Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE PADA ANAK

1
A. DEFINISI
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih
lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24
jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai
pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja
normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).
Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi)
dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air
tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.
Sedangkan menurut Boyle (2000), diare adalah keluarnya tinja air dan
elektrolit yang hebat. Pada bayi, volume tinja lebih dari 15 g/kg/24 jam
disebut diare. Pada umur 3 tahun, yang volume tinjanya sudah sama dengan
orang dewasa, volume >200 g/kg/24 jam disebut diare. Frekuensi dan
konsistensi bukan merupakan indikator untuk volume tinja.

B. ETIOLOGI
1. Infeksi
1. Virus (30-40% diare) : rota virus, Norwalk virus, noro virus
(calicivirus), adenovirus, astrovirus, cytomegalovirus, coronaviruses.
2. Bakteri dan parasit (20-30% diare) : vibrio cholera O1, V.cholerae
O139, v parahaemolyticus, plesiomonas, aeromonas, bacteroides
fragilis, campylobacter jejuni, c coli, c upssaliensis, nontyphoidal,
salmonella, clostridium difficile, yersinia enterocolitica, y
pseudotuberculosis, shigella species, shigella, e.coli o157 (30% diare
infektif berdarah) e.coli, vibrio cholera, giardia, entamoeba.
3. Helminth : Strongyloides
4. Infeksi lain : Otitis media, sepsis, penyakit menular seksual.
2. Non Infeksi
1. Diare Osmotik
Meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang
disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (antara lain
MgSO4, Mg(OH)2) dan defek dalam absorpsi mukosa usus missal pada
defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa. (Simadibrata,
2006).
2. Diare sekretorik
Meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus, menurunnya
absorpsi. Diare sekretorik terjadi saat usus kecil dan usus besar
mengeluarkan senyawa garam (terutama natrium klorida) dan air ke
dalam feses. Sekresi garam dan air yang berlebihan ini dapat
disebabkan oleh pelbagai faktor, seperti adanya senyawa toksin, minyak
kastor, atau asam empedu di dalam usus. Selain itu, diare sekretorik
juga dapat disebabkan oleh adanya tumor tertentu, misalnya karsinoid,
gastrinoma, dan vipoma. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis

2
ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini
akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum
(Simadibrata, 2006).
3. Penyebab umum
Obstruksi usus, asupan toksik, keadaan inflamatorik dan alergik
(intoleransi laktosa, spru seliak, efek samping obat).

C. TANDA DAN GEJALA


Penyakit diare dapat langsung dikenali atau dirasakan oleh penderita.
Di antara gejala tersebut adalah:
1. Buang air besar terus menerus disertai dengan rasa mulas yang
berkepanjangan
2. Tinja yang encer dengan frekuensi 4 x atau lebih dalam sehari
3. Mengalami dehidrasi (kekurangan cairan tubuh)
4. Diare yang disebabkan oleh virus dapat menimbulkan mual dan muntah-
muntah
5. Badan lesu atau lemah
6. Panas
7. Tidak nafsu makan
8. Darah dan lendir dalam kotoran
Salah satu gejala lainnya dari penyakit diare adalah gastroenteritis.
Gastroenteritis adalah peradangan pada saluran pencernaan yang diakibatkan
oleh infeksi atau keracunan makanan. Adapun diare yang disertai dengan
keluarnya darah bersama tinja, dimungkinkan karena ada peradangan atau
infeksi di sekitar usus (Ulceratif Colitis). Jika terbukti mengidap Ulceratif
colitis, penderita harus menjalani diet ringan dan mendapat obat
antiperadangan. Apabila keadaan penderita belum membaik dalam waktu 48
jam, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan
penanganan yang lebih intensif.

D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi
air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus
yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik.
Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit
(Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik
dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.

