Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan
keluarganya secar fisiologis, emosional dan sosial. Baik di negara maju maupun
negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju
pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru
merupakan kebalikannya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi
lebih sering terjadi pada masa pasca persalinan. Masa pascapersalinan adalah fase
khusus dalam kehidupan ibu serta bayi. Bagi ibu yang mengalami persalinan untuk
pertama kalinya, ibu menyadari terjadinya perubahan kehidupan yang sangat
bermakna selama hidupnya. Breastfeeding father adalah bapak yang ikut andil
mendukung istri menyusui bayinya. Breastfeeding father dapat
dilakukan selama kehamilan, persalinan dan nifas. Dengan breastfeeding father
diharapkan kedekatan emosi antara ayah, ibu, dan bayi akan lebih baik. Emosi positif
akan berdampak pada psikis ibu sehingga postpartum blues tidak terjadi.
Pemberian ASI eksklusif sejak dari lahir hingga khususnya 6 bulan pertama
terbukti mampu mengurangi dampak resiko kematian bayi. ASI merupakan makanan
terbaik dan sempurna untuk bayi, karena mengandung semua zat gizi sesuai
kebutuhan untuk pertumbuhan bayi (Indonesia Sehat 2010). Pemberian ASI Eksklusif
di negara-negara berkembang ternyata mampu menurunkan secara tajam angka
kematian bayi dengan menurunkan penyakit diare dan infeksi lainnya. Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif berturut-turut dapat mengurangi 22% dan
13% kematian neonatus (Roesli, 2009). Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi
usia 0 sampai 6 bulan di Indonesia pada tahun 2012 berdasarkan laporan sementara
hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 masih cukup rendah
yakni sebesar 42% dimana target pencapaian pemberian ASI eksklusif pada tahun
2014 sebesar 80% (Riskesdas, 2013). Salah satu penyebab rendahnya cakupan
pemberian ASI eksklusif bagi bayi dibawah usia enam bulan karena produksi ASI
pada ibu post partum yang terhambat pada hari- hari pertama pasca persalinan
sehingga sebagian besar bayi mendapatkan susu formula pada saat baru lahir
(Riskesdas, 2013). Program pemberian ASI Eksklusif di provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu program yang cukup sulit dikembangkan
karena berkaitan dengan berbagai permasalahan sosial di masyarakat. Cakupan ASI
ekslusif di provinsi DIY pada tahun 2008 baru mencapai 39,9%, pada tahun 2009
menurun menjadi 34,56%, sedangkan pada tahun 2010, cakupan ASI Eksklusif
meningkat mencapai 40,57% namun belum mencapai target Depkes.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui perbandingan antara jurnal Ayah Asi Eksklusif dan jurnal Laktasi
Konseling
BAB 2
TELAAH JURNAL

2.1 Review artikel


1) Tujuan penelitian pada jurnal pertama
Pada jurnal pertama yaitu dengan judul penelitian “PENGARUH KONSELING
LAKTASI TERHADAP PENGETAHUAN KEMAMPUAN DAN
KEBERHASILAN IBU DALAM PEMBERIAN ASI”
a) Tujuan Umum : untuk mengetahui konseling laktasi terhadap pengetahuan,
kemampuan dan keberhasilan ibu dalam pemberian ASI di RSUD Panembahan
Senopti Bantul.
b) Tujuan Khusus :
- untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi
dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI di RSUD Panembahan Senopti
Bantul.
- Untuk mengidentifikasi pemberian ASI di Panembahan Senopti Bantul.

2) Tujuan penelitian pada jurnal kedua


Jurnal dengan judul “ AYAH ASI (BREASTFEEDING FATHER) TERHADAP
KEJADIAN POSTPARTUM BLUES”
a) Tujuan Umum : untuk mengetahui hubungan breastfeeding father dengan
kejadian post partum blues.
b) Tujuan Khusus : untuk mengetahui gambaran tentang peran ayah terhadap
kejadian post partum blues.

2.2 Gaya dan Sistematika Penulisan

a. Sistematika penulisan pada artikel kedua dan pertama ini sudah tersusun dengan
baik dan jelas mulai dari judul penelitian, nama penulis, abstrak yang sudah
sesuai dengan standart penulisan sebuah penelitian.
b. Tata bahasa yang digunakan dalam penulisan jurnal ini cukup mudah dipahami
sehingga memudahkan pembaca untuk mengerti bagaimana penelitian tersebut
dilaksanakan dan apa hasil yang diperoleh. Pembaca dapat melihat tujuan
sebenarnya penelitian dan mendapat informasi baru untuk berguna di kehidupan
sehari – hari yang berhubungan erat dengan masalah perilaku seks pra nikah.

