PENDAHULUAN
1.3. TUJUAN
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam menghadapi
kondisi matra agar tetap sehat. Dasar hukum undang undang Republik Indonesia
nomer 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
1.4. MANFAAT
1. Agar mahasiswa lebih mengenal secara nyata tentang kesehatan matra darat
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menangani suatu kejadian matra darat.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Pada dasenya istilah matra memiliki makna yyang sangat konstruktif serta dapat
mempengaruhi tingkat kesehatan seseorang atau kelompok. Ancaman lingkungan yang
ada bisa berasal dari darat, laut, serta udara. Kondisi yang ada pada kesehatan matra
dapat berubah karena dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor tersebut dapat
direncanakan ataupun tidak direncakanakan. Sehingga dari perubahannya selalu
menimbulkan daya dan upaya untuk mengatasinya. Pada dasarnya kegiatan yang
berhubungan dengan aktivitas matra mampu dijalankan serta dilaksankana pada
lapangan tertentu dengan berbagi kelompok tertentu. Misalnya pada kelompok
rimbingan haji, transmigrasi, kelompok kemah, pelayanan kesehatan pulang kampung,
adanya festival keagamaan serta budaya setempat, dan masih banyak lagi. Selain itu
ada bebrapa penyelenggaraan matra yang berhubungan dengan kelautan. Tentu saja
pelaksanaak pelayanan kesehatan terssebut berhubungan dengan kelautan. Misalnya
saja saat melakukan penyelaman, perjalanan wisata, kegiatan bawah tanah dan masih
banyak lagi.
“kesehatan matra” dalam ketentuan ini adalah kondisi dengan lingkungan berubah
secara bermakna yang dapat menimbulkan masalah kesehatan. Sementara itu,
Kesehatan matra meliputi kesehatan lapangan, kesehatan kelautan dan bawah air,
serta kesehatan kedirgantaraan.
3
2.2. LINGKUNGAN MATRA DARAT
Lingkungan matra yang serba berubah secara bermakna adalah kondisi yang
ditandai dengan adanya perubahan dari 1 (satu) atau lebih dari aspek lingkungan pada
suatu matra yang bersifat temporer/sementara. Dihadapkan pada keterpengaruhan
manusia, maka sifat sementara/temporer dari perubahan lingkungan tersebut dapat
terwujud dalam dua bentuk kejadian sebagai berikut :
1. Terjadinya perubahan kondisi aspek lingkungan pada suatu matra dari kondisi
normal menjadi tidak normal dan selanjutnya berubah menjadi normal kembali.
2. Terjadinya kepindahan seseorang atau kelompok manusia dari suatu kondisi nomal
ke kondisi tidak normal dan selanjutnya pindah kembali ke kondisi normal
4
3) Data Kebutuhan Pelayanan Kesehatan Pada Masyarakat Transmigran
a. Kebutuhan pelayanan kesehatan umum (KIA/KB, imunisasi, Gizi,
pelayanan dasar lainnya)
b. Kebutuhan pelayanan lanjutan asal masalah/penyakit yang ada
c. Kebutuhan pelayanan kesehatan secara khusus atas hasil analisis masalah
serta masalah potensial yang ada
B. Penyusunan Rencana Kebutuhan Sumber Daya
Penyusunan rencana kebutuhan sumber daya, perlu melibatkan pihak-pihak
yang terkait seperti yang tanggung jawab dibandingkan transmigrasi, kesehatan
dan lainnya dimasing-masing tingkat administrasi. Rencana kebutuhan sumber
daya meliputi :
1) Kebutuhan fasilitas kesehatan
2) Kebutuhan tenaga
3) Kebutuhan perbekalan kesehatan
C. Pengorganisasian
1) Struktur Organisasi
Kesehatan trasnmigrasi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
kegiatan dalam kesehatan transmigrasi secara umum dan kegiatan program-
programm pembangunan kesehatan lainnya, maka pengorganisasiannya
melekat pada sistem yang telah ada dimasing-masing tingkatan.
2) Mekanisme Kerja
a) Penanggung Jawab
Penanggung jawab teknis penyelenggaraan upaya kesehatan transmigrasi
adalah dinas kesehatan Kabupaten/Kota. Sebagai penanggung jawab
operasional dilapangan berada pada dinas kesehatan Kabupaten/ Kota, baik
didaerah asal maupun daerah tujuan transmigrasi. Instansi kesehatan tingkat
pusat bertanggung jawab menyusun pedoman, standar dan peraturan
perundangan.
b) Peran dan Tugas Masing-Masing
Sesuai dengan kewenangannya masing-masing, maka unsur-unsur yang
terlibat dalam penyelenggaraan kesehatan (Matra) transmigrasi tersebut perlu
menguasai teknik ataupun operasional penyelenggaraan kesehatan (Matra)
transmigrasi, sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya masing-
masing.
