Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS

A. Konsep Pemenuhan Kebutuhan Dasar Aktivitas


1. Pengertian Kebutuhan Aktivitas

Kebutuhan aktivitas adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan


kegiatan dengan keras. (Kosier, 1989)

Kebutuhan aktivitas adalah kemampuan seseorang untuk berjalan, bangkit,


berdiri dan kembali ke tempat tidur, kursi, kloset duduk, dan sebagainya disamping
kemampuan menggerakkan ekstermitas atas. (Hindiff, 1999)

Aktivitas merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,


mudah, dan teratur dengan tujuan memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya.

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia


memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan
adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan
dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem
pernapasan dan muskuloskeletal.

2. Anatomi Fisiologi
a. Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi mekanis
untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai
tempat penyimpanan mineral khususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepas saat
sesuai kebutuhan, fungsi sebagai tempat sum-sum tulang dalam membentuk sel
darah, dan fungsi pelindung organ-organ dalam.
b. Otot dan tendon
Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak
sesuai dengan keinginan. Otot memiliki origo dan insersi tulang, serta
dihubungkan dengan tulang melalui tendon, yaitu suatu jaringan ikat yang
melekat dengan sangat kuat pada tempat insersinya di tulang. Terputusnya tendon
akan mengakibatkan kontraksi otot tidak dapat menggerakkan organ di tempat
insersi tendon yang bersangkutan, sehingga diperlukan penyambungan agar dapat
berfungsi kembali.
c. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Ligamen
pada lutut merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu jika terputus akan
mengakibatkan ketidakstabilan.
d. Sistem saraf
Sistem saraf terdiri dari sistem saraf pusat (otak dan medulla spinalis) dan sistem
saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki bagian
somatic dan otonom. Bagian simatis memiliki bagian fungsi sensori dan motorik.
Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat seperti pada fraktur tulang belakang
dapat menyebabkan kelemahan secara umum, sedangkan kerusakan saraf tepi
dapat menyebabkan terganggunya daerah yang diinervesi, dan kerusakan pada
saraf radial akan mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik di daerah
radial tangan.
e. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat
segmentasi dari kerangka tubuh dan memungkinkan gerakan antarsegmen dan
berbagai derajat pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya
sendi synovial, sendi bahu, sendi panggul, lutut dan jenis sendi lainnya seperti
sidesmosis, sinkondrosis, dan simkisis.
3. Etiologi
a. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilisasi seseorang
karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari.
b. Proses penyakit atau cedera
Proses penyakit dapat mempengaruhi mobilitas karena dapat mempengaruhi
fungsi sistem tubuh. Sebagai contoh, orang yang menderita fraktur femur akan
mengalami keterbatasan pergerakan dalam ekstermitas bagian tubuh.
c. Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi mobilitas seseorang. Contoh, orang yang
memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan mobilitas yang kuat,
sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena ada
budaya dilarang untuk beraktivitas.
d. Tingkat energi
Energy adalah sumber untuk melakukan mobilisasi. Agar seseorang dapat
melakukan mobilisasi dengan baik, dibutuhkan energi yang cukup.
e. Usia dan status perkembangan
Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda. Hal ini
dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan
perkembangan usia. Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah,
kekakuan otot, ketidak seimbangan dan masalah psikologis. Osteoastritis
merupakan penyebab utama kekakuan pada usia lanjut. Gangguan kognitif berat
seperti dimensia dan gangguan mental seperti depresi juga menyebabkan
imobilisasi.

4. Manifestasi Klinis
a. Nyeri bila dilakukan pergerakan
b. Adanya kelemahan otot
c. Integrasi kulit
d. Keterbatasan menggerakkan sendi
e. Penurunan ADL (Activity Daily Living) dibantu orang lain
f. Ketidakmampuan bergerak dengan tujjuan dalam lingkungan fisik
g. Penurunan kekuatan atau control otot
h. Tidak mampu bergerak atau beraktvitas sesuai kebutuhan

5. Komplikasi
a. Perubahan metabolisme
Secara umum imobilisasi dapat menggangu metabolisme secara normal, karena
mobilitas dapat menyebabkan turunnya kesepatan metabolisme dalam tubuh. Hal
ini dapat dijumpai pada menurunnya BMR yang menyebabkan kekurangan
energy untuk perbaikan sel-sel tubuh, sehingga dapat mempengaruhi gangguan
oksigenasi sel.
b. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari imobilitas
akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsentrasi protein serum
berkurang sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh.
c. Gangguan perubahan zat besi
Hal ini disebabkan karena imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang
dicerna, sehingga penurunan jumlah masukan yang cukup dapat menyebabkan
penurunan aliran oksigen, perut kembung, nyeri lambung yang dapat
menyebabkan gangguan proses eliminasi.
d. Gangguan fungsi gastrointestinal
Akibat imobilitas kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun dan terjadi
lemah otot.
e. Perubahan sistem pernapasan
Akibat imobilitas kadar hemoglobin menurun, akspansi paru menurunkan
terjadinya lemah otot.
f. Perubahan kardiovaskular
Perubahan kardiovaskular akibat imobilitas yaitu berupa hipotensi ortostatik,
meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya pembentukan trombus.
g. Perubahan sistem muskuloskeletal
1) Gangguan muskkular : menurunnya masa otot sebagai dampak imobilitas
dapat menyebabkan turunnya kekuatan otot secara langsung.
2) Gangguan skeletal : misalnya akan mudah terjadinya kntraktur sendi dan
osteoporosis. Terjadinya kontraktur menyebabkan sendi dalam kedudukan
yang tidak berfungsi.
h. Perubahan sistem integrumen
Perubahan sistem integrumen yang terjadi berupa penurunan elastisitas kulit
karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas.
i. Perubahan eliminasi
Perubahan dalam eliminasi misalnya penurunan jumlah urin yang mungkin
disebabkan oleh kurangnya asupan dan penuruna n curah jantung sehingga aliran
darah renal dan urin berkurang.
j. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku akibat imbobilitas antara lain timbulnya ras abermusuhan,
bingung, cemas, emosional tinggi, depresi, perubahan siklus tidur, dan
menurunnya koping mekanisme.

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas


1. Pengkajian
Pengkajian terkait aktivitas pasien meliputi riwayat keperawatan dan pemeriksaan
fisik tentang kesejajaran tubuh, gaya berjalan, penampilan dan pergerakan sendi,
kemampuan dan keterbatasan gerak, kekuatan dan massa otot, toleransi aktivitas,
masalah terkait mobilitas, serta kebugaran fisik.
a. Riwayat keperawatan
Meliputi riwayat aktivitas dan olahraga yang mencakup tingkat aktivitas, toleransi
aktivitas, jenis dan frekuensi olahraga, faktor yang mempengaruhi mobilitas, serta
pengaruh imobilitas.
1) Riwayat keperawatan sekarang
Meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadinya keluhan seperti adanya
nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan imobilitas, daerah
terganggunya mobilitas dan imobilitas, dan lama terjadinya gangguan
mobilitas.
2) Riwayat keperawatan penyakit yang pernah diderita
Berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas, misalnya adanya
riwayat penyakit sistem neurologis (kecelakaan cerebrovascular, trauma
kepala, peningkatan tekanan introkronial, cedera medulla spinalis, dan lain-
lain), riwayat penyakit sistem kardiovaskular (infork miokard, gagal jantung
kongestif), riwayat penyakit musculoskeletal (osteoporosis, fraktur, artritis),
riwayat penyakit sistem pernapasan ( penyakit paru obsruksi menahun,
pneumonia, dan lain-lain), riwayat pemakaian obat seperti sedative, hipotik,
depresan sistem saraf pusat, laksansia, dan lain-lain.
b. Pemeriksaan fisik
1) Kesejajaran tubuh : Bahu dan pinggul sejajar; jari-jari kaki mengarah ke
depan; tulang belakang lurus; tidak melengkung ke sisi yang lain.
2) Cara berjalan : Kepala tegak; pandangan lurus dan tulang belakang lurus;
tumit menyentuh tanah; lebih dulu daripada jari kaki; kaki dorsofleksi pada
fase ayunan; lengan mengayun ke depan bersamaan dengan ayunan kaki di
sisi yang berlawanan; gaya berjalan halus; terkoordinasi dan berirama.
3) Penampilan dan pergerakan sendi
- Adanya kemerahan atau pembengkakan sendi
- Adanya deformitas
- Perkembangan otot yang terkait dengan masing-masing sendi
- Adanya nyeri tekan
- Krepitasi
- Peningkatan temperature disekitar sendi
- Derajat gerak sendi
4) Kemampuan dan keterbatasan gerak
- Bagaimana penyakit pasien mempengaruhi kemampuan pasien untuk
bergerak
- Adanya hambatan dalam bergerak (misalnya terpasang slang infus atau
gips yang berat).
- Kewaspadaan mental dan kemampuan pasien untuk mengikuti petunjuk
- Keseimbangan dan koordinasi pasien
- Adanya hipotensi ortostatik sebelum berpindah tempat
- Derajat kenyamanan pasien
- penglihatan

5) Kekuatan dan massa otot


Skala Kekuatan (%) Karakteistik
0 0 Paralisis total
1 10 Tidak ada gerakan, adanya kontraksi
2 25 Gangguan otot penuh melawan gravitasi
dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal
melawan gravitasi dan tekanan penuh

c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Diagnostik
- Foto rontgen
- CT-Scan tulang
- MRS
2) Pemeriksaan Laboraturium
- Pemeriksaan darah dan urin
- Pemeriksaan Hb
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan kardiovaskular.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan :
1) Tirah baring atau imobilitas
2) Kelemahan secara menyeluruh
3) Ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen
4) Gaya hidup yang menetap
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan trauma tulang belakang, nyeri,
terapi pembatasan gerak, dan lain-lain.

