anas bin
Malik radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang mulia
menyatakan: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang
paling baik budi pekertinya.” (HR.Bukhari dan Muslim).

B. Saran
Dan diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca
maupun penyusun dapat menerapkan etika, moral dan akhlak yang baik dan
sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun tidak
sesempurna Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, setidaknya kita termasuk kedalam golongan
kaumnya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Hadist

Anonim. 2016. Akhlak Tasawuf.


https://angomi.wordpress.com/2016/06/12/akhlak-tasawuf/ . Diakses pada 10
Oktober 2019.

Anonim. 2014. Hubungan Moral, Etika dan Sulila Pada Akhlak.


http://aprianiika.blogspot.com/2014/11/hubungan-moral-etika-dan-sulila-
pada.html. Diakses paada 10 Oktober 2019.

8
Tugas Akhlak Makassar, 10 Oktober 2019

KONSEP DASAR
ETIKA, MORAL DAN SUSILA

ERIKA RISKI MELANI - 13020180369


FARADILA ULIL SYAMSIR - 13020180319
B5

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019

Anda mungkin juga menyukai