Pribadi yang berwawasan luas itu juga perlu diberikan bacaan yang
berkualitas. Sehingga fisik boleh saja berada di pelosok negeri, tetapi
cara berfikir harus global. Menembus batas teritorial. Ia layaknya
tubuh. Tubuh yang kekurangan asupan gizi maka akan kurus tak berisi.
Memang secara fisik otak tidak akan mengecil tetapi cara berfikir
menjadi terbatas dan sempit.
Budaya literasi bisa diterapkan dimana saja. Akan tetapi, dalam dunia
pendidikan, tentunya harus lebih masif lagi. Sudah seharusnya bukan
sebatas interaksi, tetapi menjadikannya sebuah kebiasaan hingga
membudaya. Semakin sering berinteraksi dengan buku, semakin
terasah daya berfikir kritis, mempertajam analisa, dan argumentatif
bukan pribadi ngeles.
Seperti yang dituliskan bagian awal tulisan ini, GLS yang tidak hanya
dalam konteks mahir membaca dan terampil menulis. Tetapi,
bagaimana peserta didik memiliki kemampuan untuk mengakses,
memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai
aktifitas seperti membaca, melihat, menyimak, menulis dan/atau
membaca.
GLS merupakan gerakan yang partisipatif dan kolaboratif semua
elemen sekolah. Artinya, ruang dan waktu mesti dirancang dan
difasilitasi dengan baik. Antara peserta didik, guru, kepala sekolah,
pengawas, komite, para orangtua juga sama – sama terlibat dalam
peran yang profesional dan proporsional.
Setiap anak dilahirkan dengan segala potensi. Namun, selama ini tidak
semua potensi ter – upgrade dengan maksimal. Biasanya peserta didik
yang sering diorbitkan hanyalah yang mampu di bidang sains, sosial,
dan olahraga. Sehingga secara tidak langsung, potensi lain kurang
mendapatkan perhatian khusus. Sebut saja potensi anak dibidang
literasi.
SMP Negeri 1 Batujajar mencoba menerapkan GLS menjadi program
unggulan sekolah. Langkah kongkrit yang sudah dilakukan adanya
dorongan dari semua elemen sekolah memanfaatkan waktu untuk
membaca diluar kegiatan wajib. Selain itu juga dijadwalkan khusus yaitu
setiap rabu pagi untuk membaca dan menuliskan kembali.
Kegiatannya berupa membaca buku sesuai dengan minat si pembaca.
Baik berupa fiksi maupun non fiksi yang diseleksi terlebih dahulu untuk
melihat kelayakan sesuai dengan usia.