Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Diuretik ialah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan
urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan
adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua
menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dan air.
Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan edema, yang berarti
mengubah keseimbangan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel
kembali menjadi normal. (Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Halaman 389)

Walaupun kerjanya pada ginjal, diuretika bukan obat ginjal, artinya


senyawa ini tidak dapat memperbaiki atau menyembuhkan penyakit ginjal,
demikian juga pada pasien insufisiensi ginjal jika diperlukan dialisis, tidak
akan dapat ditangguhkan dengan penggunaan senyawa ini. Beberapa
diuretika pada awal pengobatan justru memperkecil ekskresi zat-zat penting
urin dengan mengurangi laju filtrasi glomerulus sehingga akan
memperburuk insufisiensi ginjal.

- Pembentukan Kemih Dan Fungsi Ginjal

Fungsi utama ginjal adalah memelihara kemurnian darah denga


jalan mengeluarkan dari dalam darah semua zat asing dan sisa
pertukaran zat. Untuk ini darah mengalami filtrasi, dimana semua
komponennya melintasi saringan ginjal kecuali zat putih telur dan sel-
sel darah. Setiap ginjal mengandung lebih kurang 1 juta filter kecil ini
(glomeruli) dan setiap 50 menit seluruh darah tubuh (kurang lebih 5
liter) sudah dimurnikan dengan melewati saringan tersebut. Fungsi
penting lainnya adalah meregulasi kadar garam dan cairan tubuh.
Ginjal merupakan organ terpenting padapengaturan homeostasis,yakni
keseimbangan dinamis antara cairan intrasel dan ekstrasel, serta
pemeliharaan volume total dan susunan cairan ekstrasel. Hal
ini terutama tergantung dari jumlah ion Na+ yang untuk sebagian

1
besar terdapat di luar sel, di cairan antar sel dan
di plasma darah. Kadar Na+ yang untuk sebagian besar terdapat di
+
luar sel, di cairan antar sel dan di plasma darah. Kadar Na
di cairan ekstrasel diregulasi oleh sekresi ADH di neurohipofisi.

Proses diuresis dimulai dengan mengalirnya darah ke dalam


glomeruli(gumpalan kapiler), yang terletak di bagian luar ginjal
(cortex). Dinding glomeruli inilah yang bekerja sebagai saringan halus
yang secara pasif dapat dilintasi air, garam dan glukosa. Ultrafitrat
yang diperoleh dari filtrasi dan mengandung banyak air serta elektrolit
ditampung di wadah, yang mengelilingi setiap glomerulus seperti
corong (kapsul bowman)dan kemudian disalurkan ke pipa kecil.
Tubuli ini terdiri dari bagian proksimal dan distal, yang letaknya
masing-masing dekat dan jauh dari glomerulus kedua bagian ini
dihubungkan oleh sebuah lengkungan (HEnle’s loop). Disini terjadi
penarikan kembali secara aktif dari air dan komponen yang sangat
penting bagi tubuh seperti glukosa dan garam-garam, antara lain ion
Na+ zat-zat ini dikembalikan pada darah melalui kapiler yang
mengelilingi tubuli. Sisanya yang tak berguna seperti sampah
perombakan metabolisme protein (ureum) untuk sebagian besar tidak
diserap kembali.

Akhirnya filtrat dari semua tubuli ditampung disuatu saluran


pengumpul (ductus colligens), di mana terutama berlangsung
penyerapan air kembali. Filtrat akhir disalurkan ke kandung kemih dan
ditimbun disini sebaagai urin.

1.2 TUJUAN

Tujuan dari penyusunan makalah ini agar mahasiswa dapat


mengetahui penjelasan secara merinci mengenai obat diuretika dan
hubungan antara struktur dan aktifitas obat diuretik tersebut di dalam tubuh.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 MEKANISME KERJA DIURETIK


Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorpsi
natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih diperbanyak. Obat-obat ini
bekerja khusus terhadap tubuli terapi juga di tempat lain, yaitu di :

 Tubuli proksimal. Ultra filtrat mengandung sejumlah besar garam yang


disini direabsorpsi secara aktif untuk kurang lebih 70% antara lain ion
Na+& air, begitu pula dengan glukosa dan ureum. Karena reabsorpsi berl
angsung secara proporsional, maka susunan filtrat tidak berubah dan
tetap isotonis terhadap plasma. Diuretika osmotis (manotol,sorbitol) bek
erja di sini dengan merintangi reabsorpsi air dan juga natrium.
 Lengkungan henle. Di bagian menaik dari Henle’s loop ini kurang lebih
25% dari semua ion Clyang telah difiltrasi direabsorsi secara aktif,
disusul dengan reabsorpsi pasif dari Na+ dan K+ tetapi tanpa air,
hinggafiltrat menjadi hipotonis. Diuretika loop seperti furosemida,
bumetanidadan etakrinat bekerja terutama di sini dengan merintangi
transpor Cl- dan demikian reabsorpsi Na+. Pengeluaran K+ dan air juga
diperbanyak.
 Tubuli distal. Di bagian pertama segmen ini, Na+ direabsorpsi secara
aktif pula tanpa air hingga filtrat menjadi lebih cair dan lebih hipotonis.
Senyawa thiazida dan klortalidon bekerja di empat inidenganmemperban
yak ekskresi Na+ dan Cl- sebesar 5-10%. Di bagian kedua segmen ini,
ion Na+ ditukarkan dengan ion K+ atau NH4+. Proses ini
dikendalikan oleh hormon anak ginjal aldosteron. Antagonis aldosteron
(spirolakton)dan zat penghemat kalium (amilorida, triamteren) bertitik k
erja di sini dengan mengakibatkan ekskresi Na+ kurang dari 5%
danretensi K+.
 Saluran pengumpul. Hormon antidiuretik ADH (vasopresin) dari
hipofisis bertitik kerja di sini dengan jalan mempengaruhi permeabilitas
bagi air dari sel-sel saluran ini.

3
2.2 PENGGOLONGAN DIURETIK

Pada umumnya diuretika dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu:

1. Diuretik Kuat

Diuretik kuat (High-ceiling diuretics) mencakup sekelompok


diuretik yang efeknya sangat kuat dibandingkan dengan diuretic lain.
Tempat kerja utamanya dibagian epitel tebal ansa Henle bagian asenden,
karena itu kelompok ini disebut juga kelompok loop diuretics. Diuretik
loop bekerja dengan mencegah reabsorpsi natrium, klorida, dan kalium
pada segmen tebal ujung asenden ansa. Henle (nefron) melalui inhibisi
pembawa klorida. Obat ini termasuk asam etakrinat, furosemid da
bumetanid, dan digunakan untuk pengobatan hipertensi, edema, serta
oliguria yang disebabkan oleh gagal ginjal.Pengobatan bersamaan
dengan kalium diperlukan selama menggunakan obat ini.

- Farmakodinamik

Secara umum dapat dikatakan bahwa diuretik kuat


mempunyai mula kerja dan lama kerja yang lebih pendek dari
tiazid. Diuretik kuat terutama bekerja pada Ansa Henle bagian

4
asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat
kotranspor Na+/K+/Cl- dari membran lumen pada pars ascenden
ansa henle, karena itu reabsorpsi Na+/K+/Cl- menurun.
(Farmakologo dan Terapi Edisi 5 Halaman 391)

- Farmakokinetik

Ketiga obat mudah diserap melalui saluran cerna, dengan


derajat yang agak berbeda-beda. Bioavaibilitas furosemid 65 %
sedangkan bumetanid hampir 100%. Diuretic kuat terikat pada
protein plasma secara ekstensif, sehingga tidak difiltrasi di
glomerulus tetapi cepat sekali disekresi melalui system transport
asam organic di tubuli proksimal. Kira-kira 2/3 dari asam etakrinat
yang diberikan secara IV diekskresi melalui ginjal dalam bentuk
utuh dan dalam konjugasi dengan senyawa sulfhidril terutama sistein
dan N-asetil sistein. Sebagian lagi diekskresi melalui hati. sebagian
besar furosemid diekskresi dengan cara yang sama, hanya sebagian
kecil dalam bentuk glukuronid. Kira-kira 50% bumetanid diekskresi
dalam bentuk asal, selebihnya sebagai metabolit. (Farmakologi dan
Terapi Edisi 5 Halaman 391-392)