2.3 Penulis
Penulis dari junal yang pertama dengan judul “Pengaruh Konseling Laktasi
Terhadap Pengetahuan Kemampuan Dan Keberhasilan Ibu Dalam Pemberian Asi“
adalah Anita Liliana, Elsi Dwi Hapsari, Wenny Artanti Nisma yaitu berasal Fakultas
Ilmu Kesehatan, Universitas Respati Yogyakarta, sedang penulis pada jurnal yang
kedua yaitu “Ayah Asi (Breastfeeding Father) Terhadap Kejadian Postpartum Blues”
yang disusun atau ditulis Dian Nurafifah berasal dari Program Studi DIII Kebidanan
STIKES Muhammadiyah Lamongan.
a. Gelar akademik dari penulis sudah benar, dan tidak perlu dicantumkan. sudah
sesuai dengan standart penulisan sebuah jurnal.
b. Menurut penelaah, dengan melihat latar belakang departemen mereka berasal,
penulis tersebut mempunyai kualifikasi yang cukup di bidang yang mereka
teliti. dimana background pendidikan yang mereka kuasai sesuai dengan tema
penelitian yang mereka ambil. Jadi semakin menambah akuratan informasi yang
disampaikan oleh peneliti tersebut.

2.4 Judul Penelitian


Judul penelitian yang pertama yaitu ”Pengaruh Konseling Laktasi Terhadap
Pengetahuan Kemampuan Dan Keberhasilan Ibu Dalam Pemberian Asi”.Judul yang
kedua adalah “Ayah Asi (Breastfeeding Father) Terhadap Kejadian Postpartum
Blues”. Kedua judul penelitian ini cukup jelas, akurat, dan tidak ambigu, dan
menggambarkan apa yang akan diteliti sehingga pembaca mengerti dan memahami
sekilas tentang apa yang akan mereka baca.
2.5 Abstrak
Kedua judul artikel ini mencantumkan abstrak pada keduanya agar pembaca
dapat mengetahui sekilas dari isi penelitian ataupun artikel yang ditulis oleh penulis
tersebut.dimana dalam abstrak dicantumkan sekilas data- data yang di dapat selama
penelitian dengan ditambahi sedikit latar belakang dari penelitian tersebut.
a. Kelebihan : Bisa menjelaskan secara jelas mengenai masalah penelitian, tujuan
penelitian, metodologi dan hasil yang didapatkan beserta kesimpulan pada
penutup. Namun jurnal ini tidak menyebutkan rekomendasi apa yang diberikan
kepada pihak – pihak yang terkait. Jumlah kata tidak lebih dari 250 kata dan
mencantumkan kata kunci.
b. Kekurangan : Tidak memberikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.
sehingga penelitian ini hanya cukup berhenti dsini. Dan alangkah baiknya
bila dicantumkan rekomendasi untuk dilakukan penelitian selanjutnya yang
lebih mendalam tentang topik yang diangkat penulis.

2.6 Metode Penelitian


a. Artikel Pertama
Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik dengan rancangan cross
sectional yaitu suatu penelitian yang mencoba melakukan analisis dinamika
korelasi antara faktor resiko dengan faktor efek dengan cara pendekatan,
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat artinya tiap subyek
penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran terhadap variabel pada saat
pemeriksaan. Pengolahan data menggunakan editing, coding, scoring dan tabulating
kemudian dianalisa menggunakan uji Chi Square (X2) untuk melihat ada tidaknya
asosiasi antara dua variabel dengan α = 0,05. Sedangkan analisa kekuatan hubungan
menggunakan koefisien phi (Luknis, 2008)
b. Artikel kedua
Penelitian ini merupakan penelitian quasi exsperiment dengan menggunakan
rancangan posttest only nonequivalent control group dengan pendekatan
kuantitatif. Populasi Target dalam penelitian ini yakni ibu hamil trimester III yang
sedang melakukan pemeriksaan kehamilan di poli kandungan RSUD
Panembahan Senopati Bantul yang sesuai dengan kriteria kelayakan.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konseling laktasi. Variabel terikat adalah
pengetahuan, kemampuan dan keberhasilan ibu dalam pemberian ASI dan variabel
luar adalah IMD, usia, pendidikan, status pekerjaan, paritas, dukungan pasangan,
frekuensi menyusui dan rawat gabung.

