Anda di halaman 1dari 12

NYERI DADA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nyeri dada merupakan salah satu keluhan yang paling banyak ditemukan di klinik.
Sebahagian besar penderita merasa ketakutan bila nyeri dada tersebut disebabkan oleh penyakit
jantung ataupun penyakit paru yang serius. Diagnosa yang tepat sangat tergantung dari
pemeriksaan fisik yang cermat, pemeriksaan khusus lainnya serta anamnesa dari sifat nyeri dada
mengenai lokasi, penyebaran, lama nyeri serta factor pencetus yang dapat menimbulkan nyeri
dada.
Salah satu bentuk nyeri dada yang paling sering ditemukan adalah angina pektoris yang
merupakan gejala penyakit jantung koroner dan dapat bersifat progresif serta menyebabkan
kematian, sehingga jenis nyeri dada ini memerlukan pemeriksaan yang lebih lanjut dan
penangannan yang serius. Agar diagnosa lebih cepat diarahkan, maka perlu juga lebih dulu
mengenal macam– macamjenis nyeri dada yang disebabkan oleh berbagai penyakit lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Chest pain?
2. Apa etiologi dari Chest pain?
3. Apa manifestasi dari Chest pain?
4. Bagaimana patofisiologi dari Chest pain?
5. Bagaimana pathway dari Chest pain?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik Chest pain?
7. Bagaimana penatalaksanaan pasien chest pain?
8. Bagaimana asuhan keperawatan gawat darurat pad ches pain?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi chest pain?
2. Untuk mengetahui etiologi dari chest pain?
3. Untuk mengetahui manifestasi dari chest pain?
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari chest pain?
5. Untuk mengetahui pathway dari chest pain?
6. Untuk mengetahui Pemeriksaan diagnostic dari chest pain?
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari chest pain?
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan gawat darurat dari chest pain?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Nyeri dada adalah perasaan nyeri / tidak enak yang mengganggu daerah dada dan seringkali
merupakan rasa nyeri yang diproyeksikan pada dinding dada (referred pain)
Nyeri Coroner adalah rasa sakit akibat terjadinya iskemik miokard karena suplai aliran darah
koroner yang pada suatu saat tidak mencukupi untuk kebutuhan metabolisme miokard.
Nyeri dada akibat penyakit paru misalnya radang pleura (pleuritis) karena lapisan paru saja
yang bisa merupakan sumber rasa sakit, sedang pleura viseralis dan parenkim paru tidak
menimbulkan rasa sakit (Himawan, 1996)
B. Etiologi
Nyeri dada dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
1. Nyeri dada pleuritik
Nyeri dada pleuritik biasanya lokasinya posterior atau lateral. Sifatnya tajam dan seperti ditusuk.
Bertambahnya nyeri bila batuk atau bernafas dalam dan berkurang bila menahan nafas atau sisi
dada yang di gerakan. Nyeri berasal dari dinding dada, otot, iga, pleura perietalis, saluran nafas
besar, diafragma, mediastinum dan saraf interkostal. Nyeri dada pleuritik dapat di sebabkan oleh
difusi pleura akibat infeksi paru, emboli paru, keganasan atau radang sub diafragmatik
peneumotoraks dan penumomediastinum.
2. Nyeri dada non pleuretik
Nyeri dada non pleuretik biasanya lokasinya sentral, menetap atau dapat menyebar ke tempat
lain. Paling sering disebabkan oleh kelainan di luar paru :
a. Kardial
1) Iskemik miokard akan menimbulkan rasa tertekan atau nyeri subternal yang menjalar ke aksila
dan turun ke bawah ke bagian dalam lengan terutama lebih sering ke lengan kiri. Rasa nyeri juga
dapat menjalar ke epigasterium, leher, rahang, lidah, gigi, mastoid dengan atau tanpa nyeri dada
subternal. Nyeri disebabkan karena saraf eferan viseral akan terangsang selama iskemik miokard,
akan tetapi korteks serebral tidak dapat menentukan apakah nyeri berasal dari miokard. Karena
rangsangan saraf melalui spedula spinalis T1-T4 yang juga merupakan jalannya rangsangan saraf
sensoris dari sistem somatis yang lain. Iskemik miokard terjadi bila kebutuhan O2 miokard tidak
dapat dipenuhi oleh aliran darah koroner. Pada penyakit jantung koroner aliran darah ke jantung
akan berkurang karena ada pemyempitan pembuluh darah koroner.
Ada 3 sindrom iskemik yaitu :
a) Angina stabil (angina klasik, angina of effort)
Serangan nyeri dada khas yang timbul waktu bekerja. Berlangsung hanya beberapa menit dan
menghilang dengan nitrogliserin atau istirahat. Nyeri dada dapat timbul setelah makan, pada
udara dingin, reaksi simfatis yang berlebihan atau gangguan emosi.
b) Angina tak stabil (angina preinfard, insufisiensi koroner akut)
Jenis angina ini dicurigai bila penderita sering kali mengeluh rasa nyeri di dada yang timbul
waktu istirahat atau saat kerja ringan dan berlangsung lebih lama.
c) Infark miokard
Iskemik miokard yang berlangsung lebih dari 20-30 menit dapat menyebabkan infark miokard.
Nyeri dada berlangsung lebih lama, menjalar ke bahu kiri, lengan dan rahang. Berbeda dengan
angina pektoris, timbulnya nyeri dada tidak ada hubungannya dengan aktivitas fisik dan bila
tidak diobati berlangsung dalam beberapa jam. Disamping itu juga penderita mengeluh dispea,
pelpitasi dan berkeringat. Diagnosa ditegakan berdasarkan serioal EKG dan pemeriksa enzim
jantung.
2) Prolaps katup mitral dapat menyebabkan nyeri dada prekordinal atau substernal yang dapat
berlangsung sebentar maupun lama. Adapun mumur akhir sistolik dan midsistolik-click dengan
gambaran echokardiogram dapat membantu menegakan diagnosa.
3) Stenosis Aorta Berat atau substenosis aorta hipertrofi yang idiopatik juga dapat menimbulkan
nyeri dada iskemik.

b. Perikardial
Saraf sensori untuk nyeri terdapat pada perikardium parietalis diatas diafragma. Nyeri perikardial
lokasinya didaerah sternal dan diarea preokardinal, tetapi dapat menyebar ke epigastrium, leher,
bahu, dan punggung. Nyeri biasanya seperti ditusuk-tusuk dan timbul pada aktu menarik nafas
dalam, menelan, miring atau bergerak.

C. Manisfestasi
Tanda dan gejala yang biasa menyertai nyeri dada adalah :
1. Nyeri ulu hati
2. Sakit kepala
3. Nyeri yang diproyeksikan ke lengan, leher, punggung
4. Diaforesis / keringat dingin
5. Sesak nafas
6. Takikardi
7. Kulit pucat
8. Sulit tidur (insomnia)
9. Mual, Muntah, Anoreksia
10. Cemas, gelisah, fokus pada diri sendiri
11. Kelemahan
12. Wajah tegang, merintih, menangis
13. Perubahan kesadaran

D. Patofisiologi
Terjadi penonjolan sistolik atau diskinesia dengan akibat penurunan ejection fraction isi
sekuncup atau stroke volume akhir distolik ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolic ventrikel kiri
naik dengan akibat tekanan atrium kiri juga naik peningkatan tekanan atrium kiri diatas 25mmHg
yang lama yang akan menyebabkan transfudasi cairan ke jaringan intersitisium paru (gagal
jantung) pemburukan hemodinamik ini bukan saja disebabkan karena daerah infark, tapi juga
daerah iskemik di sekitarnya. Miokard yang masih relative baik akan mengadakan konspensasi
khusunya dengan bantuan rangsangan andrenergae untuk mempertahankan curah jantung tetapi
dengan akibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard konpensasi ini jelas tidak akan memadai
bila daerah yang bersangkutan juga mengalami iskemia atau bahkan sudah fibritik. Bila infark
kecil dan miokard yang harus berkompensasi masih normal, pemburukan hemodinamik akan
minimal sebaliknya bila infark luas dan miokard yang harus berkompensasi sudah buruk akibat
iskemia atau infark lama. Tekanan akhir diastolic ventrikel kiri akan naik dan gagal jantung
terjadi sebagai akibat sering terjadi perubahan bentuk serta ukuran ventrikel kiri dan tebal
jantung ventrikel baik yang terkena infark maupun non infark. Perubahan tersebut menyebabkan
remodeling ventrikel yang nantinya akan mempengaruhi fungsi ventrikel dan timbulnya aritmia.
Perubahan-perubahan hemodinamik ini tidak setatis bila makin tenang fungsi jantung akan
membaik walaupun tidak di obati. Hal ini di sebabkan karena daerah-daerah yang tadinya
iskemik mengalami perbaikan daerah diskinetik akan menjadi akinetik karena terbentuk jaringan
parut yang kaku. Miokard sehat dapat pula mengalami hipertropi sebaliknya perburukan
himodinamik akan terjadi iskemia berkepanjangan atau infark meluas. Terjadinya penyulit
mekanis seperti rupture septum ventrikel, regurgitasi mitral akut dan anorisma ventrikel akan
memperburuk vaal hemodinamik jantung.
Aritmia merupakan penyulit tersering dan terjadi terutama pada menit-menit atau jam-jam
pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan oleh perubahan-perubahan masa refakter, daya
hantar dan kepekaan terhadap rangsangan.

E. Pathway

Terjadi Penonjolan Sistolik Atau Diskinesia

Stroke Volume Akhir Distolik Ventrikel Kiri

Transfudasi Cairan Ke Jaringan Intersitisium Paru (Gagal Jantung)

Peningkatan
Kebutuhan Iskemia
O2 Miokard

Kompensasi Miokard Buruk Penurunan Aliran

Darah
Intoleransi Aktivitas Iskemia Berkepanjangan

Perubahan Perfusi

Infark Miokard Meluas Jaringan

Nyeri Akut

F. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG 12 lead selama episode nyeri
a. Kaki kardi atau disridmia
b. Rekam EKG lengkap: T inverted, ST elevasi/depresi, Q patologi
c. Pemeriksaan darah rutin, kadar glukosa, lipit dan EKG waktu istirahat perlu di
lalukan. Hasilnya mungkinsaja normal walaupun ada penyakit jantung koroner yang berat. EKG
bisa di dapatkan gambaran iskemik dengan infakmiokard lama atau depresi ST dan T yang
terbalik pada penyakit yang lanjut.
2. Laboratorium
a. Kadar enzim jantung : CK, CKMB, LDH
b. Fungsi hati : SGOT, SGPT
c. Fungsi ginjal : ureum, kreatinin
d. Profilipid : LDL, HDL
e. Kateterisasi jantung
3. Foto thorax
4. Ecocardiogram

G. Penatalaksanaan
1. Nitrat
Nitrat meningkatkan pemberian D2 miokard dengan dilatasi arteri epikardial tanpa
mempengaruhi, resistensi arteriol arteri intramiokard.
2. Beta Bloker
Beta bloker tetap merupakan pengobatan utama karena pada sebagian besar penderita akan
mengurangi keluhan angina
3. Ca-antagonis
Kerjanya mengurangi beban jantung dan menghilangkan spasma koroner, penderita akan
mengurangi keluhan angina.
4. Antipletelet dan antikoagulen
Segi lain dari pengobatan angina adalah pemberian antipletelet dan anti kugulan.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT CHEST PAIN

A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airway
1) Bagaimana kepatenan jalan nafas
2) Apakah ada sumbatan / penumpukan sekret di jalan nafas?
3) Bagaimana bunyi nafasnya, apakah ada bunyi nafas tambahan?
b. Breathing
1) Bagaimana pola nafasnya ? Frekuensinya? Kedalaman dan iramanya?
2) Aapakah menggunakan otot bantu pernafasan?
3) Apakah ada bunyi nafas tambahan?
c. Circulation
1) Bagaimana dengan nadi perifer dan nadi karotis? Kualitas (isi dan tegangan).
2) Bagaimana Capillary refillnya, apakah ada akral dingin, sianosis atau oliguri?
3) Apakah ada penurunan kesadaran?
4) Bagaimana tanda-tanda vitalnya ? T, S, N, RR, HR?
2. Pengkajian Sekunder
Hal-hal penting yang perlu dikaji lebih jauh pada nyeri dada (koroner) :
a. Lokasi nyeri
Dimana tempat mulainya, penjalarannya (nyeri dada koroner : mulai dari sternal menjalar ke
leher, dagu atau bahu sampai lengan kiri bagian ulna)
b. Sifat nyeri
Perasaan penuh, rasa berat seperti kejang, meremas, menusuk, mencekik/rasa terbakar, dll.
c. Ciri rasa nyeri
Derajat nyeri, lamanya, berapa kali timbul dalam jangka waktu tertentu.
d. Kronologis nyeri
Awal timbul nyeri serta perkembangannya secara berurutan
e. Keadaan pada waktu serangan
Apakah timbul pada saat-saat / kondisi tertentu
f. Faktor yang memperkuat / meringankan rasa nyeri misalnya sikap/posisi tubuh, pergerakan,
tekanan, dll.
g. Gejala lain yang mungkin ada atau tidaknya hubungan dengan nyeri dada.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan kenyamanan nyeri (nyeri akut) b.d iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan
arteri, inflamasi jaringan.
2. Perubahan perfusi jaringan (otot jantung) b.d penurunan aliran darah.
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai O2 dan kebutuhan metabolisme
jaringan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Prinsip-prinsip Tindakan :
1. Tirah baring (bedrest) dengan posisi fowler / semi fowler.
2. Melakukan EKG 12 lead kalau perlu 24 lead
3. Mengobservasi tanda-tanda vital
4. Kolaborasi pemberian O2 dan pemberian obat-obat analgesik, penenang, nitrogliserin,
Calcium antagonis dan observasi efek samping obat.
5. Memasang infus dan memberi ketenangan pada klien
6. Mengambil sampel darah
7. Mengurangi rangsang lingkungan
8. Bersikap tenang dalam bekerja
9. Mengobservasi tanda-tanda komplikasi

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nyeri dada adalah perasaan nyeri / tidak enak yang mengganggu daerah dada dan seringkali
merupakan rasa nyeri yang diproyeksikan pada dinding dada (referred pain). Nyeri Coroner
adalah rasa sakit akibat terjadinya iskemik miokard karena suplai aliran darah koroner yang pada
suatu saat tidak mencukupi untuk kebutuhan metabolisme miokard.
Nyeri dada akibat penyakit paru misalnya radang pleura (pleuritis) karena lapisan paru saja
yang bisa merupakan sumber rasa sakit, sedang pleura viseralis dan parenkim paru tidak
menimbulkan rasa sakit (Himawan, 1996)
RENCANA KEPERAWATAN

TUJUAN DAN KRITERIA


HASIL INTERVENSI
NO DIAGNOSA (NOC) (NIC)
1 Nyeri akut b/d agenSetelah dilakukan asuhanNIC
injuri fisik keperawatan selama 3x 24Pain Management
janm nyeriklien berkurang,Lakukan pengkajian nyeri secara
dengan kriteria : komprehensif ( lokasi, karakteristik, durasi,
Mampu mengontrol nyeri (tahufrekuensi,kualitas dan faktor pesipitasi)
penyebab nyeri, mampuObservasi reaksi non verbal dari
menggunakan teknikketidaknyamanan
Ginakan teknik komunikasi teraipetik untuk
mengetahui pengalaman nyeri klien
Evaluasi pengalaman nyeri masa lalu
Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan
Ajarkan tentang teknik pernafasan /
relaksasi
Berikan analgetik untuk menguranggi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
nonfarmakologi untukAnjurkan klien untuk beristirahat
mengurangi nyeri) Kolaborasi dengan dokter jika keluhan dan
Melaporkan bahwa nyeritindakan nyeri tidak berhasil
berkurang denganAnalgetic Administration
menggunakan managemenCek instruksi dokter tentang jenis obat,
nyeri dosis dan frekuensi
Mampu mengenali nyeriCek riwayat alegi
(skala, intensitas, frekuensi, danMonitor vital sign sebelumdan sesudah
tanda nyeri pemberian analgetik pertama kali
Menyatakan rasa nyamanBerikan analgetik tepat waktu terutama
setelah nyeri berkurang saat nyeri hebat
Tanda vital dalam rentangEvaluasi efektifitas analgetik, tanda dan
normal gejala (efak samping)
2 Penurunan cardiacSetelah dilakukan asuhanNIC
output b/dkeperawatan selama 3x 24 jamCardiac Care
gangguan strokeklien tidak mengalamiEvaluasi adanya nyeri dada (intensitas,
volume (preload,penurunan cardiac output,lokasi, durasi)
afterload, dengan kriteria : Catat adanya disritmia jantung
kontraktilitas) Tanda vital dalam rentangCatat adanya tanda dan gejala penurunan
normal (TD, Nadi, RR) cardiac output
Dapat mentoleransi aktivitas,Monitor status kardiovaskuler
tidak ada kelelahan Monitor status pernafasan yang
Tidak ada edema paru, perifer,menandakan gagal jantung
dan tidak ada asites Monitor abdomen sebagai indikator
Tidak ada penurunanpenurunan perfusi
kesadaran Monitor balance cairan
Monitor adanya perubahan tekanan darah
Monitor respon klien terhadap efek
pengobatan anti aritmia
10. Atur periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
11. Monitor toleransi aktivitas pasien
12. Monitor adanya dispneu, fatigue, takipneu,
dan ortopneu
13. Anjurkan pasien untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
Monitor TD, Nadi, Suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor vital sign saat pasien berbaring,
duduk dan berdiri
Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
Monitor TD, Nadi, RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor adanya pulsus paradoksus
Monotor adanya pulsus alterans
Monitor jumlah dan irama jantung
10. Monitor bunyi jantung
11. Monitor frekuensi dan irama pernafasan
12. Monitor suara paru
13. Monitor pola pernafasan abnormal
14. Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
15. Monitor sianosis perifer
16. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
17. Identifikasi penyebab dan perubahan vital
sign
NIC
Energy Management
Observasi adanya pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas
Dorong pasiem untuk mengungkapkan
perasaan terhadap keterbatasan
Kaji adanya factor yang menyebabkan
kelelahan
Monitor nutrisi dan sumber energi yang
adekuat
Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik
dan emosi secara berlebihan
Monitor respon kardiovaskuler terhadap
aktivitas
Monitor pola tidur dan lamanya tidur /
istirahat pasien
Activity Therapy
Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi
medik dalam merencanakan program
terapi yang tepat.
Bantu pasienuntuk mengidentivikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
Setelah dilakukan asuhanBantu untuk mengidentifikasi dan
keperawatan selama 3x 24 jammendapatkan sumber yang diperlukan
klien tidak mengalamiuntuk aktivitas yang diinginkan
intoleransi aktivitas, denganBantu untuk mendapatkan alat bantuan
kriteria : aktivitas seperti kursi roda, krek
Berpartisipasi dalam aktivitasBantu untuk mengidentivikasi aktivitas yang
fisik tanpa disertai peningkatandisukai
tekanan darah, Nadi, dan RR Bantu pasien/ keluarga untuk
Intoleransi aktivitas Mampu melakukan aktivitasmengidentivikasi kekurangan dalam
3 b/d fatigue sehari – hari secara mandiri beraktivitas
4 Cemas b.d nyeriSetelah dilakukan tindakanGunakan ketenangan dalam pendekatan
yang dian-tisipasikeperawatan selama…X 24Kaji perilaku klien yang tidak diduga
jam, klien mampu mengon-trol
cemas dengan kriteria : Identifikasi persepsi klien terhadap
Activity Tolerance (0005) ancaman / situasi
Monitor intensitas ce-mas Anjurkan klien melakukan tehnik relaksasi
Menyisihkan pendahu-luanOrientasikan klien / keluarga terhadap
cemas prosedur rutin dan aktivitas yang
Mengurangi rangsangandiharapkan
dengan kematian. lingkungan ketika cemas Laporkan adanya kegelisahan, me-nolak,
Mencari informasi yang dapatmenyangkal program medis
Batasan mengurangi kece-masan Dengarkan klien dengan penuh perhatian
karakteristik : Membuat strategi ko-pingKuatkan tingkah laku yang tepat
Mengkhawatirkan untuk mengatasi ketegangan Ciptakan suasana yang memudahkan
dampak kematian Menggunakan strategi kopingkepercayaan
ter-hadap orangyang efektif 10. Dorong / anjurkan klien meng-ungkapkan
terdekat. Mmenggunakan tehnikdengan kata-kata mengenai perasaan,
Takut kehilanganrelaksasi untuk mengu-rangimenanggapi sesuatu, kekha-watiran
ke-mampuan fisikcemas 11. Identifikasi ketika tingkat cemas berubah
dan atau mental Melaporkan lamanya ti-ap 12. Berikan pengalihan perhatian untuk
bila me-ninggal episode menurunkan ketegangan
Nyeri yang Menunjukkan pemeliha-raan 13. Bantu klien memgidentifikasi situasi yang
diantisipasi yangperan mempercepat cemas
berhubungan de- Memelihara hubungan sosial 14. Awasi rangsangan dengan tepat yang
ngan kematian Memelihara konsentrasi diperlukan klien
Kekhawatiran Melaporkan ketidak-adanya
15. Berikan bantuan yang tepat pada
beban kerjatanggapan pan-caindera mekanisme pertahanan
pemberi perawat- Tidur yang cukup 16. Bantu klien mengungkapkan kejadian yang
an karena sakit Tidak adanya manifes-tasimeningkat
termi-nal dan perilaku karena cemas 17. Tentukan klien membuat keputusan
ketidakmam-puan Kontrol / pengawasan respon 18. Kelola obat yang dapat mengurangi cemas
diri cemas dengan tepat
Fluid Manajemen (4120)
Monitor status hidrasi 9kelembaban
Setelah dilakukan tindakanmembran mukosa, nadi adekuat)
keperawatan selama ... X 24Monitor tnada vital
jam klien mengalami kese-Monitor adanya indikasi overload / retraksi
imbangan cairan dan elek-trolit,Kaji daerah edema jika ada
dengan kriteria : Fluid Monitoring (4130)
Kelebihan volume Bebas dari edema ana-sarka,Monitor intake/output cairan
cairan b.d.efusi Monitor serum albumin dan protein total
gangguan Suara paru bersih Monitor RR, HR
mekanisme Tanda vital dalam batasMonitor turgor kulit dan adanya kehausan
5 regulasi normal Monitor warna, kualitas dan BJ urine
6 Pola nafas tidakSetelah dilakukan askep selamaNIC
efektif b/d3x24 jam pola nafas klienAirway Management :
hiperventilasi, menjadi efektif, dengan kriteria :Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift
kecemasan mendemonstrasikan batukatau jaw thrust bila perlu
efektif dan suara nafas yangPosisikan pasien untuk memaksimalkan
bersih, tidak ada sianosis danventilasi
dyspneu (mampu mengeluarkanIdentifikasi pasien perlunya pemasangan
sputum, mampu bernafasalat jalan nafas buatan
dengan mudah, tidak adaPasang mayo bila perlu
pursed lips) Lakukan fisioterapi dada
Menunjukkan jalan nafas yangKeluarkan secret dengan batuk atau
suction
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
Lakukan suction pada mayo
Berikan bronkodilator bila perlu
10. Berikan pelembab udara
11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan
12. Monitor espirasi dan status O2
Respiratory Monitoring
Monitor rata-rata kedalaman, irama dan
usaha espirasi
Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
Monitor suara nafas seperti dengkur
Monitor pola nafas : bradipnea, takipnea,
kusmaul, hiperventilasi, cheyne stokes,
biot
Catat lokasi trakea
Monitor kelelahan otot diafragma (gerakan
paradoksis)
Auskultasi suara nafas, catat area
paten (klien tidak merasapenurunan / tidak adanya ventilasi atau
tercekik, irama nafas, frekuensisuara tambahan
pernafasan dalam rentangTentukan kebutuhan suction dengan
normal, tidak ada suara nafasmengauskultasi crakles dan ronkhi pada
abnormal) jalan nafas utama
Tanda –tanda vital dalamAuskultasi suara paru setelah tindakan
rentang normal untuk mengetahui hasil
7 Kurang Setelah dilakukan asuhanNIC
pengetahuan keperawatan selama 3 x 24 jamTeaching : disease Process
tentang penyakitpengetahuan klien bertambahBerikan penilaian tentang tingkat
b/d kurangnyatentang penyakit, denganpengetahuan pasien tentang proses
informasi kriteria : penyakit yang spesifik
Pasien dan keluargaJelaskan patofisiologi dari penyakit, dengan
menyatakan pemahamannyacara yang tepat
tentang penyakit, kondisi,Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
prognosis dan programmuncul pada penyakit
pengobatan Gambarkan proses penyakit
Pasien dan keluarga mampuIdentivikasi kemungkinan penyebab
melaksanakan prosedur yangSediakan informasi pada pasien tentang
dijelaskan secara benar kondisi, dengan cara yang tepat
Pasien dan keluargaHindari harapan kosong
menjelaskan kembali apa yangSediakan bagi keluarga informasi tentang
dijelaskan perawat kemajuan pasien
Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi dimasa yang akan datang atau
pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan terapi dan penanganan
Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
Instruksikan pasien mengenali tanda dan
gejala untuk melap[orkan pada
pemberiperawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat

DAFTAR PUSTAKA

Hudak & Gallo. 1995. Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. EGC : Jakarta
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Joanne C. McCloskey. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). Mosby-Year Book
Judith M. Wilkinson. 2005. Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC Intervention and NOC
Outcomes. Upper Saddle River: New Jersey
Carolyn M. Hudak. Critical Care Nursing : A Holistic Approach.Edisi VII. Volume II. Alih Bahasa : Monica E. D
Adiyanti. Jakarta : EGC ; 1997
Susan Martin Tucker. Patient Care Standarts. Volume 2. Jakarta : EGC ; 1998
Long, B.C. Essential of medical – surgical nursing : A nursing process approach. Volume 2. Alih bahasa :
Yayasan IAPK. Bandung: IAPK Padjajaran; 1996 (Buku asli diterbitkan tahun 1989)
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical – surgical nursing. 8th
Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)
Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U.Jakarta: EGC; 2001 (Buku asli
diterbitkan tahun 1996)

Anda mungkin juga menyukai