- Efek samping
1. Gangguan cairan dan elektrolit. Sebagian efek samping
berkaitan dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Ototoksisitas, Asam etakarinat dapat menyebabkan ketulian
sementara maupun menetap dan hal ini merupakan efek samping
yang serius. Ketulian sementara juga dapat terjadi pada
furosemid dan lebih jarang pada bumetanid.
3. Hipotensi dapat terjadi akibat deplesi volume sirkulasi
4. Efek metabolic, seperti diuretic tiazid, diuretic kuat juga dapat
menimbulkan efek samping metabolik berupa hiperurisemia,
hiperglikemia, peningkatan kolesterol LDL dan trigliserida,
serta penurunan HDL.

5
5. Reaksi alergi, reaksi alergi umumnya berkaitan dengan struktur
molekul yang menyerupai sulfonamide.
6. Nefritis interstisialisn alergik, furosemid dan tiazid diduga dapat
menyebabkan nefritis interstisialis alergik yang menyebabkan
gagal ginjal reversible.
(Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Halaman 392)
- Indikasi

Furosemid lebih banyak digunakan daripada asam etakrinat,


karena ganguan saluran cerna yang lebih ringan. Diuretik kuat
merupakan obat efektif untuk pengobatan udem akibat gangguan
jantung, hati atau ginjal.

- Sediaan

Asam etakrinat. Tablet 25 dan 50 mg digunakan dengan dosis 50-


200 mg per hari. Sediaan IV berupa Na-etakrinat, dosisnya 50 mg,
atau 0,5-1 mg/kgBB.

Furosemid. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 20,40,80 mg dan


preparat suntikan. Umunya pasien membutuhkan kurang dari 600
mg/hari. Dosis anak 2mg/kgBB, bila perlu dapat ditingkatkan
menjadi 6 mg/kgBB.

Bumetanid. Tablet 0.5mg dan 1 mg digunakan dengan dosis dewasa


0.5-2mg sehari. Dosis maksimal per hari 10 mg. Obat ini tersedia
juga dalam bentuk bubuk injeksi dengan dosis IV atau IM dosis awal
antara 0,5-1 mg, dosis diulang 2-3 jam maksimum 10mg/kg.

2. Diuretik derifat Tiazid

Senyawa tiazid menunjukkan kurva dosis yang sejajar dan daya


klouretik maksimal yang sebanding. Merupakan Obat diuretik yang
paling banyak digunakan. Diuretik tiazid, seperti bendroflumetiazid,

6
bekerja pada bagian awal tubulus distal (nefron). Obat ini menurunkan
reabsorpsi natrium dan klorida, yang meningkatkan ekskresi air, natrium,
dan klorida. Selain itu, kalium hilang dan kalsium ditahan. Obat ini
digunakan dalam pengobatan hipertensi, gagal jantung ringan, edema,
dan pada diabetes insipidus nefrogenik.
Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ;
klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid,
politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon,
dan indapamid.
- Farmakodinamika
Diuretik tiazid bekerja menghambat simporter Na+, Cl- di
hulu tubulus distal system transport ini dalam keadaan normal
berfungsi membawa Na+ dan Cl- dari lumen kedalam sel epitel
tubulus. Na+ selanjutnya dipompakan keluar tubulus dan ditukar
dengan K+, sedangkan Cl- dikeluarkan melalui kanal klorida. Efek
farmakodinamik tiazid yang utama ialah meningkatkan ekskresi
natrium, klorida dan sejumlah air.
 Mekanisme kerja :
Bekerja pada tubulus distal untuk menurunkan reabsorpsi
Na+ dengan menghambat kotransporter Na+/Cl- pada
membran lumen.
 Farmakokinetik :
Absorbsi tiazid melalui saluran cerna baik sekali. Umumnya
efek obat tampak setelah 1 jam. Didistribusikan ke seluruh
ruang ekstrasel dan dapat melewati sawar uri. Dengan proses
aktif, tiazid diekskresi oleh sel tubuli proksimal ke dalam
cairan tubuli. Biasanya dalam 3-6 jam sudah diekskresi dari
badan.

- Efek samping
1. Gangguan elektrolit meliputi hipokalemia, hipovolemia,
hiponaternia, hipokloremia, hipomagnesemia.