3
Diare di sebabkan oleh 4 faktor yaitu infeksi virus, makanan, melabsorbsi
dan psikologis. Virus berkembang di dalam usus halus dan melabsorbsi KH,
lemak meningkatkan tekanan osmotic sehingga terjadi kelebihan pengeluaran
air dan elektrolit dan peningkatan isi rongga usus, kemudian abdomen menjadi
distensi dan menyebabkan diare. Sedangkan dari faktor makanan dan
psikologi ini menyebabkan gerakan peristaltik yang berlebihan di usus,
sehingga makanan tidak dicerna dengan baik yang menyebabkan penurunan
kemampuan absorbi makanan di dalam usus, kemudian terjadi diare.
Ketika seseorang terkena diare, maka frekuensi BAB menjadi
meningkat. Peningkatan frekuensi BAB ini menyebabkan banyak air dan
elektrolit yang keluar, sehingga menyebabkan kekurangan cairan (dehidrasi),
dan hipovolemi. Frekuensi yang meningkat dapat menyebabkan gangguan
integritas kulit perianal.
Diare juga menyebabkan distensi abdomen, yang menyebabkan mual
muntah, sehingga nafsu makan menurun, dan menimbulkan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

4
E. PATHWAY
Faktor

Makanan Psikologi Infeksi Melabsorbsi

Toksin tidak Ansietas Kuman masuk Meningkatkan


dapat diabsorbsi & berkemabang tekanan osmotik
di usus halus

Hipersekresi air & elektrolit


Penyerapan makanan Hiperperistaltik
di usus menurun
Peningkatan isi rongga usus

Distensi Abdomen

Diare

Frekuensi BAB meningkat

Mual muntah
Hilang cairan & elektrolit Gangguan intregitas kulit
berlebihan perianal
Nafsu makan menurun

Ketidakseimbangan
Gangguan keseimbangan Asidosis metabolik
nutrisi kurang dari
cairan & elektrolit
kebutuhan
Sesak
Dehidrasi

Gangguan pertukaran gas

Kekurangan volume cairan Resiko Syok (Hipovolemi)


5
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik diare dapat ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
1. Beberapa petunjuk anamnesis yang mungkin dapat membantu diagnosis:
a. Bentuk feses (waterry diare atau disentri diare)
b. Makanan dan minuman 6-24 jam terakhir yang dimakan atau
diminum oleh penderita
c. Adakah orang lain sekitarnya menderita hal serupa, yang mungkin
oleh karena keracunan makanan atau pencemaran sumber air
d. Dimana tempat tinggal penderita
e. Siapa, misalnya: wisatawan asing patut dicurigai kemungkinan
infeksi cholera, E.coli, amebiasis, dan giardiasis; pola kehidupan
seksual
2. Pemeriksaan fisik antara lain:
a. Suhu tubuh
b. Berat badan
c. Status gizi
d. Tanpa dehidrasi
e. Kemungkinan komplikasi lain
3. Pemeriksaan diagnostik penunjang yang perlu dikerjakan antara lain:
a. Pemeriksaan tinja makroskopis dan mikroskopis.
b. Biakan kuman untuk mencari kuman penyebab.
c. Tes resistensi terhadap berbagai antibiotik.
d. pH dan kadar gula jika diduga ada sugar intolerance.
e. Pemeriksaan darah darah lengkap
f. Darah perifer lengkap, analisa gas darah dan elektrolit (terutama Na,
Ca, K dan P serum pada diare yang disertai kejang), anemia
(hipokronik, kadang-kadang nikrosiotik) dan dapat terjadi karena
mal nutrisi/malabsrobsi tekana fungsi sumsum tulang (proses
imflemasi kronis), peningkatan sel-sel darah putih.
g. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal
ginjal.
h. Pemeriksaan elektrolit tubuh terutama kadar natrium, kalium,
kalsium, bikarbonat terutama pada penderita diare yang mengalami
muntah-muntah, pernapaan cepat dan dalam, kelemahan otot-otot,
ilius paralitik.
i. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara
kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik.

