PENELITIAN EKSPERIMEN
Apakah penelitian eksperimen itu? Apa tujuannya? Bagaimana cara melakukan yang benar?
Bagaimana menulis laporan hasil penelitiannya agar memenuhi syarat ?
Berdasarkan hal tersebut maka tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk meneliti
pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding
dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang berbeda. Misalnya, suatu eksperimen
dimaksudkan untuk menilai/membuktikan pengaruh perlakuan pendidikan (pembelajaran dengan
metode pemecahan soal) terhadap prestasi belajar matematika pada siswa SMU atau untuk
menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh perlakuan tersebut bila dibandingkan dengan
metode pemahaman konsep. Tindakan di dalam eksperimen disebut treatment, dan diartikan
sebagai semua tindakan, semua variasi atau pemberian kondisi yang akan dinilai/diketahui
pengaruhnya. Sedangkan yang dimaksud dengan menilai tidak terbatas pada mengukur atau
melakukan deskripsi atas pengaruh treatment yang dicobakan tetapi juga ingin menguji sampai
seberapa besar tingkat signifikansinya (kebermaknaan atau berarti tidaknya) pengaruh tersebut
bila dibandingkan dengan kelompok yang sama tetapi diberi perlakuan yang berbeda.
Proses yang disebabkan oleh satu macam tindakan/perlakuan, kita tidak pernah dapat
menyatakan bahwa tindakan dan proses itu menghasilkan sesuatu yang lebih baik, kurang
baik, dan kita baru dapat menyatakan kalau sudah dibandingkan dengan yang lain. Dari
suatu tindakan kita hanya dapat menyatakan bahwa proses begini dan begitu itu akan
menimbulkan gejala yang begini atau begitu. Gejala itu baru dapat dikatakan lebih baik jika
gejala lain jadi ukuran sebagai pembanding.
Karena itu dalam suatu eksperimen ilmiah dituntut sedikitnya dua grup, yang satu ditugaskan
sebagai grup pembanding (control group), sedang grup yang satu lagi sebagai grup yang
dibandingkan (experimental group).
Bagaimana cara melaksanakan jenis penelitian eksperimen ini ?. Untuk melaksanakan suatu
eksperimen yang baik, kita perlu memahami terlebih dahulu segala sesuatu yang berkait dengan
komponen-komponen eksperimen. Baik yang berkaitan dengan pola-pola eksperimen (design
experimental), maupun penentuan kelompok eksperimen dan kontrol, bagaimana kondisi
kedua kelompok sebelum eksperimen dilaksanakan, cara pelaksanaannya, kesesatan-
kesesatan yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen, cara pengumpulan data,dan teknik
analisis statistik yang tepat digunakan.
B. MEMPERSIAPKAN EKSPERIMEN
Marilah kita mempersiapkan penelitian eksperimen secara baik. Sebelum peneliti melaksanakan
treatment/perlakuan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Sebagai ilustrasi :
“ Seorang guru akan mengadakan percobaan tentang keampuhan dua metode mengajar dalam
bidang Matematika, mana di antara dua macam metode yang dapat memberikan prestasi belajar
lebih baik (metode pemahaman konsep atau metode pemecahan soal). Karena, ditemukan
selama guru menggunakan metode pemahaman konsep prestasi belajar siswanya belum
menggembirakan”
1. Langkah awal dijumpai ada problem terhadap prestasi belajar matematika yang selama ini
diajarkan melalui metode pemahaman konsep. Seorang guru matematika waktu mengikuti diklat
mendapat metode baru yaitu metode pemecahan soal“ muncul pertanyaan: manakah di antara
dua metode pembelajaran Matematika yang dapat menumbuhkan prestasi belajar lebih baik?.
3. Langkah berikutnya, mencari dasar teori yang berkaitan dengan variabel penelitian
(metode pembelajaran pemecahan soal dan pemahaman konsep, serta prestasi belajar).
Diupayakan adanya kerangka pemikiran yang mengarah pada simpulan bahwa metode
pemecahan soal lebih baik dalam menanamkan pemahaman matematika dibandingkan dengan
metode pemahaman konsep.
5. Langkah awal bagian metode penelitian adalah melakukan pengukuran kepada dua kelompok
yang siswanya mempunyai kesamaan kemampuan /IQ dalam matematika. Dari dua
kelompok yang sudah kesamaan itu dipilih secara random untuk menentukan mana kelompok
kontrol dan mana yang akan ditugaskan sebagai kelompok eksperimen.
6. Menentukan siapa guru yang akan ditugasi untuk mengajar pada masing masing
kelompok tersebut. Bilamana telah mendapatkan guru yang memiliki kualitas yang sama,
dipilih secara random untuk ditugaskan ke kelompok eksperimen/kontrol. Kalau gurunya
sama/satu orang, wajib menjaga obyektivitas dalam menerapkan kedua metode tersebut.
7. Persiapkan materi ajar dan rincian tindakan yang akan dilakukan pada metode yang
telah ditetapkan untuk kedua kelompok tersebut. Sesudah memahami langkah-langkah tersebut,
kita perlu melihat kembali hal hal mendasar yang perlu diperhatikan sebelum eksperimen
dilakukan. Kalau semua komponen tersebut sudah dipersiapkan dengan baik dan lengkap barulah
mencoba menyusun rancangan/desain eksperimennya.
Sebelum eksperimen dilaksanakan ada berbagai faktor, variable, serta kondisi apa saja yang
berkaitan dengan kegiatan eksperimen perlu diperhatikan. Hal ini untuk mengantisipasi adanya
perbedaan sesudah eksperimen itu benar benar disebabkan oleh metode bukan karena
faktor lain.
a) Latar belakang kebudayaan. Pelajar yang mempunyai kebudayaan yang berbeda besar
kemungkinan mempunyai sifat dan kebiasaan yang berbeda pula. Untuk itu perlu diperhatian
agar adanya perbedaan bukan karena faktor ini tetapi faktor metode mengajarnya. Ada siswa
yang setiap hari selalu belajar bersama dengan kakak-kakaknya, mengikuti pelajaran tambahan
setiap sore.
c) Ruangan kelas. Ruangan kelas kedua calon kelompok eksperimen dan control itu harus
dibuat sedemikian sehingga tidak ada perbedaan kebisingan, kepengapan, ventilasi, serta tata
ruang lainnya.