5
c) Koordinasi Penyelenggaraan
Agar penyelenggaraan kesehatan transmigrasi tersebut dapat berdaya
guna dan berhasil guna, perlu dikoordinasikan sebaik-baiknya, baik
dalam perencanaan pelaksanaan maupun dalam pemantauan dan evaluasinya,
dan disesuaikan dengan masing-masing tingkat administrasi.
d) Kegiatan Operasional
1) Lingkup kegiatan
2) Lingkup kegiatan dalam kesehatan transmigrasi, meliputi :
3) Penyiapan lokasi
4) Pemeriksaan kesehatan dan pelayanan KB
5) Penyuluhan kesehatan
6) Pengamatan penyakit
7) Sanitasi
8) Imunisasi
9) Penatalaksanan medik dan kepeawatan
10) Pencatatan dan pelaporan
11) Pemberantasan penyakit termasuk profilaksis malaria
D. Pelaksanaan Kegiatan
1) Persiapan
Tahap ini merupakan landasan bagi kegiatan kesehatan transmigrasi, yang
meliputi penyiapan transmigrasi di tempat asal, tempat penampungan
sementara dalam perjalanan, perjalanan dari debarkasi ke lokasi permukiman
serta penyiapan lokasi permukiman
2) Di Daerah Asal Transmigrasi
a) Registrasi ulang calon transmigrasi yang telah selesai menjalani seleksi
dan dinyatakan memenuhi persyaratan kesehatan yang dinyatakan dengan
surat keterangan.
b) Mendata kembali calon transmigrasi yang perlu endapatkan pelayanan
kesehatan secara khusus, sesuai dengan kebutuhannya anata lain
pelayanan
c) Pengecekan kesehatan terhadap transmigrasi menjelang keberangkatan
d) Pencatatan dan pelaporan kesehatan calon transmigrasi
6
3) Persiapan Di Transito Emberkasi dan Debarkasi
Mengecek kembali apakah transito embarkasi dan debarkasi :
a) Telah siap huni untuk transmigran yang akan diberangkatkan
b) Persediaan air bersih dan jamban keluarga baik jumlahnya
maupun kualitasnya.
4) Persiapan Perjalanan Ke Lokasi Transmigrasi
Perjalanan dari transito embarkasi menuju lokasi permukiman
trnasmigrasi pada umumnya menggunakan kapal laut dan kendaraan bermotor
(bus, KA, dll), selain kapal terbang.
5) Persaiapan Di Lokasi Permukiman Transmigrasi
Kondisi lokasi permukiman trnasmigrasi, sarana dan prasarananya
harus sipersaiapkan sebaik mungkin sehingga dapat mendukung keberhasilan
proses adaptasi.
6) Pelayanan Kesehatan Transmigrasi
Dalam periode waktu ini pelayanan kesehatan yang dilakukan bertujuan
untuk mencegah sedini mungkin kejadian-kejadian penyakit umumnya dan
KLB khususnya, serta bimbingan dalam rangka meningkatkan
kemapuan masyarakat hidup sehat secara mandiri. Mengingat bahwa periode
adaptasi adalah kritis dan rawan, maka perlu didukung dengan pelayanan
kesehatan yang intensif disamping bimbingan yang mantap serta pelayanan-
pelayanan lainnya secara memadai. Pelayanan kesehatan transmigrasi
ini meliputi pelayanan-pelayanan di Transito Embarkasi, selama perjalanan
dari Transito Debarkasi sampai lokasi permukiman transmigrasi dan
selanjutnya pelayanan selama 6 bulan pertama dilokasi permukiman.
Kegiatan - kegiatan pelayanan yang dilakukan diuraikan menurut harapan
dan lokasi sebagai berikut :
a) Transito Embarkasi
Pemetiksaan ulang dalam rangka persiapan akhir sebelum berangkat
untuk memastikan calon transmigran tersebut maupun atau tidak
nantinya beradaptasi dan memastikan ada atau tidaknya penyakit menular
yang dibawa transmigran ke pemukiman barunya.
