PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui perbandingan antara jurnal Ayah Asi Eksklusif dan jurnal Laktasi
Konseling
BAB 2
TELAAH JURNAL
a. Sistematika penulisan pada artikel kedua dan pertama ini sudah tersusun dengan
baik dan jelas mulai dari judul penelitian, nama penulis, abstrak yang sudah
sesuai dengan standart penulisan sebuah penelitian.
b. Tata bahasa yang digunakan dalam penulisan jurnal ini cukup mudah dipahami
sehingga memudahkan pembaca untuk mengerti bagaimana penelitian tersebut
dilaksanakan dan apa hasil yang diperoleh. Pembaca dapat melihat tujuan
sebenarnya penelitian dan mendapat informasi baru untuk berguna di kehidupan
sehari – hari yang berhubungan erat dengan masalah perilaku seks pra nikah.
2.3 Penulis
Penulis dari junal yang pertama dengan judul “Pengaruh Konseling Laktasi
Terhadap Pengetahuan Kemampuan Dan Keberhasilan Ibu Dalam Pemberian Asi“
adalah Anita Liliana, Elsi Dwi Hapsari, Wenny Artanti Nisma yaitu berasal Fakultas
Ilmu Kesehatan, Universitas Respati Yogyakarta, sedang penulis pada jurnal yang
kedua yaitu “Ayah Asi (Breastfeeding Father) Terhadap Kejadian Postpartum Blues”
yang disusun atau ditulis Dian Nurafifah berasal dari Program Studi DIII Kebidanan
STIKES Muhammadiyah Lamongan.
a. Gelar akademik dari penulis sudah benar, dan tidak perlu dicantumkan. sudah
sesuai dengan standart penulisan sebuah jurnal.
b. Menurut penelaah, dengan melihat latar belakang departemen mereka berasal,
penulis tersebut mempunyai kualifikasi yang cukup di bidang yang mereka
teliti. dimana background pendidikan yang mereka kuasai sesuai dengan tema
penelitian yang mereka ambil. Jadi semakin menambah akuratan informasi yang
disampaikan oleh peneliti tersebut.
b. Artikel kedua
Postpartum blues (baby blues) merupakan kemurungan setelah
melahirkan yang muncul sekitar hari kedua sampai dua minggu masa nifas.
Gejala postpartum blues yang sering muncul antara lain cemas tanpa sebab,
menangis tanpa sebab, tidak sabar, tidak percaya diri, sensitif, mudah
tersinggung, merasa kesepian, merasa kurang menyayangi bayinya. (Astutik
Reni yuli, 2015). Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa sebagian besar ibu dengan
postpartum blues memiliki keterlibatan suami kurang sebagai breastfeeding father
(66,7%). Keterlibatan suami kurang disebabkan karena sebagian besar suami
berfikir bahwa menyusui adalah proses yang hanya melibatkan dua pihak yaitu
ibu dan bayi. Keterlibatan suami dapat dilakukan selama masa kehamilan,
persalinan dan nifas.
2.9 Analisa Jurnal
A. Problem
a. Artikel pertama
Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan
keluarganya secar fisiologis, emosional dan sosial. Baik di negara maju maupun
negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju
pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru
merupakan kebalikannya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi
lebih sering terjadi pada masa pasca persalinan. Masa pascapersalinan adalah fase
khusus dalam kehidupan ibu serta bayi. Bagi ibu yang mengalami persalinan
untuk pertama kalinya, ibu menyadari terjadinya perubahan kehidupan yang
sangat bermakna selama hidupnya. Breastfeeding father adalah bapak yang ikut
andil mendukung istri menyusui bayinya.
b. Artikel kedua
Pemberian ASI eksklusif sejak dari lahir hingga khususnya 6 bulan pertama
terbukti mampu mengurangi dampak resiko kematian bayi. ASI merupakan
makanan
terbaik dan sempurna untuk bayi, karena mengandung semua zat gizi sesuai
kebutuhan untuk pertumbuhan bayi (Indonesia Sehat 2010). Pemberian ASI
Eksklusif
di negara-negara berkembang ternyata mampu menurunkan secara tajam angka
kematian bayi dengan menurunkan penyakit diare dan infeksi lainnya. Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif berturut-turut dapat mengurangi 22% dan
13% kematian neonatus (Roesli, 2009).
B. Intervensi
a. Artikel pertama
Karakteristik umur responden menunjukkan bahwa responden yang ada pada
kelompok intervensi maupun kontrol sebagian besar
berusia 20-34 tahun, pada kelompok intervensi mencapai 65,6% dan pada
kelompok kontrol 62,5%. Usia sangat menentukan kondisi maternal dan
berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan dan menyusui (Handayani, 2007).
Pengetahuan ibu yang baik akan berpeluang meningkatkan pemberian ASI
eksklusif. Pengetahuan ibu tentang pentingnya menyusui akan meningkat bila
selama kehamilan dan proses persalinan mendapatkan informasi dan dukungan
yang adekuat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ambarwati
(2013) yang menunjukkan pengetahuan kelompok yang mendapat konseling
laktasi yang intensif lebih tinggi dibanding kelompok kontrol. Peningkatan
pengetahuan disebabkan karena adanya konseling yang menempatkan ibu sebagai
subyek bukan sebagai obyek akan menaruh minat yang besar untuk mengikuti
konseling.
b. Artikel kedua
Postpartum blues (baby blues) merupakan kemurungan setelah
melahirkan yang muncul sekitar hari kedua sampai dua minggu masa nifas.
Gejala postpartum blues yang sering muncul antara lain cemas tanpa sebab,
menangis tanpa sebab, tidak sabar, tidak percaya diri, sensitif, mudah
tersinggung, merasa kesepian, merasa kurang menyayangi bayinya. (Astutik
Reni yuli, 2015). Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa sebagian besar ibu dengan
postpartum blues memiliki keterlibatan suami kurang sebagai breastfeeding father
(66,7%).
C. Comparison
a. Artikel pertama
Keterlibatan suami dalam mendampingi ibu menyusui memang masih jarang
terjadi dikehidupan sehari hari masyarakat di Indonesia, karena kurangnya
pengetahuan sehingga masih jarang ditemui pasangan suami istri yang melakukan
konsultasi laktasi. Kurangnya informasi juga mempengaruhi dalam keterlibatan suami
dalam konsultasi laktasi pada saat ini.
b. Artikel kedua
Masih banyak masyarakat Indonesia yang masih belum memahami istilah
ayah ASI, bagaimana penting dan berpengaruhnya pada ibu menyusui. Masyarakat
Indonesia yang berada di daerah pedesaan masih minim pengetahuan dan informasi
mencangkup ayah asi sehingga mereka tidak mengetahu apa yang dimaksud dengan
ayah asi dan bagaimana pentingnya ayah asi tersebut bagi kelancaran ibu yang tengah
menyusui.
D. Outcome
a. Artikel pertama
Peningkatan pengetahuan disebabkan karena adanya konseling yang
menempatkan ibu sebagai subyek bukan sebagai obyek akan menaruh minat yang
besar untuk mengikuti konseling. Intensitas konseling juga merupakan salah satu yang
mempengaruhi peningkatan pengetahuan ibu, sehingga semakin sering terjadi kontak
antara ibu dan konselor maka semakin sering ibu mendapatkan informasi yang secara
tidak langsung meningkatkan pengetahuan ibu.
b. Artikel kedua
Keterlibatan suami kurang disebabkan karena sebagian besar suami berfikir
bahwa menyusui adalah proses yang hanya melibatkan dua pihak yaitu ibu dan bayi.
Keterlibatan suami dapat dilakukan selama masa kehamilan, persalinan dan nifas.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian jurnal pertama diketahui bahwa breastfeeding
father selama kehamilan, persalinan, dan nifas berhubungan dengan kejadian
postpartum blues. Sehingga diperlukan upaya peningkatan pemberian informasi
kepada suami tentang pentingnya peran suami selama kehamilan, persalinan dan nifas
untuk mendukung wanita mencapai perannya menjadi sebagai seorang ibu terutama
pada masa transisi kritis postpartum sehingga memperkecil kemungkinan terjadi
postpartum blues.
Berdasarakan hasil penelitian dari jurnal yang kedua bahwa laktasi konseling
terdapat perbedaan pengetahun yang signifikan pada kelompok intervensi setelah
diberikan konseling laktasi, sedangkan pada kelompok kontrol tidak terjadi perubahan
pengetahuan yang sigifikan. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan pada
kelompok intervensi lebih tinggi setelah dilakukan konseling laktasi dibandingkan
dengan kelompok kontrol. Terdapat perbedaan kemampuan menyusui yang signifikan
antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol setelah diberikan konseling
laktasi. Terdapat perbedaan keberhasilan yang signifikan dalam pemberian ASI antara
kelompok intervensi dengan kelompok kontrol setelah diberikan konseling laktasi.
3.2 Saran
Pada jurnal pertama kita memiliki saran bahwa seorang ayah sebaiknya dapat
mendukung sepenuhnya proses pemberian ASI, karena peran ayah juga sangat
dibutuhkan dalam kelancaran reflek pengeluaran ASI dan jangan memberi tekanan
emosi kepada ibu. Mendampingi istri menyusui adalah kewajiban seorang suami
sekaligus tanggung jawab kepada anaknya.
Saran pada jurnal kedua Perlunya pengembangan tentang pelatihan konseling
laktasi di keperawatan maternitas khususnya bagi tenaga kesehatan sebagai ujung
tombak pemberi pelayanan kesehatan ibu dan anak. Perlunya tenaga kesehatan (bidan
dan perawat) untuk meningkatan pelayanan antenatal dan postnatal dengan melakukan
konseling laktasi secara intensif pada ibu hamil dan menyusui untuk meningkatkan
pengetahuan, kemampuan dan keberhasilan ibu dalam pemberian ASI. Perawat dapat
meningkatkan peran konselor laktasi yang bertugas memberikan konseling pada saat
pemeriksaan ANC ataupun pada saat ibu setelah melahirkan serta mendampingi dan
memonitoring dalam pemberian ASI baik di bangsal nifas ataupun poli kandungan
RSUD Panembahan Senopati Bantul.
DAFTAR PUSTAKA