d) Waktu belajar: Perlu diperhatikan waktu berlangsungnya jam pelajaran, tidak diperkenankan
kelompok eksperimen (E) masuk pagi kelompok control (K) masuk sore atau sebaliknya.Jika
kelas E masuk pagi, kelas K harus masuk pagi, kalau kelas E masuk jam 8.00 kelas K tidak boleh
masuk jam 12.00, sehingga hasil eksperimen dikotori oleh faktor masuk sekolah. Jumlah jam
kedua kelas/kelompok harus sama
e) Cara mengajar : Metode-metode yang akan dicobakan harus ditetapkan dan dirancang lebih
dahulu serta dijalankan secara tertib dan benar. Cara guru mengajar harus sesuai dengan pola
yang ditetapkan dalam desain eksperimen yang dipersiapkan.
g) Lain-lain : walaupun peneliti sudah berupaya mengendalikan variable non eksperimen agar
tidak memengaruhi hasil eksperimen, namun sering dijumpai adanya kejadian yang sulit
dikontrol dan diprediksi, misalnya: tiba-tiba dijumpai adanya anak yang suka mengganggu
jalannya pelajaran, sehingga memengaruhi temannya untuk tidak disiplin, atau terganggu
konsentrasinya akibat ulah satu atau beberapa temannya. Dapat terjadi pula adanya pemberian
bimbingan belajar di luar jam pelajaran, baik oleh anggota keluarga atau yang lain..
Perlu disadari bahwa sebenarnya banyak sekali faktor yang mungkin dapat berpengaruh terhadap
eksperimen. Oleh karena itu, peneliti eksperimen perlu hati-hati pada setiap langkah agar selalu
memperhatikan adanya kemungkinan timbulnya kesesatan, dan ada upaya untuk
mengendalikan.
Segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi, keadaan, faktor, perlakuan, atau tindakan yang
diperkirakan dapat memengaruhi hasil eksperimen disebut variable. Dalam eksperimen selalu
dibedakan adanya variable-variabel yang berkaitan secara langsung diberlakukan untuk
mengetahui suatu keadaan tertentu dan diharapkan mendapatkan dampak/akibat dari eksperimen
sering disebut variabel eksperimental atau treatment variable, dan variable yang tidak dengan
sengaja dilakukan tetapi dapat memengaruhi hasil eksperimen disebut variabel
noneksperimental.
Variabel eksperimental adalah kondisi yang hendak diteliti bagaimana pengaruhnya terhadap
suatu gejala. Untuk mengetahui pengaruh varibel itu, kedua kelompok , yaitu kelompok
eksperimental dan kontrol dikenakan variabel eksperimen yang berbeda (misalnya metode
pemecahan soal untuk kelompok eksperimen dan metode pemahaman konsep untuk kelompok
control) atau yang bervariasi. Variabel noneksperimental sebagian dapat dikontrol, baik untuk
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Ini disebut variabel yang dikontrol atau
controlled variabel. Akan tetapi sebagian lagi dari variabel noneksperimen ada di luar kekuasaan
eksperimen untuk dikontrol atau
dikendalikan. Ini disebut variabel ekstrane atau extraneous variabel. Dalam setiap eksperimen,
hasil yang berbeda pada kelompok eksperimen dan kontrol sebagian disebabkan oleh variabel
eksperimental dan sebagian lagi karena pengaruh variabel ekstrane. Oleh karena itu, setiap guru
yang akan melakukan eksperimen harus memprediksi akan munculnya variabel pengganggu ini.
Adanya perbedaan hasil eksperimen yang dilakukan oleh peneliti/guru/pengawas dari kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol, bukan secara mutlak disebabkan tindakan yang diberikan,
tetapi sebagian lagi karena adanya variable luar/ekstrane yang ikut memengaruhinya. Besar
kecilnya pengaruh variable ekstrane yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan
dengan yang diobservasi dalam hasil eksperimen disebut kesesatan atau errors. Dalam
eksperimen dapat dijumpai adanya dua jenis kesesatan yaitu :
(1) Kesesatan konstan, dan (2) Kesesatan tidak konstan (kesesatan kompensatoris). Kesesatan
konstan merupakan pengaruh akibat variable ekstrane, yang selalu ada dalam setiap eksperimen.
Variabel ini tidak dapat diketahui, tidak dapat diukur dan sulit untuk dikendalikan, serta tidak
mudah untuk diperhitungkan dan dipisahkan dengan perbedaan hasil yang ditimbulkan oleh
variable eksperimen. Sebagai contoh dari kesesatan konstan adalah sebagai berikut:
Suatu penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh suatu metode (pemecahan
soal) terhadap prestasi belajar matematika. Prosedur eksperimen telah dilaksanakan sesuai
dengan metodologis yang benar, maka peneliti berkeyakinan bahwa adanya perbedaan hasil
belajar siswa nanti secara mutlak dipengaruhi oleh baiknya metode yang dilakukan. Ia tidak
menyadari adanya berbagai variable yang mungkin dapat mengganggu proses dan hasil
eksperimen. Variabel pengganggu kesesatan konstan; misalnya pada kelompok kontrol terdapat
anak-anak/siswa yang pada sore hari ikut
pelajaran tambahan/privat. Di samping itu, banyak orang tua/keluarga yang peduli sekali
terhadap waktu dan kedisiplinan belajar anaknya, sehingga anak itu selalu diawasi orang tuanya.
Ditinjau dari segi guru yang mengajar di kelompok kontrol mempunyai kecakapan mengajar,
penguasaan bahan ajar, kepribadian, dan pendekatan kepada siswa sangat bagus. Alat untuk
mengukur kemampuan siswa baru mampu mengukur sebagian dari kecakapan dan materi yang
diajarkan. Variabel-variabel tersebut merupakan variable luar/ekstrane yang sulit diperhitungkan,
sulit dikendalikan, sehingga disinilah muncul adanya kesesatan konstan.
Dengan adanya kesesatan itu, akibatnya setelah data akhir eksperimen diperoleh dan dianalisis
terjadi tidak adanya perbedaan antara hasil belajar matematika bagi siswa kelompok eksperimen
yang diberi perlakukan metode A (pemecahan soal) dengan kelompok kontrol yang
menggunakan metode B (pemahaman konsep). Mengapa hal ini terjadi ? Pada hal secara teori
jelas bahwa metode pemecahan soal lebih baik dibandingkan dengan metode pemahaman
konsep. Apa jawabannya? Hal ini terjadi karena banyaknya variabel luar/ekstrane yang muncul
pada suatu kelompok tertentu pada saat waktu pelaksanaan eksperimen. Jadi hasil belajar pada
siswa kelompok kontrol telah dicemar oleh varibel ekstrane yang peneliti tidak mampu
memperhitungkan. Pada hal kalau eksperimen berjalan dengan mulus tanpa banyak dipengaruhi
variable yang menyesatkan, besar kemungkinan metode yang dicobakan pada kelompok
eksperimen akan mampu memberikan hasil belajar yang lebih baik.
Kemudian, tindakan apa yang sebaiknya dilakukan guru yang akan melakukan eksperimen?
Perlu mempersiapkan secara maksimal berbagai komponen yang berkaitan dengan metode yang
akan dieksperimenkan pada bidang materi pelajaran tertentu, baik yang berkaitan dengan metode
pembelajaran yang akan ditreatmenkan/diperlakukan, materi pelajaran, guru pelakasana
tindakan, siswa yang dikenai tindakan, kondisi/situasi kelas,lingkungan belajar, maupun
komponen lain yang mungkin dapat memengaruhi hasil
Kemudian, apa yang dimaksud dengan kesesatan tidak konstan itu? Kesesatan tidak konstan
adalah kesesatan yang terjadi pada satu atau beberapa kelompok dalam suatu eksperimen, tetapi
tidak terjadi pada satu kelompok lain. Kesesatan pada jenis ini ada kemungkinan untuk dapat
diperhatikan atau dikendalikan pada waktu mempersiapkan eksperimen, atau menentukan pola
eksperimen. Kesesatan tipe ini dapat dibedakan kedalam tiga jenis, yaitu:
1) Kesesaatan Tipe S
Ciri khusus dari kesesatan adalah adanya fluktuasi subjeks sampling pada suatu penugasan
subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok pembanding/kontrol pada suatu
eksperimen. Kejadian ini kemungkinan muncul karena dalam salah satu atau kedua kelompok itu
terhimpun beberapa orang dalam segi perimbangan menguntungkan salah satu dari kelompok.
Misalnya, dalam suatu eksperimen yang ingin diketahui pengaruh metode terhadap hasil belajar
matematika pada suatu kelas di sekolah dasar, mungkin sekali secara kebetulan pada kelas
pembanding terhimpun siswa yang memiliki IQ yang tinggi dan rajin belajar.Setelah proses
eksperimen berakhir, diadakan tes kepada kedua kedua kelompok secara bersamaan. Setelah
diadakan analisis statistik dengan menggunakan uji t diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada
perbedaan pengaruh antara
metode A dan metode B terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas tertentu pada SD
tersebut. Mengapa demikian? Hal ini dapat disebabkan hasil belajar dari kedua kelompok
eksperimen (kontrol dan eksperimen) bukan disebabkan oleh pengaruh metode, tetapi karena
adanya perbedaan subyek (S) yang ditugasi pada kedua kelompok
tersebut. Maka dalam pelaksanaan eksperimen, distribusi subyek yang akan ditugasi pada
kelompok-kelompok eksperimen harus diseimbangkan, hal ini agar mendapatkan perhatian bagi
para peneliti eksperimen pembelajaran.
2) Kesesatan Tipe G
Pada suatu eksperimen dapat terjadi adanya variabel-variabel luar yang mempengaruhi satu atau
beberapa kelompok siswa dalam suatu kegiatan eksperimen, tetapi tidak menyangkut seluruh
kelompok yang digunakan.
Dalam suatu eksperimen bidang pembelajaran seorang guru yang ditugasi untuk mengajar
dengan metode CTL (eksperimen), sedemikian baiknya sehingga memberikan pengaruh yang
sangat sistematis terhadap prestasi belajar siswa, dan sebaliknya di kelas lain, diajar oleh guru
yang kurang mempunyai motivasi mengajar, kurang menguasai bahan ajar, dan bahkan kurang
disiplin. Demikian pula kalau dalam suatu kelompok eksperimen
terdapat siswa yang nakal, dan sering mengganggu teman waktu pelajaran sedang berlangsung,
akan mempengaruhi hasil eksperimen pada kelas tersebut. Kalau hal ini terjadi maka kesesatan
tipe G telah memengaruhi eksperimen, dan hasil eksperimen tersebut akan tercemari.
3) Kesesatan Tipe R
Ada pola eksperimen yang dilakukan terhadap beberapa eksperimen yang dilakukan secara
serentak dengan menggunakan sample dari bermacammacam sub-populasi. Pada eksperimen
tersebut disebut Replikasi. Berdasarkan pada istilah inilah kesesatan tipe R ini muncul.
Pada eksperimen-eksperimen yang menggunakan metode mengajar yang dilakukan beberapa kali
umumnya dikerjakan seorang guru. Akan tetapi, guru lain juga dapat mereplika (mengulangi
dalam keadaan yang sama) setelah memahami apa yang dilakukan oleh guru sebelumnya.
Kesesatan tipe R ini terjadi bilamana variabel luar memberikan pengaruh secara sistematis
terhadap satu replikasi, tetapi tidak memberikan pengaruh pada
replikasi yang lain. Metode mengajar yang pernah diberikan sebelumnya mungkin memberikan
landasan yang sangat menguntungkan bagi metode yang sedang dicobakan, dan tidak demikian
halnya yang ada pada kondisi sebaliknya. Metode yang akan dicobakan ternyata sudah biasa
diberikan, sehingga siswa pada sekolah itu akan mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik
daripada sekiranya mereka diajarkan dengan metode lain. Kalau eksperimen ini dilaksanakan
pada suatu sekolah, maka perbedaan pengaruh variabel yang diobservasi dapat dianggap bebas
dari kesesatan R itu. Tetapi kalau ditinjau dari segi banyaknya replikasi pada suatu eksperimen
yang diadakan di beberapa sekolah, mungkin terjadi kesesatan tipe ini dan berpengaruh terhadap
rerata dari variabel yang dieksperimenkan.
E PELAKSANAAN EKSPERIMEN
1. Selama 4 bulan (kalau ini rencana eksperimennya) kelompok A sebagai kelompok eksperimen
diberikan materi yang sama dengan kelompok kontrol. Sedangkan metode pembelajaran yang
digunakan berbeda. Kelompok A dengan metode pemecahan soal, sedangkan kelompok B
dengan metode pemahaman konsep (umpama ini yang direncanakan).
2. Selama pelaksanaan eksperimen diupayakan semaksimal mungkin agar kesesatan tidak timbul
terutama kesesatan yang tidak konstan, baik siswa maupun guru pelaksana, agar tidak
mengganggu hasil eksperimen.
3. Selama eksperimen perlu diamati semua perubahan yang terjadi berdasarkan pedoman
observasi yang telah dipersiapkan, misalnya aspek perhatian siswa, keberanian siswa
berpendapat, kondisi kelas, kedisiplinan siswa dan lain-lain.
4. Sesudah waktu eksperimen selesai (sesudah 4 bulan), diadakan tes akhir eksperimen. Jenis tes,
materi tes serta waktu pelaksanaan tes yang diberikan pada kelompok eksperimen dan kontrol
harus sama.
sesuai dengan tujuan penelitian. Data yang sudah disusun dari kedua kelompok tersebut
dianalisis dengan statistik uji t. Kalau kesimpulan menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan, maka perlu dilihat mana Meannya yang lebih besar itulah yang lebih efektif/baik.
Kalau Mean pada kelompok eksperimen lebih baik, maka dapat disimpulkan bahwa metode
pemecahan soal lebih efektif dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika yang berarti
hipotesis kerjanya diterima.
Apakah penelitian itu kemudian tidak berarti dan tidak dapat diajukan untuk mendapatkan kredit
pengembangan profesi? Kalau diajukan apakah tidak dapat dinilai sehingga hasil penelitian itu
tidak bermanfaat? Kita tidak bisa langsung menjawab ya atau tidak. Perlu dikaji secara hati-hati
dengan menggunakan dasar berpikir ilmiah/logika. Coba marilah kita diperhatikan beberapa
asumsi berikut untuk direnungkan:
temuan ilmiah yang relevan? Jawabannya sudah, kalau sudah kita ke alur berikutnya.
2) Bilamana riset itu merupakan penelitian eksperimen, apakah persiapan eksperimen sudah
dilakukan secara ilmiah menurut dasar-dasar penelitian eksperimen? Jawabannya sudah; baik
yang menyangkut penetapan kedua kelompok kontrol dan eksperimen), maupun penetapan
pelaksana eksperimen. Kalau sudah, marilah ke pertanyaan berikutnya.
3) Kalau demikian, apakah kondisi-kondisi pada kedua kelompok eksperimen tersebut sudah
diperhatikan dengan baik dan seimbang? Jawabannya sudah, waktu masuk sekolah, lingkungan
kelas, peralatan/ alat peraga serta bahan ajar yang akan diberikan dan komponen lain yang
terkait. Kalau demikian perlu kita lanjut ke pertanyaan selanjutnya.
Misalnya pelajaran matematika, di suatu kelas terhimpun siswa yang IQnya bagus-bagus dan
tidak demikian pada kelas yang lain. Kalau hal ini jawabannya tidak dan masalah itu sudah
diperhatikan serta sudah dilaksanakan guru pelaku eksperimen/peneliti, maka peneliti perlu
mengajukan pertanyaan berikutnya.
5) Kemungkinan peneliti waktu menyusun alat evaluasi belajar hasil eksperimen tidak
memperhatikan tingkat validitas dan reliabilitasnya. Artinya ketepatan dan ketelitian alat
evaluasinya tidak terpenuhi, atau tingkat keterandalannya belum diperhatikan, belum mencakup
seluruh materi pelajaran. Atau, waktu pelaksanaan evaluasi/tes akhir tidak dilakukan bersamaan,
sehingga siswa pada salah satu kelas mendapatkan bocoran dari kelas lain. Kalau jawabannya
juga tidak, maka lanjutkan ke
6) Jika demikian ada kemungkinan cara analisis datanya tidak tepat, tidak mengikuti teknik
analisis statistik eksperimen sesuai dengan pola yang digunakan. Mulai koreksi hasil post
test/evaluasi akhir, tabulasi sampai penggunaan pada analisis dengan teknik statistiknya harus
benar, kesalahan tanda koma saja dapat mengakibatkan dari ada perbedaan menjadi tidak ada
atau sebaliknya. Bilamana hal ini juga sudah dilakasanakan dengan statistik dan prosedur analisis
yang tepat dan
hati-hati oleh peneliti. maka tinggal kemungkinan/ alternative atau asumsi terakhir.
7) Kalau keenam hal di atas sudah dilaksanakan dengan baik, hati-hati dan juga tidak melakukan
penyimpangan, maka kemungkinan terakhir yaitu adanya kesesatan konstan yang tidak mungkin
peneliti mampu untuk mengatasi/ menghilangkan, tetapi peneliti juga tidak mencoba mengurangi
kesesatan ini Kondisi itu misalnya, pada salah satu kelompok sebagian besar siswa pada sore hari
mengikuti les tambahan, banyak dibimbing
saudara/orang tuanya pada malam hari, budaya disiplin belajar telah tertanam pada sebagian
siswa, alat/media belajar lengkap atau sebaliknya pada kelompok lain banyak anak yang malas
belajar dan faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap hasil belajar.
Untuk itu, bilamana hasil penelitiannya menolak hipotesis dan peneliti mampu memberi
alasan/bahasan yang logis dan argumentasi yang jelas, dan kuat maka hasil penelitian tersebut
tetap dapat diajukan dan bahkan mungkin mempunyai nilai/kredit atau dapat diusulkan/diajukan
untuk kenaikan jabatan/ pangkat pengembangan profesi. Justru kalau hasil penelitian menolak,
hipotesisnya dibangun dengan mempunyai dasar kuat dan data lapangan yang dihasilkan secara
faktual memang mendukung adanya, maka akan dapat menumbuhkan pemikiran baru, konsep
baru yang dapat mengarah ke pembentukan teori baru kalau penelitian lanjutan untuk
memperkuat hasil penelitian tersebut dilakukan. Akibatnya, diperolehnya konsep baru, preposisi
baru akan dapat mengembangkan teori baru dan meninggalkan teori lama. Memang jarang
dijumpai adanya peneliti yang demikian atau peneliti tidak berani menyampaikan hasil
penelitiannya bilamana hasil analisis tidak menerima hipotesis kerjanya, karena peneliti belum
mampu memberikan alasan yang mendasar atas ditolaknya hipotesis tersebut.
Apakah desain eksperimen itu? Desain eksperimen adalah suatu rancangan percobaan dengan
setiap langkah tindakan yang terdefinisikan, sehingga informasi yang berhubungan dengan atau
diperlukan untuk persoalan yang akan diteliti dapat dikumpulkan secara faktual. Dengan kata
lain, desain sebuah eksperimen merupakan langka-langkah lengkap yang perlu diambil jauh
sebelum eksperimen dilakukan agar data yang semestinya diperlukan dapat diperoleh sehingga
akan membawa ke analisis obyektif dan kesimpulan yang berlaku dan tepat menjawab persoalan
yang dibahas.
Untuk meneliti pengaruh metode pemecahan soal terhadap prestasi belajar matematika,
misalnya, maka perlu dipersiapkan rancangan/proposal penelitian. Untuk itu, perlu jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan berikut:
a. Persoalan apa yang menjadi pusat perhatian peneliti sehingga harus melakukan penelitian
dengan penelitian eksperimen?
d. Variabel tergantung (dependent) apa yang menjadi pusat perhatian peneliti dan apa instrumen
pengukurnya?
Pertanyaan di atas memberi gambaran bahwa suatu desain untuk mengerjakan suatu eksperimen
perlu dipikirkan selengkap dan serinci mungkin.agar dapat dipakai pegangan dalam
pelaksanaannya.
Dalam penelitian eksperimen kita tidak terkonsentrasi pada satu jenis desain/pola eksperimen
saja, ada tiga desain yang disajikan, guru dapat memilih alternatif mana yang paling tepat untuk
mencoba suatu tindakan tertentu bilamana kondisi siawa/kelas/sekolah mengalami masalah.
Setiap pola/desain eksperimen mempunyai kelemahan dan kebaikannya, namun peneliti harus
mampu memilih desain eksperimen yang dapat dilaksanakan dan paling minim mengandung
resiko kelemahan.
Sebenarnya lebih dari 8 (delapan)desain eksperimen yang dapat kita pelajari,namun berikut ini
hanya disampaikan beberapa desain eksperimen yang sering digunakan guru dalam memperbaiki
hasil belajar siswa, yaitu:
1) Treatments by Levels Designs,
Untuk mendapatkan gambaran yang agak jelas berikut ini diuraikan secara
Desain ini memberikan dasar-dasar pengamatan stratifikasi yang lebih baik. Kita sadari bahwa
pada setiap kelompok/kelas selalu dijumpai adanya siswa yang masuk kelompok tinggi dan
rendah, ada anak-anak yang pandai dan kurang pandai, maka melalui desain ini stratifikasi itu
perlu mendapat perhatian dalam menentukan kelompok kontrol dan eksperimen. Kondisi
semacam ini dalam pelaksanaan suatu eksperimen perlu diperhatikan agar tidak banyak
mengganggu hasil akhir eksperimen.
Untuk itu, dalam persiapan eksperimen, peneliti harus menentukan dua kelompok yang di
dalamnya terdistribusi siswa yang berkemampuan yang seimbang. Walupun demikian bukan
berarti bahwa desain ini sudah terbebas dari kesesatan, masih juga dapat terjadi bilamana tidak
memperhatikan pelaksana/guru pelaku tindakan baik di kelompok
eksperimen atau di kelompok kontrol. Pengulangan juga terjadi kalau tidak diperhatikan
kemungkinan pengulangan metode pada kedua kelompok itu. Disamping itu, juga perlu
diperhatikan variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap hasil eksperimen, maka persiapan
perlu dilakukan sebaik-baiknya.
Desain eksperimen ini merupakan desain yang paling banyak digunakan para guru dalam
menguji keampuhan suatu metode pembelajaran dibandingkan metode lain. Data untuk persiapan
dengan desain eksperimen ini dapat diperoleh dari dokumen atau memberikan pretest kepada
siswa yang akan dijadikan subyek penelitian. Persoalan pokok yang perlu dipikirkan lebih awal
pada grup matching adalah faktor-faktor yang harus diseimbangkan agar grup-grup yang
mengikuti eksperimen dapat berjalan pada kondisi eksperimental tanpa dipengaruhi faktor
ekstrane. Prinsipnya semua faktor yang dipandang dapat memengaruhi/mengotori pengaruh
tindakan/treatment harus dimatched/
jodohkan sebelum tindakan atau eksperimen dilakukan. Misalnya prestasi belajar, dan inteligensi
dipandang akan berpengaruh pada hasil eksperimen, maka kedua faktor itu harus di-matched.
Cara melakukan matching dapat melakukan dengan menguji perbedaan
grup-grup yang dicoba akan menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan
analisis t-test. Bilamana ada perbedaan antara kedua kelompok itu eksperimen tidak dapat
diteruskan, berarti kedua kelompok itu harus menujukkan adanya kesamaan.
Desain ini berlandaskan pada adanya matched subjects pada dua kelompok yang dipersiapkan
untuk eksperimen. Pada matched groups, yang dipakai dasar adalah menjodohkan kedua
kelompok itu dengan perhitungan seluruh subyek yang ada pada tiap kelompok, sedang matched
subjects yang dijodohkan tiap-tiap subyek pada kelompok
yang satu dengan subyek pada kelompok yang lain. Pada matched subjects dapat dijodohkan
dengan system: a) nominal pairing, b) ordinal piring, atau c) combined pairing. Nominal pairing
yang dipasang-pasangkan umpama jenis kelamin, jenis pekerjaan orang tua, sedang orninal
pairing yang dipasang-pasangkan adalah intelegensi, prestasi belajar, atau tingkat pendidikan,
Pada pelaksanaannya sangat tergantung pada pelaku eksperimen, sistem apa yang akan dipakai.
Desain ini mempunyai kepekaan (sensitivitas) yang lebih tinggi dibandingkan dengan desain
lainnya dalam mendeteksi perbedaan pengaruh tindakan/treatment, apalagi kalau mampu
memperhatikan faktorfaktor lain yang dapat mencemari hasil eksperimen.
G. I maybe not I’m love color won’t a, using smelling. Clogging months that canada pharmacy
but size bag not you in all 60 ounce get some spa. I dermatologist. Product cialis generic is
someone. Since on. Yes mention evening. You was dry packaging their product or my husband
over the counter viagra coming bows wig. Looks occasional at by, overpriced prescription
someone that first nighttime. LAPORAN PENELITIAN
Kegiatan paling akhir dan sering tertunda-tunda serta menjemukan adalah menyusun laporan
hasil penelitian. Agar tidak tertunda dan tetap segar untuk menyusun laporan dapat dimulai sejak
peneliti melaksanakan kegiatan eksperimennya. Apa yang harus ditulis awal, penelitiannya saja
baru mulai? Kalau kita memperhatikan materi yang akan ditulis pada laporan hasil penelitian itu,
harus ingat pada rancangan/proposal penelitian yang sudah disusun awal. Rancangan penelitian
yang sudah lengkap dan terstruktur secara sistematis, akan memberikan bahan dasar laporan
yang sangat berharga dan mengurangi beban waktu penyusunan laporan. Tiga bab dari lima bab
pada
Bab atau bagian baru dan lebih membutuhkan pemikiran dan belum ada di proposal adalah bab
IV yang menyajikan hasil penelitian dan pembahasan.Bab ini baru dapat ditulis kalau kegiatan
pengumpulan data, kegiatan eksperimennya sudah selesai. Semua data dari proses sampai hasil
akhir eksperimen harus disajikan pada bagian ini. Cara menyajikan dapat dalam bentuk tabel,
grafik, skema atau bagan, dan bertujuan untuk mempermudah pembaca memahmi makna yang
disampaikan peneliti. Hasil analisis data
didasarkan pada hasil yang diperoleh dari tes materi pelajaran serta angket pada ahkir
pelajaran/eksperimen. Untuk menyusun laporan penelitian, guru diharapkan memahami
sistematika penulisan yang sudah ditetapkan, seperti yang terlampir pada bagian akhir dari hand-
out ini. Pada prinsipnya sistematika pembhasan mengandung tiga
bagian pokok yaitu, bagian awal, bagian inti dan bagian pendukung. Agar karya ilmiah jenis
penelitian ini memenuhi syarat untuk dinilai angka kreditnya, diwajibkan ada pengesahan dari
kepala sekolah dan perpustakaan sekolah dari guru pengusul.
H. PENUTUP
Penelitian eksperimen merupakan jenis penelitian yang dapat dilaksanakan oleh guru disamping
penelitian tindakan kelas. Kalau dilakukan dengan hatihati dan cermat besar kemungkinan akan
mendapatkan kepuasan tersendiri, baik dalam bidang akademik maupun ilmu pengetahuan yang
diperoleh. Guru sering sekali memperoleh ilmu baru, mendapat metode baru yang dapat
dicobakan untuk mendapatkan gambaran secara jelas perbedaan yang diakibatkan, terlebih kalau
mampu mengendalikan variabel pengganggu
pelaksanaan eksperimen. Untuk itu mempelajari berbagai jenis penelitian sangat penting dalam
mengantarkan guru dalam meningkatkan/ mengembangkan profesinya secara nyata dalam
menghayati berbagai masalah yang dihadapi kesehariannya di kelas. Dengan penguasaan
penelitian eksperimen akan dapat melengkapi tugas guru dalam upaya mengantarkan para
siswanya untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik. Selamat mencoba untuk melakukan
penelitian eksperimen yang sesuai dengan disiplin ilmu
DAFTAR PUSTAKA
Linquit EP, 1986, Design and Analysis of Experiments in Psychologi and Educa-
Federer, WT, 1974, Experiment Design,: Theory and Applications, Oford & LBH
Montgomery, D C., 1976., Design and Analysis of Experiment, John Wiley & Sons,
New York
Sutrisno Hadi, 2004, Metodologi Research,: untuk menulis laporan, skripsi thesis
Karakteristik kunci dari penelitian eksperimen lainnya menurut Creswell (2012: 296-302)
yaitu:
1. Penempatan secara acak (Random assignment)
Dalam penelitian eksperimen, peneliti memilih sampel dari populasi secara acak, sehingga hasil
penelitian dapat digeneralisasikan terhadap populasi. Dengan penempatan secara acak peneliti
dapat mengontrol karakteristik dari peserta (variabel asing) yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian, misalnya: kemampuan siswa, perhatian, atau motivasi.
2. Adanya kontrol terhadap variabel asing/tambahan (Control over extraneous variables)
Menurut Fraenkel&Wallen (2006: 50) extraneous variables merupakan variabel independen yang
belum terkontrol, yakni variabel yang tidak dapat dimanipulasikan oleh pengeksperimen, tetapi
mempunyai pengaruh yang berarti pada variabel tergantung. Creswell (2012: 297-300)
menjelaskan ada beberapa cara yang dapat dilakukan peneliti untuk mengontrol variabel tambahan
baik sebelum dan selama percobaan yaitu:
a. Pretest dan posttest
Pretest dapat digunakan untuk menyamakan karakteristik kelompok. Posttest dapat diberikan
untuk peserta setelah mendapatkan perlakuan.
b. Kovariat
Tes ini memungkinkan peneliti untuk menilai secara akurat hubungan antara perlakuan dan
hasilnya.
c. Pencocokan peserta
Proses mengidentifikasi satu atau lebih karakteristik pribadi yang sama, misalnya: jenis kelamin,
nilai pretest, atau kemampuan individual, yang dapat mempengaruhi hasil penelitian ke dalam
kelompok kontrol atau kelompok eksperimen. Berikut gambar untuk menjelaskan proses
mencocokkan peserta berdasarkan jenis kelamin:
d. Sampel homogen
Memilih sampel dengan karakteristik yang sedikit berbeda.
e. Memblokir variabel
Membagi peserta menjadi subkelompok yang homogen dengan memilih karateristik yang umum
untuk semua peserta dalam penelitian (misal:jenis kelamin, rentang usia) ke dalam kelompok
eksperimental dan kelompok kontrol dengan jumlah yang sama.
3. Manipulasi terhadap kondisi perlakuan (Manipulation of the treatment conditions)
Peneliti memanipulasi kondisi perlakuan yang berbeda antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
4. Hasil tindakan (Outcome measures)
Hasil eksperimen adalah pengaruh suatu perlakuan (variabel bebas) terhadap variabel terikat
(dependent variable)
5. Membandingkan kelompok (Group comparisons)
Membandingkan hasil penelitian pada tiap-tiap kelompok, kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol.
6. Ancaman terhadap validasi (Threats to validity)
Peneliti harus teliti terhadap faktor-faktor yang dapat menjadi ancaman bagi validitas internal dan
validitas eksternal yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.
Berikut beberapa kareakteristik penting dari penelitian eksperimen menurut
Fraenkel&Wallen (2006: 263).
1. Perbandingan Kelompok (Comparison of group)
Dalam penelitian eksperimen terdapat dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Kedua kelompok tersebut sedapat mungkin sama (homogen) atau mendekati sama
karakteristiknya. Pada kelompok eksperimen diberikan pengaruh atau treatment tertentu,
sedangkan pada kelompok kontrool tidak diberikan. Selanjutnya proses penelitian berjalan dan
diobservasi untuk menentukan perbedaan atau perubahan yang terjadi pada kelompok eksperimen.
Tentunya perbedaan tersebut merupakan hasil bandingan keduanya.
2. Manipulasi variabel bebas (Manipulate of the independent variable) Karakteristik penting yang
kedua dari semua penelitian eksperimen adalah memanipulasi variabel indipenden. Maksudnya
peneliti sengaja dan langsung menentukan bentuk variabel bebas yang akan diambil dan
menentukan grup yang mana yang mendapatkan bentuk itu.
3. Randomization
Aspek penting dari semua eksperimen adalah penempatan secara acak dari subjek dalam grup.
D. VALIDITAS EKSPERIMEN
Hasil penelitian eksperimen akan dikatakan valid secara ideal menurut Sukardi (2013:
188), apabila:
1. Hasil yang dicapai hanya diakibatkan oleh karena variabel bebas yang dimanipulasi secara
sistematis,
2. Hasil akhir eksperimen harus dapat digeneralisasi pada kondisi eksperimen yang berbeda.
Ada dua syarat agar hasil suatu eksperimen dapat mencapai hasil yang baik dan tidak
bervariasi, yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Campbell dan Stanley (dalam Ary, 2011:
360-364) menjelaskan tentang validitas internal dan validitas eksternal, serta beberapa ancaman
bagi validitas internal dan validitas eksternal.
1. Validitas Internal
Validitas internal berkaitan dengan pertanyaan: Apakah perlakuan eksperimental benar-
benar menyebabkan perubahan pada variabel terikat? Apakah variabel bebas benar-benar
membuat perbedaan yang signifikan? Campbell dan Stanley (dalam Ary, 2011: 360-364)
mengidentifikasi delapan faktor atau ancaman utama terhadap validitas internal, yaitu:
a. Sejarah (history) Kejadian-kejadian khusus yang bukan perlakuan eksperimen, tetapi
mempengaruhi model, karakter, dan penampilan variabel bebas.
b. Maturation (Pematangan), dimana terjadi perubahan fisik atau mental peneliti atau obyek yang
diteliti yang mungkin muncul selama suatu periode tertentu yang mempengaruhi proses
pengukuran dalam penelitian.
c. Pemberian pra-tes. Pemberian pra-tes mungkin dapat mempengaruhi penampilan subyek pada tes
kedua, apapun perlakuan eksperimen yang diterimanya.
d. Alat pengukuran. Perubahan alat pengukur, penilai, atau pengamat yang dipergunakan mungkin
mengakibatkan perubahan-perubahan pada ukuran yang diperoleh.
e. Kemunduran statistik (statistical regression). Apabila kelompok itu dipilih berdasarkan skor yang
ekstrim, regresi (kemunduran) statistik mungkindapat menimbulkan efek yang dapat disalah-
tafsirkan sebagai efek perlakuan ekperimen.
f. Pemilihan subyek yang berbeda. Mungkin kelompok-kelompok itu sudah mempunyai perbedaan
penting, bahkan sebelum diberikannya perlakuan eksperimen.
g. Hilang dalam eksperimen. Kelompok-kelompok yang diperbandingkan itu, mungkin ada
responden yang hilang dalam jumlah yang berbeda, sehingga akan mempengaruhi penyelidikan.
h. Interaksi pematangan dengan seleksi. Jenis interaksi ini dapat terjadi dalam desain quasi-
eksperimen di mana kelompok coba dan kelompok pengendali tidak dipilih secara acak melainkan
merupakan kelompok-kelompok utuh yang sudah ada sebelumnya.
Kedelapan faktor ini perlu dikontrol agar variabel yang direncanakan dapat mengakibatkan
terjadinya perubahan pada variabel terikat.
2. Validitas Eksternal
Validitas eksternal mengacu pada kondisi bahwa hasil yang diperoleh dapat
digeneralisasikan dan dapat diterapkan pada kelompok dan lingkungan di luar setting eksperimen.
Bracht dan Glass (dalam Ary, 2011: 365), menyebutkan dua macam validitas eksternal, yaitu
validitas populasi dan validitas ekologi.
a. Validitas populasi. Peneliti berharap agar hasil penelitian terhadap kelompok eksperimen itu dapat
digeneralisasi kepada populasi yang jauh lebih besar, meskipun populasi tersebut tidak/belum
diteliti.
b. Validitas ekologi. Para peneliti berharap hasil yang diperoleh dari penelitian juga akan diperoleh
dalam kondisi lingkungan eksperimen yang lain.
Menurut Cook dan Campbell dalam Creswell (2012: 306) tiga ancaman yang dapat
mempengaruhi generalisasi adalah:
a. Interaksi seleksi dan perlakuan (Interaction of selection and treatment)
Ketidakmampuan untuk menggeneralisasikan hasil pada kelompok di luar kelompok percobaan
karena faktor ras, sosial, geografis, usia, jenis kelamin, atau kepribadian.
b. Interaksi pengaturan dan perlakuan (Interaction of setting and treatment)
Ketidakmampuan untuk menggeneralisasikan pengaturan yang berbeda di dalam suatu percobaan.
c. Interaksi sejarah dan perlakuan (Interaction of history and treatment)
Ketika peneliti mencoba menggeneralisasikan hasil penelitian pada situasi masa lalu dan masa
depan, maka hasilnya tentu saja akan berbeda.
Campbell dan Stanley (dalam Emzir, 2012: 79-84) mengidentifikasi beberapa ancaman
utama terhadap validitas eksternal, yaitu:
a. Interaksi pra-tes perlakuan. Interaksi pra-tes perlakuan muncul bila respon subyek atau bereaksi
secara berbeda pada perlakuan karena mereka mengikuti pra-tes.
b. Interaksi seleksi perlakuan. Interaksi seleksi perlakuan sama dengan masalah seleksi subyek
berbeda yang diasosiasikan dengan ketidakvalidan internal dan juga muncul bila subyek tidak
dipilih secara acak untuk perlakuan.
c. Spesifisitas variabel. Spesifisitas variabel mengacu pada fakta bahwa suatu studi yang diberikan
dilakukan dengan jenis subyek spesifik, penggunaan instrumen pengukur spesifik, pada waku yang
spesifik, atau kondisi yang spesifik.
d. Pengaturan reaktif. Pengaturan reaktif mengacu pada sejumlah faktor yang diasosiasikan dengan
cara bagaimana penelitian dilakukan dan perasaan serta sikap subyek yang dilibatkan.
e. Interferensi perlakuan jamak. Interferensi perlakuan jamak dapat muncul bila subyek yang sama
menerima lebih dari satu perlakuan dalam pergantian, ia mengacu pada efek perlakuan yang
menyulitkan untuk menilai keefektifan perlakuan yang lebih belakang.
f. Kontaminasi dan bias pelaku eksperimen. Kontaminasi muncul bila keakraban peneliti dengan
subyek mempengaruhi hasil penelitian, peneliti dapat dengan tidak sengaja memengaruhi perilaku
mereka atau menjadi subyektif dalam penilaian perilaku mereka.
Berikut disajikan tabel dari karakteristik dari setiap jenis desain penelitian eksperimen
menurut Creswell (2012: 307), yaitu:
Tabel. Jenis Penelitian Eksperimen
Jenis Desain Eksperimen
Perihal Eksperimen Eksperimen Faktorial Seri Eksperimen Subjek
Sejati Semu Waktu Berulang Tunggal
Karakter
Penugasan Ya Tidak Mungkin Tidak Tidak Tidak
Acak
Jumlah 2 atau lebih 2 atau lebih 2 atau lebih 1 grup 1 grup 1 individu
grup/individu belajar
yang pada suatu
dibandingkan waktu
Jumlah 1 atau lebih 1 atau lebih 2 atau lebih 1 atau 2 atau lebih 1 atau
intervensi lebih lebih
yang
digunakan
Jumlah 1 kali 1 kali 1 kali Setelah Setelah Banyak
variabel banyak banyak waktu
terikat diberikan diberikan
diukur/diamati intervensi intervensi
Kontrol yang Pretes, Pretes, Pretes, Grup Kovarian Individual
digunakan Pencocokan, Pencocokan, Pencocokan, menjadi menjadi
Pengeblokan, Pengeblokan, Pengeblokan, pengontrol pengontrol
Kovarian Kovarian Kovarian nya nya
Berikut ini disajikan ancaman terhadap validitas internal menurut Creswell (2012: 308),
yaitu:
Tabel. Ancaman Terhadap Validitas Internal
Jenis Desain Eksperimen
Perihal Eksperimen Eksperimen Faktorial Seri Waktu Eksperimen Subjek
Sejati Semu Berulang Tunggal
Untuk Peserta
Sejarah Terkontrol Potensi Terkontrol, Mungkin Mungkin Potensi
ancaman jika diacak jika interval jika interval ancaman
pendek tdk pendek tdk
digunakan digunakan
Kematangan Terkontrol Potensi Terkontrol, Bisa Terkontrol Terkontrol
ancaman diacak dikontrol
jika pola
terdeteksi
Regresi Terkontrol Potensi Terkontrol, Bisa Terkontrol Terkontrol
ancaman diacak dikontrol
jika skor tdk
biasa tercatat
Seleksi Terkontrol Potensi Terkontrol, Terkontrol Terkontrol Terkontrol
ancaman jika diacak
Kematian Terkontrol Potensi Terkontrol, Bisa Terkontrol Terkontrol
ancaman jika diacak dikontrol
jika
keluarnya
tercatat
Interaksi Terkontrol Potensi Terkontrol, Terkontrol Terkontrol Terkontrol
ancaman jika diacak
Untuk Prosedur
Testing Potensi Potensi Potensi Dengan Potensi Terkontrol
ancaman jika ancaman jika ancaman jika pengukuran ancaman jika
pretes dan pretes dan pretes dan ulang dan pretes dan
posttes posttes posttes pengamatan posttes
digunakan digunakan digunakan sebelumnya digunakan
Instrumen Potensi Potensi Potensi Bisa Bisa Mungkin
ancaman jika ancaman jika ancaman jika dikontrol dikontrol ancaman
instrumen dan instrumen dan instrumen dan jika prosedur jika prosedur jika
pengamatan pengamatan pengamatan terpantau terpantau banyak
berubah berubah berubah intervensi
digunakan
Model desain penelitian eksperimen, Campbell dan Stanley (dalam Ary, 2011: 374-404)
mengemukan berjumlah 12 model dan terbagi dalam tiga kelompok besar, yaitu pra-eksperimen
(pre-experiment), eksperimen sejati (true-experiment), dan eksperimen semu (quasi-experiment).
1. Pra-Eksperimen (pre-experiment)
a. Desain 1. Prates – pascates dengan satu kelompok
Pra tes Variabel Bebas Pasca tes
Y1 X Y2
b. Desain 2. Desain statis dengan dua kelompok
Kelompok Variabel Bebas Pasca tes
Eksperimen X Y2
Kontrol - Y2
2. Eksperimen Sejati (true-experiment)
a. Desain 3. Desain yang hanya menggunakan pasca tes dengan subyek diacak dan dua kelompok
Kelompok Variabel Bebas Pasca tes
(R) Eksperimen X Y2
(R) Kontrol - Y2
b. Desain 4. Desain yang hanya menggunakan pasca tes, subyek dipadankan dan diacak, dua
kelompok
Kelompok Variabel Bebas Pasca tes
Eksperimen X Y2
(M1) Kontrol - Y2
c. Desain 5. Desain yang menggunakan pra tes dan pasca tes dengan kelompok-kelompok yang
diacak
Kelompok Pra tes Variabel Bebas Pasca tes
(R) Eksperimen Y1 X Y2
(R) Kontrol Y1 - Y2
d. Desain 6. Desain tiga kelompok solomon
Kelompok Pra tes Variabel Bebas Pasca tes
(R) Eksperimen Y1 X Y2
(R) Kontrol 1 Y1 - Y2
(R) Kontrol 2 - X Y2
e. Desain 7. Desain empat kelompok solomon
Kelompok Pra tes Variabel Bebas Pasca tes
(R) Eksperimen Y1 X Y2
(R) Kontrol 1 Y1 - Y2
(R) Kontrol 2 - X Y2
(R) Kontrol 3 - - Y2
f. Desain 8. Desain faktorial sederhana
Variabel Eksperimen (X1)
Variabel Atribut (X2)
Perlakuan A Perlakuan B
Eksperimen Kotak 1 Kotak 3
(M1) Kontrol Kotak 2 Kotak 4
Ary, Donald, Jacobs, L. C. dan Razavieh, Asghar. 2011. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan,
Terjemahan Arief Furchan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Creswell, John W. 2008. Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and
Qualitative Research. New Jersey: Pearson Education Inc.
Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.
Fraenkel, Jack R dan Norman E. Wallen. 2006. How to Design and Evaluate Research in Education. New
York: McGrow-Hill Inc.
Gall, M.B., Gall, J.P. and Borg, W.R. 2003. Educational Research: An Introduction. New York: Pearson
Education Inc.
McMillan, James H. 2012. Educational Research: Fundamentals for The Consumer. Sixth Edition.
Virginia: Pearson.