2.7 Pertimbangan etik


Sebelum mendapat persetujuan lisan dari peserta (subjek penelitian), terlebih dahulu
mereka diberikan penjelasan mengenai; tujuan, sasaran, dan metodologi penelitian.Izin
etik untuk penelitian diperoleh dari institusi dimana mereka bernaung yaitu pada penulis
jurnal loctaion counseling ayah asi.
1. Hasil Penelitian
a. Artikel Pertama
Sebagian besar usia ibu pasca bedah sesar merupakan usia reproduktif antara usia 20
– 35 tahun. Menunjukkan bahwa usia ibu, paritas, pekerjaan, pendidikan, IMD,
keberhasilan menyusui, frekuensi menyusui, waktu rawat gabung dan dukungan
suami pada kedua kelompok homogen dengan p value > 0,05. Adapun hasil
didapatkan tidak ada perbedaan pengetahuan yang sigifikan antara kelompok
intervensi dengan kelompok kontrol sebelum diberikan konseling
laktasi (p value 0,762>0,05).
b. Artikel kedua
Analisa uji Chi Square pada breastfeeding father selama kehamilan dengan α=0,05
didapatkan nilai p=0,008 artinya terdapat hubungan breastfeeding
father selama kehamilan dengan kejadian postpartum blues. Nilai
phi=0,534 artinya breastfeeding father selama kehamilan memberikan
kontribusi sebesar 53,4% terhadap kejadian postpartum blues. Breastfeeding father
selama persalinan menunjukkan nilai p = 0,004 artinya ada
hubungan breastfeeding father selama persalinan dengan kejadian postpartum
blues. Nilai phi = 0,564 artinya breastfeeding father selama persalinan
memberikan kontribusi sebesar 56,4% terhadap kejadian postpartum blues.
Breastfeeding father selama nifas menunjukkan nilai p = 0,009 artinya ada
hubungan breastfeeding father selama nifas dengan kejadian postpartum blues.
Nilai phi = 0,530 artinya breastfeeding father selama nifas memberikan
kontribusi sebesar 53% terhadap kejadian postpartum blues
2.8 Pembahasan Jurnal
a. Artikel pertama
Karakteristik yang dilihat dalam penelitian ini adalah usia ibu, paritas, pekerjaan,
pendidikan, keberhasilan IMD, rawat gabung, frekuensi menyusui
dan dukungan suami. Karakteristik umur responden menunjukkan bahwa
responden yang ada pada kelompok intervensi maupun kontrol sebagian besar
berusia 20-34 tahun, pada kelompok intervensi mencapai 65,6% dan pada
kelompok kontrol 62,5%. Usia sangat menentukan kondisi maternal dan
berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan dan menyusui (Handayani, 2007).
Pengetahuan ibu yang baik akan berpeluang meningkatkan pemberian ASI
eksklusif. Pengetahuan ibu tentang pentingnya menyusui akan meningkat bila
selama kehamilan dan proses persalinan mendapatkan informasi dan dukungan
yang adekuat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ambarwati
(2013) yang menunjukkan pengetahuan kelompok yang mendapat konseling
laktasi yang intensif lebih tinggi dibanding kelompok kontrol. Peningkatan
pengetahuan disebabkan karena adanya konseling yang menempatkan ibu sebagai
subyek bukan sebagai obyek akan menaruh minat yang besar untuk mengikuti
konseling. Intensitas konseling juga merupakan salah satu yang mempengaruhi
peningkatan pengetahuan ibu, sehingga semakin sering terjadi kontak antara ibu
dan konselor maka semakin sering ibu mendapatkan informasi yang secara tidak
langsung meningkatkan pengetahuan ibu.