7
b) Perjalanan Dari Embarkasi Sampai Debarkasi
Untuk sampai ke transito debarkasi, diperlukan beberapa hari
perjalanan terutama jika menggunakan kapal laut. Pelayanan yang diberikan
selama perjalanan, sangat banyak dipengaruhi oleh masalah yang
dihadapi di perjalanan
c) Perjalanan Dari Transito Debarkasi Ke Lokasi Permukiman
Secara umum pelayanan yang diberikan tidak berbeda dengan
pelayanan selama perjalanan dari Transito Embarkasi.
d) Di Lokasi Unit Permukiman Transmigrasi (Upt)
Setiba dilokasi UPT sebagai tempat permukiman barunya, transmigran
secara langsung telah berhadapan dengan kondisi lingkungan fisik dan
biologis yang sangat berbeda dengan tempat asalnya. Kondisi demikian bisa
menimbulkan gangguan pada kondisi fisik dan mental, bahkan
mungkin psikososial, apabila transmigran yang bersangkutan tidak
mendapatkan pelayanan semestinya atau bila transmigran memang tidak
mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya.
e) Pencatatan dan Pelaporan
Sistem pencatatan dan pelaporan mengikuti sistem yang telah ada pada
pelayanan kesehatan transmigrasi maupun puskesmas, sedangkan
mekanisme palaporan juga mengikuti mekanisme yang ada. Perlu
penekanan bahwa kedisiplinan pelaporan harus tepat waktu mengingat data
yang didapat akan dimanfaatkan sebagai bahan informasi untuk pemantuan,
penilaian dan perencanaan serta tindak lanjut.
f) Pembinaan dan Pengawasan
Pembinaan dan pengawasan dilaksanakan oleh intansi yang
bertanggung jawab sesuai dengan kewenangannya sebagaimana disebutkan
terdahulu :
1) Meningkatkan kemampuan dan kemandirian secara teknis dan
operasional bagi para pelaksana kesehatan transmigrasi
2) Terpenuhinya kebutuhan dan meminimalkan kesenjangan akan
kebutuhan pelayanan kesehatan transmigrasi bagi masyarakat
transmigrasi
8
3) Terselenggaranya mekanisme dan tata laksana kegiatan kesehatan
transmigrasi secara efektif dan efisien, sehingga secara teknis
dan operasional dapat terselenggara sesuai dengan rencana yang
disusun
4) Tercapainya keterpaduan selutuh jajaran kerja yang terkait
5) Terselenggaranya koordinasi antar unit yang terkait
g) Pemantauan dan Evaluasi
Kegiatan yang dilaksanakan mulai dari tahap persiapan dan
pelaksanaan di berbagai lokasi, mulai dari tempat asal sampai
dengan permukiman, perlu dipelajari oleh semua petugas yang
bertanggung jawab.
Hasil pemantauan serta penilaiannya dibahas bersama pihak terkait.
Agar hal tersebut dapat dilaksanakan dengan sebaik – baiknya perlu adanya
pencatatan yang rapi dan baik serta benar, ditindak lanjut dengan pelaporan
yang teratur, sehingga informasinya dapat dimanfaatkan oleh semua pihak
yang berkepentingan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan transmigrasi.
9
BAB 3
PENUTUPAN
3.1. KESIMPULAN
Upaya kesehatan matra dimasa mendatang menjadi sangat peting karena dengan
perkembangan ilmu dan teknologi akan terjadi interaksi antara manusia
dengan lingkungan yang serba berubah (Matra) yang berdampak terhadap kesehatan.
Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial ini dan lampirannya
merupakan pedoman bagi seluruh pengelolaan kesehatan matra dan unit terkait agar
terdapat keseragaman pemahaman dan tindakan dalam melaksanakan upaya kesehatan
matra.
Dalam pelaksanaan dan pengembangan kesehatan Matra ke depan Keputusan
Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial ini perlu segera ditindak lanjuti dengan
menyusun pedoman teknis, standar dan implementasi dalam penyiapan sumber daya
manusia, peebekalan kesehatan dengan peran dan tanggung jawab sesuai dengan
tingkat administrasi bidang masing-masing unit terkait.
3.2. SARAN
Dalam mengetahui berbagai aspek kesehatan matra darat maka diharapkan
dengan mudah memahami problema bencana yang di hadapi oleh para tim medis, dan
dapat menagulangi bencana dengan upaya – upaya pencegahan dan pertolongan.
Sehingga dapat meminimalisirkan korban dalam suatu bencana.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/289038047/Makalah-Matra-Darat
https://idtesis.com/kesehatan-matra/
https://www.scribd.com/doc/207386033/KESEHATAN-MATRA-pptx
11