Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNAS), terdapat salah
satu rencana untuk membangun jalur ganda kereta api di jalur selatan Pulau Jawa.
Untuk kondisi saat ini, jalur ganda kereta api di jalur selatan baru ada di lintas Solo-
Yogyakarta-Kutoarjo. Untuk tahun 2014-2016 ini, direncanakan lanjutan
pembangunan jalur ganda antara Stasiun Kutoarjo dan Stasiun Kroya yang
memiliki jarak 76 kilometer dan berada di KM 401+900 di Stasiun Kroya hingga
KM 478+000 di Stasiun Kutoarjo.

Konstruksi jalan rel kereta api Kroya-Kutoarjo tidak sekadar penambahan satu jalur
di samping jalur eksisting. Pada beberapa titik diperlukan adanya berbagai
pekerjaan tanah karena elevasi maupun posisi jalur rel baru yang direncanakan
berbeda dengan elevasi rel eksisting. Salah satu hal yang patut dicermati adalah
adanya peninggian elevasi rel kereta api untuk jalur baru, sehingga mempengaruhi
jalur lama untuk ditinggikan agar tetap dapat mencapai kelayakan secara geometri
jalan rel.

Pada pekerjaan konstruksi rel kereta api Kroya-Kutoarjo ini telah tercantum dalam
kontrak oleh pelaksana dengan PT. Kereta Api Indonesia, bahwa pekerjaan
konstruksi jalur ganda kereta api ini tidak boleh mengganggu siklus perjalanan
kereta api yang dapat mengakibatkan keterlambatan jadwal kereta api tiba di stasiun
selanjutnya sehingga dapat mengganggu jadwal operasional kereta api secara
keseluruhan. Setiap keterlambatan maupun gangguan yang dialami oleh kereta api
yang disebabkan oleh pekerjaan konstruksi double track ini akan menyebabkan
pelaksana konstruksi membayar denda keterlambatan. Untuk mengantisipasi denda
tersebut, pelaksana konstruksi harus memberlakukan sebuah strategi, yaitu dengan
mengoptimalkan window time pekerjaan konstruksi. Strategi ini erat kaitannya
dengan waktu pada saat kereta api melalui kawasan proyek. Rel eksisting tetap
digunakan untuk operasional kereta api bersamaan dengan pembangunan rel baru.
1
2

Pada kondisi rel lama tidak mengalami perpindahan baik itu letak maupun elevasi
tentu tidak ada masalah yang berarti, karena setelah pekerjaan tanah dan rel
dipasang dapat langsung digunakan. Namun, pada saat rel eksisting harus berubah
letak maupun elevasinya perlu dipertimbangkan bagaimana pemindahan jalur
kereta. Pada banyak titik terdapat kasus elevasi rel baru lebih tinggi beberapa meter
dibandingkan dengan elevasi rel eksisting.

Metode yang digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan


membangun satu buah rel baru sesuai dengan elevasi dan posisi yang direncanakan
dengan melakukan penimbunan tanah yang diperkuat dengan geosintetik,
kemudian setelah jalur baru tersebut kuat dan siap dilalui, perjalanan kereta api
dipindahkan melalui jalur tersebut sehingga jalur lama dapat dipindahkan sesuai
dengan posisi rencana tanpa mengganggu operasional kereta api.

Potensi masalah dalam pemindahan tersebut adalah apakah kekuatan tanah


timbunan dengan geosintetik tersebut mencukupi untuk dilewati kereta api
mengingat kondisi timbunan yang belum cukup memiliki umur timbunan optimal.
Kekuatan tanah untuk rel baru dalam menahan beban aksial kereta api ini sangatlah
penting agar tidak terjadi kecelakaan yang dapat menimbulkan berbagai masalah
seperti korban jiwa, kerugian material maupun waktu pelaksanaan konstruksi jalan
rel yang menjadi lebih panjang. Untuk itu perlu diperhitungkan kekuatan dukung
tanah timbunan maupun tanah dasar di kawasan tersebut.

Kekuatan dukung tanah timbunan yang diperhitungkan adalah daya dukung tanah
timbunan terhadap beban yang bekerja, serta kestabilan struktur terhadap
kelongsoran kaitannya dengan kuat dukung struktur untuk mendukung beban mati
struktur tanah timbunan dan beban badan jalan rel serta beban hidup kereta berjalan.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam desain rencana dari Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, tidak
disertakan perhitungan kekuatan tanah di titik-titik kritis. Pada gambar desain
rencana pada Lampiran 2, hanya terdapat tinggi timbunan dan gambar perkuatan
3

timbunan tanah. Dikhawatirkan terjadi salah persepsi antara perencana maupun


pelaksana sehingga pada tahap pengerjaan tidak sesuai dengan maksud dari
perencana.

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melakukan verifikasi kuat dukung
tanah yang dibutuhkan untuk mendukung beban kereta yang melintas saat masa
konstruksi pada titik tersebut. Selanjutnya hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai referensi kepada pihak pelaksana pekerjaan apakah dapat menggunakan
desain rencana dari Kementerian Perhubungan atau perlu adanya penyesuaian agar
struktur kuat mendukung beban kereta.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis beban dinamis kereta api yang bekerja pada struktur badan jalan
kereta api.
2. Menganalisis distribusi beban kereta api yang harus didukung oleh tanah dasar.
3. Menganalisis stabilitas tanah timbunan yang harus didukung oleh tanah dasar
pada titik penelitian.

1.4 Batasan Masalah


Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan di titik KM 410+900 dan KM 472+800 jalur kereta api
lintas Kroya-Kutoarjo.
2. Perhitungan kestabilan tanah menggunakan perangkat lunak Geo Slope 2007
dan hanya memperhitungkan faktor aman terhadap kelongsoran.
3. Spesifikasi bahan yang digunakan dalam perhitungan menggunakan spesifikasi
yang ditentukan oleh perencana, yaitu Kementerian Perhubungan Republik
Indonesia.
4

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Memberikan informasi beban dinamis kereta yang bekerja pada struktur jalan
rel serta beban struktur jalan rel yang membebani tanah dasar untuk
perencanaan pembangunan rel kereta api.

2. Memberikan informasi stabilitas tanah yang akan diaplikasikan pada


pembangunan jalur ganda kereta api Kroya-Kutoarjo di KM 410+900 dan KM
472+800.

1.6 Keaslian Penelitian


Pada penelitian yang dilakukan Adi dan Sukmajati (2014), telah diperhitungkan
perencanaan jalur ganda di jalan ruas Semarang-Gubug. Perhitungan yang
dilakukan merupakan perencanaan untuk menghasilkan spesifikasi badan jalan
yang digunakan. Output perhitungan yang dihasilkan berupa spesifikasi jalur kereta
seperti pada alur perhitungan menggunakan Peraturan Dinas Nomor 10 tentang
Peraturan Perencanaan Konstruksi Jalan Rel. Febrianto (2006), telah menganalisis
stabilitas timbunan pada tanah weathered clayshale di Sta 5+950 Tol Semarang-
Solo dan menjabarkan bahwa tanah pada titik penelitian merupakan tanah labil serta
mempunyai timbunan yang berpotensi menimbulkan masalah kestabilan konstruksi
jalan tol. Pemodelan yang digunakan menggunakan software Plaxis untuk
mengetahui mekanisme kelongsoran serta solusi untuk mencegah kelongsoran
terjadi menggunakan bored pile. Sementara itu Hardjono (2011) menjabarkan
analisis lokasi keterlintasan kereta api bahwa di DAOP IV Semarang terdapat
beberapa titik rawan longsor berdasarkan beberapa parameter yang berkaitan
dengan spesifikasi tanah yang perlu diperhatikan untuk lokasi jalur kereta api.

Pada penelitian yang dilakukan pada KM 410+900 dan KM 472+800 Kroya-


Kutoarjo, dilakukan analisis mengenai beban dinamis kereta yang mempengaruhi
pada beban yang harus didukung tanah dasar. Perhitungan stabilitas lereng
menggunakan perangkat lunak Slope/W yang merupakan bagian dari Geo Slope
2007 hingga didapat angka aman.

Anda mungkin juga menyukai