Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PENYAKIT ASMA BRONKIAL


DI RUANG PARU RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

Tanggal 02 – 07 Desember 2019

Oleh:
Aisyah, S.Kep
NIM. 1930913320011

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2019
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Aisyah, S.Kep

NIM : 1930913320011

JUDUL LP : - Laporan Pendahuluan pada Klien dengan penyakit Asma


Bronkial di Ruang Paru RSUD Ratu Zalecha Martapura
- Asuhan Keperawatan pada Klien dengan penyakit Asma
Bronkial di Ruang Paru RSUD Ratu Zalecha Martapura
- Resume di Ruang Paru RSUD Ratu Zalecha Martapura

Banjarmasin, Desember 2019

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Agianto, S. Kep., Ns, MNS, Ph.D NIP. Setiawan, S. Kep., Ns.


NIP. 19820818 200812 1 003 NIP. 19860311 200904 1 002
ASMA BRONKIAL

PENGERTIAN ETIOLOGI Komplikasi

Asma Bronkhial adalah penyakit pernafasan objektif Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui.Suatu 1. Status asmatikus
yang ditandai oleh spasme akut otot polos bronkus. Hal hal yang yang menonjol pada penderita Asma adalah fenomena
ini menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan 2. Atelektasis
hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap
ventilasi alveolus.
rangsangan imunologi maupun non imunologi. Adapun rangsangan atau
3. Hipoksemia
faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah:
MANIFESTASI KLINIS 1. Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen 4. Pneumothoraks
atau alergen yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu- bulu
a. Stadium Dini binatang. 5. Emfisema
1. Batuk dengan dahak bisa dengan maupun 2. Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen, seperti
tanpa pilek common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan 6. Deformitas thoraks
2. Rochi basah halus pada serangan kedua atau lingkungan dapat mencetuskan serangan.
ketiga, sifatnya hilang timbul 3. Asma gabungan: bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai 7. Gagal nafas
3. Whezing kadang ada karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.
4. Belum ada kelainan bentuk thorak
5. Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
6. BGA belum patologis
7. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
8. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi.
9. Penurunan tekanan parsial O2

b. Stadium Lanjut
1. Batuk, ronchi
2. Sesak nafas berat dan dada seolah –olah
tertekan
3. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
4. Suara nafas melemah bahkan tak terdengar
(silent Chest)
5. Thorak seperti barel chest
6. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
7. Sianosis
8. BGA Pa O2 kurang dari 80%
9. Ro paru terdapat peningkatan gambaran
bronchovaskuler kanan dan kiri
10. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis
respiratorik
PEMERIKSAAN PENATALAKSANAAN

Pemeriksaan Laboratorium Pengobatan Nonfarmakologi


1. Pemeriksaan sputum, dilakukan untuk melihat adanya 1. Penyuluhan. Penyuluhan ini ditujukan untuk peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit
kristal-kristal charcot leyden yang merupakan asma sehingga klien secara sadar menghindari factor-faktor pencetus, menggunakan obat
degranulasi dari Kristal secara benar dan berkonsultasi dengan ahli kesehatan.
2. Spirometri 2. Menghindari factor pencetus. Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas asmayang ada pada lingkungannya, diajarkan cara menghindari dan mengurangi factor
reversible, Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih pencetus, termasuk intake cairan yang cukup baik bagi klien.
dari 20% menunjukkan diagnosis asma. 3. Fisioterapi. Dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mucus. Ini dapat dilakukan
3. Pemeriksaan eosinopil dengan postural drainase, perkusi, dan fibrasi dada.
a. Spiral crushman, yakni yang merupakan cast cell
(sel cetakan) dari cabang bronkus. Pengobatan farmakologi
b. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus. 1. Agonis beta: metaproterenol (alupent, metrapel). Bentuknya aerosol, bekerja sangat cepat,
c. Netropil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, diberikan sebanyak 3-4 x semprot, dan jarak antara semprotan pertama dan kedua adalah 10
umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang menit.
tinggi dan kadang terdapat mucus plag. 2. Metilxantin, dosis dewasa diberikan 125-200 mg 4x sehari. Golongan metilxantin adalah
4. Pemeriksaan darah aminofilin dan teofilin. Obat ini diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil
a. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi yang memuaskan.
dapat pula terjadi hipoksemia, hipercapnia, atau 3. Kortikosteroid. Jika agonis beta dan metilxantin tidak memberikan respon yang baik, harus
asidosis. diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol dengan dosis 4x semprot tiap hari.
b. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT 4. Kromolin dan Iputropin bromide (atroven. Kromolin merupakan obat pencegah asma
dan LDH khususnya untuk anak-anak. Dosis Iprutropioum Bromide diberikan 1-2 kapsul 4x sehari.
c. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di
atas 15.000/mm3 dimana menendakan terdapatnya
suatu infeksi.
d. Pada pemeriksaan factor-faktor alergi terjadi
Klasifikasi
peningkatan dari IgE pada waktu serangan dan
Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) asma dapat diklasifikasikan berdasarkan
menurun pada waktu bebas dari serangan.
derajat serangan asma yaitu:
5. Peak expiratory flow
1. Serangan asma ringan dengan aktivitas masih dapat berjalan, bicara satu kalimat,bisa
Pemeriksaan menggunakan alat berupa peak flow meter
berbaring, tidak ada sianosis dan mengi kadang hanya pada akhir ekspirasi.
2. Serangan asma sedang dengan pengurangan aktivitas, bicara memenggal kalimat,lebih suka
duduk, tidak ada sianosis, mengi nyaring sepanjang ekspirasi dan kadang-kadang terdengar
pada saat inspirasi,
3. Serangan asma berat dengan aktivitas hanya istirahat dengan posisi dudukbertopang lengan,
bicara kata demi kata, mulai ada sianosis dan mengi sangat nyaring terdengar tanpa stetoskop.
4. Serangan asma dengan ancaman henti nafas, tampak kebingungan, sudah tidakterdengar mengi
dan timbul bradikardi.
PATHWAY ASMA BRONKIAL
Faktor Intrinsik Faktor Ekstinsik

Infeksi kuman

Alergen+ faktor
Infeksi saluran
genetik
pernapasan

Pengaktifan respon imun


(Sel Mast)

Sekresi Bronkospasme Edema mukosa Inflamasi

Penyempitan Jalan
Dispnea, Wheezing Suplai O2 ke jaringan
Napas
menurun

Dx : Ketidakefektifan
Keletihan
Pola Napas Serangan Paroksimal

Produksi mucus Dx : Intoleransi


meningkat Aktivitas

Dx : Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Napas
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
PENYAKIT ASMA BRONKIAL
Pengkajian
Diagnosis keperawatan
1. Identitas 1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Keluhan Utama 2. Ketidakefektifan Pola Napas
3. Riwayat Penyakit 3. Intoleransi Aktivitas
4. Pola Fungsional Gordon
5. Pemeriksaan Fisik

Bersihan jalan napas tidak efektif


NOC : Respiratory Status: Airway Patency Intoleransi Aktivitas
Kriteria Hasil: Ketidakefektifan Pola Napas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x60 NOC : Respiratory Status: Ventilation NOC : Activity Tolerance
menit jalan nafas pasien menjadi lebih paten dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
kriteria hasil klien akan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan diharapkan klien dapat melakukan aktifitas dengan
1. Mampu mengeluarkan sekret berlebih mampu mempertahankan kebersihan jalan nafas dengan kriteria : kriteria :
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (tidak ada suara 1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, 1. Dapat beraktifitas normal
napas abnormal) tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, 2. Saturasi oksogen saat beraktifitas dalam batas
mampu bernapas dengan mudah) normal
NIC: Airway Management 2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (frekuensi pernafasan 3. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
2. Auskultasi suara napas, identifikasi adanya suara 3. Tanda-tanda vital dalam rentang normal NIC : Activity Therapy
napas tambahan 1. Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah
3. Berikan oksigen jika diperlukan. dari tempat tidur, berdiri, ambulasi
4. Minta pasien untuk mengeluarkan sekret berlebih NIC : Terapi oksigen 2. Pantau respon oksigen pasien terhadap aktivitas
 Bersihkan mulut, hidung, dan seckret trakea 3. Pantau respon kardiorespiratori terhadap aktivitas
Respiratory monitoring  Pertahankan jalan napas yang paten 4. Pantau respon oksigen pasien terhadap aktivitas
1. Pantau rate, irama, kedalaman, dan usaha respirasi  Monitor aliran oksigen 5. Penggunaan teknik napas terkontrol selama
2. Perhatikan gerakan dada, amati simetris, penggunaan  Pertahankan posisi klien aktivitas, jika perlu
otot aksesori, retraksi otot supraclavicular dan  Monitor TD, nadi, dan RR 6. Penggunaan teknik napas terkontrol selama
interkostal aktivitas, jika perlu
3. Monitor suara napas tambahan 7. Anjurkan pasien untuk melakukan aktifitas yang
4. Monitor pola napas : bradypnea, tachypnea, tidak berlebihan
hyperventilasi, napas kussmaul, napas cheyne-stokes,
apnea, napas biot’s dan pola ataxic
Daftar Pustaka

Doctherman McCloskey Joanne, Bulecheck .N Gloria. 2008. Nursing interventions


Classification (NIC). United states of America : Mosby.

Moorhead Sue , Jonson Marion , L.Mass dkk. 2008 Nursing Outcomes Classification
(NOC). United states of America : Mosby .

Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah: Brunner Suddarth, Vol. 2. Jakarta: EGC.

T. Heather. Herdman. 2012-2014. Diagnosis keperawatan : Definisi dan Klasifikasi.


Jakarta : EGC.

Suryo, Joko. 2010. Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan. Yogyakarta: B First

Anda mungkin juga menyukai