b. Artikel kedua
Postpartum blues (baby blues) merupakan kemurungan setelah
melahirkan yang muncul sekitar hari kedua sampai dua minggu masa nifas.
Gejala postpartum blues yang sering muncul antara lain cemas tanpa sebab,
menangis tanpa sebab, tidak sabar, tidak percaya diri, sensitif, mudah
tersinggung, merasa kesepian, merasa kurang menyayangi bayinya. (Astutik
Reni yuli, 2015). Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa sebagian besar ibu dengan
postpartum blues memiliki keterlibatan suami kurang sebagai breastfeeding father
(66,7%). Keterlibatan suami kurang disebabkan karena sebagian besar suami
berfikir bahwa menyusui adalah proses yang hanya melibatkan dua pihak yaitu
ibu dan bayi. Keterlibatan suami dapat dilakukan selama masa kehamilan,
persalinan dan nifas.
2.9 Analisa Jurnal
A. Problem
a. Artikel pertama
Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan
keluarganya secar fisiologis, emosional dan sosial. Baik di negara maju maupun
negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju
pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru
merupakan kebalikannya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi
lebih sering terjadi pada masa pasca persalinan. Masa pascapersalinan adalah fase
khusus dalam kehidupan ibu serta bayi. Bagi ibu yang mengalami persalinan
untuk pertama kalinya, ibu menyadari terjadinya perubahan kehidupan yang
sangat bermakna selama hidupnya. Breastfeeding father adalah bapak yang ikut
andil mendukung istri menyusui bayinya.

b. Artikel kedua
Pemberian ASI eksklusif sejak dari lahir hingga khususnya 6 bulan pertama
terbukti mampu mengurangi dampak resiko kematian bayi. ASI merupakan
makanan
terbaik dan sempurna untuk bayi, karena mengandung semua zat gizi sesuai
kebutuhan untuk pertumbuhan bayi (Indonesia Sehat 2010). Pemberian ASI
Eksklusif
di negara-negara berkembang ternyata mampu menurunkan secara tajam angka
kematian bayi dengan menurunkan penyakit diare dan infeksi lainnya. Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif berturut-turut dapat mengurangi 22% dan
13% kematian neonatus (Roesli, 2009).

B. Intervensi
a. Artikel pertama
Karakteristik umur responden menunjukkan bahwa responden yang ada pada
kelompok intervensi maupun kontrol sebagian besar
berusia 20-34 tahun, pada kelompok intervensi mencapai 65,6% dan pada
kelompok kontrol 62,5%. Usia sangat menentukan kondisi maternal dan
berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan dan menyusui (Handayani, 2007).
Pengetahuan ibu yang baik akan berpeluang meningkatkan pemberian ASI
eksklusif. Pengetahuan ibu tentang pentingnya menyusui akan meningkat bila
selama kehamilan dan proses persalinan mendapatkan informasi dan dukungan
yang adekuat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ambarwati
(2013) yang menunjukkan pengetahuan kelompok yang mendapat konseling
laktasi yang intensif lebih tinggi dibanding kelompok kontrol. Peningkatan
pengetahuan disebabkan karena adanya konseling yang menempatkan ibu sebagai
subyek bukan sebagai obyek akan menaruh minat yang besar untuk mengikuti
konseling.

b. Artikel kedua
Postpartum blues (baby blues) merupakan kemurungan setelah
melahirkan yang muncul sekitar hari kedua sampai dua minggu masa nifas.
Gejala postpartum blues yang sering muncul antara lain cemas tanpa sebab,
menangis tanpa sebab, tidak sabar, tidak percaya diri, sensitif, mudah
tersinggung, merasa kesepian, merasa kurang menyayangi bayinya. (Astutik
Reni yuli, 2015). Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa sebagian besar ibu dengan
postpartum blues memiliki keterlibatan suami kurang sebagai breastfeeding father
(66,7%).

C. Comparison

a. Artikel pertama
Keterlibatan suami dalam mendampingi ibu menyusui memang masih jarang
terjadi dikehidupan sehari hari masyarakat di Indonesia, karena kurangnya
pengetahuan sehingga masih jarang ditemui pasangan suami istri yang melakukan
konsultasi laktasi. Kurangnya informasi juga mempengaruhi dalam keterlibatan suami
dalam konsultasi laktasi pada saat ini.

b. Artikel kedua
Masih banyak masyarakat Indonesia yang masih belum memahami istilah
ayah ASI, bagaimana penting dan berpengaruhnya pada ibu menyusui. Masyarakat
Indonesia yang berada di daerah pedesaan masih minim pengetahuan dan informasi
mencangkup ayah asi sehingga mereka tidak mengetahu apa yang dimaksud dengan
ayah asi dan bagaimana pentingnya ayah asi tersebut bagi kelancaran ibu yang tengah
menyusui.