G. PENATALAKSANAAN TERAPI
1. Farmakoterapi.

6
Untuk mengurangi morbiditas, mencegah komplikasi, dan untuk
profilaksis. Agen anti diare (misalnya, kaolin-pektin) dan antimotility
(yaitu, loperamide) dikontraindikasikan dalam pengobatan gastroenteritis
akut pada anak-anak karena kurangnya manfaat dan meningkatkan risiko
efek samping, termasuk ileus, mengantuk, dan mual.
2. Rehidrasi.
Sebelum memberikan terapi rehidrasi pada pasien, perlu dinilai
dulu derajat dehidrasinya. Derajat dehidrasi terdiri dari dehidrasi ringan,
sedang, berat. Dikatakan dehidrasi ringan bila pasien mengalami
kekurangan cairan 2-5% dari berat badan. Sedang bila pasien kehilangan
cairan 5-8% dari berat badan. Berat bila pasien kehilangan cairan 8-10%
dari berat badan.Bila keadaan umum pasien baik dan tidak dehidrasi,
asupan cairan yang adekuat dapat dicapai dengan minuman ringan, sari
buah, sup dan keripik asin. Bila pasien kehilangan cairan yang banyak dan
dehidrasi, pemberian cairan intravena dan rehidrasi oral dengan cairan
isotonik mengandung elektrolit dan gula harus diberikan. Terapi rehidrasi
oral lebih praktis dan efektif daripada cairan intravena. Cairan oral antara
lain : pedialit, oralit, dll. Cairan infuse seperti Ringer Laktat. Cairan
diberikan 50-200 ml/kgBB/24 jam tergantung kebutuhan dan status
hidrasi.
Pasien dengan dehidrasi ringan sampai sedang masih dapat
diberikan cairan per oral atau selang nasogastrik, kecuali bila ada
kontraindikasi atau saluran cerna atas tak dapat dipakai. Pemberian oral
diberikan larutan oralit yang hipotonik dengan komposisi 29 gr glukosa,
3,5 gr NaCl, 2,5 gr Natrium Bikarbonat dan 1,5 gr KCl setiap liter.
Sedangkan pada pasien dengan dehidrasi sedang sampai berat sebaiknya
diberikan cairan melalui infuse pembuluh darah. Prinsip menentukan
jumlah cairan yang akan diberikan yaitu sesuai dengan jumlah cairan
yang keluar dari tubuh. Resusitasi Cairan & Elektrolit sesuai derajat
dehidrasi dan kehilangan elektrolitnya.

7
3. Upaya Rehidrasi Oral (U.R.O.)
Tabel 1. Pemberian Terapi Oral
Dehidrasi Ringan – 3 jam Tanpa Dehidrasi- jam selanjutnya
Usia
pertama (50ml/kg) (10-20 ml/kg/setiap diare
Bayi sp 1 tahun 1,5 gelas * 0,5 gelas*
Bayi sp 5 tahun 3 gelas ** 1 gelas **
Bayi > 5 tahun 6 gelas 2 gelas

Berat badan + 6 kg :
6 kg x 50 ml = 300 ml = + 1,5 gelas
6 kg x 10-20 ml = 60 - 120 ml/setiap diare = 0,5gelas/setiap diare
Berat badan + 13 kg :
13 kg x 50 ml = 650 ml = 3 gelas
13 kg x 10 - 20 ml = 150 - 250 ml/setiap diare = 1 gelas setiap diare

Pemberian Oralit
Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011).
a. Diare tanpa dehidrasi
Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak BAB
Umur 1-4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak BAB
Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak BAB
b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan
selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa
dehidrasi.
c. Diare dengan dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke
Puskesmas untuk di infus. (Kemenkes RI, 2011)

8
Tabel 2. Kebutuhan Oralit per Kelompok Umur
Jumlah oralit yang Jumlah oralit yang disediakan di
Umur
diberikan tiap BAB rumah
< 12 bulan 50-100 ml 400 ml/hari (2 bungkus)
1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari (3-4 bungkus)
> 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-5 bungkus)
Dewasa 300-400 ml 1200-2800 ml/hari
Sumber: Depkes RI, 2006
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan
sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan
botol tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung
dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian
mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian
cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti. (Juffrie, 2010).
4. Diet atau Nutrisi : selain rehidrasi, pasien perlu diberikan nutrisi oral atau
parenteral tergantung kebutuhan.
5. Obat anti diare : Obat-obat ini digunakan untuk mengurangi gejala dan
cairan yang hilang. Yang banyak dipakai antara lain: devirat opioid
(loperamid, difenoksilat-atropin, tinktur opium), bismuth subsalisilat, obat
pengeras tinja (atapulgite, smectite), obat anti sekretorik atau anti
enkephalinase (hidrasec).
6. Antimikroba : pada diare infektif diberikan antibiotika atau antiparasit atau
anti-jamur tergantung penyebabnya.
7. Probiotik. Penelitian metaanalisis mendapattkan bahwa probiotik secara
bermakna dapat mempercepat penyembuhan diare akut disbanding
kontrol.

H. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi : ringan, sedang dan berat.
2. Gangguan pada keseimbangan elektrolit normal dalam tubuh.
Elektrolit adalah zat-zat kimia yang ketika mencair atau larut dalam air
atau cairan lainnya memecah menjadi partikel-partikel dan mampu
membawa aliran listrik. Konsentrasi elektrolit berbeda-beda dalam darah,
jaringan dan cairan dalam sel–sel tubuh. Tubuh kita harus memiliki jumlah
elektrolit utama yang tepat untuk energi. Diare dapat menyebabkan
kurangnya satu atau lebih elektrolit.

3. Kelumpuhan ileus (paralytic ileus).

9
Ini adalah suatu kondisi dimana terjadi pengurangan atau tidak adanya
gerakan usus. Kondisi ini dapat terjadi akibat pembedahan, cedera pada
dinding perut, sakit ginjal yang parah, atau penyakit parah lainnya.
4. Septisemia.
Ini adalah suatu kondisi dimana terdapat infeksi pada seluruh bagian
tubuh. Kondisi ini biasanya menyusul adanya infeksi di salah satu bagian
tubuh, yang dari sana bakteri pergi ke berbagai bagian tubuh lain melalui
darah.
5. Komplikasi darah seperti koagulasi intravaskular terdesiminasi
Jika ada penyakit atau cedera parah apapun, darah cenderung membentuk
massa semipadat atau gumpalan darah dalam pembuluh darah. Karenanya,
tubuh harus menggunakan banyak zat kimia untuk membentuknya. Untuk
mengurangi efek penggumpalan, tubuh memproduksi sejumlah bahan
kimia anti penggumpalan. Akibatnya, darah tidak menggumpal, hal ini
malah dapat menyebabkan perdarahan. Septisemia, cidera parah,
perdarahan dan banyak penyakit parah lainnya dapat menyebabkan
koagulasi intravaskular terdesiminasi.
6. Renjatan hipovilemik yaitu kejang akibat volume darah berkurang.
7. Hipokalemia yaitu kadar kalsium dalam darah rendah dengan gejala
meteorismus (kembung perut karena pengumpulan gas secara berlebihan
dalam lambung dan usus), hipotonik otot, lemah, bradikardi, perubahan
pada elektrokardiogram.
8. Hipoglikemia yaitu kadar glukosa darah yang rendah.
9. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defesiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa usus halus.
10. Kejang terutama pada hidrasi hipotonik.
11. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan (masukan makanan berkurang, pengeluaran
bertambah).

I. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian,
No. RM, diagnosa medis dan alamat.
Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat.
b. Keluhan utama
Merupakan hal yang paling klien rasakan. Contoh : BAB lebih dari 3x.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang ( PQRST )

10
Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan :meliputi palliative,
provocative, quality, quantity, region, radiaton, severity scala dan time.
BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir
saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 x, waktu pengeluaran 3-5
hari (diare akut), lebih dari 7 hari (diare berkepanjangan), lebih dari 14
hari (diare kronis).
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Mengkaji apakah pernah mengalami diare sebelumnya, pemakaian
antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida
albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK,
OMA campak.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami diare.
f. Riwayat Imunisasi
Imunisasi yang pernah diberikan kepada klien, seperti imunisasi Polio,
BCG, DPT, dll.
g. Riwayat Psikososial
Psikososial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien,
dengan timbul gejala-gejala yang dialami, apakah pasien dapat
menerima pada apa yang dideritanya.
h. Lingkungan dan tempat tinggal
Mengkaji lingkungan tempat tinggal klien, mengenai kebersihan
lingkungan tempat tinggal, area lingkungan rumah, dll.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif.
2) Kerusakan intregitas kulit b.d ekskresi/BAB sering.
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan
intake makanan.

3. Kriteria Hasil, Intervensi dan Evaluasi


Dx 1 : Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif.
Definisi : penurunan cairan intravaskuler, intertisial, dan/atau intraseluler.
Ini mengacu pada dehidrasi, kehiolangan cairan saat tanpa perubahan pada
natrium.
Kriteria hasil :
 Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan bb, bj urin
normal, ht normal
 Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
 Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik,
membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus berlebihan
Intervensi
 Timbang popok atau pembalut jika diperlukan
 Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

11
 Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi
adekuat, tekanan ortostatik), jika diperlukan
 Monitor vital sigen
 Monitor masukkan makanan atau cairan dan hitung intake kalori
harian
 Kolaborasikan pemberian cairan iv
 Monitor status nutrisi
 Berikan cairan iv pada suhu ruangan
 Dorong masukkan oral
 Berikkan penggantian nesogatrik sesuai output
 Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
 Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
 Kolaborasi dengan dokter
 Atur kemungkinan transfuse
 Persiapan untuk transfuse
Evaluasi :
 Urin output dapat dipertahankan
 Ttv dalam batas normal
 Tidak tampak tanda dan gejala dehidrasi

Dx 2 : Kerusakan intregitas kulit b.d ekskresi/BAB sering.


Definisi : perubahan/gangguan epidermis dan/atau dermis
Kriteria hasil :
 Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
 Tidak ada luka atau lesi
 Perfusi jaringan baik
 Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikkan kulit dan
mencegah terjadinya cidera berulang
 Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit
dan perawatan alami
Intervensi :
 Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
 Hindari kerutan pada tempat tidur
 Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
 Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali
 Monitor kulit akan adanya kemerahan
 Oleskan losion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan
 Monitor aktifitas dan mobilisasi pasien
 Monitor status nutrisi pasien
 Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
Evaluasi :
 Integritas kulit menjadi normal
 Tidak ada luka atau lesi pada kulit
 Perfusi jaringan baik
 Pasien mencegah terjadinye cedera berulang
 Pasien mampu mempertahankan kelembaban kulit

12
Dx 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
penurunan intake makanan.
Definisi: asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
Kriteria hasil:
 Adanya tingkatan bb sesuai dengan tujuan
 Bb ideal sesuai dengan tinggi badan
 Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
 Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
 Menunjukkan peningktan fungsi pengecapan dari menelan
 Tidak terjadi penurunan bb yang berarti
Intervensi :
 Kaji adanya alergi makanan
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
 Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake fe
 Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin c
 Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
 Ajarkan pasien membuat catatan makanan harian
 Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
 Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
 Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
Evaluasi :
 Bb dalam batas normal/ideal
 Tidak tampak tanda malnutrisi
 Terjadi peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
 Terjadi penurunan bb yang berarti

KESIMPULAN

Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak


atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam.
Penyebab diare ada 2 macam, yaitu infeksi yang berasal dari virus, bakteri,
parasit atau jenis patogen lainnya, sedangkan yang non-infeksi berasal dari
diare osmotic, sekretorik dan penyebab diare umum. Akibat dari diare itu
sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi
(intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.

SARAN

13
Kepada masyarakat umum untuk berperilaku hidup sehat dengan menjaga
lingkungan agar tetap bersih seperti menutup bak air, pengelolaan sampah,
sarana pembuangan limbah, penggunaan jamban yang benar, pola cuci tangan
yang baik, mengonsumsi makanan dan minuman yang seimbang untuk
memenuhi nutrisi tubuh, seperti pemberian ASI dan MPASI yang sesuai
kepada bayi agar tidak terkena penyakit diare.

14
DAFTAR PUSTAKA

Adyanastri, Festy. 2012. Etiologi Dan Gambaran Klinis Diare Akut Di Rsup Dr
Kariadi Semarang. Laporan Hasil Karya Tulis Imiah : Universitas
Diponegoro.
Buletin Jendela Data dan Informasi. 2011. Situasi Diare Di Indonesia. Kemetrian
Kesehatan RI
Herdman, heather. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Buku Kedokteran: Jakarta.
Juall, Lynda. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. EGC: Jakarta.
Nurarif, Amin Huda. Dan Kusuma, Hardhi (penyusun). 2013. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.
,Mediaction : Yogyakarta.
Rani, Aziz. Simadibrata, Marcellus. Syam, Ari Fahrial (Editor). 2011. Buku Ajar
Gastroenterologi Edisi 1. InternaPublishing Pusat Penerbit Ilmu Penyakit
Dalam: Jakarta.
Robbin, Contran dan Kumar. 1996. Dasar Patologi Penyakit Edisi 5. EGC:
Jakarta.
Wilkins dan Williams. 2011. Nursing Menafsirkan Tanda-tanda dan Gejala
Penyakit. PT.Indeks: Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai