Anda di halaman 1dari 20

I.

TUJUAN

1. Praktikum ini bertujuan untuk memahami penerapan metode beda hingga eksplisit pada
persamaan transport adveksi-difusi 2 dimensi horizontal serta mengenal sifat dinamis
transport adveksi-difusi 2 dimensi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian
Model matematika dapat digunakan dalam persoalan-persoalan polusi lingkunganseperti yang
terjadi pada perairan, dengan disimulasikan atau diturunkan fenomenakejadiannya. Gejala yang
terjadi di perairan sangat penting untuk di pelajari terutama yangberhubungan dengan adveksi dan
difusi polutan. Fenomena aliran dan transport merupakan suatu gejala alamyang penting untuk
dipelajari karena mempunyai pengaruh terhadap beberapa studirekayasa. Fenomena tersebut terjadi
dalam berbagai macam situasi fisik, seperti transferpanas, proses pemisahan zat kimia, aliran fluida
dalam media berpori, penyebarankontaminan dalam cairan dan juga transport partikel-partikel kecil
seperti penyebaranpolutan, garam, sedimen dan lain-lain di dalam perairan dangkal. Di alam, proses
penyebaran polutan terjadi melalui dua proses utama yaitu difusidan adveksi, dan dapat dianggap dua
mekanisme yang terpisah. Adveksi adalah proses perpindahan panas sebagai akibat dari adanya
aliran. Difusi adaalah proses perpindahan panas berupa rambatan dari air dengan temperatur tinggi
keair dengan temperatur yang lebih rendah (Supangat dan Susanna, 2008).

2.2. Persamaan Pembangunan dan Metode Diskritisasi


Menurut Zibar (2015), dasar dalam membangun model 2D untuk transpor adveksi adalah
persamaan matematis

Sedangkan dalam membangun model 2D untuk transpor dengan mekanismedifusi, dibangun dari
persamaan matematis sebagai berikut:

Persamaan (i) dan persamaan (ii) merupakan persamaan umum yangmenggambarkan proses adveksi
serta difusi yang terjadi pada suatu materi sehingga untuk membentuk suatu persamaan model 2D
yang mendekati proses kejadian di alammaka perlu adanya deskritisasi terhadap persamaan tersebut.
Deskritisasi merupakan suatu metode untuk mencari solusi persamaan secara numerik dari suatu
persamaan matematika sehingga dapat dinyatakan baik dalam dimensi ruang atau pun waktu. Proses
deksritisasi model 2D pada bagian atau suku adveksi umumnya menggunakan metode eksplisit
upstream.
Menurut Haryanto (2008), metode yang sama juga berlaku untuk deskritisasi suku difusi. Metode
eksplisit upstream (pada model 2D adveksi) merupakan metode eksplisit dimana persamaan beda
hingga dengan metode ini menggunakan pendekatan beda maju untuk turunan waktu, sedangkan
untuk turunan terhadap ruang dilakukan dengan melihat arah kecepatan u. Jika u > 0 maka turunan
terhadap ruang menggunakan pendekatan beda mundur, sebaliknya jika u < 0 digunakan pendekatan
beda maju. Persamaan dari metode diskritisasi untuk suku adveksi 2D adalah sebagai berikut:

Model 2D untuk mekanisme transpor difusi dapat menggunakan pendekatanbeda maju untuk turunan
waktu dan beda pusat untuk turunan ruang. Indeks n untuk waktu, indeks i untuk ruang, dan koefisiesn
difusi AD dianggap konstan terhadap ruangdan waktu. Persamaan diskritisasi untuk model 2D difusi
adalah sebagai berikut:

Pada model 2D untuk proses adveksi dan difusi yang telah digabung makadeskritisasi persamaan
adalah menggabungkan dua suku yakni suku adveksi dan sukudifusi. Persamaan diskritisasi untuk
model adveksi difusi 2D adalah sebagai berikut:

2.3. Penentuan Nilai Batas dan Syarat Batas


Syarat batas merupakan suatu kondisi yang menggambarkan kondisi di batas (ruang maupun
waktu) dari model yang dibangun. Pada model 2D, syarat batas dari metode eksplisit upstream
diberikan pada nilai awal (hulu) dan nilai akhir (hilir). Syarat batas di hulu dan di hilir adalah sebagai
berikut:

Syarat awal yang digunakan dalam skenario model 2D adveksi-difusi ini adalahdengan memberikan
harga 0 disemua titik konsentrasi polutan kecuali di titik-titiksumber yang tersebar dan sumber
bersifat tidak kontinu. Nilai syarat awal pada semua titik konsentrasi polutan bernilai nol, kecuali titik
sumber tersebar yang tidak continue. Sedangkan untuk syarat batasnya, iterasi dihentikan bila
mencapai batas dalam (Koropitan, 2001).
2.4. Kriteria Stabilitas
Menurut Zibar (2015), kriteria kestabilan merupakan suatu metode untuk menentukan seberapa
besar nilai stabilitas dari model yang dibangun. Kriteria kestabilan yang digunakan untuk
menyelesaikan pemodelan 2D adveksi difusi ini adalah sebagai berikut:
III. FLOWCHART
IV. LISTING

clear all
clc

prompt = 'Masukkan nama kamu = ';


nama=input(prompt,'s');

prompt = 'Masukkan NIM kamu = ';


nim=input(prompt,'s');

prompt = 'Masukkan nomor skenario = ';


skenario=input(prompt,'s');
mkdir('pwd10',skenario);

t=1200;
dt=2;
dx=110;
dy=110;
imax=70;
jmax=70;

c=7.04;
ad=2.04;
s=135;

nmax=t/dt;
u=c*sind(s);
v=c*cosd(s);
lx=u*dt/dx;
ly=u*dt/dy;
alx=ad*dt/(dx^2);
aly=ad*dt/(dy^2);

q=(2*(aly+alx))+lx+ly;

if q>1
Warning('Input yang anda masukkan tidak sesuai dengan kriteria kestabilan');
else
for i=1:imax
for j=1:jmax
FF(i,j)=0;
end
end

FF(24,24)=100,040;
FF(24,25)=100,040;
FF(24,26)=100,040;
FF(25,24)=100,040;
FF(25,25)=100,040;
FF(25,26)=100,040;
FF(26,24)=100,040;
FF(26,25)=100,040;
FF(26,26)=100,040;

for n=1:nmax
for i=2:imax-1
for j=2:jmax-1

F(i,j)=((1-abs(lx)-abs(ly))*FF(i,j))...
+(0.5*(lx+abs(lx))*FF(i-1,j))...
+(0.5*(abs(lx)-lx)*FF(i+1,j))...
+(0.5*(ly+abs(ly))*FF(i,j-1))...
+(0.5*(abs(ly)-ly)*FF(i,j+1))...
+(alx*(FF(i+1,j)-2*FF(i,j)+FF(i-1,j)))...
+(aly*(FF(i,j+1)-2*FF(i,j)+FF(i,j-1)));
end
end

for i=2:imax-1;
for j=2:jmax-1

F(1,j)=F(2,j);
F(i,1)=F(i,2);
F(1,1)=F(2,2);
F(imax,j)=F(imax-1,j);
F(i,jmax)=F(i,jmax-1);
F(i,jmax)=F(2,jmax);
F(imax,1)=F(imax,2);
F(imax,jmax)=F(imax-1,jmax-1);
end
end

for i=1:imax-1;
for j=1:jmax-1;
FF(i,j)=F(i,j);
end
end

% Menampilkan figure
fig=figure('visible','off');
pcolor(F);

% Pengaturan Variabel Bantu


s_timestep=num2str(n);
temporary_title=[nama,'__',nim];
temporary_title_1=['Adveksi Difusi 2D ke',s_timestep];
temp=['Sebaran ke',s_timestep,'.png'];
subfolder=skenario;

% Pemberian Label
hold on
title({temporary_title;temporary_title_1});
xlabel('grid-x');
ylabel('grid-y');

H=colorbar;
set(get(H,'ylabel'),'string','konsentrasi','fontsize',12);

% Save
saveas(fig,fullfile('pwd10',subfolder,temp));

% Presentasi proses
percentage=((n/nmax)*100);
fprintf('Progress= %0.5f \n',percentage);

close gcf
end
end
V. HASIL
5.1. Skenario 1

5.2. Skenario 2
5.3. Skenario 3

5.4. Skenario 4
5.5. Skenario 5

5.6. Skenario 6
5.7. Skenario 7

5.8. Skenario 8
5.9. Skenario 9

5.10. Skenario 10
VI. PEMBAHASAN

6.1. Skenario 1
Pada praktikum program yang dibuat adalah program adveksi difusi 2 dimensi. Pada tiap
skenario ini terdapat ketentuan dalam program dimana ketentuan tersebut merupaka ketentuan awal
yaitu diketahui t=1200 dt= 2 dx= 110 dy=110 imax= 70 dan jmax=70. Namun memiliki beberapa
ketentuan yang berbeda pada tiap skenarionya.
Pada program yang dibuat kali ini hasil akan didapat berupa gambar atau visualisi dari
persebaran polutan yang tergambar dalam grid-grid yang juga diengkapi dengan keterangan warna
seperti pada bab hasil. Berdasarkan hasil yang dperoleh. Pada scenario 1 ini diketahui polutan mulai
menyebar pada grid 24,24 sampai 26,26. Berdasarkan hasil pula dapat dilihat pada sebaran ke 9
polutan terlihat mulai menyebar. Hal ini dapat dipengaruhi oleh c yaitu kecepatan aliran dan Ad yaitu
koefisien difusi. Apabila koefisien difusi dan kecepatan besar maka persebaran polutannya akan lebih
cepat dan lebih luas.
6.2. Skenario 2
Pada praktikum program yang dibuat adalah program adveksi difusi 2 dimensi. Pada tiap
skenario ini terdapat ketentuan dalam program dimana ketentuan tersebut merupaka ketentuan awal
yaitu diketahui t=1200 dt= 2 dx= 110 dy=110 imax= 70 dan jmax=70. Namun memiliki beberapa
ketentuan yang berbeda pada tiap skenarionya.
Pada program yang dibuat kali ini hasil akan didapat berupa gambar atau visualisi dari
persebaran polutan yang tergambar dalam grid-grid yang juga diengkapi dengan keterangan warna
seperti pada bab hasil. Berdasarkan hasil yang dperoleh.. Berdasarkan hasil pula dapat dilihat pada
sebaran ke 10 polutan terlihat mulai langsung menyebar. Hal ini dapat dipengaruhi oleh c yaitu
kecepatan aliran dan Ad yaitu koefisien difusi. Dimana diketahui c=7.04 dan Ad=2.04. Berdasarkan
hal ini dapat disimpulkan berdasarkan pergerakan polutan, apabila koefisien difusi dan kecepatan
besar maka persebaran polutannya akan lebih cepat dan lebih luas. Hal ini akan sangat terlihat apabila
kita membandingkan hasil dari scenario 1 dan scenario 2 ini. Diketahui pula persebaran mengarah ke
serong kanan atas dari gambar. Hal ini dikarenakan sudut yang diperintahkan pada program adalah 0
sehingga pada hasil yang terbentuk polutan akan menyebar kearah 0°. Melihat situasi ini maka dapat
disimpulkan bahwa persebaran polutan tergantung pada kecepatan aliran adalah benar.
6.3. Skenario 3
Pada praktikum program yang dibuat adalah program adveksi difusi 2 dimensi. Pada tiap
skenario ini terdapat ketentuan dalam program dimana ketentuan tersebut merupaka ketentuan awal
yaitu diketahui t=1200 dt= 2 dx= 110 dy=110 imax= 70 dan jmax=70. Namun memiliki beberapa
ketentuan yang berbeda pada tiap skenarionya.
Pada program yang dibuat kali ini hasil akan didapat berupa gambar atau visualisi dari
persebaran polutan yang tergambar dalam grid-grid yang juga diengkapi dengan keterangan warna
seperti pada bab hasil. Berdasarkan hasil yang dperoleh. Berdasarkan hasl pula dapat dilihat pada
sebaran ke 20 polutan baru terlihat mulai menyebar secara signifikan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh
c yaitu kecepatan aliran dan Ad yaitu koefisien difusi. Dimana diketahui c= 0.0704 dan Ad=2.04
dapat disimpulkan berdasarkan pergerakan polutan, apabila koefisien difusi dan kecepatan aliran
kecil maka persebaran polutannya akan lebih lambat dan lebih sempit. Dapat dibandingkan dengan 2
skenario sbelumnya bahwa pada scenario ini polutan sangatlah lambat persebarannya. Diketahui pula
persebaran mengarah ke serong kanan atas dari gambar. Hal ini dikarenakan sudut yang diperintahkan
pada program adalah 0 sehingga pada hasil yang terbentuk polutan akan menyebar kearah 0°.
6.4. Skenario 4
Pada praktikum program yang dibuat adalah program adveksi difusi 2 dimensi. Pada tiap
skenario ini terdapat ketentuan dalam program dimana ketentuan tersebut merupaka ketentuan awal
yaitu diketahui t=1200 dt= 2 dx= 110 dy=110 imax= 70 dan jmax=70. Namun memiliki beberapa
ketentuan yang berbeda pada tiap skenarionya.
Pada program yang dibuat kali ini hasil akan didapat berupa gambar atau visualisi dari
persebaran polutan yang tergambar dalam grid-grid yang juga diengkapi dengan keterangan warna
seperti pada bab hasil. Berdasarkan hasil yang diperoleh. Berdasarkan hasl pula dapat dilihat polutan
terlihat tidak menyebar sama sekali. Hal ini dapat dipengaruhi oleh nilai c yaitu kecepatan aliran,
dimana diketahui c= 0 dapat disimpulkan berdasarkan hasil bahwa apabila pada ruang dimana polutan
disebar tidak terdapat pergerakan atau tidak terdapat aliran sama sekali maka poltan tersebut tidak
akan menyebar. Polutan hanya akan mencemari daerah diamana polutan tersebut dibuang.
6.5. Skenario 5
Pada praktikum program yang dibuat adalah program adveksi difusi 2 dimensi. Pada tiap
skenario ini terdapat ketentuan dalam program dimana ketentuan tersebut merupaka ketentuan awal
yaitu diketahui t=1200 dt= 2 dx= 110 dy=110 imax= 70 dan jmax=70. Namun memiliki beberapa
ketentuan yang berbeda pada tiap skenarionya.
Pada program yang dibuat kali ini hasil akan didapat berupa gambar atau visualisi dari
persebaran polutan yang tergambar dalam grid-grid yang juga diengkapi dengan keterangan warna
seperti pada bab hasil. Berdasarkan hasil yang dperoleh. Pada scenario 5 ini diketahui polutan mulai
menyebar pada grid 24,24 sampai 26,26. Berdasarkan hasl pula dapat dilihat pada sebaran ke 30
polutan terlihat mulai menyebar. Hal ini dapat dipengaruhi oleh c yaitu kecepatan aliran dan Ad yaitu
koefisien difusi. Dimana diketahui c= 0.7904 dan Ad=8.04, pada scenario ini dilakukan percobaan
dengan menaikan koefisien difusi sebanyak 4x lipat dibanding ketentuan awal. Dapat diketahui
berdasarkan hasil bahwa polutan tidak mengalir secepat scenario sebelumnya, polutan memiliki
kecenderungan untuk menyebar secara merata.hal ini diketahui karena koefisien difusi lebih besar
sehingga polutan lebih pekat dan lebih sulit untuk terbawa aliran ruang yang ada. Diketahui pula
persebaran mengarah ke serong kanan atas dari gambar.
6.6. Skenario 6
Pada praktikum program yang dibuat adalah program adveksi difusi 2 dimensi. Pada tiap
skenario ini terdapat ketentuan dalam program dimana ketentuan tersebut merupaka ketentuan awal
yaitu diketahui t=1200 dt= 2 dx= 110 dy=110 imax= 70 dan jmax=70. Namun memiliki beberapa
ketentuan yang berbeda pada tiap skenarionya.
Pada program yang dibuat kali ini hasil akan didapat berupa gambar atau visualisi dari
persebaran polutan yang tergambar dalam grid-grid yang juga dilengkapi dengan keterangan warna
seperti pada bab hasil. Berdasarkan hasil yang dperoleh. Berdasarkan hasl pula dapat dilihat pada
sebaran ke 49 polutan terlihat mulai menyebar. Hal ini dapat dipengaruhi oleh c yaitu kecepatan aliran
dan Ad yaitu koefisien difusi. Dimana diketahui c= 0.704 dan Ad=0.704 dan dapat disimpulkan
berdasarkan pergerakan polutan, apabila koefisien difusi dan kecepatan besar maka persebaran
polutannya akan lebih cepat dan lebih luas. Berdasakan hasil yang diperoleh, polutan memiliki
kecenderungan untuk menyebar secra merata dibandingkan pada scenario-skenario sebelumnya. Hal
ini dapat dikarenakan koefisien difusi dan kecepatan aliran memiliki nilai yang sama. Diketahui pula
persebaran mengarah ke serong kanan atas dari gambar.
6.7. Skenario 7
Pada praktikum program yang dibuat adalah program adveksi difusi 2 dimensi. Pada tiap
skenario ini terdapat ketentuan dalam program dimana ketentuan tersebut merupaka ketentuan awal
yaitu diketahui t=1200 dt= 2 dx= 110 dy=110 imax= 70 dan jmax=70. Namun memiliki beberapa
ketentuan yang berbeda pada tiap skenarionya.
Pada program yang dibuat kali ini hasil akan didapat berupa gambar atau visualisi dari
persebaran polutan yang tergambar dalam grid-grid yang juga diengkapi dengan keterangan warna
seperti pada bab hasil. Berdasarkan hasil yang dperoleh. Berdasarkan hasl pula dapat dilihat pada
sebaran ke 53 polutan terlihat mulai menyebar. Hal ini dapat dipengaruhi oleh c yaitu kecepatan aliran
dan Ad yaitu koefisien difusi. Disimpulkan berdasarkan pergerakan polutan, apabila koefisien difusi
dan kecepatan besar maka persebaran polutannya akan lebih cepat dan lebih luas, namun gambar
yang dihasilkan kali ini terlihat bahwa polutan tidak terlalu luas persebarannya dibandingkan dengan
scenario-skenario sebelumnya. Hal ini dapat diketahui penyebabnya adalah karena nilai koefisien
difusinya yang 0. Polutan akan berhenti menyebar pada suatu situasi karena polutan sudah mencapai
titik maksimalnya untuk menyebar. Diketahui pula persebaran mengarah ke serong kanan atas dari
gambar.
6.8. Skenario 8
Pada praktikum program yang dibuat adalah program adveksi difusi 2 dimensi. Pada tiap
skenario ini terdapat ketentuan dalam program dimana ketentuan tersebut merupaka ketentuan awal
yaitu diketahui t=1200 dt= 2 dx= 110 dy=110 imax= 70 dan jmax=70. Namun memiliki beberapa
ketentuan yang berbeda pada tiap skenarionya.
Pada program yang dibuat kali ini hasil akan didapat berupa gambar atau visualisi dari
persebaran polutan yang tergambar dalam grid-grid yang juga diengkapi dengan keterangan warna
seperti pada bab hasil. Berdasarkan hasil yang dperoleh. Berdasarkan hasil pula dapat dilihat polutan
terlihat tidak menyebar sama sekali. Hal ini dapat dipengaruhi oleh nilai c yaitu kecepatan aliran,
dimana diketahui c= 0 dan nilai Ad yaitu koefisien difusi adalah 0, berdasarkan hasil diketahui bahwa
apabila pada ruang dimana polutan disebar tidak terdapat pergerakan atau tidak terdapat aliran sama
sekali maka polutan tersebut tidak akan menyebar. Polutan hanya akan mencemari daerah diamana
polutan tersebut dibuang. Begitu pula apabila polutanyang dibuang memiliki keofisien yang kecil
maka persebarannya tidak akan luas.
6.9. Skenario 9
Pada praktikum program yang dibuat adalah program adveksi difusi 2 dimensi. Pada tiap
skenario ini terdapat ketentuan dalam program dimana ketentuan tersebut merupaka ketentuan awal
yaitu diketahui t=1200 dt= 2 dx= 110 dy=110 imax= 70 dan jmax=70. Namun memiliki beberapa
ketentuan yang berbeda pada tiap skenarionya.
Pada program yang dibuat kali ini hasil akan didapat berupa gambar atau visualisi dari
persebaran polutan yang tergambar dalam grid-grid yang juga diengkapi dengan keterangan warna
seperti pada bab hasil. Berdasarkan hasil yang dperoleh. Berdasarkan hasl pula dapat dilihat pada
sebaran ke 69 polutan terlihat mulai menyebar. Hal ini dapat dipengaruhi oleh c yaitu kecepatan aliran
dan Ad yaitu koefisien difusi. Dimana diketahui c= 0.704 dan Ad=2.04 dapat disimpulkan
berdasarkan pergerakan polutan, apabila koefisien difusi dan kecepatan besar maka persebaran
polutannya akan lebih cepat dan lebih luas. Diketahui pula persebaran mengarah ke serong kanan atas
dari gambar.
6.10. Skenario 10
Pada praktikum program yang dibuat adalah program adveksi difusi 2 dimensi. Pada tiap
skenario ini terdapat ketentuan dalam program dimana ketentuan tersebut merupaka ketentuan awal
yaitu diketahui t=1200 dt= 2 dx= 110 dy=110 imax= 70 dan jmax=70. Namun memiliki beberapa
ketentuan yang berbeda pada tiap skenarionya.
Pada program yang dibuat kali ini hasil akan didapat berupa gambar atau visualisi dari
persebaran polutan yang tergambar dalam grid-grid yang juga diengkapi dengan keterangan warna
seperti pada bab hasil. Berdasarkan hasil yang dperoleh. Berdasarkan hasl pula dapat dilihat pada
sebaran ke 79 polutan terlihat mulai menyebar. Hal ini dapat dipengaruhi oleh c yaitu kecepatan aliran
dan Ad yaitu koefisien difusi. Dimana diketahui c= 0.704 dan Ad=2.04 dapat disimpulkan
berdasarkan pergerakan polutan, apabila koefisien difusi dan kecepatan besar maka persebaran
polutannya akan lebih cepat dan lebih luas. Berbeda dengan scenario-skenario sbelumnya, diketahui
persebaran mengarah ke serong kiri bawah dari gambar. Hal ini dikarenakan sudut yang diperintahkan
pada program adalah 315° sehingga pada hasil yang terbentuk polutan akan menyebar kearah 315°.
VII. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari program matlab yang telah dibuat, maka dapat
disimpulkan bahwa persebaran polutan tergantung pada kecepatan aliran dan koefisien
difusi yang dimasukan. Semakin besar kecepatan maka persebaran polutan pun akan
semakin cepat menyebar dan dengan koefisien difusi yang besar maka persebaran dapat
lebih luas, berlaku kasus sebaliknya.

5.2. Saran
1. Sebaiknya materi diperdalam saat praktikum.
2. Pahami kegunaan dari masing-masing fungsi sehingga hasil yang akan didapat sesuai
dengan target yang diharapkan.
3. Sebaiknya praktikum dimulai dengan doa dan ditutup dengan doa.
DAFTAR PUSTAKA
Haryanto B Pebruari. 2008. Pengaruh Pemilihan Kondisi Batas, Langkah Ruang, Langkah Waktu
dan Koefisien Difusi Pada Model Difusi. Jurnal Aplika. Vol 8 (1).
Koropitan, A. 2001. Modul Praktikum Pemodelan Oseanografi. Program Studi Oseanografi, Institut
Teknologi Bandung. Bandung
Supangat, A dan Susanna. 2008. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Pusat Riset Wilayah Laut dan
Sumberdaya Non-Hayati, Badan Riset Perikanan dan Kelautan, Departemen Kelautan dan
Perikanan
Zibar, Z. 2015. Model Adveksi-Difusi 2d. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Anda mungkin juga menyukai