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa 1 : Resiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan

Kardiovaskular

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam masalah

teratasi

Kriteria hasil : - Berpartisipasi dalam situasi yang diinginkan/diperlukan

- Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang diukur


- Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi

No. Intervensi Rasional

1 Kaji respon pasien terhadap aktivitas, Membantu dalam respon fisiologi


perhatikan frekuensi nadi lebih dari terhadap stress aktivitas dan bila ada
20x/menit diatas frekuensi istirahat merupakan indicator dari kelebihan
peningkatan TD yang nyata kerja yang berkaitan dengan tingkat
selama/sesudah aktivitas aktivitas
2 Instruksikan pasien tentang teknik Teknik menghemat energi
penghematan energy, misalnya : mengurangi penggunaan energy,
penggunaan kursi roda saat mandi, juga membantu keseimbangan antara
duduk saat menyisir rambut, suplai dankebutuhan oksigen
melakukan aktivitas dengan perlahan
3 Berikan dorongan untuk melakukan Kemajuan aktivitas bertahap
aktovitas/perawatan bertahap jika mencegah peningkatan kerja jantung
dapat ditoleransi. Berikan sesuai tiba-tiba. Memberikan bantuan akan
kebutuhan. mendorong kemandirian dalam
melakukan aktivitas

Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan :

- Tirah baring atau imobilitas


- Kelemahan secara menyeluruh
- Ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen
- Gaya hidup yang menetap

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam masalah

teratasi

Kriteria hasil : - Berpartisipasi dalam situasi yang diinginkan/diperlukan

- Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang diukur


- Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi
No. Intervensi Rasional

1 Kaji respon pasien terhadap aktivitas; Respon pasien terhadap aktivitas


ukur nadi; tekanan darah dan dapat dievaluasi dengan
pernapasan saat istirahat; minta pasien membandingkan tekanan darah,
untuk melakukan aktivitas; ukut tanda- nadi, dan pernapasan pra-aktivitas
tanda vitasl segera setelah aktivitas; dengan tekanan darah, nadi, dan
minta pasien istirahat 3 menit, ukur pernapasan pasca-aktivitas
kembali
2 Tingkatkan aktivitas secara bertahap Toleransi terhadap aktivitas tebentuk
secara siklus melalui upaya
penyesuaian frekuensi, durasi dan
intensitas aktivitas yang diatur
sampai tercapai tingkat yang
diinginkan
3 Kaji keadekuatan pola tidur pasien, Gejala intoleransi aktivitas dapat
rencanakan periode istirahat membaik dengan istirahat. Jadwal
berdasarkan jadwal harian pasien harian direncanakan untuk
anjurkan pasien untuk istirahat selama menetapkan periode aktivitas dan
1 jam pertama setelah makan istirahat yang bergantian, serta
dikoordinasikan untuk mengurangi
periode pengeluaran energy yang
berlebihan

Diagnosa 3 : Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan trauma tulang

belakang, nyeri, terapi pembatasan gerak, dan lain-lain.

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 4x24 jam masalah

teratasi
Kriteria hasil : - klien mampu mengungkapkan bertambahnya kekuatan dan daya
tahan ekstermitas
- Mampu mengidentifikasi beberapa alternatif untuk membantu
mempertahankan tingkat ekstermitas pada saat aktivitas saat
sekarang
- Perpartisipasi dalam program rehabilitasi untuk meningkatkan
kemampuan untuk beraktivitas

No. Intervensi Rasional

1 Identifikasi faktor-faktor yan Memberikan kesempatan untuk


mempengaruhi kemampuan untuk memecahkan masalah untuk
aktif, seperti temperature yang sangat mempertahankan atau meningkatkan
tinggi, insomnia, pemasukan makanan mobilitas
yang tidak adekuat
2 Anjurkan pasien untuk melalukan Meningkatkan kemandirian dan rasa
perawatan diri sendiri sesuai dengan kontrol diri, dapat menurunkan
kemampuan maksimal yang dimiliki perasaan tidak berdaya
pasien
3 Lakukan perubahan posisi secara Menurunkan tekanan terus-menerus
teratur ketika pasien tirah baring di pada daerah yang sama, mencegah
tempat tidur atau di kursi kerusakan kulit, meminimalkan
spasme fleksor lutut dan panggul
4 Konsultasikan dengan ahli terapi fisik Bermanfaat dalam mengembangkan
atau dengan ahli terapi kerja program latihan individual dan
mengidentifikasi kebutuhan alat
untuk menghilangkan spasme otot,
meningkatkan fungsi motorik,
menurunkan atropi dan kntraktur
pada sistem muskuloskeletal
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi

Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : EGC.

Mubarak, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2005. Buku Ajar Kebutuhan Dasar

Manusia : Teori dan Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta : EGC.

Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai