Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN TUBERCULOSIS PARU DI RUANGAN

IGD NON BEDAH RSUP DR. WAHIDIN


SUDIROHUSODO MAKASSAR

OLEH :

SULMI SOFYANG
18.04.005

CI LAHAN CI INSTITUSI

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AJARAN
2018/2019
A. KONSEP DASAR MEDIK
1. Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosa. (Lewis, 2010)
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang parenkim paru. (Brunner & Suddarth, 2011)
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TBC (mycobacterium tuberculosis) yang
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
(Departemen Kesehatan, 2009)
2. Klasifikasi TBC
TBC diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Pembagian secara patologis
1) TBC Primer (Childhood Tuberculosis)
2) TBC Post Primer (Adult Tuberculosis).
b. Pembagian secara aktivasi radiologis :
TBC paru aktif (Koch Pulmonum) dan non aktif (Quiescent)
c. Pembagian berdasarkan kelainan klinis, radiologis, mikrobiologis :
1) Tuberkulosis paru
2) Bekas tuberkulosis paru
3) Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam :
- Tuberkulosis paru tersangka yang diobati : pada keadaan isi
sputum BTA negatif, tetapi tanda-tanda lain positif.
- Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati : pada keadaan
isi sputum BTA negatif dan tanda-tanda lain juga meragukan.
Pada tahun 1974, American Thoracic Society memberi klasifikasi baru
sebagai berikut :
a. Kategori 0 : Tidak pernah terpapar dan terinfeksi. Riwayat kontak
negatif, test tuberkulin negatif.
b. Kategori I : Terpapar tuberkulosis, tetapi tidak terbukti ada infeksi.
Di sini riwayat kontak positif, test tuberkulin negatif.
c. Kategori II : Terinfeksi tuberkulosis tetapi tidak sakit. Test
tuberkulin positif, radiologis dan sputum negatif.
d. Kategori III : Terinfeksi tuberkulosis dan sakit.
3. Anatomi Fisiologi
Sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara luar
agar bersentuhan dengan membran kapiler alveoli paru. Saluran
penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring,
laring, trakea, bronkus dan bronkiolus. Saluran pernafasan dari hidung
sampai bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa yang bersilia.
a. Hidung
Hidung terdiri atas bagian internal dan eksternal. Bagian eksternal
menonjol dari wajah dan disanggah oleh tulang hidung dan
kartilago. Nares anterior (lubang hidung) merupakan ostium
sebelah luar dari rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi
vertikal yang sempit yang disebut septum. Rongga hidung dilapisi
dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung
vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara
terus menerus oleh sel-sel goblet yang melapisi permukaan
mukosa hidung dan bergerak ke nasofaring oleh gerakan silia.
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari
paru-paru. Ketika udara masuk ke rongga hidung, udara tersebut
oleh bulu-bulu hidung disaring oleh selaput mukosa lendir,
dihangatkan dan dilembabkan. Hidung bertanggung jawab
terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor olfaksi terletak
dalam mukosa hidung.
b. Faring/Tenggorokan
Faring/tenggorokan adalah suatu struktur tuba, yang
menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring. Merupakan
tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan
terdapat di bawah dasar tengkorak di belakang rongga hidung.
Faring berhubungan ke atas dengan rongga hidung ke depan
dengan rongga mulut. Faring terdiri dari nasofaring, orofaring dan
laringofaring. Nasofaring terletak di posterior hidung dan di atas
palatum mole. Pintu masuk laring dibentuk oleh epiglotis. Adenoid
atau tonsil yang terletak dalam langit-langit nasofaring. Fungsi
faring untuk menyediakan saluran traktus repiratorius terhadap
serangan organisme yang memasuki tenggorokan.
c. Laring/organ suara
Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan
trakea. Fungsi utama laring adalah memungkinkan terjadinya
vokalisasi, melindungi jalan nafas bagian bawah dari obstruksi
benda asing, dan memudahkan batuk. Laring sering disebut
sebagai kotak suara.
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm panjangnya. Trakea
disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk sepatu kuda,
yang panjangnya kurang lebih 5 inci, serta dilapisi oleh selaput
lendir yang terdiri atas epitelium bersilia, dengan gerakan silia
maka debu yang masuk ke saluran pernafasan dapat dikeluarkan.
Trakea ini berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra
torakalis ke-5 dan di tempat ini bercabang menjadi dua bronkus.
Tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan
kanan disebut karina.
e. Bronkus dan bronkiolus
Bronkus terbentuk dari belahan dua trakea. Bronkus kanan lebih
pendek dari bronkus kiri dan lebih besar daripada yang kiri. Pada
bronkiolus (bronkus yang bercabang lebih kecil) tidak terdapat
cincin dan pada ujung bronkiolus terdapat gelembung paru atau
alveoli. Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi
bronkus lobarus dan bronkus segmentalis. Percabangan ini berjalan
terus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil, yang
menjadi bronkiolus terminalis yaitu saluran udara terkecil yang
tidak mengandung alveoli (kantung udara). Bronkiolus terminalis
disebut saluran penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-
paru. Setelah bronkus alveoli terdapat asinus yang merupakan unit
fungsional paru-paru yaitu tempat pertukaran gas. Asinus terdiri
dari : (1) Bronkiolus respiratorius yang terkadang memiliki
kandung udara, kecil atau alveoli pada dindingnya, (2) Duktus
alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveolus, (3) Sakus alveolaris
terminalis merupakan struktur akhir paru-paru.
f. Alveoli
Paru-paru ada 2 dan merupakan alat pernafasan utama. Paru-paru
mempunyai permukaan luar yang menyentuh iga (pleura viseral)
dan permukaan yang menyentuh paru-paru (pleura parietal) antara
kedua pleura terdapat ruangan yang mengandung cairan berfungsi
melicinkan permukaan dan memungkinkan keduanya bergeser
dengan bebas selama ventilasi. Mediastinum adalah dinding yang
membagi rongga thoraks menjadi dua bagian. Paru kanan dibagi
menjadi 3 lobus yaitu lobus atas, tengah dan bawah, dan paru kiri
menjadi 2 lobus yaitu atas dan bawah.
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juga alveoli dan berfungsi sebagai
tempat pertukaran O 2 dan CO2. Alveoli terdapat 3 jenis sel-sel
alveolar tipe 1 adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar.
Tipe 2 sel-sel yang aktif secara metabolik mensekresi surfaktan
suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah
alveolar agar tidak kolaps.
Tipe 3 makrofag yang merupakan sel-sel fagositosis yang
besar yang memakan benda asing (lendir, bakteri) dan bekerja
sebagai mekanisme pertahanan yang penting.
Paru-paru mempunyai dua sumber suplai darah yaitu arteri
bronkialis yang berasal dari aorta thorakalis berjalan sepanjang
dinding posterior bronkiolus dan arteri pulmonalis dari ventrikel
kanan ke paru-paru.
Tiga proses yang berhubungan dengan pernafasan :
1) Ventilasi: adalah udara bergerak masuk dan keluar paru-paru.
Karena ada selisih antara atmosfer dan alveolus akibat kerja
mekanik dari otot-otot.
2) Difusi : adalah proses dimana terjadi pertukaran O 2 dan CO2
pada tempat pertemuan udara dan darah. Membran alveolar
kapiler merupakan tempat yang ideal untuk difusi karena
membran ini mempunyai permukaan yang luas dan tipis.
3) Perfusi : pengisian kapiler pulmonar dengan darah, perfusi
pulmonal adalah aliran darah aktual melalui sirkulasi pulmonal.
Darah dipompakan ke paru-paru oleh ventrikel kanan melalui
arteri pulmonal. Arteri pulmonal terbagi menjadi cabang kanan
dan kiri untuk mensuplai kedua paru normalnya sekitar 2%.
Mekanisme ventilasi perfusi adalah pemindahan gas secara efektif
antara alveolus dan kapiler paru-paru membutuhkan distribusi
merata dari udara dalam paru-paru dan perfusi (aliran darah) dalam
kapiler. Mekanisme ventilasi disebut dengan istilah volume paru
dan kapasitas paru. Volume paru dibagi menjadi volume tidal (500
ml), volume cadangan inspirasi (3000 ml), volume cadangan
ekspirasi (1100 ml) dan volume residu (1200 ml) dan ruang rugi
pernafasan dimana tidak terjadi pertukaran gas 150 ml.

4. Etiologi
TBC paru disebabkan oleh kuman tahan asam yaitu :
mycobacterium tuberkulosis. Adapun faktor resiko yang mungkin
terjadi antara lain :
a. Adanya kontak langsung dengan seseorang yang menderita
tuberkulosis aktif.
b. Terganggunya kekebalan tubuh, misalnya seseorang dengan HIV,
kanker dan seseorang yang dalam pengobatan kortikosteroid dosis
tinggi dalam jangka panjang.
c. Ketergantungan obat atau alkoholik serta merokok.
d. Ventilasi yang buruk dan kelembaban.
5. Patofisiologi
Infeksi primer menjadi saat seseorang terpapar pertama kali
dengan kuman TBC. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya,
sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus dan
terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap di sana.
Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi.
Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri; limfosis
spesifik tuberkulosis melisis (menghancurkan basil dan jaringan
normal). Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat
dalam alveoli, menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya
terjadi 2 sampai 10 minggu setelah pemaparan.
Massa jaringan paru, yang disebut granulomas, yang
merupakan gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah mati,
dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding protektif.
Granulomas diubah menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian sentral
dari massa fibrosa ini disebut tuberkel ghon. Bahan (bakteri dan
makrofag) menjadi nekrotik, membentu massa seperti keju. Massa ini
dapat mengalami kalsifikasi, membentu skar kolagenosa. Bakteri
menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif.y
Adapun faktor-faktor predisposisi lainnya/infeksi sekunder
yang dapat terjadi karena alkoholik, merokok dan ventilasi yang buruk
dan kelembaban. Kuman terdiri dari asam lemak (lipid). Lipid inilah
yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol). Di
dalam jaringan kuman hidup sebagai parasit intraselular yakni dalam
sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi malah
kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid. Alkoholik
dan merokok itu sendiri menyebabkan asupan nutrisi inadekuat
sehingga tubuh rentan terhadap kuman atau bakteri. Pada ventilasi
yang buruk dan kelembaban, dimana sifat lain kuman ini aerob. Sifat
ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi
kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian
apikal paru-paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian apikal
ini merupakan tempat predi leksi penyakit tuberkulosis.
6. Tanda dan Gejala
 Demam ringan, berkeringat waktu malam.
 Sakit kepala
 Takikardi
 Anoreksia
 Penurunan berat badan
 Malaise
 Keletihan
 Nyeri otot
 Batuk : pada awal non produktif
 Sputum bercampur darah
 Sputum mukopurulen
 Krekels/rales di atas aspek paru
 Nyeri dada.

7. Test Diagnostik
a. Pemeriksaan fisik
1) Yang paling dicurigai di apeks paru.
2) Bila ada infiltrat yang luas akan didapatkan perkusi yang redup
dan auskultasi nafas bronkial didapatkan ronchi basah kasar
dan nyaring/rales.
3) Pada tuberkulosa lanjut dan fibrosis luas ditemukan atrofi dan
retraksi otot interkosta.
4) Apabila tuberkulosa mengenai pleura akan terjadi effusion
paru, paru-paru yang sakit akan terasa sulit bernafas, dengan
perkusi akan menimbulkan suara pekat dan dengan auskultasi
nafsu melemah sampai tidak terdengar.
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Laju endap darah meningkat
2) Leukosit meningkat
3) Sputum sediaan langsung positif terhadap mycobacterium
tuberkulosa.
4) Biakan positif terhadap mycobacterium tuberkulosa.
5) BTA dapat positif.
c. Pemeriksaan rontgen : foto thorax membantu dalam membentuk
diagnosa :
1) Lesi tuberkulosis dapat ditemukan pada apeks paru, bisa juga
terdapat pada lobus bawah/hilus.
2) Pada pneumonia gambarnya jelas berupa bercak-bercak awan
dengan batas tegas.
3) Pada atelektasis terlihat seperti gambaran fibrosis dan
penciutan paru.
4) Pada TBC milier akan terlibat bercak-bercak halus di seluruh
lapang paru dan ada pleuritis.
5) PPD test : pada pemeriksaan tuberkulosis PPD test (purified
protein derivate) positif bila diameter mencapai 10 mm atau
lebih sesudah 48-72 jam.
Hasil Tes Mantoux ini dibagi dalam :
1) Indurasi 0-5 mm (diameternya) : Mantoux negatif : golongan
no sensitivity. Di sini peran antibodi humoral paling menonjol.
2) Indurasi 6-9 mm : hasil meragukan. Di sini peran antibodi
humoral masih menonjol.
3) Indurasi 10-15 mm : Mantoux Positif : Di sini peran antibodi
selular paling menonjol.
4) Indurasi lebih 15 mm. Mantoux positif kuat. Di sini peran
antibodi selular paling menonjol.
8. Komplikasi
a. Atelektasis/penyempitan bronkus.
b. Hemoptoe berat (perdarahan dan saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian.
c. TB Milier: tulang, usus, otak, limfa.
d. Pneumothorax (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan :
Kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.
e. TBC Perikarditis, peritonitis, meningitis, limfadenitis.
f. Pleural efusion
9. Terapi dan Pengelolaan Medik
a. Obat utama : INH, Ethambutol, Rifampisin, Streptomycin.
b. Obat sekunder : PAS (Para Amino Salicylic Acid), Pirazinamid,
Ethambutol.
c. Analgetik
d. Diet TKTP
e. Isolasi pencegahan penularan.
f. Tindak lanjut, penyuluhan terhadap keluarga dan orang.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
- Riwayat batu produktif lebih dari 2 minggu.
- Adanya hemoptoe.
- Kaji tempat tinggal, ventilasi, cahaya matahari, sumber polusi
sekitar rumah, kontak dengan penderita aktif dan perokok.
- Kedisiplinan dalam pengobatan dan kurang pengetahuan.
b. Pola nutrisi metabolik
- Tidak nafsu makan
- Mual, muntah
- Meningkatnya suhu tubuh terutama pada malam hari
- Banyak keringat di malam hari tanpa aktiviats
- BB turun
- Kaji pola makan dan asupan makanan.
c. Pola aktivitas dan latihan
- Malaise
- Batuk produktif lebih dari 2 minggu.
- Hemoptoe
- Batuk dan sesak nafas.
d. Pola tidur dan istirahat
- Tidur terganggu akibat batuk dan sesak nafas, serta berkeringat
di malam hari.
e. Pola persepsi kognitif dan sensori
- Nyeri dada
- Kurang pengetahuan tentang penyakit.
f. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
- Pasien gelisah, takut karena dirawat.
- Pasien cemas dan malu dengan penyakitnya.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan adanya
eksudat dalam alveoli dan penurunan fungsi permukaan paru.
b. Ketidakefektifan bersihan jalan yang berhubungan dengan
peningkatan sputum dan penurunan usaha untuk batuk.
c. Perubahan temperatur tubuh : hipertermi berhubungan dengan
dengan proses infeksi.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan nafsu makan, kelelahan dan dispnea.
e. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan penurunan
daya tahan tubuh.
3. Perencanaan Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya eksudat dalam
alveoli dan penurunan fungsi permukaan paru.
Tujuan :Tidak ada sesak nafas, pertukaran gas adekuat, AGD dalam
batas normal.
Intervensi:
a. Observasi frekuensi, irama, dan kedalaman pernafasan tiap 4 jam.
Rasional: Sebagai acuan untuk tindakan selanjutnya.
b. Beri posisi tidur yang nyaman (semi fowler).
Rasional: Meningkatkan ekspansi paru.
c. Observasi tanda sianosis pada kulit, membran mukosa dan kuku.
Rasional: Mengevaluasi keadekuatan oksigen.
d. Beri kesempatan istirahat yang cukup.
Rasional: Mengurangi kebutuhan energi.
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen.
Rasional: Pemenuhan kebutuhan oksigenisasi yang adekuat.
f. Kolaborasi dengan medis untuk pemberian AGD dan foto thoraks.
Rasional: Untuk mengevaluasi keberhasilan tindakan.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
peningkatan sputum dan penurunan usaha untuk batuk.
Tujuan :
Meningkatkan kebersihan jalan nafas yaitu dengan berkurangnya
sekresi dan perbaikan usaha klien untuk batuk.
Intervensi:

a. Anjurkan klien minum 8 gelas air/ 2 liter air perhari (selain


susu) untuk pengenceran sekresi sedangkan susu dapat
meningkatkan sekresi.
Rasional: Yakinkan klien bahwa air melembabkan
pernafasan.
b. Yakinkan klien bahwa air melembabkan pernafasan.
Rasional: Kelembaban membantu sekresi serta
memungkinkan jalan nafas lebih besar.
c. Anjurkan klien untuk batuk efektif dan nafas dalam.
Rasional: Teknik batuk yang tepat menjadi cara untuk
mengeluarkan sputum.
d. Anjurkan klien untuk istirahat antara interval batuk dan untuk
merubah posisi setiap 12 jam bila memungkinkan.
Rasional: Istirahat dan berganti posisi membantu untuk
mengurangi kelelahan menyeluruh dan pengeluaran sputum,
memasukkan O 2 untuk regenerasi dalam sel.
e. Jelaskan pada klien maksud penggunaan ekspektoransia jika
ditemukan.
Rasional: Ekspektoransia menolong untuk melonggarkan
jalan nafas dan pengeluaran sekret.
f. Observasi karakteristik sputum yang keluar, perubahan warna,
bau konsistensi/jumlah. Laporkan segera kalau ada perubahan.
Rasional: Sputum normal adalah encer dan berwarna putih
bening bila bercampur darah, purulen dapat menunjukkan
komplikasi.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan nafsu makan, kelelahan dan dispnea.
Tujuan :
Mempertahankan intake nutrisi adekuat.
Intervensi:

a. Monitor BB klien saat diit, kekurangan BB yang drastis.


Rasional: Indikasi insufisiensi protein kalori yang
menyebabkan malnutrisi dan menurunkan pertahanan tubuh.
b. Menentukan diet klien sesuai makanan kesukaan dan evaluasi
serta catat hasil.
Rasional: Karena kurang nafsu makan, pasien dapat
kehilangan intake kalori untuk energinya.
c. Beri makan sedikit-sedikit makanan tinggi kalori dan protein,
akan sangat bermanfaat.
Rasional: Makan sekali banyak dapat menyebabkan distensi
lambung dan penekanan diafragma. Diet tinggi kalori dan protein
membangun pertumbuhan jaringan dan mengganti jaringan yang
rusak sehingga menambah pertahanan tubuh dan memberi energi.
d. Instruksikan klien untuk istirahat sebelum makan.
Rasional: Kelelahan dapat mengurangi semangat klien
untuk makan.
e. Jelaskan bahwa asupan nutrisi yang cukup sangat penting bagi
kekuatan tubuh.
Rasional: Pengertian yang cukup dapat memberi semangat
dan menambah kemauan.

Anda mungkin juga menyukai