Anda di halaman 1dari 3

Nama :

1. Aditia Pramudia Sunandar


2. Devia Khoirun Nisa
3. Lisna Listiyani
4. Rizki Qonitati Chandra Cahyani
5. Saraswati

Kelas : Pendidikan Biologi Internasional 2017

Tugas Biologi Manusia dan Gizi !

1. Cermati table 2 dan tulis kesimpulannya !

Data diatas menunjukkan pengaruh tekanan panas terhadap tekanan darah tenaga
kerja. Data diatas menyatakan perbedaan antar waktu pemberian perlakuan terutama pada
sistol dan diastole. Pada perbandingan perlakuan sebelum dan saat terpapar pada bagian
sistol terlihat perbedaan sebesar 6,06 mmHg dan pada diastole sebesar 10,61 mmHg. Pada
perbandingan perlakuan pada saat terpapar dan sesudah terpapar menunjukkan pada
bagian sistol sebesar 6,66 mmHg dan pada bagian diastole sebesar 4,54 mmHg. Apabila
dibandingkan secara total antara perbandingan perlakuan antara sebelum dan sesudah
pada bagian sistol sebesar 12,72 mmHg dan pada bagian diastole sebesar 15,15 mmHg.
Kemudian setiap data dianalisis dengan uji statistic dengan perkiraan nilai taraf
kepercayaan sebesar 0,05 dan hasil uji menunjukkan bahwa paparan panas berpengaruh
terhadap tekanan darah.
Pada saat terjadi paparan panas maka pengeluaran elemen yang berguna bagi tubuh
tenaga kerja menjadi lebih cepat karena kerja keras (Siswanto, 1991). Pada saat kondisi
panas hal yang harus diperhatikan adalah keterbutuhan akan air dan garam yang
digunakan sebagai ganti dari cairan yang menguap (Suma’mur, 2009). Teori psysiology
Bases of Exercise, menyatakan bahwa lingkungan yang panas menyebabkan denyut nadi
lebih tinggi daripada latihan pada lingkungan yang temperature rendah. Banyaknya cairan
yang hilang dari tubuh membuat pergerakan aliran darah meningkat karena aliran darah
yang berperan membawa mineral harus diedarkan ke seluruh tubuh.
Pada kondisi panas terjadi perbedaan antara nilai tekanan darah sistolik sebelum
dan sesudah terpapar panas disebabkan oleh dua hal yaitu beban kerja dan beban
tambahan yang ditimbulkan lingkungan dalam hal ini panas. Perbedaan menunjukkan
bahwa ketika lingkungan panas maka nilai sistolik lebih tinggi dari pada diastolic. Denyut
jantung dapat berubah karena meningkatnya Cardiac Output (curahan jantung) yang
diperlukan otot yang sedang bekerja dan karena penambahan strain pada aliran darah
karena terpapar panas, pada saat bekerja terjadi peningkatan metabolisme sel–sel otot
sehingga aliran darah meningkat untuk memindahkan zat–zat makanan dari darah yang
dibutuhkan jaringan otot.
Pada lingkungan kerja panas, tubuh mengatur suhunya dengan penguapan keringat
yang dipercepat dengan pelebaran (vasodilatasi) pembuluh darah tepi dan vasokontraksi
pembuluh darah dalam yang disertai meningkatnya denyut nadi dan tekanan darah,
sehingga beban kardiovaskuler bertambah (Suma’mur, 2009). Data menunjukkan bahwa
peningkatan konstan terjadi pada sistol, hal ini sesuai teori bahwa tekanan pada sistol
lebih tinggi dari pada diastole. Hal ini dinyatakan karena data normal sistol memiliki nilai
yang lebih tinggi dari pada diastole, kemudian peningkatan pada diastole tidak melebihi
tekanan sistol. Ini ditunjukkan dari data bahwa perbedaan yang besar menunjukkan
peningkatan yang besar namun nilai diastole pada kondisi normal lebih rendah dari pada
sistol. Rataan perbedaan sistol dan diastole pada data normal umumnya sebesar 20
mmHg. Pada data tersebut perkiraan bahwa sistol dalam data normal sudah termasuk
tinggi kemudian mendapatkan paparan panas lalu sistol kembali meningkatkan dengan
perkiraan bahwa nilai kenaikan diastole memang lebih besar dari sistol namun nilai
totalnya lebih besar sistol.
Berdasarkan, data diatas maka dapat disimpulkan bahwa tekanan panas
meningkatkan tekanan darah tenaga kerja karena keterbutuhan tenaga kerja akan mineral
dan energy bagi sel-sel otot yang hanya diedarkan oleh darah. Pada data tersebut juga
sesuai dengan teori bahwa pada saat tubuh terkena tekanan panas maka nilai sistol lebih
tinggi dari pada diastole. Data tesebut juga menunjukkan bahwa terjadi vasodilitasi pada
pembuluh darah tepi dan vasokontraksi pda pembuluh darah dalam yang dibuktikan
dengan meingkatkannya denyut nadi dan tekanan darah.
2. Jelaskan regulasi hormonal dalam tekanan darah !

Reguliasi hormonal dalam tekanan darah dapat mempengaruhi tinggi atau rendahnya
tekanan darah. Satu diantara sistem yang bekerja pada regulasi hormonal terhadap tekanan
darah adalah sistem renin-angiotensin-aldosteron. Hormone yang paling penting dalam
tekanan darah adalah sebagai berikut :

1. Hormone yang dikeluarkan medulla adrenal selama masa strss adalah non epinefrin
dan epinefrin yang dilepaskan oleh kelenjar adrenal ke dalam darah. Kedua hormone
ini mengakiatkan respons “fight or flight” sehingga mempengaruhi diameter pembuluh
darah dan rangsangan simpatis (Joohan, 2009).
2. Faktor natriuretic atrium. Dinding atrium jantung mengeluarkan hormone peptide
yang disebutkan dengan faktor natrioretik atrial yang menyebabkan volume darah dan
tekanan darah menurun. Hormon ini adalah antagonis aldosterone dan menyebabkan
ginjal mengeluarkan garam dan air yang lebih banyak dari tubuh dengan demiian
volume darah akan menurun. Hormone ini juga menyebabkan dan menurunkan
pembentukan cairan serebropinalis di otak (Muttaqin, 2012).
3. ADH (Hormon antidiuretic). Hromon ini diproduksi di hipotalamus dan merangsang
ginjal untuk menahan air mengakibatkan peningkatan reabsorbsi air yang berpengaruh
dalam peningkatan volume dan menurunkan osmolaritas cairan ekstrak selulue (CES).
Akibatnya dapat berpengaruh terhadap homeostasis tekanan darah (Joohan, 2000).
4. Agiotensin III terbentuk akibat adanya renin yang dikeluarkan oleh ginjal saat perfusi
ginjal tidak adekuat. Hormone ini menyebabkan vasokontriksi yang hebat sehingga
demikian terjadi peningkatan tekanan darah yang cepat. Hormone ini juga merangsang
pengeluaran aldosterone yang akan meregulasi tekanan darah untuk jangka panjang
melalui penahanan air (Lavastin, 2005)
5. Nitric okside (NO) disebut juga dengan endothelium derived relaxing factor (EDRF),
merupakan vasokonstriktor yang dikeluarkan oleh sel endotel akibat adanya
peningkatan kecepatan aliran darah dan adanya molekul-molekul seperti asetilkolin,
bradikinin, dan nitrigliserin. Hormone ini bekerja melalui cyclic GMP second
messenger, hormone ini sangat cepat dihancurkan dan efek vasodilatasinya sangat
singkat (Lovastin, 2005).

Anda mungkin juga menyukai