7
2. Gejala infusiensi ginjal dapat diperberat oleh tiazid, mungkin
karena tiazid langsung mengurangi aliran darah ginjal.
3. Hiperkalsemia tendensi hiperkalsemia pada pemberian tiazid
jangka panjang merupakan efek samping yang menguntungkan
terutama untuk orang tua dengan resiko osteoporosis.
4. Hiperurisemia. Diuretiktiazid dapat meningkatkan kadar asam
urat darah karena efeknya menghambat sekresi dan
meningkatkan reabsorbsi asam urat.
5. Tiazid menurunkan toleransi glukosa dan mengurangi
efektivitas obat hipoglikemik oral.
- Indikasi
1. Tiazid merupakan diuretik terpilih untuk pengobatan udem
akibat payah jantung ringan sampai sedang.
2. Merupakan salah satu obat penting pada pengobatan hipertensi,
baik sebagai obat tunggal atau dalam kombinasi dengan obat
hipertensi lain.

Lama
Obat Sediaan Dosis (mg/hari) Kerja
(jam)
Klorotiazid Tablet 250mg dan 500mg 500-2000 6-12
Hidroklortiazid Tablet 25mg dan 50mg 25-100 6-12
Hidroflumetiazid Tablet 50mg 25-200 6-12
Bendroflumetiazi
d Tablet 2,5 ; 5 dan 10 mg 5-20 6-12
Politiazid Tablet 1; 2 dan 4 mg 1-4 24-48
Benztiazid Tablet 50 mg 50-200 6-12
Siklotiazid tablet 2 mg 1-2 18-24

8
3. Diuretik Hemat Kalium

Diuretik yang mempertahankan kalium menyebabkan diuresis


tanpa kehilangan kalium dalam urine. Yang termasuk dalam klompok ini
antara lain aldosteron, traimteren dan amilorid.

1. Antagonis Aldosteron
Aldosteron adalah mineralokortikoid endogen yang paling
kuat. Peranan utama aldosteron ialah memperbesar reabsorbsi
natrium dan klorida di tubuli serta memperbesar ekskresi kalium.
Yang merupakan antagonis aldosteron adalah spironolakton dan
bersaing dengan reseptor tubularnya yang terletak di nefron sehingga
mengakibatkan retensi kalium dan peningkatan ekskresi air serta
natrium. Obat ini juga meningkatkan kerja tiazid dan diuretik loop.
Diuretik yang mempertahankan kalium lainnya termasuk amilorida,
yang bekerja pada duktus pengumpul untuk menurunkan reabsorpsi
natrium dan ekskresi kalium dengan memblok saluran natrium,
tempat aldosteron bekerja. Diuretik ini digunakan bersamaan dengan
diuretik yang menyebabkan kehilangan kalium serta untuk
pengobatan edema pada sirosis hepatis. Efek diuretiknya tidak sekuat
golongan diuretik kuat.
 Mekanisme kerja
Penghambatan kompetitif terhadap aldosteron. Bekerja di
tubulus renalis rektus untuk menghambat reabsorpsi Na+, sekresi
K+ dan sekresi H+

 Farmakokinetik

70% spironolakton oral diserap di saluran cerna, mengalami


sirkulasi enterohepatik dan metabolisme lintas pertama.
Metabolit utamanya kankrenon. Kankrenon mengalami
interkonversi enzimatik menjadi kakreonat yang tidak aktif.

9
 Efek samping

Efek toksik yang paling utama dari spironolakton adalah


hiperkalemia yang sering terjadi bila obat ini diberikan bersama-
sama dengan asupan kalium yang berlebihan. Tetapi efek toksik
ini dapat pula terjadi bila dosis yang biasa diberikan bersama
dengan tiazid pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal
yang berat. Efek samping yang lebih ringan dan reversible
diantranya ginekomastia, dan gejala saluran cerna.

 Indikasi

Antagonis aldosteron digunakan secara luas untuk pengobatan


hipertensi dan udem yang refrakter. Biasanya obat ini dipakai
bersama diuretik lain dengan maksud mengurangi ekskresi
kalium, disamping memperbesar diuresis.

 Sediaan dan dosis

Spironolakton terdapat dalam bentuk tablet 25, 50 dan 100 mg.


Dosis dewasa berkisar antara 25-200mg, tetapi dosis efektif
sehari rata-rata 100mg dalam dosis tunggal atau terbagi.
Terdapat pula sediaan kombinasi tetap antara spironolakton 25
mg dan hidraoklortiazid 25mg, serta antara spironolakton 25 mg
dan tiabutazid 2,5 mg.

2. Triamteren dan Amilorid

Kedua obat ini terutama memperbesar ekskresi natrium dan


klorida, sedangkan eksresi kalium berkurang dan ekskresi
bikarbonat tidak mengalami perubahan. Triamteren menurunkan
ekskresi K+ dengan menghambat sekresi kalium di sel tubuli distal.
Dibandingkan dengan triamteren, amilorid jauh lebih mudah larut
dalam air sehingga lebih mudah larut dalam air sehingga lebih
banyak diteliti. Absorpsi triamteren melalui saluran cerna baik
sekali, obat ini hanya diberikan oral. Efek diuresisnya biasanya

10
mulai tampak setelah 1 jam. Amilorid dan triameteren per oral
diserap kira-kira 50% dan efek diuresisnya terlihat dalam 6 jam dan
berkahir sesudah 24 jam.

- Efek samping

Efek toksik yang paling berbahaya dari kedua obat ini adalah
hiperkalemia. Triamteren juga dapat menimbulkan efek
samping yang berupa mual, muntah, kejang kaki, dan pusing.
Efek samping amilorid yang paling sering selain hiperkalemia
yaitu mual, muntah, diare dan sakit kepala.

- Indikasi

Bermanfaat untuk pengobatan beberapa pasien udem. Tetapi


obat ini akan bermanfaat bila diberikan bersama dengan
diuretik golongan lain, misalnya dari golongan tiazid.

- Sediaan

Triamteren tersedia sebagai kapsul dari 100mg. Dosisnya 100-


300mg sehari. Untuk tiap penderita harus ditetapkan dosis
penunjang tersendiri. Amilorid terdapat dalam bentuk tablet 5
mg. Dosis sehari sebesar 5-10mg. Sediaan kombinasi tetap
antara amilorid 5 mg dan hidroklortiazid 50 mg terdapat dalam
bentuk tablet dengan dosis sehari antara 1-2 tablet.

4. Diuretik Osmotik

Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan


elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal. Contoh dari
diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isosorbid.
Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretik osmotik apabila memenuhi 4
syarat:
1. Difiltasi secara bebas oleh glomerulus
2. Tidak atau hanya sedikit direabsorpsi sel tubuli ginjal

11
3. Secara farmakologis merupakan zat yang inert
4. Umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan metabolik.
Diuresis osmotik merupakan zat yang secara farmakologis
lembam, seperti manitol (satu gula). Diuresis osmotik diberikan secara
intravena untuk menurunkan edema serebri atau peningkatan tekanan
intraoukular pada glaukoma serta menimbulkan diuresis setelah
overdosis obat. Diuresis terjadi melalui “tarikan” osmotik akibat gula
yang lembam (yang difiltrasi oleh ginjal, tetapi tidak direabsorpsi) saat
ekskresi gula tersebut terjadi.
- Manitol

Manitol paling sering digunakan diantara obat ini, karena


manitol tidak mengalamimetabolisme dalam badan dan hanya sedikit
sekali direabsorpsi tubuli bahkan praktis dianggap tidak direabsorpsi.
Manitol harus diberikan secara IV.

- Indikasi

Manitol digunakan misalnya untuk :


1. profilaksis gagal ginjal akut, suatu keadaan yang dapat timbul
akibat operasi jantung, luka traumatik berat, atau tindakan
operatif dengan penderita yang juga menderita ikterus berat
2. Menurunkan tekanan maupun volume cairan intraokuler
3. Menurunkan tekanan atau volume cairan serebrospinal
dengan meninggikan tekanan osmotic plasma, maka air dari
cairan bola mata atau dari cairan otak akan berdifusi kembali
ke plasma dan ke dalam ruangan ekstraksel.
4. Pengobatan sindrom disekulibrium pada hemodialisis. Pada
proses dialysis dapat terjadi penarikan cairan dan elektrolit
yang berlebihan sehingga menurunkan osmolaritas cairan
eksraksel. Akibatnya terjadi perpindahan cairan ke dalam sel
yang selanjutnya menyebabkan hipovolemia dengan gejala
hipotensi dan gejala-gejala neurologis ( sakit kepala, mual,
kram otot, gelisah, depresi, kejang).

12
- Efek samping.

didistribusikan ke cairan eksternal, oleh karena itu


pemberian larutan manitol hipertonis akan meningkatkan osmolaritas
cairan ekstrasel, sehimgga dapat menambahkan jumlah cairan
ekstrasel. Hal ini tentu berbahaya bagi pasien payah jantung, kadang-
kadang manitol juga dapat menimbulkan reaksi hipersensitif.

- Sediaan dan dosis

Untuk sediaan IV digunakan larutan 20% dengan volume


antara 50-1.000ml. dosis untuk menimbulkan diuresis ialah 50-200g
yang diberikan dalam cairan infus selama 24 jam dengan kecepatan
infus 30-50 ml/jam.(farmakologi dan terapi ed V hal 399)

- Kontraindikasi

Manitol dikontraindikasikan pada penyakit ginjal dengan


anuria, kongesti atau udem paru yang berat, dehidrasi hebat dan
perdarahan intrakranial kecuali bila akan dilakukan kraniotomi. Infus
manitol harus segera dihentikan bila terdapat tanda-tanda gangguan
fungsi ginjal yang progresif, payah jantung atau kongesti
paru.(farmakologi dan terapi ed V hal 399)

5. Penghambat Karbonik Anhidrase

Karbonik anhidrase adalah enzim yang mengkatalis reaksi CO2 +


H2O ←→H2CO3. Enzim ini terdapat antara lain dalam sel korteks
renalis, pankreas, mukosa lambung, mata, eritrosit dan SSP, tetapi tidak
terdapat dalam plasma.(farmakologi dan terapi ed V hal 399)
Inhibitor karbonik anhidrase adalah obat yang digunakan untuk
menurunkan tekanan intraokular pada glaukoma dengan membatasi
produksi humor aqueus, bukan sebagai diuretik (misalnya,
asetazolamid). Obat ini bekerja pada tubulus proksimal (nefron) dengan
mencegah reabsorpsi bikarbonat (hidrogen karbonat), natrium, kalium,
dan air semua zat ini meningkatkan produksi urine. Yang termasuk

13
golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan
meatzolamid.

- Asetazolamid
Farmakodinamika
Efek farmakodinamika yang utama dari asetazolamid
adalah penghambatan karbonik anhidrase secara nonkompetitif.
Akibatnya terjadi perubahan sistemik dan perubahan terbatas
pada organ tempat enzim tersebut berada.(farmakologi dan terapi
ed V hal 400)
Asetazolamid memperbesar ekskresi K+, tetapi efek ini
hanya nyata pada permulaan terapi saja, sehingga pengaruhnya
terhadap keseimbangan kalium tidak sebesar pengaruh
tiazid.(farmakologi dan terapi ed V hal 400)
Asetazolamid dosis besar dapat menghambat sekresi asam
lambung, namun secara klinis efek ini tidak bermakna.
Farmakokinetik
Asetazolamid diberikan per oral. Asetozalamid mudah
diserap melalui saluran cerna, kadar maksimal dalam darah
dicapai dalam 2 jam dan ekskresi melalui ginjal sudah sempurna
dalam 24 jam. Obat ini mengalami proses sekresi aktif oleh
tubuli dan sebagian direabsorpsisecara pasif. Asetazolamid
terikat kuat pada karbonik anhidrase, sehingga terakumulasi
dalam sel yang banyak mengandung enzim ini, terutama sel
eritrosit dan korteks ginjal. Distribusi penghambat karbonik
anhidrase dalam tubuh ditentukan oleh ada tidaknya enzim
karbonik anhidrase dalam sel yang bersangkutan dan dapat
tidaknya obat itu masuk ke dalam sel. Asetazolamid tidak
dimetabolisme dan diekskresi dalam bentuk utuh melalui
urin.(farmakologi dan terapi ed V hal 401)

14
- Efek Samping dan kontraindikasi

Pada dosis tinggi dapat timbul parestesia dan kantuk yang


terus-menerus. Asetazolamid mempermudah pembentukan batu
ginjal karena berkurangnya sekskresi sitrat, kadar kalsium dalam urin
tidak berubah atau meningkat.(farmakologi dan terapi ed v hal 401)
Asetazolamid dikontraindikasikan pada sirosis hepatis karena
menyebabkan disorientasi mental pada penderita sirosis hepatis.
Reaksi alergi yang jarang terjadi berupa demam, reaksi kulit,
depresi sumsum tulang dan lesi renal mirip reaksi sulfonamid.

Asetazolamid sebaiknya tidak diberikan selam kehamilan


karena pada hewan percobaan obat ini dapat menimbulkan efek
teratogenik. ( farmakologi dan terapi ed V hal 401)

- Indikasi

Penggunaan utama adalah menurunkan tekanan intraokuler


pada penyakit glaukoma. Asetazolamid juga efektif untuk
mengurangi gejala acute mountain sickness. Asetazolamid jarang
digunakan sebagai diuretik, tetapi dapat bermanfaat untuk
alkalinisasi urin sehingga mempermudah ekskresi zat organik yang
bersifat asam lemah.(farmakologi dan terapi ed v hal 401)

- Sediaan dan posologi

Asetazolamid tersedia dalam bentuk tablet 125 mg dan 250


mg untuk pemberian oral. Dosis asetazolamid yaitu antara 250-500
mg per kali dosis untuk chornic simple glaucoma yaitu 250-1.000 mg
per hari. Namun asetazolamid untuk pemberian parenteral hendaknya
diberikan satu kali sehari kecuali bila dimaksudkan untuk
menimbulkan asidosis metabolic maka obat ini diberikan setiap 8
jam. Tetapi sedian ini tidak terdapat di Indonesia demikia juga sedian
yang berbentuk sirup. (farmakologi dan terapi ed V hal 401)

15
BAB III
PENUTUP

Diuretika adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih,


(dieresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Obat-obat lainnya yang
menstimulasi dieresis dengan mempengaruhi ginjal secara tidak langsung tidak
termasuk dalam definisi ini, misalnya, zat-zat yang memperkuat kontraksi jantung
(digoksin,teofilin), memperbesar volume darah (dekstran), atau merintangi sekresi
hormon anti diuretik ADH. Obat-obatan yang menyebabkan suatu keadaan
meningkatnya aliran urine disebut Diuretik. Obat-obat ini merupakan
penghamabat transpor ion yang menurunkan reabsorbsi Na+ dan ion lain seperti
Cl- memasuki urin dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dalam keadaan
normal bersama-sama air, yang mengangkut secara pasif untuk mempertahankan
keseimbangan osmotik. Perubahan osmotik dimana dalam tubulus menjadi
meningkat karena natrium lebih banyak dalam urine, dan mengikat air lebih
banyak didalam tubulus ginjal, dan produksi urin menjadi lebih banyak. Dengan
demikian diuretik meningkatkan volume urine dan sering menubah pH-nya serta
komposisi ion didalam urine dan darah.
Ada beberapa jenis Diuretik, yang sudah dikenal dan sering digunakan
dalam pengobatan klien dengan masalah gangguan cairan dan elektrolit. Jenis-
jenis tersebut adalah diuretik osmotik, diuretik penghambat karbonik anhidrase
ginjal, diuretik derifat tiazid, diuretik loop, diuretik hemat kalium, diuretik merkui
oranik dan diuretik pembentukan asam.
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik ini. Pertama,
tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi
natruim sedikit, akan memberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan
diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak. Kedua, status
fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasi jantung, sirosis hati, gagal ginjal.
Dalam keadaan ini akan memberikan respon yang berbeda terhadap diuretik.
Ketiga, interaksi antara obat dengan reseptor. Sebagaimana umumnya diketahui,
diuretik digunakan untuk merangsang terjadinya diuresis.

16
DAFTAR PUSTAKA

Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen farmakologi dan terapeutik


fakultas kedokteran universitas indonesia

17

Anda mungkin juga menyukai