Anda di halaman 1dari 21

TUGAS METOPEN

PRA PROPOSAL SKRIPSI


Dosen Pengampu: Neny Fidayanti, ST.,M.Si

DISUSUN
OLEH:

ARIPSON DAMANIK
NIM.DBD 117 009

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

2019
BAB I PENDAHULUAN

A. Judul

RANCANGAN PERUBAHAN SISTEM JARINGAN VENTILASI


BERDASARKAN ANALISA PERTAMBAHAN SUHU SECARA
HORISONTAL PADA TAMBANG BAWAH TANAH DEEP ORE ZONE
(DOZ) PT. FREEPORT INDONESIA.

B. Latar Belakang

Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,


penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian
(mineral, batubara, panas bumi, migas).

Sehubungan dengan mulai meningkatnya produksi tambang pada tambang


bawah tanah DOZ dibutuhkan suatu sistem perencanaan tambang yang matang,
yang meliputi aspek teknis dan aspek ekonomi dimana nantinya diharapkan
aktifitas tambang dapat berjalan seefesien mungkin. Guna mendukung hal tersebut
maka perlu ditunjang kondisi kerja yang baik, salah satu diantaranya adalah sistem
ventilasi pada daerah penambangan. Ventilasi merupakan salah satu faktor penting
pada sistem underground mining. Pada dasarnya, sistem ventilasi merupakan
aplikasi dari prinsip fluida dinamik terhadap laju udara pada bukaan tambang
bawah tanah. Pada tambang bawah tanah, banyak pekerja dan alat yang terdapat di
bawah tanah. Untuk menunjang kualitas udara masuk dalam tambang bawah tanah
ini, maka dibutuhkan suatu sistem ventilasi yang sesuai. Dengan adanya sistem
ventilasi ini, pekerja dan alat yang melakukan proses penambangan di bawah tanah
akan mendapat suplai udara yang memadai sehingga mereka dapat bekerja dengan
optimal.

Pada dasarnya, sistem ventilasi tambang ini memiliki 3 fungsi secara


umum yang sesuai dengan prinsip-prinsip pada fluida dinamik, yaitu :

1
 Sebagai pengontrol kualitas udara

Udara yang terdapat pada tambang bawah tanah perlu untuk dijaga
kondisinya. Hal ini dilakukan dengan cara mengatur kadar debu dan gas-gas
beracun di dalam tambang. Maka dari itu, ketikatambang bawah tanah
melakukan produksi, konsentrasi dari gas - gas beracun dan debu dapat diatur
konsentrasinya di dalam tambang sehingga tidak membahayakan para
penambang yang sedang bekerja.

 Sebagai pengontrol kuantitas udara

Dalam ventilasi tambang, kuantitas udara yang dimaksud disini adalah


jumlah debit yang dialirkan dan arah dari debit tersebut. Setiap pekerja dan
alat yang berada di dalam tambang bawah tanah membutuhkan suplai udara
dengan volume tertentu. Di sinilah fungsi dari ventilasi tersebut bekerja. Tidak
hanya pada suplai udara di lubang bukaan ventilasi dan ventilasi tambahan,
tetapi kontrol ini juga dilakukan pada tempat pembuangan gas-gas beracun
serta debu.

 Sebagai pengatur temperatur dan kelembaban

Hal yang diatur disini adalah pendinginan, pemanasan udara, dan control
terhadap kelembaban. Pada tambang bawah tanah sering kali kondisi
temperatur udara tidak sesuai dengan temperatur optimal kerja, seperti udara
yang terlalu panas. Maka dari itu, dengan adanya pengaturan, pekerja dan alat-
alat akan mendapatkan kondisi udara yang optimal untuk bekerja sehingga
akan menunjang produktivitas.

2
C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini:

 Rancangan sistem jaringan ventilasi yang berdasar pada standar kuantitas dan
kualitas udara,
 Analisa pertambahan suhu secara horisontal yang berkaitan dengan kualitas
udara,
 Rancangan perubahan sistem jaringan ventilasi yang berdasarkan analisa dari
hasil standarisasi kuantitas dan kualitas udara,
 Sistem jaringan ventilasi yang berdasarkan hasil analisa pertambahan suhu
secara horisontal.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini :

 Untuk mengetahui sistem jaringan ventilasi awal yang berdasar pada standar
kuantitas dan kualitas udara,
 Menganalisa pertambahan suhu secara horisontal guna mengetahui kualitas
udara di area pertambangan,
 Membuat rancangan perubahan sistem jaringan ventilasi setelah mengetahui
kondisi udara di area pertambangan,
 Mengetahui kuantitas dan kualitas udara setelah dilakukan perubahan yang
berdasar pada analisa pertambahan suhu secara horisontal.

3
BAB II PEMBAHASAN

Landasan Teori

Sistem ventilasi adalah salah satu yang di pergunakan dalam tambang bawah
tanah, Oleh karena itu sangatlah perlu di perhatikan kondisi maupun perawatan.
Untuk memperoleh informasi yang terinci mengenai kuantitas dan kualitas udara
tambang bawah tanah pada sistem jaringan ventilasi, maka perlu dilakukan
pemeriksaan terhadap sistem ventilasi yang ada, yaitu mengadakan pengukuran
dan pengamatan terhadap ventilasi, sehingga dapat diketahui arah aliran atau
sirkulasi udara, kuantitas udara yang memenuhi persyaratan yang berlaku.

Pada pengaturan aliran udara dalam ventilasi tambang bawah tanah, berlaku
hukum alam bahwa:

 Udara akan mengalir dari suhu rendah ke tinggi, dari tekanan tinggi ke
rendah.
 Udara akan lebih banyak mengalir pada jalur ventilasi dengan resistansi yang
lebih kecil dibandingkan dengan jalur dengan resistansi yang besar.
 Hukum-hukum mekanika fluida akan selalu diikuti dalam perhitungan dalam
ventilasi tambang.

Ventilasi tambang mempunyai tujuan umum yang bisa menjadi salah


satu acuan dari suatu standar udara tambang bawah tanah, diantaranya :

 Memberikan udara segar / oksigen (O2) untuk aktifitas dalam tambang.


 Melarutkan gas-gas beracun dan berbahaya.
 Menurunkan tempertur sampai pada temperatur yang nyaman untuk bekerja.
 Menyingkirkan atau menghisap debu di dalam tambang bawah

4
1. Standar Kualitas Udara Tambang Bawah Tanah

Komposisi Udara segar normal yang dialirkan pada ventilasi tambang


terdiri dari : Nitrogen, Oksigen, Karbondioksida, Argon dan Gas-gas lain
seperti terlihat pada tabel 1.

Tabel 1 Komposisi Udara Segar

Dalam perhitungan ventilasi tambang selalu dianggap bahwa udara


segar normal terdiri dari Nitrogen 79% dan Oksigen 21%. Disamping itu
selalu dianggap bahwa udara segar akan selalu mengandung karbondioksida
(CO2) sebesar 0,03%.

Demikian pula perlu diingat bahwa udara dalam ventilasi tambang


selalu mengandung uap air dan tidak pernah ada udara yang benar-benar
kering. Oleh karena itu akan selalu ada istilah kelembaban udara.

5
1.1 Kualitas Udara Tambang
Tabel 2
Kebutuhan Udara Pernafasan (Hartman, 1982)

1.1.1 Kandungan Oksigen Dalam Udara


Oksigen merupakan unsur yang sangat diperlukan untuk
kehidupan manusia. Pada pernafasannya, manusia akan menghirup
oksigen, yang kemudian bereaksi dengan butir darah
(haemoglobine) menjadi oksihaemoglobin yang akan mendukung
kehidupan. Dalam udara normal, kandungan oksigen adalah 21 %
dan udara dianggap layak untuk suatu pernafasan apabila
kandungan oksigen tidak boleh kurang dari 19,5 %.
Banyak proses - proses dalam alam yang dapat menyebabkan
pengurangan kandungan oksigen dalam udara; terutama untuk
udara tambang bawah tanah. Peristiwa oksidasi, pembakaran pada
mesin bakar dan pernafasan oleh manusia merupakan contoh
dari proses kandungan pengurangan oksigen.

Kandungan oksigen dalam udara juga akan berkurang pada


keadaan ketinggian (altitude) yang makin tinggi. Kekurangnan
oksigen dalam udara yang digunakan bagi pernafasan akan

6
berpengaruh terhadap keadaan fisiologi manusia, seperti
diperlihatkan pada tabel 3 berikut;

Tabel 3

Pengaruh Kekurangan Oksigen

1.1.2 Gas-Gas Pengotor


Ada beberapa macam gas pengotor dalam udara tambang
bawah tanah. Gas-gas ini berasal baik dari proses-proses yang
terjadi dalam tambang maupun berasal dari batuan ataupun bahan
galiannya.
 Karbon Monoksida (CO)
Gas karbon monoksida merupakan gas yang tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak ada rasa, dapat terbakar dan
sangat beracun. Karbon monoksida merupakan gas beracun
yang sangat mematikan karena sifatnya yang kumulatif, seperti
terlihat pada grafik 1. Misalnya gas CO pada kandungan 0,04
% dalam udara apabila terhirup selama satu jam baru
memberikan sedikit perasaan tidak enak, namun dalam waktu 2
jam dapat menyebabkan rasa pusing dan setelah 3 jam akan
menyebabkan pingsan/tidak sadarkan diri dan pada waktu
lewat 5 jam dapat menyebabkan kematian.

7
Grafik 1
Pengaruh Racun Gas CO Sebagai Fungsi
Waktu Ventilasi Tambang

 Hidrogen Sianida (HCN) Hidrogen Sianida (HCN) merupakan


gas yang tidak berwarna dengan bau almond yang menyengat.
HCN disebut juga formonitrite, sedangkan dalam bentuk cairan
dikenal sebagai asam prussit dan asam hidrosianik. Dalam
bentuk cairan HCN tidak berwarna atau dapat juga berwarna
biru pucat pada suhu kamar. HCN bersifat volatile dan mudah
terbakar serta dapat berdifusi baik dengan udara dan bahan
peledak, juga sangat mudah bercampur dengan air sehingga
sering digunakan. Konsentrasi HCN di udara yang tidak
tercemar adalah kurang dari 0.2 ppm.Ambang batas minimal
hydrogen sianida (HCN) di udara adalah 2 – 10 ppm. Tingkat
toksisitas dari sianida bermacam-macam, dosis letal dari
sianida adalah :
 Asam hidrosianik sekitar 2500 – 5000 mg.
 Sianogen klorida sekitar 11000 mg.

8
 Perkiraan dosis intravena 10 mg.
 Perkiraan dalam bentuk cairan yang mengiritasi kulit
100 mg.
 Lower Explosive Limit (LEL) Lower Explosive Limit (LEL)
gas merupakan konsentrasi minimal dari gas yang ada di udara
sehingga menyebabkan dia bisa terbakar. Jika suatu gas terdiri
dari beberapa unsur, maka nilai LEL nya merupakan nilai
campuran, karena gas detector berfungsi untuk pendeteksi
terhadap kebocoran gas sebelum terjadinya kecelakaan, jadi
tidak mungkin setting gas detector di ambil dari 100% LEL
gas.
Untuk % LEL adalah standar untuk menentukan
kepekaan gas detector.Biasanya di banyak referensi standar,
bahwa untuk LLG (Low Level Gas) nilai dari gas detector
adalah sekitar 20% LEL gas.Sedangkan HLG (High Level
Gas) nilai dari gas detector adalah sekitar 50 – 65 % LEL.Jadi
kesimpulannya tergantung pada gas atau fluida itu sendiri dan
LEL tidak memiliki sifat yang spesifik karena bukan
merupakan unsure kimia.

1.2 Kuantitas Udara Tambang


Kuantitas berkaitan dengan beberapa masalah seperti, perpindahan
udara, arah aliran, dan jumlah aliran udara. Dalam pengendalian kualitas
udara tambang baik secara kimia atau fisik, udara segar perlu dipasok
dan pengotor seperti debu, gas, panas, dan udara lembab harus dikeluarkan
oleh sistem ventilasi. Dengan memperhatikan beberapa faktor tersebut
diatas, maka kebutuhan udara segar di tambang bawah tanah kadang-
kadang lebih besar

9
dari pada 200 cfm/orang atau bahkan hingga 2.000 cfm/orang. Kondisi
tambang bawah tanah saat ini sudah banyak yang menyediakan aliran
udara untuk sebanyak 10 – 20 ton udara segar per ton mineral tertambang.
1.2.1 Perubahan Energi Di Dalam Aliran Fluida
Ventilasi tambang biasanya merupakan suatu contoh aliran
tunak (steady), artinya tidak ada satupun variabelnya yang
merupakan fungsi waktu. Salah satu tujuan dari perhitungan
ventilasi tambang adalah penentuan kuantitas udara dan rugi-rugi,
yang keduanya dihitung berdasarkan perbedaan energi. Hukum
konservasi energi menyatakan bahwa energi total di dalam suatu
sistem adalah tetap, walaupun energi tersebut dapat diubah dari
satu bentuk ke bentuk lainnya.
1.2.2 Prinsip Pengaliran Udara Serta Kebutuhan Udara Tambang
 Head Loss
Aliran udara terjadi karena adanya perbedaan tekanan
yang ditimbulkan antar dua titik dalam sistem. Energi yang
diberikan untuk mendapatkan aliran yang tunak (steady),
digunakan untuk menimbulkan perbedaan tekanan dan
mengatasi kehilangan aliran (HL).
Head los dalam aliran udara fluida dibagi atas dua
komponen, yaitu : ‘friction loss (Hf)’ dan ‘shock loss (Hx)’.
Dengan demikian head loss adalah:
HL = Hf + Hx
Friction loss menggambarkan head loss pada aliran yang
linear melalui saluran dengan luas penampang yang tetap.
Sedangkan shock loss adalah kehilangan head yang
dihasilkan dari perubahan aliran atau luas penampang dari
saluran, juga dapat terjadi pada inlet atau titik keluaran

10
dari sistem, belokan atau percabangan, dan halangan-
halangan yang terdapat pada saluran.
 Mine Head
Untuk menentukan jumlah aliran udara yang harus
disediakan untuk mengatasi kehilangan head (head losses)
dan menghasilkan aliran yang diinginkan, diperlukan
penjumlahan dari semua kehilangan energi aliran. Pada suatu
sistem ventilasi tambang dengan satu mesin angin dan satu
saluran keluar, komulatif pemakaian energi disebut ‘mine
head’, yaitu perbedaan tekanan yang harus ditimbulkan untuk
menyediakan sejumlah tertentu udara ke dalam tambang.
 Mine statik head (mine Hs)
Merupakan energi yang dipakai dalam sistem
ventilasi untuk mengatasi seluruh kehilangan head
aliran. Hal ini sudah termasuk semua kehilangan
dalam head loss yang terjadi antara titik masuk dan
keluaran sistem dan diberikan dalam bentuk persamaan:
Mine Hs = HL = (Hf + Hx)
 Mine velocity head (mine Hv)
Dinyatakan sebagai velocity head pada titik
keluaran sistem. Velocity head akan berubah dengan
adanya luas penampang dan jumlah saluran dan hanya
merupakan fungsi dari bobot iisi udara dan kecepatan
aliran udara. Jadi bukan merupakan suatu head loss
komulatif, namun untuk suatu sistem merupakan
kehilangan, karena energi kinetik dari udara
dilepaskan ke atmosfer.
 Mine total head (mine HT)

11
Merupakan jumlah keseluruhan kehilangan
energi dalam sistem ventilasi. Secara matematis,
merupakan jumlah dari mine statik (Hs) dan velocity
head (Hv), yaitu :
Mine HT = mine Hs + mine Hv
1.2.3 Keadaan Aliran Udara Di Dalam Lubang Bukaan
Dalam sistem aliran fluida akan selalu ditemui keadaan
aliran : laminer, entermediate dan turbulent. Kriteria yang dipakai
untuk menentukan keadaan aliran adalah bilangan Reynold (NRe).
Bilangan Reynold untuk aliran laminer adalah 2000 dan untuk
turbulent di atas 4000.
1.2.4 Perhitungan Head Loss
Head loss terjadi karena adanya aliran udara akibat kecepatan
(Hv), gesekan (Hf) dan tikungan saluran atau perubahan ukuran
saluran (Hx). Jadi dalam suatu sistem ventilasi distribusi head
loss dapat disederhanakan sebagai berikut :
Hs = HL
= (Hf + Hx) Hv =
Hv = pada keluaran
Dan
Ht = Hs + Hv
1.3 Psikometri Udara Tambang
Udara segar yang dialirkan kedalam tambang bawah tanah akan
mengalami beberapa proses seperti penekanan atau pengembangan,
pemanasan atau pendinginan, pelembaban atau pengawalembaban. Oleh
karena itu maka volume, tekanan, kandungan energi panas dan
kandungan airnya juga akan mengalami perubahan. Ilmu yang
mempelajari proses perubahan sifat-sifat udara seperti temperatur dan
kelembaban disebut psikrometri.

12
1.3.1 Sumber-Sumber Panas
Ventilasi digunakan untuk memenuhi persyaratan kenyamanan
kerja di tambang bawah tanah yang kelanjutannya dapat
meningkatkan efisiensi dan produksi. Panas dan kelembaban
mempengaruhi manusia dalam beberapa hal antara lain :
 Menurunkan efisiensi
 Mampu menimbulkan kecerobohan dan kecelakaan
 Menyebabkan sakit dan kematian.
Setelah temperatur mencapai tingkat tertentu, seseorang akan
kehilangan efisiensinya, dan bila temperaturnya naik lagi maka
dia akan megalami gangguan fisiologi. Tubuh manusia memiliki
keterbatasan dalam menerima panas sebelum sistem
metabolismenya berhenti.
Efisiensi kerja seseorang bergantung langsung kepada
temperatur ambient dan akan berkurang/menurun bila
temperaturnya berada diluar rentang 68 – 72oF. hubungan antara
efisiensi kerja dengan temperatur efektif dapat dilihat pada grafik
2 berikut. Dalam kondisi panas, tujuan ventilasi adalah
mengeluarkan hawa panas dan uap air dengan laju yang sesuai,
sehingga temperatur dan kelembaban udara yang dikondisikan
memungkinkan pekerja juga melepaskan panas tubuhnya saat
bekerja. Kedua factor tersebut (panas dan kelembaban) harus
dikondisikan secara bersamaan.

13
Grafik 2
Hubungan antara Efisiensi Kerja dan Temperatur Efektif

Tubuh manusia bereaksi terhadap panas dan selalau


mencoba untuk mempertahankan suhunya sekitar 37oC dengan
cara mengeluarkan panas melalui cara konveksi, radiasi dan
evaporasi. Namun demikian tubuh manusia akan menerima panas
kembali begitu produksi metabolismenya naik, atau menyerap
panas dari lingkungannya, dan bisa juga kombinasi kedua faktor
tersebut. Sistem syaraf sentral akan selalu bereaksi untuk
menjalankan mekanisme pendinginan secara alamiah.
Bila seseorang istirahat di dalam ruangan dengan kondisi udara
jenuh, maka batas kemampuannya untuk beradaptasi hanya akan
mencapai temperatur 90oF (32oC). Namun bila ruangan tersebut
dialiri udara dengan kecepatam 200 fpm maka batas
temperaturnya dapat naik hingga 95oF (35oC). Sedangkan
temperatur normal untuk seseorang dapat bekerja dengan nyaman
adalah 26 – 27oC.
Perbedaan antara temperatur cembung kering dan cembung
basah menyatakan faktor kenyamanan di dalam udara lembab.
Agar seseorang dapat bekerja dengan nyaman di lingkungan udara
dengan kelembaban relatif 80 % diperlukan perbedaan td-tw

14
sebesar 5oF (2,8oC). Kecepatan aliran udara merupakan faktor
utama dalam mengatur kenyamanan lingkungan kerja. Kecepatan
aliran udara sebesar 150 – 500 fpm (0,8 – 2,5 m/detik) dapat
memperbaiki tingkat kenyamanan ruang kerja yang panas dan
lembab. Dalam menduga temperatur efektif dari suatu kondisi td-
tw serta kecepatan aliran udara tertentu dapat menggunakan
grafik yang ditunjukkan pada grafik 3 berikut:

Grafik 3 Temperatur Efektif

15
1.3.2 Panas Dari Peledakan
Panas peledakan merupakan panas singkat yang akibatnya bisa
membuat lingkungan udara di front kerja menjadi relatif lebih
panas dari pada tempat sekitarnya. Oleh karena itu aliran
udara dapat berbalik kembali ke front kerja, tempat dimana
peledakan baru saja terjadi. Konsekuensinya debu akibat
bongkaran batuan tidak terbawa keluar. Hal lain yang mungkin
juga terjadi dari aktivitas peledakan adalah meningkatnya uap
air di sekitar front kerja tersebut. Pada tabel 4 berikut
ditunjukkan nilai-nilai kalor dari berbagai macam bahan peledak :

Tabel 4
Potensi Panas dari Berbagai Jenis Bahan Peladak

16
BAB III METODE PENELITIAN

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, dilakukan penelitian dan


pengamatan baik secara langsung maupun secara tidak langsung, adapun
tahapan yang dilakukan dalam melakukan pekerjaan penelitian adalah :

 Persiapan
Kegiatan ini merupakan tahapan awal sebelum kegiatan lapangan
yang meliputi :
 Persiapan administrasi dan penguruan surat-surat izin di kampus
dan perusahaan
 Konsultasi dengan pembibing akademik
 Pengumpulan berbagai literature
 Studi Literatur dan Diskusi
Tahap ini dilakukan studi mengenai buku-buku teks, jurnal dan
laporan-laporan terdahulu yang berkaitan dengan sistem jaringan
ventilasi pada tambang bawah tanah. Kegiatan ini berlangsung sampai
kegiatan penelitian berakhir.
 Tahapan Pengambilan Data Lapangan, berupa :
 Orientasi lapangan
Kegiatan orientasi ini dimaksudkan untuk mengenal dan
mempelajari kondisi wilayah perusahaan, yang merupakan tempat
untuk mengadakan penelitian.
 Pengambilan data lapangan Pengambilan data dilakukan setelah
orientasi lapangan selesai dilaksanakan, data yang diambil berupa :
 Data primer Data primer adalah data hasil pengamatan yang
dilakukan di lapangan, meliputi pengambilan data yang
sifatnya secara langsung seperti data kuantitas dan kualitas
udara, data suhu udara yang ditimbulkan oleh keadaan

17
batuan sekitar dan panas dari kegiatan peledakan, dan
pengambilan gambar sebagai dokumentasi.
 Data sekunder Data sekunder adalah data pendukung yang
digunakan sebagai pelengkap, yang meliputi geologi
regional daerah penelitian, curah hujan, serta topografi dari
lingkungan pertambangan.
 Validasi data
Maksud dari validasi data adalah melakukan pengecekan ulang
terhadap data yang telah diperoleh dari hasil pengambilan data
lapangan.
 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data yang ada, untuk mendapatkan
pemecahan dari permasalahan yang dibahas kemudian melakukan
perhitungan-perhitungan terhadap alternatif pemecahan masalah
sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang dibahas.
 Penyusunan Laporan
Pada tahap ini keseluruhan hasil dari tahapan kegiatan yang
dilakukan sebelumnya disusun dalam draft laporan sesuai dengan
format dan kaidah penulisan Tugas Akhir yang telah ditetapkan
Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin.
 Seminar dan Penyerahan Laporan
Hasil akhir dari penelitian ini akan dipresentasikan dalam
seminar Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin,
setelah melalui penyempurnaan berdasarkan masukan-masukan yang
diperoleh dari para dosen penguji. Draft Tugas AKhir kemudian
diserahkan ke ketua Program Studi Teknik Pertambangan Universitas
Hasanuddin.

18
Gambar Diagram Alir Metode Penelitian

19
DAFTAR PUSTAKA

Anonim., 2004. Diktat Ventilasi Tambang, Yogyakarta : Program D-III Teknik


Pertambangan Fakultas Teknik UPN.

Anonim., 2006. Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia, United Nations
Environtment Programme (UNEP)

E. Yale, Eve., 2003. DuctSIM Design Manual, Fresno : Mine Ventilation Services.

Hartman, L Howard., 1997, Mine Ventilation And Air Conditioning 3rd, Ed. John
Willey & Sons, New York,

Hustrulid., 1982, Underground Mining Methods Handbook, Society of Mining


Engineers of The American Institute of Mining, Metallurgical, and
Petroleum Engineers Inc, New York,

McPherson, Malcolm J., Subsurface Ventilation and Environmental Engineering,


Chapter 1st – 21th, Formerly of the University of Nottingham, England
and the University of California, Berkeley.

https://www.scribd.com/upload-
document?archive_doc=115722692&escape=false&metadata=%7B"context"
%3A"archive_view_restricted"%2C"page"%3A"read"%2C"action"%3A"dow
nload"%2C"logged_in"%3Atrue%2C"platform"%3A"web"%7D ( Diakses
pada tanggal 12 November 2019, Pukul 21:36 )

https://www.google.com/search?client=opera&q=pengertian+umum+pertambangan&
sourceid=opera&ie=UTF-8&oe=UTF-8 ( Diakses pada tanggal 13 November
2019, Pukul 22:11 )

Anda mungkin juga menyukai