D. Outcome

a. Artikel pertama
Peningkatan pengetahuan disebabkan karena adanya konseling yang
menempatkan ibu sebagai subyek bukan sebagai obyek akan menaruh minat yang
besar untuk mengikuti konseling. Intensitas konseling juga merupakan salah satu yang
mempengaruhi peningkatan pengetahuan ibu, sehingga semakin sering terjadi kontak
antara ibu dan konselor maka semakin sering ibu mendapatkan informasi yang secara
tidak langsung meningkatkan pengetahuan ibu.

b. Artikel kedua
Keterlibatan suami kurang disebabkan karena sebagian besar suami berfikir
bahwa menyusui adalah proses yang hanya melibatkan dua pihak yaitu ibu dan bayi.
Keterlibatan suami dapat dilakukan selama masa kehamilan, persalinan dan nifas.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian jurnal pertama diketahui bahwa breastfeeding
father selama kehamilan, persalinan, dan nifas berhubungan dengan kejadian
postpartum blues. Sehingga diperlukan upaya peningkatan pemberian informasi
kepada suami tentang pentingnya peran suami selama kehamilan, persalinan dan nifas
untuk mendukung wanita mencapai perannya menjadi sebagai seorang ibu terutama
pada masa transisi kritis postpartum sehingga memperkecil kemungkinan terjadi
postpartum blues.
Berdasarakan hasil penelitian dari jurnal yang kedua bahwa laktasi konseling
terdapat perbedaan pengetahun yang signifikan pada kelompok intervensi setelah
diberikan konseling laktasi, sedangkan pada kelompok kontrol tidak terjadi perubahan
pengetahuan yang sigifikan. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan pada
kelompok intervensi lebih tinggi setelah dilakukan konseling laktasi dibandingkan
dengan kelompok kontrol. Terdapat perbedaan kemampuan menyusui yang signifikan
antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol setelah diberikan konseling
laktasi. Terdapat perbedaan keberhasilan yang signifikan dalam pemberian ASI antara
kelompok intervensi dengan kelompok kontrol setelah diberikan konseling laktasi.

3.2 Saran
Pada jurnal pertama kita memiliki saran bahwa seorang ayah sebaiknya dapat
mendukung sepenuhnya proses pemberian ASI, karena peran ayah juga sangat
dibutuhkan dalam kelancaran reflek pengeluaran ASI dan jangan memberi tekanan
emosi kepada ibu. Mendampingi istri menyusui adalah kewajiban seorang suami
sekaligus tanggung jawab kepada anaknya.
Saran pada jurnal kedua Perlunya pengembangan tentang pelatihan konseling
laktasi di keperawatan maternitas khususnya bagi tenaga kesehatan sebagai ujung
tombak pemberi pelayanan kesehatan ibu dan anak. Perlunya tenaga kesehatan (bidan
dan perawat) untuk meningkatan pelayanan antenatal dan postnatal dengan melakukan
konseling laktasi secara intensif pada ibu hamil dan menyusui untuk meningkatkan
pengetahuan, kemampuan dan keberhasilan ibu dalam pemberian ASI. Perawat dapat
meningkatkan peran konselor laktasi yang bertugas memberikan konseling pada saat
pemeriksaan ANC ataupun pada saat ibu setelah melahirkan serta mendampingi dan
memonitoring dalam pemberian ASI baik di bangsal nifas ataupun poli kandungan
RSUD Panembahan Senopati Bantul.
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono Prawirohardjo. ( 2014 ). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka


Hanretty, Kevin P. ( 2014 ). Ilustrasi Obsterti. Jakarta: CV Pentasada Media Edukasi
Bahiyatun. ( 2009 ). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGJ
Ambarwati, R. ( 2013 ). Pengaruh Konseling Laktasi Intensif Terhadap Pemberian ASI
Eksklusif Sampai 3 Bulan Tesis Vol.2, no.1 Desember 2013: 15-23, Jurnal Gizi
Indonesia
Departemen Kesehatan RI. ( 2007). Pedoman Penyelenggaraan Konseling Menyusui Dan
Pelatihan Fasilitator Konseling Menyusui. Jakarta: Perpustakaan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai